Anda di halaman 1dari 29

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu kelompok kacang-

kacangan (leguminocae) yang memiliki kandungan protein yang tinggi, asam lemak

essensial, antioksidan dan mineral. Kacang hijau tersedia cukup banyak di Indonesia,

sehingga mudah diperoleh dan harganya pun terjangkau. Menurut hasil penelitian

Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (2013), produksi kacang hijau rata-

rata dari tahun 2003-2011 di Indonesia adalah sebesar 316,76 ton. Indonesia juga

termasuk salah satu negara Asia penghasil kacang hijau terbesar di dunia. Tingkat

produksi kacang hijau yang cukup besar, tidak diimbangi dengan tingkat konsumsi

kacang hijau yang tinggi pula. Angka konsumsi kacang hijau rata-rata dari tahun

2003-2011 hanya sebesar 278,33 ton (Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi,

2013). Kacang hijau umumnya dikonsumsi dalam bentuk kecambah. Ada pula yang

mengolahnya menjadi berbagai macam produk pangan seperti bubur kacang hijau,

bahan isian onde-onde dan pia, serta diolah lebih lanjut menjadi tepung hunkue yang

digunakan untuk membuat kue dan soun.

Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A,B1, C, dan E),

serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti amilum,

besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium dan niasin. Selain

bijinya, daun kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai sayuran. Kacang hijau

bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan menambah semangat (Purwono

dan Hartono, 2005).

Bila dilihat dari kandungan proteinnya, kacang hijau termasuk bahan

makanan sumber protein kedua setelah susu skim kering. Kandungan protein kacang
2

hijau sekitar 22%. Namun bila dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya,

kandungan protein kacang hijau menempati peringkat ketiga setelah kedelai dan

kacang tanah. Kacang hijau (Vigna radiata L.) juga dikonsumsi dalam bentuk

kecambah (taoge). Pemanfaatan taoge sebagai bahan makanan telah dikenal luas di

Indonesia. Taoge mengandung vitamin E yang tidak ditemukan pada kacang tanah

dan kedelai. Bahkan, nilai gizi kecambah kacang hijau lebih baik daripada nilai gizi

biji kacang hijau. Hal ini disebabkan kecambah telah mengalami proses perombakan

makromolekul menjadi mikromolekul sehingga meningkatkan daya cerna. Selain itu,

dengan proses perkecambahan terjadi pembentukan senyawa tokoferol (vitamin E).

Vitamin E merupakan salah satu senyawa antioksidan dalam tubuh manusia. Dari

hasil penelitian yang telah dilakukan, kandungan vitamin E dalam kecambah ternyata

dipengaruhi oleh varietas (Purwono dan Hartono, 2005).

Data yang diperoleh dari BPS bahwa produksi kacang hijau pada tahun 2015

di Indonesia adalah 271.463 ton dengan total luas lahan 229.475 Ha. Dan untuk

Provinsi Riau data yang diperoleh dari BPS produksi kacang tanah pada tahun 2015

adalah sebesar 598 ton dengan total luas lahan 576 Ha.

B. Tujuan Pratikum

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kascing terhadap

pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kacang hijau.

2. Untuk mengetahui pengaruh pupuk TSP terhadap pertumbuhan,

perkembangan dan produksi tanaman kacang hijau.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga

yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari

kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu

negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Purwono

dan Hartono, 2005).

Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat tani

di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India. Nikolai

Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa India merupakan

daerah asal sejumlah besar suku Leguminosae. Salah satu bukti yang mendukung

pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis Phaseolus

mungo di India atau disebut kacang hijau India (Rukmana, 1997).

Penyebaran kacang hijau meluas ke berbagai daerah beriklim tropis di Asia

seperti: Taiwan, Thailand, dan Filipina. Data AVRDC menunjukkan bahwa produksi

kacang hijau di beberapa negara Asia pada tahun 1972-1973 amat bervariasi. India

mencapai 392.000 ton, Thailand hanya 191.000 ton, Filipina 19.000 ton, dan Taiwan

3.000 ton (Rukmana, 1997).

Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada

awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau

pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang

ke Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur. Daerah sentrum

produksi kacang hijau adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta

(Rukmana, 1997).
4

Keadaan agroekologi Indonesia amat cocok untuk pengembangan budidaya

kacang hijau. Pada masa mendatang dimungkinkan penyebaran kacang hijau meluas

ke semua provinsi di wilayah Nusantara. Peningkatan produksi kacang hijau nasional

diramalkan sebesar 7,6% per tahun dari tahun 1987 hingga tahun 2000 sehingga pada

akhir abad ini produksi kacang hijau di Indonesia diharapkan mencapai 623.000 ton

(Rukmana, 1997).

Klasifikasi ilmiah tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut: Regnum :

Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Classis :

Dicotyldonae, Ordo : Leguminales, Familia : Leguminosae, Genus : Vigna, Species :

Vigna radiata L. (Purwono dan Hartono, 2005).

Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki sistem perakaran yang bercabang

banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Nodul atau bintil akar merupakan

bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen dengan tanaman kacang-

kacangan sehingga tanaman mampu mengikat nitrogen bebas dari udara. Makin

banyak nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) yang diikat dari udara

sehingga meningkatkan kesuburan tanah (Rukmana, 1997).

Rukmana (1997) mengungkapkan kacang hijau memiliki ukuran batang yang

kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklat-coklatan atau kemerah-merahan. Batang

tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm – 110 cm dan bercabang menyebar ke

semua arah. Daun kacang hijau adalah daun majemuk, dengan tiga helai anak daun

per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau.

Rukmana (1997) mengungkapkan bunga kacang hijau berkelamin sempurna

atau hermaphrodite, berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning. Purwono dan

Hartono (2005) (dalam Anggraini, 2012) menyebutkan proses penyerbukan bunga


5

kacang hijau (Vigna radiata L.) terjadi pada malam hari, pada pagi hari bunga akan

mekar dan menjadi layu pada sore hari.

Buah kacang hijau berbentuk polong dengan panjang antara 6 cm – 15 cm.

Tiap polong berisi 6 -16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan

bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g – 78 g

(Rukmana, 1997: 16). Biji umumnya berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap,

namun adapula yang berwarna kuning dan coklat (Fachruddin, 2000).

Dalam proses pertumbuhannya, tanaman kacang hijau memerlukan tanah

yang tidak terlalu banyak mengandung partikel liat. Tanah dengan kandungan bahan

organik tinggi sangat cocok untuk tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat

digunakan untuk menanam tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya

tetap terjaga dengan baik. Adapun tanah yang dianjurkan, yaitu tanah latosol dan

regosol. Kedua jenis tanah ini akan lebih baik bila digunakan setelah ditanami

tanaman padi terlebih dahulu. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk

pertumbuhan optimal, yaitu antara 5,5- 6,5. Pada tanah dengan pH di bawah 5,5

perlu diberi pengapuran untuk meningkatkan pH dan menetralisir keracunan

aluminium. Sedangkan untuk pH tanah di atas 6,5 tidak diperlukan perlakuan

tersebut. Kacang hijau (Vigna radiata L.) dapat dibudidayakan pada ketinggian 5-700

dpl. Di daerah dengan ketinggian di atas 700 dpl produktivitas kacang hijau menurun

dan umur panennya pun menjadi lebih panjang. Tanaman akan tumbuh dengan baik

pada suhu optimal 25- 270 C dan tumbuh dengan baik di daerah yang relatif kering

dengan kelembaban udara 50- 90% (Purwono dan Hartono, 2005).

Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan

kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat
6

lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami

pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah.

Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral

tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh

mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat aktivitasnya meningkatkan

kecepatan dekomposisi bahan organik dan mempercepat pelepasan hara (Susanto,

2002).

Kascing sebagai pupuk organik merupakan sumber unsur hara makro dan

mikro, yang dalam proses penguraiannya terus melepaskan unsur hara ke dalam

larutan tanah (Murbandono, 2001 dalam Sirwin, dkk, 2007). Selain itu keunggulan

kascing dibandingkan dengan pupuk organik lain adalah kandungan hormon tumbuh

seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan

hasil tanaman (Marsono dan Sigit, 2001 dalam Mulat, 2003). Hal ini didukung oleh

pernyataan Lakitan (1995) yang menyatakan bahwa unsur hara yang diserap tanaman

akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan berat berangkasan kering

tanaman. Lebih lanjut Lambers dkk, (1998) dalam Sirwin dkk, (2007)

mengungkapkan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologi

seperti jumlah karbohidrat, protein, lemak, hormon tumbuh, vitamin dan mineral

yang ada dalam tubuh tanaman yang dapat mendukung berlangsungnya proses-

proses fisiologi untuk pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel (Sirwin,

dkk, 2007).

Menurut Zahid (1994) dalam Khrisnawati (2001) kascing merupakan tanah

bekas pemeliharaan cacing, merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah

yang berupa pupuk organik, sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat
7

meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberelin,

sitokinin, dan auxin serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg,dan Ca) serta

Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang membantu

memperkaya unsur N yang diperlukan oleh tanaman.

Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik atau yang dikenal dengan istilah

pertanian alami (back to nature farming) dan pupuk hayati banyak dilakukan untuk

mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik sekaligus untuk

mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik.

Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kascing (Sirwin,

dkk, 2007).

