PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
ASPIYANDI
01 18 153
i
ii
Abstrak
Pati sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari proses
teras rumbia atau “pohon sagu” (Metroxylon sp). Tepung sagu memiliki ciri
fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Pati sagu umumnya, digunakan
penstabil dan pebentuk gel. Namun pemanfaatan pati sagu belum optimal
bila pati sagu dimasak, pati sagu bertekstur keras, tidak bening dan
satu metode yang dapat dilakukan untuk memilih pati. Prinsip dari metode
ini adalah fungsi dari gugus OH- dengan gugus fungsi yang lain.
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, langkah pertama adalah pembuatan
Natrium Asetat yaitu: 10%, 15% dan 20% yang bertujuan untuk
dalam pembuatan edible film. Tahap kedua adalah sagu yang telah
1
kandungan lemak. Tahap ketiga pembuatan edible film dari tahap kedua
penelitian yang menghasilkan pati modifikasi sagu paling baik dilihat dari
uji parameter.
dijadikan bahan baku pembuatan edible film yaitu pati sagu modifikasi
diperoleh semakin tinggi maka nilai uap air semakin menurun karena
amilosa yang berantai lurus akan membentuk jaringan yang lebih rapat.
Hasil hidrofobilitas yang lebih tinggi dari pati sagu modifikasi yang terkait
dengan peran OH- yang tersedia dalam ranti molekul, bukti ini
menunjukkan bahwa film modifikasi lebih hidrofobik dari pada film pati
sagu murni.
Kata kunci: pati sagu, cross-link, natrium asetat, edible film, hidrofobik.
2
KATA PENGANTAR
Edible Film” yang sebagai salah satu pemenuhan tugas pada mata kuliah
Statistik.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Abstrak................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................5
2.2 Pati....................................................................................................11
4
2.3.4 Temperatur Gelatinisasi....................................................................14
2.7.2 Gliserol..............................................................................................23
5
BAB I. PENDAHULUAN
edible film yang dapat menghambat perpindahan uap air. Pada umumnya
Hingga kini, sagu diketahui mempunyai daya hasil pati tertinggi per satuan
luas per satuan waktu. Sagu mampu menghasilkan pati kering hingga 25
6
ton per hektar, jauh melebihi produksi pati beras atau jagung yang
masing-masing hanya 6 ton dan 5,5 ton per hektar. Sagu tidak hanya
tahun.
dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam olahan lain. Sagu
sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang didapatkan dan dikemas
dengan daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi mie.
makanan yang aman pangan (food grade). Selain itu, dapat membentuk
film (film forming) yang kuat dan transparan dan dapat dengan mudah
al. 2014).
produk daging beku, makanan semi basah, produk hasil laut, sosis, buah-
1994). Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
7
dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai
terlarut) dan atau sebagai carrier bahan makan atau aditif dan atau untuk
sagu dimasak, pasta yang terbentuk keras, tidak bening dan sangat
lengket. Hal ini menjadi kendala dalam aplikasi sebagai bahan baku
8
2. Menentukan karakterisasi terbaik pada modifikasi pati sagu
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Cariota sp. (Ruddle et al., 1978). Batang sagu terdiri atas lapisan kulit
bagian luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur atau isi sagu
yang mengandung serat-serat dan pati. Tebal kulit luar yang keras sekitar
bahan bangunan. Pohon sagu yang masih muda mempunyai kulit yang
Metroxylon berasal dari bahasa latin yang terdiri atas dua kata, yaitu
Metro/Metra dan Xylon. Metra berarti pith (isi batang atau empulur) dan
Xylon berarti xylem. Kata sago atau sagu memiliki arti pati yang
beberapa nama daerah untuk tanaman sagu seperti rumbia, kirai (Sunda),
sagu dengan sebutan rumbia dan balau, lumbia (Philipina), thagu bin
sesuai dengan INPRES No. 20 tahun 1979 (Haryanto dan Pangloli dalam
10
Bintoro, 2008). Sagu merupakan sumber karbohidrat penting di Indonesia
dan menempati urutan ke-4 setelah ubi kayu, jagung dan ubi jalar dan
tanaman sagu memiliki kandungan jumlah pati yang cukup banyak. Jika
dihitung jumlah pati yang dapat sagu hasilkan, maka akan terlihat
perbandingan yang cukup besar antara jumlah pati yang dihasilkan oleh
tanaman sagu satu hektar dengan tanaman jagung atau padi satu
hektar. Pati yang terdapat dalam satu batang sagu berkisar 200-400 kg.
