Anda di halaman 1dari 5

III

PEMBAHASAN

3.1 Penggunaan Kulit Singkong sebagai Bahan Pakan Ruminansia

Di Indonesia kulit singkong sudah banyak dijadikan pakan untuk ternak

ruminansia baik untuk pengemukan ataupun pembibitan. Peternak di Indonesia bisa

memanfaatkan kulit singkong untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya sebagai

pakan alternatif ataupun sebagai pakan tambahan untuk memenuhi kekurangan dari

hijauan pakan. Kulit singkong bisa diberikan kepada ternak secara langsung

ataupun bisa di fermentasi terlebih dahulu (Wikanastri (2012).

3.1.1 Feed Suplemen

Kulit singkong bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan tambahan

untuk ruminansia karena mengandung karbohidrat yang cukup tinggi.Kulit

singkong merupakan hasil samping industri pengolahan ketela pohon

seperti kripik singkong dan tepung tapioka. Kulit singkong cukup banyak

jumlahnya, setiap kilogram umbi ketela pohon biasanya dapat

menghasilkan 15-20% kulit umbi, maka semakin tinggi jumlah produksi

singkong, semakin tinggi pula kulit yang dihasilkan. Kulit singkong

saat ini mulai banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Nilai nutrisi

kulit singkong relatif baik untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak

ruminansia, karena mengandung protein kasar 8,11%; serat kasar

15,20% dan TDN 74.73% (Rukmana, R. 1997).

Marjuki dkk, (2005) menambahkan bahwa kulit ketela pohon

mengandung BETN 68,5%, ini menunjukkan bahwa kandungan

karbohidrat terlarutnya cukup tinggi.


3.1.2 Kandungan Gizi Kulit Singkong

Kulit singkong merupakan limbah hasil pengupasan pengolahan

produk pangan berbahan dasar umbi singkong, jadi keberadaannya sangat

dipengaruhi oleh eksistensi tanaman singkong yang ada di Indonesia. Kulit

singkong terkandung dalam setiap umbi singkong dan keberadaannya

mencapai 16% dari berat umbi singkong tersebut (Supriyadi, 1995). Protein

kasar 4,8 %, Serat kasar 21.2 %, Ekstrak eter 1,22 %, Abu 4,2 % , Ekstrak

tanpa N 68 %, Ca 0,36 %, P 0,112 %, Mg 0,227 %, Energi metabolis

2960.(Devendra, 1977). Limbah kulit ubi kayu termasuk salah satu bahan

pakan yang mempunyai energi (Total Digestible Nutrients = TDN)

tinggi, disamping mempunyai kandungan nutrisi yang cukup lengkap

yaitu BK 17,45%, Protein 8,11%, TDN 74,73%. SK 15,20%, Lemak

1,29%, Ca 0,63% dan P 0,22% (Rukmana, 1997).

3.1.3 Pengaruh Kulit Singkong terhadap Peformans Ternak

Bila ditinjau tiap komponen penyusun pakan, kulit singkong

menunjukkan tingkat palatabilitas yang baik dan relatif lebih disukai dari

pada bahan lain. Hal ini menunjukkan bahwa kulit singkong mempunyai

peluang yang cukup besar sebagai bahan pakan alternatif, (Andrizal,

2003)

3.1.4 Kendala Kulit Singkong sebagai Bahan Pakan Ternak

Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa kulit

singkong memiliki kandungan protein yang rendah dan serat kasar yang

tinggi serta memiliki kandungan HCN (asam sianida/racun sianida) di

dalamnya, di mana HCN ini berfungsi sebagai zat anti nutrisi yang

merugikan terhadap ternak, keadaan kulit singkong yang rendah nutrisi dan
berzat anti nutrisi tersebut menjadi untuk diperbaiki fungsi nutrisinya.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi fermentasi dapat

meningkatkan kandungan protein dan menurunkan kadar serat kasar dan

HCN kulit singkong.