Menurut penelitian Adaun Soares dan Okti Purwaningsih, perlakuan pupuk

kascing 20 ton/ha memberikan pengaruh nyata terhadap tanaman kedelai di lahan

pasir pantai. Pemberian bahan organik pada tanah berpasir dapat meningkatkan

kapasitas tukar kation, siklus hara, kemampuan mencadang air, dan mengurangi erosi

(Gilbert et al., 2008). Hal ini adalah merupakan keadaan yang tidak dapat dielakkan

lagi dari tanah-tanah berpasir, jadi perlu ada perlakuan khusus dalam upaya

memperbaiki kondisi tanah untuk keperluan ini sebagaimana diutarakan oleh

Lumbanraja (1997) satu dari beberapa cara yang dapat ditempuh adalah penambahan

bahan organik ke dalam tanah.

Pupuk P dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan kelarutannya

yaitu: (a) Pupuk `P yang melarut kedalam asam keras (mengandung P2O5,

merupakan pupuk P yang lambat tersedia bagi keperluan tanaman) (b) Pupuk P yang

melarut dengan ammonium nitrat netral atau asam sitrun (mengandung P2O5,
8

merupakan pupuk yang mudah tersedia bagi keperluan tanaman) (c) Pupuk P yang

melarut dalam air (mengandung P2O5, juga merupakan pupuk P yang mudah tersedia

bagi tanaman) (Sutedjo, 2002).

Pemupukan P merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan P dalam

tanah. Sumber pupuk P yang umum dipakai di perkebunan adalah pupuk Fosfat

Alam dan pupuk TSP. Efektifitas Pupuk Fosfat Alam ternyata lebih tinggi pada

tanah–tanah masam dibandingkan dengan TSP. Setelah pupuk TSP tidak dipasarkan

maka sebagai penggantinya digunakan SP-36 dengan takaran yang sama, meskipun

kandungan P2O5 pupuk SP-36 12% lebih rendah dibanding TSP (Anonim, 2007).

Fosfat alam merupakan sumber P yang dapat digunakan sebagai bahan baku

industri seperti pupuk P yang mudah larut (antara lain TSP, SP-18, SSP, DAP,

MOP). Industri pupuk menggunakan sekitar 90% fosfat alam yang diproduksi di

dunia. Fosfat alam dari deposit batuan sedimen sebagian besar telah mempunyai

reaktivitas yang cukup memadai untuk tanaman pangan dan perkebunan. Sedangkan

fosfat alam dari batuan beku mempunyai reaktivitas yang rendah sehingga perlu

diasamkan dulu untuk digunakan sebagai pupuk (Sutriadi, dkk, 2010).

Ketersediaan fosfor anorganik sebagian besar ditentukan oleh faktor berikut :

(1). pH tanah; (2). Besi, alumunium dan mangan yang dapat larut; (3). Terdapatnya

mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan; (4). Kalsium tersedia dan

bahan mineral kalsium; (5). Jumlah dan dekomposisi bahan organik dan (6).

Kegiatan mikroorganisme. Empat faktor pertama saling berhubungan, karena

efeknya sebagian besar tergantung pada pH tanah (Buckman dan Brady, 1982).

Fungsi P yang lain adalah mendorong pertumbuhan akar tanaman.

Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi


9

lebih kecil. Kadang kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses

perubahan nitrat selanjutnya terhambat (Tisdale , Nelson and Beaton, 1985)

Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4= sebagian besar

fosfor di dalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-

senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk anorganik sebagai

ion-ion phosphat. Beberapa bagian tanaman sangat banyak mengandung zat ini, yaitu

bagian-bagain yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun

bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi

untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor (Sugih,

2011).

Menurut hasil penelitian Nur Samsul Kustiawan, Siti Zahrah, dan Maizar

(2014), menunjukkan bahwa hasil analisis ragam Tingginya persentase polong

bernas

pertanaman pada perlakuan P2 dikarenakan oleh seimbangnya unsur hara fosfat yang

diberikan, dimana pada dosis tersebut unsur fosfat cukup tersedia dan mampu

memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, dengan demikian pembentukan biji pada

polong berjalan dengan baik. Persentase polong bernas per tanaman tertinggi terdapat

pada perlakuan P2 yaitu 94.42 %, kemudian diikuti oleh perlakuan P3 yaitu 91.58 %,

P1 yaitu 89,83 % dan P0 yaitu 86.25 %. Supardi (1992) yang mengemukakan bahwa

unsur P dapat merangsang pengisian biji, pada saat fase pertumbuhan generatif fosfat

dibutuhkan tanaman untuk sintesis protein dan proses enzimatik. Dengan demikian

bila pengisian biji berjalan dengan optimal maka biji yang dihasilkan akan lebih

bernas.
10

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 113, Kelurahan Air

Dingin, Marpoyan-Pekanbaru, Riau. Praktikum ini berlangsung selama 4 bulan

terhitung mulai Agustus sampai Desember 2017.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum Kesuburan Tanah ini adalah benih

kacang hijau varietas perkutut, pupuk KCl, pupuk TSP, pupuk Urea, kascing,

insektisida decis, pupuk kandang. Sedangkan Alat yang digunakan dalam praktikum

adalah cangkul, garu, gembor, meteran, tali raffia, timbangan analitik, dan

angkong/gerobak.

