I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu kelompok kacang-
kacangan (leguminocae) yang memiliki kandungan protein yang tinggi, asam lemak
essensial, antioksidan dan mineral. Kacang hijau tersedia cukup banyak di Indonesia,
sehingga mudah diperoleh dan harganya pun terjangkau. Menurut hasil penelitian
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (2013), produksi kacang hijau rata-
rata dari tahun 2003-2011 di Indonesia adalah sebesar 316,76 ton. Indonesia juga
termasuk salah satu negara Asia penghasil kacang hijau terbesar di dunia. Tingkat
produksi kacang hijau yang cukup besar, tidak diimbangi dengan tingkat konsumsi
kacang hijau yang tinggi pula. Angka konsumsi kacang hijau rata-rata dari tahun
2003-2011 hanya sebesar 278,33 ton (Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi,
2013). Kacang hijau umumnya dikonsumsi dalam bentuk kecambah. Ada pula yang
mengolahnya menjadi berbagai macam produk pangan seperti bubur kacang hijau,
bahan isian onde-onde dan pia, serta diolah lebih lanjut menjadi tepung hunkue yang
Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A,B1, C, dan E),
serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti amilum,
besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium dan niasin. Selain
bijinya, daun kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai sayuran. Kacang hijau
bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan menambah semangat (Purwono
makanan sumber protein kedua setelah susu skim kering. Kandungan protein kacang
2
kandungan protein kacang hijau menempati peringkat ketiga setelah kedelai dan
kacang tanah. Kacang hijau (Vigna radiata L.) juga dikonsumsi dalam bentuk
kecambah (taoge). Pemanfaatan taoge sebagai bahan makanan telah dikenal luas di
Indonesia. Taoge mengandung vitamin E yang tidak ditemukan pada kacang tanah
dan kedelai. Bahkan, nilai gizi kecambah kacang hijau lebih baik daripada nilai gizi
biji kacang hijau. Hal ini disebabkan kecambah telah mengalami proses perombakan
Vitamin E merupakan salah satu senyawa antioksidan dalam tubuh manusia. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, kandungan vitamin E dalam kecambah ternyata
Data yang diperoleh dari BPS bahwa produksi kacang hijau pada tahun 2015
di Indonesia adalah 271.463 ton dengan total luas lahan 229.475 Ha. Dan untuk
Provinsi Riau data yang diperoleh dari BPS produksi kacang tanah pada tahun 2015
adalah sebesar 598 ton dengan total luas lahan 576 Ha.
B. Tujuan Pratikum
yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari
kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Purwono
Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat tani
di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India. Nikolai
Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa India merupakan
daerah asal sejumlah besar suku Leguminosae. Salah satu bukti yang mendukung
pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis Phaseolus
seperti: Taiwan, Thailand, dan Filipina. Data AVRDC menunjukkan bahwa produksi
kacang hijau di beberapa negara Asia pada tahun 1972-1973 amat bervariasi. India
mencapai 392.000 ton, Thailand hanya 191.000 ton, Filipina 19.000 ton, dan Taiwan
Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada
awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau
pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang
produksi kacang hijau adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta
(Rukmana, 1997).
4
kacang hijau. Pada masa mendatang dimungkinkan penyebaran kacang hijau meluas
diramalkan sebesar 7,6% per tahun dari tahun 1987 hingga tahun 2000 sehingga pada
akhir abad ini produksi kacang hijau di Indonesia diharapkan mencapai 623.000 ton
(Rukmana, 1997).
Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki sistem perakaran yang bercabang
banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Nodul atau bintil akar merupakan
kacangan sehingga tanaman mampu mengikat nitrogen bebas dari udara. Makin
banyak nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) yang diikat dari udara
semua arah. Daun kacang hijau adalah daun majemuk, dengan tiga helai anak daun
per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau.
kacang hijau (Vigna radiata L.) terjadi pada malam hari, pada pagi hari bunga akan
Tiap polong berisi 6 -16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan
bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g – 78 g
(Rukmana, 1997: 16). Biji umumnya berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap,
yang tidak terlalu banyak mengandung partikel liat. Tanah dengan kandungan bahan
organik tinggi sangat cocok untuk tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat
digunakan untuk menanam tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya
tetap terjaga dengan baik. Adapun tanah yang dianjurkan, yaitu tanah latosol dan
regosol. Kedua jenis tanah ini akan lebih baik bila digunakan setelah ditanami
tanaman padi terlebih dahulu. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk
pertumbuhan optimal, yaitu antara 5,5- 6,5. Pada tanah dengan pH di bawah 5,5
tersebut. Kacang hijau (Vigna radiata L.) dapat dibudidayakan pada ketinggian 5-700
dpl. Di daerah dengan ketinggian di atas 700 dpl produktivitas kacang hijau menurun
dan umur panennya pun menjadi lebih panjang. Tanaman akan tumbuh dengan baik
pada suhu optimal 25- 270 C dan tumbuh dengan baik di daerah yang relatif kering
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat
6
lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami
Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral
tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh
2002).
