DISUSUN OLEH :
NPM : 15.6.20-201.C.0373
TAHUN AKADEMIK
2016-2017
i
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Bioethanol...............................................................................................................3
2.2 Singkong..................................................................................................................4
2.3 Alat-alat yang Digunakan dalam Pembuatan Bioetanol.....................................5
2.4 Proses Pembuatan Bioethanol...............................................................................6
2.5 manfaat dari pembangkit listrik tenaga singkong.............................................10
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUPAN.................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring meningkatnya kemajuan teknologi di dunia, dimana
ketergantungan akan energi semakin meningkat. Permasalahan krisis energi yang
dihadapi negara-negara dunia tak terkecuali Indonesia, yaitu hampir seluruh
pemakaian energi (mencapai 90%) menggunakan energi yang tak terbaharukan
(dipasok dari bahan bakar fosil), padahal jika terus menggunakan sumber energi
yang tak terbaharukan ini, dapat diprediksi, dunia akan mengalami krisis energi
dalam jangka setengah abad ini. Untuk menjawab permasalahan itu,
diperlukannya pengembangan sumber energi terbaharukan agar mampu menjamin
keberlangsungan energi dunia. Maka dari itu Salah satu energi alternatif yang
menjanjikan adalah bioethanol yaitu biomassa yang bahan utamanya etanol,
dimana etanol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman
yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sorgum,
beras, ganyong dan sagu. Bahan baku lain-nya adalah tanaman atau buah yang
mengandung gula seperti tebu, nira, buah mangga, nenas, pepaya, anggur,
lengkeng, dll.
Bahan baku tersebut merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam
rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut
merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan
baku pembuatan bioethanol. Namun dari semua jenis tanaman tersebut, singkong
merupakan tanaman yang paling optimal untuk prospek pembuatan bioetanol.
Selain itu pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan baku proses produksi
bioetanol juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ekonomi
tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi
juga meliputi biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku,
dan biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter etanol.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa itu bioethanol ?
2. Mengapa memilih “singkong” sebagai bahan utama pembuatan bioethanol ?
3. Alat-alat apa sajakah yang digunakan dalam pembuatan bio-etanol ?
4. Bagaimana proses dari pembuatan bioethanol ?
5. Apa manfaat dari penggunaan singkong sebagai pembangkit listrik ?
1.3 Tujuan
Adapaun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan pengetahuan
akan pentingnya pemanfaatan singkong sebagai pembangkit listrik sebagai pengganti
energi fosil, selain itu juga memiliki tujuan lain, yaitu:
a. Membuat alternatif energi melalui bioetanol dengan bahan baku ubi kayu
b. Mengenal varietas ubi kayu yang potensial menjadi bahan baku pembuatan
etanol.
c. Mengembangkan pemakaian diversifikasi energi lewat bioetanol ubi kayu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bioethanol
Bioetanol adalah cairan dari proses fermentasi gula yang
bersumber dari karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme.
Bioetanol dapat diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari
bahan pangan yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung,
dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak yang memiliki
sifat seperti minyak premium.
Bahan baku pembuatan bioetanol ini dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Bahan sukrosa
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain buih nira, tebu, nira
kelapa, nira aren, dan sari buah mete.
b) Bahan berpati
Proses pemutusan pati oleh enzim amylase. Bahan-bahan yang termasuk
kelompok ini adalah bahan-bahan yang mengandung pati atau karbohidrat.
c) Bahan berselulosa (lignoselulosa)
Bahan berselulosa (lognoselulosa) artinya bahan tanaman yang mengandung
selulosa atau serat, antara lain kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain.
Berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa
merupakan bahan yang jarang digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan.
Hal ini karena adanya lignin yang sulit dicerna sehingga proses
pembentukan glukosa menjadi lebih sulit.
Etanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya.
Oksigen yang berikatan di dalam molekul etanol tersebut membantu
penyempurnaan pembakaran antara campuran udara dan bahan bakar di
dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability)
yang lebar, yakni 4.3 – 19 vol% (dibandingkan dengan gasoline yang
memiliki rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol%), pembakaran campuran
3
udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. Hal ini dipercaya sebagai
faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan
pembakaran udara dan bensin , yakni sekitar 4%. Etanol juga memiliki
panas penguapan yang tinggi , yakni 842 kJ/kg (Giancoli 1998 dalm
Yakinudin 2010). Tingginya panas penguapan ini menyebabkan
temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pemabakaran
etanol dibandingkan dengan bensin. (Fisika info, 2016)
2.2 Singkong
4
Tabel 1.
Tabel di atas menunjukan bahwa tebu merupakan tanaman penghasil
etanol dengan produktivitas tertinggi dan disusul oleh singkong. Bit tidak
dipertimbangkan karena tidak dapat berproduksi optimal di Indonesia sehingga
tidak ekonomis. Keunggulan singkong disbanding tebu adalah masa panen
singkong yang relatif lebih singkat dan biaya produksi lebih murah.