terdiri atas 73% amilopektin dan 27% amilosa (Wiyono dan Silitonga
tepatnya di daerah Maluku dan Irian. Daerah tersebut tanaman sagu ini
11
dijadikan sebagai makanan pokok di daerah tersebut, dengan kemajuan
tepung, dan juga olahan jadi lainnya. Tanaman sagu ini hampir
Tanaman sagu ini dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu secara
Selain itu, tanaman sagu ini juga dapat dibagi dua bagian berdasarkan
pemanenan terutamanya.
Hapxanthic.
Pleonanthic.
sebagai berikut.
12
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom Trachebionta (Tumbuhan berpebuluh)
Super devisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magniliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (Berkeping satu/monokotil
Sub kelas Arecidae
Ordo Arecales
Genus Metroxylon
Spesies Metroxylon sagu
2.1.2 Kandungan Nutrisi Sagu
Tabel 2.2. Syarat Mutu Pati Sagu Menurut SNI 01 – 3729 – 1995
No Komponen Kandungan
1 Kadar air, % (b/b) Maks. 13
2 Kadar abu, % (b/b) Maks. 0,5
3 Kadar serat kasar, % (b/b) Maks. 0,1
4 Protein Maks. 0,3
5 Dearjat asam (ml NaOH 1 N/100 g) Maks. 4
6 Kadar SO2 (mg/kg) Maks. 30
7 Jenis pati lain selain pati sagu Tidak boleh ada
8 Kehalusan (lolos ayakan 100 mesh) % Min. 95
(b/b)
9 Total Plate Count (koloni/g) Maks. 106
Sumber.SNI 01-3729-1995
13
2.1.3 Khasiat dan Manfaat Sagu
yang berasal dari sagu, baik dalam bentuk snack maupun olahan yang
gemuk.
diabetes melitus.
dalam bentuk tepung ataupun yang sudah menjadi hasil industri seperti
ini. Marilah kita angkat pangan lokal kita dari Indonesia ini sebagai
Yayasan Gizi Kuliner Jakarta kedatangan tamu dari Papua untuk pelatihan
kuliner bahan dasar pangan lokal di Papua. Keinginan agar pangan lokal
14
Papua dapat diminati bukan saja oleh masyarakat Papua perlu
diapresiasi.