Kascing sebagai pupuk organik merupakan sumber unsur hara makro dan
mikro, yang dalam proses penguraiannya terus melepaskan unsur hara ke dalam
larutan tanah (Murbandono, 2001 dalam Sirwin, dkk, 2007). Selain itu keunggulan
kascing dibandingkan dengan pupuk organik lain adalah kandungan hormon tumbuh
seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman (Marsono dan Sigit, 2001 dalam Mulat, 2003). Hal ini didukung oleh
pernyataan Lakitan (1995) yang menyatakan bahwa unsur hara yang diserap tanaman
tanaman. Lebih lanjut Lambers dkk, (1998) dalam Sirwin dkk, (2007)
seperti jumlah karbohidrat, protein, lemak, hormon tumbuh, vitamin dan mineral
yang ada dalam tubuh tanaman yang dapat mendukung berlangsungnya proses-
proses fisiologi untuk pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel (Sirwin,
dkk, 2007).
bekas pemeliharaan cacing, merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah
yang berupa pupuk organik, sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat
7
sitokinin, dan auxin serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg,dan Ca) serta
Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik atau yang dikenal dengan istilah
pertanian alami (back to nature farming) dan pupuk hayati banyak dilakukan untuk
Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kascing (Sirwin,
dkk, 2007).
pasir pantai. Pemberian bahan organik pada tanah berpasir dapat meningkatkan
kapasitas tukar kation, siklus hara, kemampuan mencadang air, dan mengurangi erosi
(Gilbert et al., 2008). Hal ini adalah merupakan keadaan yang tidak dapat dielakkan
lagi dari tanah-tanah berpasir, jadi perlu ada perlakuan khusus dalam upaya
Lumbanraja (1997) satu dari beberapa cara yang dapat ditempuh adalah penambahan
yaitu: (a) Pupuk `P yang melarut kedalam asam keras (mengandung P2O5,
merupakan pupuk P yang lambat tersedia bagi keperluan tanaman) (b) Pupuk P yang
melarut dengan ammonium nitrat netral atau asam sitrun (mengandung P2O5,
8
merupakan pupuk yang mudah tersedia bagi keperluan tanaman) (c) Pupuk P yang
melarut dalam air (mengandung P2O5, juga merupakan pupuk P yang mudah tersedia
tanah. Sumber pupuk P yang umum dipakai di perkebunan adalah pupuk Fosfat
Alam dan pupuk TSP. Efektifitas Pupuk Fosfat Alam ternyata lebih tinggi pada
tanah–tanah masam dibandingkan dengan TSP. Setelah pupuk TSP tidak dipasarkan
maka sebagai penggantinya digunakan SP-36 dengan takaran yang sama, meskipun
kandungan P2O5 pupuk SP-36 12% lebih rendah dibanding TSP (Anonim, 2007).
Fosfat alam merupakan sumber P yang dapat digunakan sebagai bahan baku
industri seperti pupuk P yang mudah larut (antara lain TSP, SP-18, SSP, DAP,
MOP). Industri pupuk menggunakan sekitar 90% fosfat alam yang diproduksi di
dunia. Fosfat alam dari deposit batuan sedimen sebagian besar telah mempunyai
reaktivitas yang cukup memadai untuk tanaman pangan dan perkebunan. Sedangkan
fosfat alam dari batuan beku mempunyai reaktivitas yang rendah sehingga perlu
(1). pH tanah; (2). Besi, alumunium dan mangan yang dapat larut; (3). Terdapatnya
mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan; (4). Kalsium tersedia dan
bahan mineral kalsium; (5). Jumlah dan dekomposisi bahan organik dan (6).
efeknya sebagian besar tergantung pada pH tanah (Buckman dan Brady, 1982).
lebih kecil. Kadang kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses
Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4= sebagian besar
fosfor di dalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-
senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk anorganik sebagai
ion-ion phosphat. Beberapa bagian tanaman sangat banyak mengandung zat ini, yaitu
bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi
untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor (Sugih,
2011).