C. Rancangan Pratikum

1. Faktor pertama yaitu perlakuan (Pupuk Kascing) terdiri dari empat paraf

B0 : tanpa pemberian pupuk Kascing

B1 : pemberian pupuk Kascing 2.000 gram (20 ton/ha)

B2 : pemberian pupuk Kascing 2.500 gram (25 ton/ha)

B3 : pemberian pupuk Kascing 3.000 gram (30 ton/ha)

2. Faktor kedua yaitu Perlakuan (Pupuk TSP) terdiri dari empat paraf

P0 : tanpa pemberian Pemberian pupuk TSP

P1 : pemberian pupuk TSP 10 gram/plot (100 kg/ha)

P2 : pemberian pupuk TSP 20 gram/plot (200 kg/ha)

Kombinasi Perlakuan :B0P0, B0P1, B0P2, B1P0, B1P1, B1P2, B2P0, B2P1, B2P2,

B3P0, B3P1, B3P1.


11

Saya mendapat perlakuan B1P2 b

B1 dalam perlakuan saya berarti selama praktikum saya menggunakan pupuk

kascing dengan dosis 2.000 gr/plot dan P2 berarti dalam praktikum saya

menggunakan pupuk TSP dengan dosis 20 gr/plot.

D. Pelaksanaan Pratikum

1. Persiapan Lahan

Persiapan lahan dan membersihkan sisa tanaman serta gulma yang tumbuh

dengan menggunakan cangkul. Lalu tanah digemburkan terlebih dahulu sebelum

dibuat menjadi petakan.

2. Pembuatan Plot
Pembuatan plot dilakukan dengan ukuran plot 1 x 1 m dan dengan jarak antar

plot yakni 30 cm.

3. Pemasangan Plank Nama

Pembuatan plank nama dengan menggunakan seng yang telah di cat hijau.

Lalu di tulis nama dan perlakuan masing-masing pada plank nama yang telah

disediakan.

4. Pemupukan Perlakuan (Kascing)

Sebelum penanaman benih kacang hijau dilakukan terlebih dahulu

pemupukan perlakuan kascing. Pupuk yang diberikan yakni sesuai perlakuan B1

dengan dosis pupuk kascing 2,5 kg/plot. Lalu, plot dibiarkan selama 2 minggu untuk

proses inkubasi.

5. Penanaman

Penanaman benih kacang hijau dilakukan dengan jarak tanam 50 cm x 15 cm.

Setiap lubang tanam diisi dengan 2 benih kacang hijau.


12

6. Pemupukan Perlakuan (TSP)

Setelah 1 MST, dilakukan pemupukan dasar yakni dengan pupuk urea 7,5

gr/plot dan KCl 10 gr/plot. Serta pemupukan perlakuan TSP dengan dosis 20 gr/plot

(P2). Pemupukan dilakukan dengan cara larikan.

7. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan menggunakan alat penyiram (gembor) setiap hari pada

sore hari agar tanaman terjaga kelembabannya dan juga ada suplai air untuk

fotosintesis dan tidak terjadi kekurangan air pada tanaman.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakuan seminggu sekali setelah 2 minggu setelah tanam.

Tujuannya untuk mengurangi kompetisi unsur hara bagi tanaman kacang tanah.

c. Penjarangan

Penjarangan dilakukan 1 Minggu Setelah Tanam. Tujuannya agar dalam satu

lubang tanam hanya tumbuh satu tanaman kacang hijau dan tidak terjadi persaingan

tumbuh jika dalam satu lubang tanam tumbuh 2 atau lebih tanaman kacang hijau.

d. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan pada 2 Minggu Setelah Tanam. Tujuannya agar

tanaman kacang hijau tetap kokoh dan tidak tumbang akibat tertiup angin dan tanah

yang menjadi gembur karena cuaca yang sering hujan.

8. Panen

Panen tanaman kacang hijau dilakukan pada 59 HST dengan ciri-ciri daun

tanaman kacang hijau tampak menguning dan polong tanaman kacang hijau tampak

hitam.
13

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman telah berumur 2

minggu, kemudian dilanjutkan 1 minggu sekali sampai tanaman telah berbunga 50 %

dari jumlah populasi per plot. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara

mengukur tanaman mulai dari ajir yang ditandai (5 cm dari leher akar) sebagai

patokan pengukuran sampai ujung titik tumbuh tanaman. Data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel.

2. Umur Berbunga (HST)

Pengamatan terhadap umur berbunga dilakukan dengan menghitung hari

beberapa tanaman telah mulai mengeluarkan bunga. Pengamatan dilakukan jika 50 %

dari jumlah populasi per plot telah mengeluarkan bunga. Hasil pengamatan disajikan

dalam bentuk tabel.