Ubi kayu sebagai bahan baku sumber energi alternatif memiliki
kadar karbohidrat sekitar 32-35% dan kadar pati sekitar 83.8% detelah
diproses menjadi tepung. Tanaman ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol
dapat tumbuh di lahan yang kurang subur serta masa panennya tidak
tergantung pada musim sehingga panennya dapat berlangsung sepanjang
tahun. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ubi kayu merupakan bahan baku
yang potensial untuk membbuat bioetanol.(fisika info, 2016)
5
kecil berbentuk spiral (untuk membentuknya digunakan alat curving
pliers) terbuat dari tembaga.
7. Mesin penggiling, berfungsi untuk menghaluskan bahan baku, dapat dibeli
ditoko penjual alat-alat industri.
8. Tangki pemasak, berfungsi untuk memasak dan mengaduk bahan baku
sebelum dimasukkan ke alat penukan panas (heat exchanger), dapat dibuat
dari drum bekas.
9. Alat penukar panas, berfungsi untuk mendinginkan bahan baku (saat
proses sakarifikasi) lebih cepat, dapat dibuat dari stainless steel.
10. Tangki fermentasi, berfungsi untuk menghasilkan etanol kadar 6-12%.
Dapat dibuat dari drum bekas maupun tangki stainless steel.
11. Evaporator, berfungsi untuk menguapkan etanol yang akan dialirkan kea
lat destilasi. Dibuat dari stainless steel. Untuk mengatur evaporator pada
alat ini dipasang thermostat (alat pengatur temperatur).
12. Alat destilasi, berfungsi untuk mengondensasikan uap etanol menjadi
etanol cair. Dapat dibuat dari drum bekas maupun stainless steel. Pipa
kecil berbentuk spiral (untuk membentuknya digunakan alat curving
pliers) terbuat dari tembaga.
6
kemudian tambahkan 0,9 ml enzim gluko-amilase dan dijaga temperatur
pada kisaran 55-60˚C selama 3 jam, lalu dinginkan hingga suhu dibawah
35˚C.
3. Tambahkan 1 gr ragi roti, urea 65 gr, dan NPK 14 gr. Biarkan selama 72
jam dalam keadaan tertutp tetapi tidak rapat agar gas CO2 yang terbentuk
bisa keluar.
4. Pindahkan cairan yang mengandung 7-9% bioetanol itu kedalam drum
lain yang di desain sebagai penguap (evaporator). Masak di atas perapian
hingga uapnya keluar menuju alat destilasi. Nyalakan aliran air di
kondensator (pengembun) uap bioetanol. Tahan temperatur bagian atas
kolom destilasi pada suhu 79˚C ketika cairan bioetanol mulai keluar.
Fraksi bieoetanol 90-95% akan berhenti mengalir secara perlahan-lahan
(Yakinudin 2010).
Mesin pembangkit listrik dengan bahan bakar bioetanol bisa menghasilkan
tenaga listrik berkekuatan 110-120 volt. Empat liter etanol hidrasi bisa
membangkitkan tenaga listrik selama 1 jam. Menurut Bernardo Ospina dalam
Sinar tani 2010, bila masyarakat pedesaan menyediakan 3-5 ha lahan untuk
menanam ubi kayu, etanol yang dihasilkan bisa memberi aliran listrik selama 6
jam sehari sepanjang tahun (Sinartani 2010).
7
Gambar 1. Proses pembuatan bio-etanol
8
kompleks. Amilase merupakan enzim yang memecah pati atau glikogen
dimana senyawa ini banyak terdapat dalam hasil tanaman dan hewan.
2. Sakarifikasi
Proses sakarifikasi adalah proses pemecahan gula kompleks
menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim yang dapat memisahkan
glukosa dari terminal gula non pereduksi substrat. Ragi tidak dapat
langsung memfermentasi pati. Oleh karena itu diperlukan tahap
sakarifikasi, yakni perubahan pati menjadi maltose atau glukosa
menggunakan enzim atau asam. Dengan memanfaatkan enzim pengurai
pati dari mikroorganisme, konversi pati untuk menghasilkan maltose dan
dekstrin yang tidak terfermentasi terjadi karena hidrolisis enzimatis.
Komposisi kimia dari pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa
merupakan polimer dari glukosa yang merupakan rantai lurus dan secara
kuantitatif amilosa dapat dihidrolisis menghasilkan maltose, sedangkan
amilopektin hanya akan terhidrolisis sebagian.