Menurut hasil penelitian Nur Samsul Kustiawan, Siti Zahrah, dan Maizar
bernas
pertanaman pada perlakuan P2 dikarenakan oleh seimbangnya unsur hara fosfat yang
diberikan, dimana pada dosis tersebut unsur fosfat cukup tersedia dan mampu
memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, dengan demikian pembentukan biji pada
polong berjalan dengan baik. Persentase polong bernas per tanaman tertinggi terdapat
pada perlakuan P2 yaitu 94.42 %, kemudian diikuti oleh perlakuan P3 yaitu 91.58 %,
P1 yaitu 89,83 % dan P0 yaitu 86.25 %. Supardi (1992) yang mengemukakan bahwa
unsur P dapat merangsang pengisian biji, pada saat fase pertumbuhan generatif fosfat
dibutuhkan tanaman untuk sintesis protein dan proses enzimatik. Dengan demikian
bila pengisian biji berjalan dengan optimal maka biji yang dihasilkan akan lebih
bernas.
10
Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 113, Kelurahan Air
Bahan yang digunakan dalam praktikum Kesuburan Tanah ini adalah benih
kacang hijau varietas perkutut, pupuk KCl, pupuk TSP, pupuk Urea, kascing,
insektisida decis, pupuk kandang. Sedangkan Alat yang digunakan dalam praktikum
adalah cangkul, garu, gembor, meteran, tali raffia, timbangan analitik, dan
angkong/gerobak.
C. Rancangan Pratikum
1. Faktor pertama yaitu perlakuan (Pupuk Kascing) terdiri dari empat paraf
2. Faktor kedua yaitu Perlakuan (Pupuk TSP) terdiri dari empat paraf
Kombinasi Perlakuan :B0P0, B0P1, B0P2, B1P0, B1P1, B1P2, B2P0, B2P1, B2P2,
kascing dengan dosis 2.000 gr/plot dan P2 berarti dalam praktikum saya
D. Pelaksanaan Pratikum
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dan membersihkan sisa tanaman serta gulma yang tumbuh
2. Pembuatan Plot
Pembuatan plot dilakukan dengan ukuran plot 1 x 1 m dan dengan jarak antar
Pembuatan plank nama dengan menggunakan seng yang telah di cat hijau.
Lalu di tulis nama dan perlakuan masing-masing pada plank nama yang telah
disediakan.
dengan dosis pupuk kascing 2,5 kg/plot. Lalu, plot dibiarkan selama 2 minggu untuk
proses inkubasi.
5. Penanaman
Setelah 1 MST, dilakukan pemupukan dasar yakni dengan pupuk urea 7,5
gr/plot dan KCl 10 gr/plot. Serta pemupukan perlakuan TSP dengan dosis 20 gr/plot
7. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan menggunakan alat penyiram (gembor) setiap hari pada
sore hari agar tanaman terjaga kelembabannya dan juga ada suplai air untuk
b. Penyiangan
Tujuannya untuk mengurangi kompetisi unsur hara bagi tanaman kacang tanah.
c. Penjarangan
lubang tanam hanya tumbuh satu tanaman kacang hijau dan tidak terjadi persaingan
tumbuh jika dalam satu lubang tanam tumbuh 2 atau lebih tanaman kacang hijau.
d. Pembumbunan
tanaman kacang hijau tetap kokoh dan tidak tumbang akibat tertiup angin dan tanah
8. Panen
Panen tanaman kacang hijau dilakukan pada 59 HST dengan ciri-ciri daun
tanaman kacang hijau tampak menguning dan polong tanaman kacang hijau tampak
hitam.
13
E. Parameter Pengamatan
dari jumlah populasi per plot. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara
mengukur tanaman mulai dari ajir yang ditandai (5 cm dari leher akar) sebagai
patokan pengukuran sampai ujung titik tumbuh tanaman. Data yang diperoleh
dari jumlah populasi per plot telah mengeluarkan bunga. Hasil pengamatan disajikan
tanaman telah dapat dipanen. Pengamatan dilakuakan jika 50 % dari jumlah populasi
per plot telah menunjukan kriteria panen. Data yang diperoleh disajikan dalam
bentuk tabel.
dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel, mulai dari panen pertama
sampai panen terakhir baik polong yang bernas maupun polong yang hampa. Data
Polong bernas adalah polong yang berisi penuh (tidak hampa) Selanjutnya hasil
menimbang seluruh biji kacang hijau yang dihasilkan dalam suatu tanaman pada
setiap tanaman yang dijadikan sebagai sampel, penimbangan dilakukan setelah biji
dikupas dari kulitnya dan dijemur selama 5 hari dibawah sinar matahari. Data yang
Pengamatan terhadap berat 100 biji setiap perlakuan dilakukan setelah biji
dikeringkan. Kemudian biji diambil secara acak dan ditimbang, rata-rata biji
Data hasil pengamatan tinggi tanaman kacang hijau dapat dilihat pada tabel 1.
tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan
B1P1c yaitu 15,27 cm diikuti perlakuan B3P0c yaitu 15,13 cm. Dan dari data yang
Data hasil pengamatan umur berbunga kacang hijau dapat dilihat pada tabel 2.
tercepat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan
B2P2c yaitu 29 hari yang berbeda nyata terhadap perlakuan B0P1b yaitu 36 hari,
Data hasil pengamatan umur berbunga kacang hijau dapat dilihat pada tabel 3.