Racun sianida berbahaya bagi ternak, jadi sebelum dijadikan pakan

ternak, diperlukan cara-cara untuk mengurangi atau menghilangkan racun

tersebut dari bagian tanaman singkong yang digunakan. Coursey(1974),

menyatakan bahwa HCN mempunyai ikatan yang tidak begitu kuat, mudah

menguap dan hilang atau berkurang dengan jalan pengolahan, seperti

pencucian, perendaman, perebusan, pengukusan, dan pemanasan.

Tjokroadikoesoemo(1988), menyatakan bahwa racun HCN dapat

dihilangkan dengan cara sederhana antara lain melalui penggorengan,

pengukusan, penjemuran, atau diolah menjadi panganan-panganan lainnya.

Kompiang et al.(1993) menambahkan bahwa kandungan HCN dalam suatu

bahan pakan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan proses fermentasi.

4.2 Pengolahan Limbah Kulit Singkong sebagai Bahan Pakan Ternak


Ada beberapa peternak yang sudah memanfaatkan kulit singkong ini

sebagai pakan ternak. Kulit singkong dicacah lalu dikeringkan kemudian bahan ini

diberikan sebagai pakan ternak. Sebelum diberikan sebagai pakan ternak, sebaiknya

kulit singkong ini harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar mudah dicerna

dan sekaligus menghilangkan racun yang terkandung dalam kulit singkong ini.

Selain itu dengan melakukan pengolahan ataupun fermentasi dapat meningkatkan

nilai nutrisinya dan mengurangi kadar Sianida atau (HCN) yang dapat

membahayakan ternak.
Kadar HCN dalam singkong tidak konstan, tetapi berubah-ubah dipengaruhi

oleh factor lingkungan (Sosrosoedirjo, 1992). Jika tanaman singkong mengalami

musim kering yang sangat panjang selama pertumbuhannya, kadar HCN-nya

meningkat. Disamping itu juga zat N yang terdapat di dalam pupuk dapat

mempertinggi kadar HCN singkong. Racun sianida (HCN) masuk ke dalam tubuh

ternak.

Dosis yang mematikan dari sianida adalah antara 0,5 3 mg/kg bobot tubuh

(Cheeke Dan Shull, 1985). Racun sianida berbahaya bagi ternak, jadi sebelum

dijadikan pakan ternak, diperlukan cara-cara Untuk mengurangi atau

menghilangkan racun tersebut dari bagian tanaman singkong yang digunakan.

Kompiang et al. (1993) yang menyatakan bahwa teknik fermentasi dapat

menghilangkan HCN dari suatu bahan pakan. Selama ini proses fermentasi sudah

banyak digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu

bahan pakan terutama kandungan proteinnya. juga dapat mengurangi dan

menghilangkan HCN. Maka teknik fermentasi adalah salah satu proses yang sangat

tepat dalam mengolah kulit singkong sebelum diberikan kepada ternak

Darma et al. (1991) melakukan proses fermentasi kulit singkong dengan

cara sebagai berikut:

1. Kulit singkong dicuci dengan air bersih untuk dihilangkan kotorannya yang

menempel, setelah bersih ditiriskan dan dikeringkan.

2. Kulit singkong yang telah kering tersebut di iris-iris kecil-kecil atau digiling

yang bertujuan untuk memperluas permukaan fermentasi.

3. Kemudian dikukus dengan penambahan lebih dahulu air bersih pada kulit

singkong giling Pengukusan dilakukan selama 30 menit dihitung pada saat


uap air mulai keluar dari permukaan atas kulit singkong yang dikukus.

diangkat lalu didinginkan.

4. Setelah dingin kulit singkong ditambahkan atau ditaburi dengan enzim dan

asam yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus niger atau dapat menggunakan

kapang Trichoderma resii. Apabila anda kesusahan untuk mendapatkannya

bisa juga dengan menggunakan starbio, em4 ataupun produk-produk yang

lain.

5. Simpan pada tempat tertutup dan kedap udara selama 1 minggu.

Anda mungkin juga menyukai