2.2 Pati
Pati merupakan zat gizi penting dalam diet sehari-hari. Sekitar 80%
dan Munro, 1979). Karbohidrat ini dapat dipenuhi dari sumber seperti biji-
bijian (jagung, padi, gandum), umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang)
secara luas juga dipergunakan dalam industri seperti kertas, lem, tekstil,
lain. Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yaitu pati yang belum
dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati yang belum dimodifikasi
atau pati biasa adalah semua jenis pati yang dihasilkan dari pabrik
Pati alami seperti tapioka, pati jagung, sagu dan pati-patian lain
waktu yang lama (hingga butuh energi tinggi), juga pasta yang terbentuk
keras dan tidak bening. Disamping itu sifatnya terlalu lengket dan tidak
15
produksi pati-patian di negara kita sangat berlimpah, yang terdiri dari
tapioka (pati singkong), pati sagu, pati beras, pati umbi-umbian selain
yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik
yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam
bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
pengolahan. Kita harus tahu kandungan air (dan kadang juga distribusi
dengan daya awet dan tekstur tinggi. Kadar air harus diketahui dalam
16
komposisi kimia yang sering dinyatakan pada dasar dry matt. Penentuan
kadar air yang cepat dan akurat bervariasi tergantung struktur dan
dapat dibagi menjadi tiga macam bentuk. Air bebas adalah air dalam
bentuk sebagai air bebas dalam ruang intergranular dan dalam pori-pori
sebagai air hidrat. Klasifikasi tersebut tidak mutlak. Istilah air bebas,
unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar
abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu
sebagai kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk
17
berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan
antara berat sedimen pasta pati dengan berat kering pati yang dapat
kelarutan pasta pati yang tinggi pula. Kim et al. (1996) melaporkan bahwa
18
kacang-kacangan (navy bean dan pinto bean) memiliki kelarutan yang
terjadi ketika granula dipanaskan bersama air dan ikatan hidrogen yang
menekan granula dari dalam, sehingga granula akan pecah dan molekul
oleh adanya molekul amilosa terlarut yang bocor dan keluar dari granula
molekul amilosa yang keluar dari granula pati maka kelarutan akan
semakin tinggi. Oleh karena itu, pati dengan kandungan amilosa tinggi
pada umumnya akan memiliki kelarutan yang tinggi pula. Namun demikian
19
2.3.4 Temperatur Gelatinisasi
molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula
baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung
terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung dan
mentah dimasukan ke dalam air dingin, granula pati akan menyerap air
dan mulai bengkak namun terbatas, sekitar 30% dari berat tepung.
20
membengkak karena penyerapan air semakin banyak. Suhu dimana
2008). Beras ketan (juga disebut ketan, beras manis, beras lilin, beras
mochi dan beras mutiara) adalah jenis beras Asia yang lengket saat
dimasak. Hal ini disebut glutinous yang artinya menjadi seperti lemah atau
lengket dan tidak dalam arti yang mengandung gluten (Anonim, 2012).
Pati jagung atau yang biasa disebut tepung maizena merupakan sumber
bayi dan lain-lain, serta digunakan dalam industri farmasi (Anonim, 2008).
2010).
dalam tanaman berklorofil. Tiap jenis pati tertentu disusun oleh kedua
merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam
21
yang bersama-sama dengan amilopektinmenjadi komponen
penyusun pati (Anonim, 2010).
makanan karena mempunyai sifat dapat memberi efek keras atau pera
dari kadar amilosa dalam bahan. Semakin pekat konsentrasi warna biru
Protein dapat larut dalam air dan jika dipanaskan dapat membeku
cara antara lain cara mendasar pada jumlah gugus karboksilat dan gugus
asam amino yang terkandung oleh senyawa itu (Bayu, 2002). Semua
22
mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid
tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida (Hart, 1987).
struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut
23
sekali (Fessenden, 1989). Protein bersifat higroskop sehingga
terigu. Salah satu faktor yang memungkinkan benih mengabsorbsi air dari
dengan alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserin. Lemak yang
atas molekul karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O2) dengan jumlah
lain mengapung pada permukaan air, tidak larut dalam air, mencair pada
sehingga dapat diserap oleh usus dan dapat memperlama masa kenyang
(Surbakti, 2010).
24
Asam lemak yang terdapat di alam dapat dikelompokkan berdasakan
yang tergolong dalam asam lemak esensial antara lain adalah asam
pada atom nomor 9, bilamana terdapat lebih dari satu, maka ikatan atom
(Martoharsono, 2012).