3. Umur Panen (HST)

Pengamatan umur panen dilakukan dengan cara menghitung hari keberapa

tanaman telah dapat dipanen. Pengamatan dilakuakan jika 50 % dari jumlah populasi

per plot telah menunjukan kriteria panen. Data yang diperoleh disajikan dalam

bentuk tabel.

4. Jumlah Polong Per Tanaman (Buah)

Pengamatan jumlah polong pertanaman dilakukan pada akhir penelitian yaitu

dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel, mulai dari panen pertama

sampai panen terakhir baik polong yang bernas maupun polong yang hampa. Data

hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.


14

5. Persentase Polong Bernas Per Tanaman (%)

Pengamatan terhadap persentase polong bernas dilakukan pada akhir

penelitian dengan cara menghitung semua polong bernas pertanaman sampel.

Dengan menggunakan rumus :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑛𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛


X 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

Polong bernas adalah polong yang berisi penuh (tidak hampa) Selanjutnya hasil

pengamatan sampel ditampilkan dalam bentuk tabel.

6. Berat Biji Kering Per Tanaman (gr)

Pengamatan terhadap produksi biji kering pertanaman dilakukan dengan cara

menimbang seluruh biji kacang hijau yang dihasilkan dalam suatu tanaman pada

setiap tanaman yang dijadikan sebagai sampel, penimbangan dilakukan setelah biji

dikupas dari kulitnya dan dijemur selama 5 hari dibawah sinar matahari. Data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.

7. Bobot 100 biji (gram)

Pengamatan terhadap berat 100 biji setiap perlakuan dilakukan setelah biji

dikeringkan. Kemudian biji diambil secara acak dan ditimbang, rata-rata biji

ditampilkan dalam bentuk tabel.


15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan tinggi tanaman kacang hijau dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman kacang hijau (cm).


TINGGI TANAMAN
pupuk pupuk TSP
ulangan jumlah Rerata
kascing P0 P1 P2
a 12.57 11.87 14.7
B0 b 12.2 14.4 10.87
c 12.53 11.4 11.03
jumlah 37.3 37.67 36.6 111.57
rerata 12.43 12.56 12.2 12.40
a 13.77 11.1 12.9
B1 b 14.7 14.47 13.53
c 9 15.27 13.57
jumlah 37.47 40.84 40 118.31
rerata 12.49 13.61 13.33 13.15
a 13.93 13.4 13.67
B2 b 14.4 14.4 14.4
c 11.87 12.13 14.28
jumlah 40.2 39.93 42.35 122.48
rerata 13.40 13.31 14.12 13.61
a 13.27 11.93 13.6
B3 b - 13.6 -
c 15.13 11.2 11.8
jumlah 28.4 36.73 25.4 90.53
rerata 9.47 12.24 8.47 10.06
jumlah besar 143.37 155.17 144.35 442.89
rerata besar 11.95 12.93 12.03 12.30

Berdasarkan Tabel 1. Dapat diketahui bahwa tinggi tanaman kacang hijau

tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan

B1P1c yaitu 15,27 cm diikuti perlakuan B3P0c yaitu 15,13 cm. Dan dari data yang

terendah dengan perlakuan B1P0c yaitu 9 cm.


16

B. Umur Berbunga (HST)

Data hasil pengamatan umur berbunga kacang hijau dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Umur berbungga kacang hijau (HST).


Pupuk Pupuk TSP
Ulangan Jumlah Rerata
Kascing P0 P1 P2
a 35,00 33,00 34,00
B0 b 34,00 36,00 33,00
c 31,00 35,00 35,00
Jumlah 100,00 104,00 102,00 306,00
Rerata 33,33 34,67 34,00 34,00
a 35,00 32,00 34,00
B1 b 34,00 31,00 35,00
c 34,00 35,00 35,00
Jumlah 103,00 98,00 104,00 305,00
Rerata 34,33 32,67 34,67 33,89
a 35,00 34,00 34,00
B2 b 35,00 35,00 33,00
c 33,00 34,00 29,00
Jumlah 103,00 103,00 96,00 302,00
Rerata 34,33 34,33 32,00 33,56
a 32,00 35,00 32,00
B3 b - 31,00 -
c 33,00 35,00 30,00
Jumlah 65,00 101,00 62,00 228,00
Rerata 32,50 33,67 31,00 32,39
Jumlah Besar 371,00 406,00 364,00 1141,00
Rerata Besar 33,63 33,83 32,92 33,46

No Nama Umur Berbunga


37 Aditia Ramadhani 34 HST
38 Mujiono 35 HST
39 Doni Pernandi Hidayat 33 HST

Berdasarkan Tabel 2. Dapat diketahui bahwa umur berbunga kacang hijau

tercepat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan

B2P2c yaitu 29 hari yang berbeda nyata terhadap perlakuan B0P1b yaitu 36 hari,

tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B3P2c yaitu 30 hari.


17

C. Umur Panen (HST)

Data hasil pengamatan umur berbunga kacang hijau dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Umur panen kacang hijau (HST).