3. Fermentasi
Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi
etanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Fermentasi adalah suatu
proses oksidasi karbohidrat anaerob jenuh atau anaerob sebagian. Dalam
suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium klorida bermanfaat
untuk membatasi pertumbuhan sebagian besar organism yang lain. Suatu
fermentasi yang busuk adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi,
sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi
alkohol. Manusia memanfaatkan Sacchamyces cereviceaeuntuk
melangsungkan fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman
yang mengandung alkohol. Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan
yang mengandung gula menjadi alkohol dan gas CO2 secara cepat dan
efisien.
4. Destilasi
Destilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan
kembali yang dilakukan untuk memisahkan campuran dua tau lebih zat
9
cair ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada
umumnya, pemisahan hasil fermentasi glukosa menggunakan system uap-
cairan dua terdiri dari komponen-komponen tertentu yang mudah
tercampur.
Sebagaimana diketahui di atas, untuk memurnikan bioetanol
menjadi bahan bakar berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan
sebagai bahan bakar. Alkohol hasil fermentasi yang mempunyai
kemurnian sekitar 40% harus melewati proses detilasi untuk memisahkan
alkohol dengan air dengan mempertimbangkan perbedaan titik didih kedua
bahan tersebut yang kemudian diembunkan kembali.
Kadar etanol tidak dapat mencapai level di atas 18 hingga 21 persen sebab etanol
dengan kadar tersebut bersifat toksik pada ragi yang memproduksi etanol tersebut
sehingga perlu dilakukan destilasi.
10
pihak swasta menggunakan tenaga disel dengan harga Rp. 2.800,- per
kWh dan bila menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Singkong, maka
PT. PLN (Persero) hanya akan membeli sebesar Rp. 975,- per kWh sesuai
dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2012 tanggal 31 Januari 2012. Hal
ini akan mengurangi pemakaian bahan bakar berbasis fosil dan sekali gus
akan mengurangi subsidi dari pemerintah serta meningkatkan
kesejahteraan dan harkat petani melalui pergerakan perekonomian rakyat
sebagai dampak pelaksanaan budidaya singkong untuk bahan baku sumber
energi listrik. Subsidi pemerintah di bidang energi yang mencapai 84,4%
dari total anggaran subsidi pemerintah dapat dialihkan kepada subsidi non
energi yang langsung dapat menyentuh masyarakat.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa dengan pembangkit listrik
tenaga singkong akan memberikan manfaat, antara lain:
11
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penyusunan makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Singkong dapat bertahan hidup di berbagai jenis tanah dan tumbuh optimal
pada tanah yang subur, beraerasi baik, ph 5.5 – 6.5. Suhu rata-rata lebih dari
25-30˚C dengan curah hujan diatas 760-1.015 mm/tahun.
2. Singkong sebagai bahan Fuel Grade Ethanol (FGE) disarankan berasal dari
varietas yang memiliki sifat sebagai berikut : berkadar pati tinggi, potensi hasil
tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, dan fleksibel dalam usaha tani dan
umur panen.
3. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40% , tercatat
peningkatan efisiensi hingga 10%.
4. Dengan menggunakannya singkong sebagai energi listrik dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sebagai energi listrik, serta
Mengurangi subsidi dari pemerintah, sehingga subsidi di bidang energi sebesar
84,4% dari total anggaran subsidi pemerintah dapat dialihkan ke subsidi non
energi yang langsung menyentuh masyarakat
3.2 Saran
Penggunan etanol dari singkong sebagai alternatif energi perlu di dukung
serius. Pemeliharaan secara intens tanaman singkong di tingkat petani perlu di
galakkan agar terciptanya produksi yang melimpah sehingga mampu menghasilkan
banyak etanol agar terciptanya kemandirian energi nasional.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2013. Makalah Singkong sebagai Bioetanol (online).
(http://hijau4naturallifesmile.blogspot.co.id/2013/10/makalah-singkong-
sebagai-bioetanol-yang.html, diakses 14 Januari 2017).
Anonim1. 2017. Makalah Fisika Energi Terbarukan (online).
(http://www.fisika.info/2016/04/makalah-fisika-energi-terbarukan.html ,
diakses 14 Januari 2017).
Duryatmo, Sardi.2013. Bisnis Singkong dari Halaman Rumah. http://einfo.page.tl
diakses pada 24 Oktober 2013.
Ranola et al.,. 2009. Enchancing The Viability of Cassava Feedstock for
Bioethanol In The Philipphines. Jurnal ISSAAS. (online) Vol. 15, No. 2:147
-158, (http://www.issaas.org/journal, diakses pada 23 Oktober 2013).
Tim penyusun. 2010. 100% Bioetanol Ubikayu Untuk Mobil. Sinartani edisi 13-19
Januari 2010, No.3337 Tahun XL, hal 22.
Yakinudin, Andal. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar
Terbaharukan dan Solusi untuk Meningkatkan Penghasilan Petani
Singkong. IPB. (online).
(http://www.ipb.ac.id, diakses pada 16 Oktober 2013).
13