No Nama Rerata
37 Mujiono 59 HST
38 Aditya Ramadhani 59 HST
39 Doni Pernandi Hidayat 59 HST
Berdasarkan Tabel 3. Dapat diketahui bahwa umur panen kacang hijau pada
pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing dipanen secara serentak pada 59 hari
setelah tanam.
18
Data hasil pengamatan jumlah polong bernas kacang hijau dapat dilihat pada
tabel 4.
kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat
pada perlakuan B3P2a yaitu 49,6 polong, yang berbeda nyata terhadap perlakuan
B1P0c yaitu 16,4 polong, tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B2P0a yaitu
49,2 polong.
19
Data hasil pengamatan persentase polong bernas pertanaman kacang hijau dapat
pertanaman kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing
terdapat pada perlakuan B3P1c yaitu 98,6 %, yang berbeda nyata terhadap perlakuan
B3P2a yaitu 53,23 %. tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B3P0a dan
Data hasil pengamatan berat biji per tanaman kacang hijau dapat dilihat pada
tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa berat biji per tanaman kacang
hijau terberat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada
perlakuan B1P1c yaitu 38,44 gram, yang berbeda nyata terhadap perlakuan B1P1c
yaitu 10,08 gram, tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B1P1a yaitu 31,32
gram.
21
Data hasil pengamatan berat 100 biji kacang hijau dapat dilihat pada tabel 7.
No Nama Rerata
37 Aditia Ramadhani 7,1 gr
38 Mujiono 7.6 gr
39 Doni Pernandi Hidayat 6,9 gr
Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa berat 100 biji kacang hijau
terberat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B
(150P2c yaitu 9,6 gram, yang berbeda nyata terhadap perlakuan B0P0c yaitu 6,1
gram dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B3P2a yaitu 8,4 gram.
22
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. tinggi tanaman kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan
2. umur berbunga kacang hijau tercepat dengan pemberian pupuk TSP dan
3. umur panen kacang hijau pada pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing
4. jumlah polong per tanaman kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk
TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B3P2a yaitu 49,6 polong.
pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B3P1c
yaitu 98,6 %.
6. berat biji per tanaman kacang hijau terberat dengan pemberian pupuk TSP
dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B1P1c yaitu 38,44 gram.
7. berat 100 biji kacang hijau terberat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk
B. Saran
praktikum yang berhubungan dengan budidaya kacang hijau dan dapat membuat
laporan praktikum yang lebih baik dimasa yang akan datang. Untuk Asisten Dosen
semoga dapat membimbing mahasiswa dengan lebih giat lagi, sehingga mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
(online: repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30856/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2017).
(online: repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/32674/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 17 Desember 2017).
Adaun Soares dan Okti Purwaningsih. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Di
Lahan Pasir Pantai. Agroteknologi, Fakultas pertanian Universitas PGRI
Yogyakarta.
24
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Pratikum
Bulan
Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Asistensi
Persiapan Lahan
Pembuatan
Plot/Petakan
Penanaman
Pemupukan
Perlakuan (B1P2b)
a. Pupuk Kascing
b. Pupuk TSP
Pemeliharaan
a. Penyiraman
b. Penyiangan
c. Penjarangan
d. Pembumbunan
Panen
Laporan
25
Keterangan :
1. Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman
Pengamatan
Sampel Jumlah Rata-Rata
ke-1 ke-2 ke-3
1 10 cm 11 cm 18 cm 39 cm 13 cm
2 10 cm 12 cm 22 cm 44 cm 14,67 cm
3 8 cm 11 cm 20 cm 39 cm 13 cm
4 8 cm 10 cm 20 cm 38 cm 12,67 cm
5 13 cm 14 cm 16 cm 43 cm 14,33 cm
2. Umur Berbunga
Umur berbunga
Sampel Umur Berbunga (HST)
1 35 HST
2 35 HST
3 35 HST
4 35 HST
5 35 HST
3. Umur Panen
Umur Panen
Sampel Umur Panen (HST)
1 59 HST
2 59 HST
3 59 HST
4 59 HST
5 59 HST
BIODATA PENULIS
Asal Sekolah