Pupuk Pupuk TSP
Ulangan Jumlah Rerata
Kascing P0 P1 P2
a 59 59 59
B0 b 59 59 59
c 59 59 59
Jumlah 177 177 177 531
Rerata 59 59 59 59
a 59 59 59
B1 b 59 59 59
c 59 59 59
Jumlah 177 177 177 531
Rerata 59 59 59 59
a 59 59 59
B2 b 59 59 59
c 59 59 59
Jumlah 177 177 177 531
Rerata 59 59 59 59
a 59 59 59
B3 b 59 59 59
c 59 59 59
Jumlah 177 177 177 531
Rerata 59 59 59 59
Jumlah Besar 708 708 708 2124
Rerata Besar 59 59 59 59

No Nama Rerata
37 Mujiono 59 HST
38 Aditya Ramadhani 59 HST
39 Doni Pernandi Hidayat 59 HST

Berdasarkan Tabel 3. Dapat diketahui bahwa umur panen kacang hijau pada

pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing dipanen secara serentak pada 59 hari

setelah tanam.
18

D. Jumlah Polong Per Tanaman (Buah)

Data hasil pengamatan jumlah polong bernas kacang hijau dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4. Jumlah polong bernas kacang hijau.


Pupuk Pupuk TSP
Ulangan Jumlah Rerata
Kascing P0 P1 P2
a 30,60 37,00 26,72
B0 b 20,40 30,00 28,40
c 32,80 27,60 24,40
Jumlah 83,80 94,60 79,52 257,92
Rerata 27,93 31,53 26,51 28,66
a 28,00 26,40 28,60
B1 b 27,40 31,00 30,60
c 16,40 49,60 21,20
Jumlah 71,80 107,00 80,40 259,20
Rerata 23,93 35,67 26,80 28,80
a 49,20 29,20 31,92
B2 b 17,00 32,60 38,00
c 27,00 37,00 17,00
Jumlah 93,20 98,80 86,92 278,92
Rerata 31,07 32,93 28,97 30,99
a 19,60 33,40 31,60
B3 b - 23,20 -
c 27,80 30,20 31,80
Jumlah 47,40 86,80 63,40 197,60
Rerata 23,70 28,93 31,70 28,11
Jumlah Besar 296,20 387,20 310,24 993,64
Rerata Besar 26,66 32,27 28,50 29,14

Berdasarkan Tabel 4. Dapat diketahui bahwa jumlah polong per tanaman

kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat

pada perlakuan B3P2a yaitu 49,6 polong, yang berbeda nyata terhadap perlakuan

B1P0c yaitu 16,4 polong, tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B2P0a yaitu

49,2 polong.
19

E. Persentase Polong Bernas Per Tanaman (HST)

Data hasil pengamatan persentase polong bernas pertanaman kacang hijau dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. persentase polong bernas pertanaman kacang hijau.


% POLONG BERNAS
pupuk pupuk TSP
Ulangan jumlah Rerata
kascing P0 P1 P2
A 88.45 84.04 75.85
B0 B 85.56 69.16 76.33
C 82.19 78.72 97.18
Jumlah 256.2 231.92 249.36 737.48
Rerata 85.40 77.31 83.12 81.94
A 78.8 83.13 70.42
B1 B 76.2 83.13 76.47
C 83.93 75.52 82.24
Jumlah 238.93 241.78 229.13 709.84
Rerata 79.64 80.59 76.38 78.87
A 89.82 79.88 91.96
B2 B 87.31 85.39 70.68
C 78.87 72.89 89.91
Jumlah 256 238.16 252.55 746.71
Rerata 85.33 79.39 84.18 82.97
A 91.96 61.91 55.23
B3 B - 79.2 -
C 73.33 98.6 84.92
Jumlah 165.29 239.71 140.15 545.15
Rerata 55.10 79.90 46.72 60.57
jumlah besar 916.42 951.57 871.19 2739.18
rerata besar 76.37 79.30 72.60 76.09

Berdasarkan Tabel 5. Dapat diketahui bahwa persentase polong bernas

pertanaman kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing

terdapat pada perlakuan B3P1c yaitu 98,6 %, yang berbeda nyata terhadap perlakuan

B3P2a yaitu 53,23 %. tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B3P0a dan

B2P2a yaitu 91,96 %.


20

F. Berat Per Tanaman (gr)

Data hasil pengamatan berat biji per tanaman kacang hijau dapat dilihat pada

tabel 6.

Tabel 6. Berat biji per tanaman kacang hijau (gram).