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dapat
dapat berwujud padat atau cair tergantung pada komposisi asam lemak
mengandung asam lemak jenuh. Lemak termasuk dalam salah satu gizi
atau triagliserol atau berarti triester dari gliserol dan memilikienergi yang
karbohidrat
paling besar dibandingkan dengan dan protein (Anam, 2013).
lipid). Lipid sederhana adalah lipid yang mengandung dua jenis komponen
penyusun, yaitu ester gliserin (ester asam lemak dan gliserin), ester
25
kolesterol (ester kolesterol dan gliserin), wax (ester asam lemak dan
alkohol), dan keramid (ester amid dan asam lemak). Lipid komposit adalah
lipid yang mengandung lebih dari tiga komponen penyusun (gliserin, asam
lemak, dan asam fosfat). Spingolipid adalah turunan dari keramid. Lipid
turunan adalah struktur lipid hasil hidrolisis dari kelompok lipid. Dalam
struktur lemak dan minyak, molekul gliserin mengikat tiga rantai asam
struktur molekul lemak tergantung pada jenis asam lemak yang terikat
penyusun minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan
mengadisi ikatan asam lemak tidak jenuh maupun dalam bentuk ester.
lemak. Semakin banyak jumlah asam lemak tidak jenuh dalam minyak
maka semakin tinggi pula bilangan iodium yang dikandung oleh minyak
26
selain sebagai sumber kalori utama, pati juga mempunyai sejumlah
Secara komersil pati dapat diperoleh dari biji-bijian, terutama dari jagung,
gandum, dan berbagai jenis beras. Selain itu, pati dapat juga diperoleh
dari batang dan akar seperti kentang, ubi jalar, singkong, sagu, dan talas.
(konsisten), pati tidak tahan pada kondisi asam, pati tidak tahan
pengadukan, kelarutan pati yang terbatas di dalam air, serta gel pati
dan suhu tinggi. Sifat-sifat penting yang diinginkan dari pati termodifikasi
(yang tidak dimiliki oleh pati alam) diantaranya adalah: kecerahannya lebih
rendah, gel yang terbentuk lebih jernih, tekstur gel yang dibentuk lebih
27
lembek, kekuatan regang yang rendah, granula pati lebih mudah pecah,
waktu dan suhu gelatinisasi yang lebih tinggi, serta waktu dan suhu
(Fleche, 1985). Modifikasi pati dapat dilakukan secara kimia, fisik, maupun
metode ini yaitu mengganti gugus OH- dengan gugus fungsi yang lain,
seperti gugus eter, gugus ester, atau gugus fosfat. Pati cross-link
link agent” dalam suspensi pati pada suhu tertentu dan pH yang sesuai
28
agar dapat menyebabkan terbentuknya ikatan-ikatan (jembatan) baru
antar molekul di dalam pati itu sendiri atau diantara molekul pati yang satu
viskositas ini relatif stabil selama konversi pati. Cara ini akan merubah
menghasilkan pati dengan swelling power yang kecil dimana hal ini akan
medium asam dan panas sehingga tidak mudah pecah pada saat
viskositas, paste clarity, gel strength, dan adhesiveness pati. Disisi lain,
volume, gel elasticity, dan freeze-thaw stability pati menurun (Raina, et al.,
2006).
29
jembatan antara molekul. Sehungga, pati hasil cross-link dipanaskan
namun, oati hasil cross-link dapat memberikan integritas pati yang cukup
menghasilkan pati dengan swelling power yang kecil dimana hal ini akan
medium asam dan panas sehingga tidak mudah pecah pada saat
termodifikasi cross- link pada bidang pangan antara lain sebagai “pei
beraneka ragam termasuk di dalamnya member sifat kedap air pada kotak
2006 dalam Hui, 2006). Merurut Arpah (1997) dikutip Christsania (2008),
edible packaging pada bahan pangan pada dasarnya dibagi menjadi tiga
30
jenis bentuk, yaitu: edible film, edible coating, dan enkapsulasi. Hal yang
pembawa zat aditif. Edible film yang terbuat dari lipida dan juga film dua
lapis (bilayer) ataupun campuran yang terbuat dari lipida dan protein atau
perpindahan uap air dibandingkn dengan edible film yang terbuat dari
akan berakibat pula terhadap umur simpan produk (Lee dan Wan, 2006
31
antimikroba yang ditambahkan pada edible film untuk menghambat
Silikon dioksida atau silika adalah salah satu senyawa kimia yang
paling umum. Silika relatif tidak reaktif terhadap CI 2, H2, asam-asam dan
sebagaian besar logam pada suhu 25 0C atau pada suhu yang lebih tinggi,
bukan saja karena silika merupakan zat yang melimpah dan berguna,
mineral.
