2. Memilih diantara prime implicant tersebut yang paling minimal dalam meng-
cover fungsi Boolean.
1.3 Tujuan
Agar Si Pembaca dapat memahami tentang penyederhanaan fungsi
menggunakan tabulasi atau metode Quine McCluskey.
1
BAB II PEMBAHASAN
yang memiliki perbedaan satu variable saja pada minterm binary atau dalam
hitungan decimal memiliki selisih 2n. Perbedaan satu variable tersebut kemudian
diganti dengan dash (-).
5. Tandai dengan (√) bila minterm tersebut telah dikombinasi dengan minterm pada
kelompok yang bersebelahan.
6. Matching process diulangi terus hingga tidak lagi minterm-mintern yang tidak
bisa kombinasi.
Contoh :
2
2. Lakukan matching process, yaitu mengkombinasi minterm-minterm antara group
yang bersebelahan. Minterm-minterm yang dapat dikombinasi adalah minterm
yang memiliki perbedaan satu variable saja pada minterm binary atau dalam
hitungan decimal memiliki selisih 2n. Perbedaan satu variable tersebut kemudian
diganti dengan dash (-).
3
Tandai dengan (√) bila minterm tersebut telah dikombinasi dengan minterm
pada kelompok yang bersebelahan.
3. Matching process diulangi terus hingga tidak lagi minterm-mintern yang tidak bisa
kombinasi.
4
Selanjutnya langkah-langkah untuk memilih diantara prime implicant yang paling
minimal dalam meng-cover fungsi Boolean, yaitu :
1. Buat table Prime Implicant, dimana X-axis adalah minterm dan Y-axis adalah
prime implicants.
2. Tandai dengan (x), pada pertemuan antara baris dan kolom yang menunjukkan
komposisi dari minterm-minterm yang menyusun prime implicant.
3. Pilih prime implicant yang essential pada baris, dimana baris tersebut meng-cover
(x) yang hanya ada satu secara vertical.
4. Tadai semua prime implicant yang essential
a. Metode Patrick
Metode Patrick merupakan metode untuk mengatasi kelemahan dari metode
tabulasi apabila pada tahap kedua (Pilih prime implicant yang essential) tidak
dapat meng-cover semua minterm. Pada contoh di bab metode tabulasi, semua
5
minterm Ʃm (0,2,4,6,7,8,10,11,12,13,14,16,18,19,29,30) telah dapat di-cover
oleh fungsi:
, , , , = + + + + + +
Selain itu dapat dilihat pada table terakhir metode tabulasi, semua kotak pada baris
pertama telah diberi warna kuning semua, yang berarti semua minterm telah di-
cover.
Bagaimana bila table terakhir yang diporeleh dari metode tebulasi seperti yang
ditunjukkan pada table 3.1.
Table 3.1. Essential Prime implicants
6
Minterm-minterm yang belum ter-cover adalah Ʃm(7,13,15). Prime Implicant yang
meng-cover minterm-minterm tersbut adalah (6,7), (9,13), (7,15), dan (13,15).
Bagaimana cara memilih diantara prime implicant tersebut yang dapat meng-cover
semua minterm. Maka dibutuhkan metode Patrick untuk mengatasi masalah tersebut.
1. Beri label pada baris prime implicant yang memiliki minterm yang belum tercover,
missal P1, P2, P3, P4.
2. Tentukan persamaan logical dalam bentuk POS, dimana pada masing-masing sum
memiliki minimal satu minterm yang sama.
3. Ubah bentuk POS ke bentuk SOP,dengan cara mengalikan. Beberapa aturan yang
perlu diingat :
a. X + XY = X
b. X.X = X
c. X.Y.X = X.Y
7
P = (P1 + P3)(P2P3 +P2P4 +P4P3 + P4P4)
P = (P1 + P3)(P2P3 +P2P4 +P4P3 + P4)
4. Masing-masing bentuk minterm pada SOP merupakan reprentasi dari solusi yang
dapat meng-cover sisa minterm pada table … di langkah pertama. Pilih minterm
yang memiliki jumlah variable sedikit, yaitu P1P4 , P2P3, P3P4.
5. Fungsi finalnya = prime implicants essential + salah satu solusi prime imlicant.
Misal dipilih solusi ketiga, maka persamaan minimal nya adalah
b. Fungsi multiple-output
Pada sistem yang kompleks, rangkaian yang disusun dapat memiliki output lebih
dari satu. Cara yang digunakan untuk menyusun fungsi dimana rangkaian memiliki
lebih dari satu output adalah, dengan memproses fungsi input tesebut sendiri-
sendiri.
Contoh :
Suatu system memiliki tiga output dengan fungsi masing-masing output
8
Apabila fungsi tersebut ingin disederhanakan dengan Kmap, maka masing-masing
fungsi dilakukan penyederhanaan dengan masing-masing matriks Kmap-nya,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.3
Contoh :
Suatu system memiliki tiga output dengan fungsi masing-masing outputnya adalah
F1.F2 ; F2.F3 ; F1.F3 . Dimana fungsi F1 , F2 , dan F3 nya adalah :
F1 = Ʃm (0,3,4,5,6)
F2 = Ʃm (1,2,4,6,7)
F3 = Ʃm (1,3,4,5,6)
9
Sehingga diperoleh fungsi output –nya adalah :
F1 = A.C’
F2 = A’.B’.C + A.C’
F3 = A’.B.C + A.C’ + A.B’
Pada kenyataannya, rangkaian digital lebih banyak tersusun dari gerbang NAND
dan NOR, dari pada gerbang AND dan OR. Karena keunggulan operator NAND
dan NOR pada desain rangkaian digital. Seperti ditunjukkan pada gambar 3.5 dan
gambar 3.6 Gambar tersebut menunjukkan bahwa operator NAND cocok untuk
fungsi yang berbentuk SO
10
Gambar 3.5 Operator NANR dan NOR untuk SOP
Sedangkan gambar 3.6 menunjukkan bahwa operator NOR cocok untuk fungsi yang
berbentuk POS.
Sehingga dibuat aturan dan prosedur untuk mengkonversi fungsi boolean dari
operator AND, OR, dan NOT ke NAND dan NOR. Langkah-langkah untuk
memperoleh rangkaian NAND (NOR) dari fungsi Boolean 2 level, yaitu :
11
NAND (NOR) di level kedua. Namun bila literal tersebut adalah complement,
leteral tersebut dapat langsung menjadi input NAND (NOR) di level kedua.
Contoh :
Implementasikan fungsi Boolean F(x,y,z) =(1,2 3,4,5,7) dengan operator NAND!
Fungsi tersebut ditransformasi ke Kmap, seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.7
12
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a) Digunakan untuk menyederhanakan fungsi boolean dengan
variabel lebih dari 6 ( yang dengan peta karnaugh cendrung lebih
rumit)
13
14
15