Pupuk Pupuk TSP
Ulangan Jumlah Rerata
Kascing P0 P1 P2
a 22,66 23,96 25,66
B0 b 16,68 14,76 19,28
c 27,68 17,76 16,82
Jumlah 67,02 56,48 61,76 185,26
Rerata 22,34 18,83 20,59 20,58
a 22,48 31,31 24,86
B1 b 25,22 17,58 28,76
c 20,96 38,44 11,62
Jumlah 68,66 87,33 65,24 221,23
Rerata 22,89 29,11 21,75 24,58
a 16,44 18,60 29,74
B2 b 16,94 16,16 23,38
c 15,48 13,20 10,08
Jumlah 48,86 47,96 63,20 160,02
Rerata 16,29 15,99 21,07 17,78
a 13,20 20,26 22,50
B3 b - 16,74 -
c 23,74 19,00 18,06
Jumlah 36,94 56,00 40,56 133,50
Rerata 18,47 18,67 20,28 19,14
Jumlah Besar 221,48 247,77 230,76 700,01
Rerata Besar 20,00 20,65 20,92 20,52

Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa berat biji per tanaman kacang

hijau terberat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada

perlakuan B1P1c yaitu 38,44 gram, yang berbeda nyata terhadap perlakuan B1P1c

yaitu 10,08 gram, tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B1P1a yaitu 31,32

gram.
21

G. Berat 100 Biji (gr)

Data hasil pengamatan berat 100 biji kacang hijau dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Berat 100 biji kacang hijau (gram).


Pupuk Pupuk TSP
Ulangan Jumlah Rerata
Kascing P0 P1 P2
a 7,4 6,9 7,1
B0 b 7,2 7,4 7,2
c 6,1 7,5 7,9
Jumlah 13,3 14,9 15,1 43,3
Rerata 6,9 7,3 7,4 7,2
a 7,2 9,6 7,2
B1 b 7,3 6,8 7,6
c 7,3 8,2 6,5
Jumlah 21,8 24,6 21,3 67,7
Rerata 7,3 8,2 7,1 7,5
a 7,2 6,9 7,2
B2 b 7,3 7,0 7,2
c 6,8 7,4 6,7
Jumlah 21,3 21,3 21,1 63,7
Rerata 7,1 7,1 7,0 7,1
a 6,4 7,2 8,4
B3 b - 7,2 -
c 6,5 7,2 7,6
Jumlah 12,9 21,6 16,0 50,5
Rerata 6,5 7,2 8,0 7,2
Jumlah Besar 69,3 82,4 73,5 225,2
Rerata Besar 6,9 7,4 7,4 7,3

No Nama Rerata
37 Aditia Ramadhani 7,1 gr
38 Mujiono 7.6 gr
39 Doni Pernandi Hidayat 6,9 gr

Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa berat 100 biji kacang hijau

terberat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B

(150P2c yaitu 9,6 gram, yang berbeda nyata terhadap perlakuan B0P0c yaitu 6,1

gram dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B3P2a yaitu 8,4 gram.
22

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. tinggi tanaman kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk TSP dan

pupuk kascing terdapat pada perlakuan B1P1c yaitu 15,27 cm.

2. umur berbunga kacang hijau tercepat dengan pemberian pupuk TSP dan

pupuk kascing terdapat pada perlakuan B2P2c yaitu 29 hari.

3. umur panen kacang hijau pada pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing

dipanen secara serentak pada 59 hari setelah tanam.

4. jumlah polong per tanaman kacang hijau tertinggi dengan pemberian pupuk

TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B3P2a yaitu 49,6 polong.

5. persentase polong bernas pertanaman kacang hijau tertinggi dengan

pemberian pupuk TSP dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B3P1c

yaitu 98,6 %.

6. berat biji per tanaman kacang hijau terberat dengan pemberian pupuk TSP

dan pupuk kascing terdapat pada perlakuan B1P1c yaitu 38,44 gram.

7. berat 100 biji kacang hijau terberat dengan pemberian pupuk TSP dan pupuk

kascing terdapat pada perlakuan B0P2c yaitu 9,6 gram.

B. Saran

Saran penulis yaitu semoga para pembaca dapat mengetahui tentang

praktikum yang berhubungan dengan budidaya kacang hijau dan dapat membuat

laporan praktikum yang lebih baik dimasa yang akan datang. Untuk Asisten Dosen

semoga dapat membimbing mahasiswa dengan lebih giat lagi, sehingga mahasiswa

lebih paham mengenai praktikum budidaya tanaman kacang hijau.


23

DAFTAR PUSTAKA

MAD Saputra. 2016. (online: repository.wima.ac.id/7726/2/BAB%201.pdf Diakses


pada tanggal 14 Desember 2017).

(online: digilib.unila.ac.id/4095/15/BAB%20II.pdf Diakses pada tanggal 17


Desember 2017).

(online: repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30856/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2017).

(online: repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/32674/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 17 Desember 2017).

https://www.bps.go.id/. Diakses pada tanggal 17 Desember 2017.