2.7.2 Gliserol
32
mempunyai berat molekul rendah. Plasticizer merupakan bahan tambahan
yang diberikan pada waktu proses agar plastik lebih halus dan luwes.
panjang.
Selatan, Serpong.
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah pati sagu yang
33
Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Asetat (CH 3COONa). Sedangkan
bahan yang digunakan untuk pembuatan edible film adalah pati sagu
lumpang, alu, erlenmeyer, water bath, hot plate, vakum dan alat-alat lain
untuk analisis.
(CH3COONa) yang bervariasi yaitu : 10%, 15%, dan 20% yang bertujuan
dasar dalam pembuatan edible film. Diagram alir proses pembuatan pati
10%, 15% dan 20% dari berat pati yang dilarutkan dalam 50 ml H 2O,
34
diaduk selama 15 menit. Dipanaskan di water bath dengan suhu 400C
Mixing I
( SiO 0,05 g + H2O 50 ml)
Mixing II
( NaOH 1 g + H2O 50 ml)
Mixing III
(CH3COONa 10%, 15% dan 20% dari W pati + H2O 50 ml)
Pemanasan
(T= 40 0C, t= 1 jam)
Penyaringan
Pengeringan
(T= 500C, t= 3 jam) 35
PATI SAGU
CROSS-LINK
(W +W 1)−W 2
% Kadar Air = × 100 %
W1
Dimana :
36
W1 = Berat sampel sebelum dikeringkan
dalam oven suhu 1000C selama 5 jam. Kemudian ditimbang dan dihitung
37
dengan suhu 2000C dan 5500C selama 6 jam. Kemudian dinginkan
kedalam desikator selama 30 menit dan pastikan sampel sudah jadi abu.
sebagai berikut :
% Kadar Abu =
itu ditambahkan H2O dan ditera dalam 25 ml. Siapkan labu ukur 50 ml 5
38
masing-masing larutan lalu tera kedalam labu 100 ml. Diamkan 20 menit
suhu 500C. Tambahkan H2O hingga tera dalam labu 100 ml, dikocok.
Absorbansi × Fk ×V ×100
Kadar amilosa % = × 100
W
labu ukur 100 ml hingga tera. Kemudian 10 ml suspensi pati sagu diambil
ml K2SO4 0.5 M dan 3-4 tetes indikator PP. Kemudian dititrasi kembali
dengan NaOH 0.1 N. Lalu larutkan blanko dititrasi, hitung sesuai dengan
Kadar N % =
39
3.3.2.7 Kadar Lemak (Horwitz, 2000)
kedalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak berisi
batu didih yang telah dikeringkan. Lalu di extrak dengan N-heksan 300 ml
W 2−W 1
% Lemak = ×100 %
W
Keterangan :
W = bobot sampel
menghasilkan pati sagu modifikasi yang terbaik yang diliat dari pengujian
alaur proses pembuatan edible film dapat diliat pada Gambar 3. Sampel
modifikasi Cross-link 15% sebanyak 2,5 g ke dalam beker gelas dan tambahkan
H2O 50 ml, lalu panaskan ke dalam hot plate suhu 80 0C sampai membentuk gel.
Sampel yang sudah terbentuk gel ditambahkan gliserol sebanyak 1,25 ml aduk
40
sampai rata. Setelah itu tuang ke dalam cawan yang sudah disediankan
kemudian masukkan ke dalam oven suhu 500C selama 24 jam, dan didiamkan di
Pati Sagu
Pemanasan
Pencampuran
Pencetakan
Pengeringan
Edible Film
41
3.3.2.9 Krakterisasi Edible Film
tercapai. Hasil akhir dinyatakan sebagai g air per 100 g film kering.
Mo−M
Kandungan Air %= ×100 %
Mo
Sudut kontak dari film yang disiapkan dinilai dengan prosedur yang
42
43