Adaun Soares dan Okti Purwaningsih. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Di
Lahan Pasir Pantai. Agroteknologi, Fakultas pertanian Universitas PGRI
Yogyakarta.
24

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Pratikum

Bulan
Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Asistensi
Persiapan Lahan
Pembuatan
Plot/Petakan
Penanaman
Pemupukan
Perlakuan (B1P2b)
a. Pupuk Kascing
b. Pupuk TSP
Pemeliharaan
a. Penyiraman
b. Penyiangan
c. Penjarangan
d. Pembumbunan
Panen
Laporan
25

2. Lay Out di Lapangan menurut rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

B3P1c B1P0b B2P1a B1P1b

B1P2c B3P2c B0P0c B3P0c

B0P0a B2P2c B0P0b B3P0b

B1P1a B2P1b B3P0a B1P1c

B2P2b B3P1a B0P1a B3P1b

B1P2a B2P0b B2P1c B0P2a

B0P2c B0P1b B1P0c B3P2b

B0P1c B1P2b B2P0c B3P2a

B2P0a B1P0a B0P2b B2P2a

Keterangan :

Faktor B : Pupuk Kascing


Faktor P : Pupuk TSP
a, b, c : Ulangan
0,1,2,3 : Taraf perlakuan
Ukuran plot :1×1m
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak tanam : 50 × 15 cm
26

3. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Variaetas Perkutut

No. induk : MLG 1025


Nama galur : VC 2750
Asal : Introduksi dari AVRDC, Taiwan
Daya hasil : 0,7-2,2 t/ha
Hasil rata-rata : 1,5 t/ha
Warna hipokotil : Hijau
Warna epikotil : Hijau
Warna batang : Hijau tua
Warna tangkai daun : Hijau polos
Warna daun : Hijau tua
Rambut daun : Berambut agak lebat
Warna mahkota bunga : Kuning
Warna kelopak bunga : Hijau
Warna biji : Hijau mengkilap
Warna polong muda : Hijau
Warna polong tua : Hitam
Bentuk polong : Bulat, ujung runcing
Umur berbunga : 36 hari
Umur panen : 60 hari
Periode berbunga : Serempak
Tinggi tanaman : 65 cm
Jumlah biji/polong : 12
J umlah polong/tanaman : 12 buah
Posisi polong : Terkulai
Bobot 1000 biji : 50 g
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan penyakit bercak daun (Cercospora
sp.), Tahan penyakit embun tepung
Benih Penjenis (BS) : Dirawat dan diperbanyak Balitkabi
Pemulia : M. Anwari, Rudy Suhendi, Hadi Purnomo,
Rudi I swanto, dan Agus Supeno
Fitopatologis : Sumartini
Dilepas tahun : 8 Februari 2001
SK Mentan : 125/Kpts/TP.240/2/2001

Sumber : Krisnakai. 2017. Deskripsi kacang hijau varietas perkutut. (online:


https://bukuteori.com/2017/05/26/deskripsi-kacang-hijau-varietas-perkutut/. Diakses
pada tanggal 28 Desember 2017).
27

4. Tabel Data Mentah sebelum diolah

1. Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman
Pengamatan
Sampel Jumlah Rata-Rata
ke-1 ke-2 ke-3
1 10 cm 11 cm 18 cm 39 cm 13 cm
2 10 cm 12 cm 22 cm 44 cm 14,67 cm
3 8 cm 11 cm 20 cm 39 cm 13 cm
4 8 cm 10 cm 20 cm 38 cm 12,67 cm
5 13 cm 14 cm 16 cm 43 cm 14,33 cm

2. Umur Berbunga
Umur berbunga
Sampel Umur Berbunga (HST)
1 35 HST
2 35 HST
3 35 HST
4 35 HST
5 35 HST

3. Umur Panen
Umur Panen
Sampel Umur Panen (HST)
1 59 HST
2 59 HST
3 59 HST
4 59 HST
5 59 HST

4. Jumlah polong, Jumlah bernas, dan Persentase polong bernas


Jumlah Polong Per Jumlah Polong Persentase Polong
Sampel
Tanaman Bernas Bernas
1 21 Polong 16 Polong 76,19%
2 48 Polong 36 Polong 75%
3 30 Polong 26 Polong 86,66%
4 26 Polong 19 Polong 73,07%
5 28 Polong 20 Polong 71,42%

5. Berat 100 Biji


Sampel Berat 100 Biji (gram)
Sampel 1-5 7,6 gram
28

5. Dokumentasi selama kegiatan pratikum

Saat Plot pada masa inkubasi pupuk Penimbangan Pupuk Kascing


Kascing

Bunga pada tanaman kacang hijau dan


polong kacang hijau yang masih kecil Tanaman Kacang Hijau

Hasil panen pertama sampel 1 Penimbangan berat biji per tanaman


(Sampel 1)
29

BIODATA PENULIS

Nama : Hendrika Sukmawanto

Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 19 Oktober 1996

Asal Sekolah

SD : SD N 038 Marpoyan Damai

SMP : SMP N 25 Pekanbaru

SMA : SMKN PERTANIAN TERPADU PROV. RIAU

Anda mungkin juga menyukai