Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Penyederhanaan fungsi menggunakan tabulasi atau metode Quine
McCluskey. Metode penyederhanaan atau yang sering diesebut dengan metode Quine
McCluskey, merupakan solusi untuk mengatasi kelemahan Kmap. Metode tabulasi
dapat mengatasi fungsi yang kompleks, dimana memiliki variable yang banyak.
Metode tabulasi terdiri atas dua bagian ;

1. Menemukan kandidat-kandidat dari fungsi Boolean yang diberikan untuk fungsi


penyederhanaan, atau disebut juga prime implicant

2. Memilih diantara prime implicant tersebut yang paling minimal dalam meng-
cover fungsi Boolean.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara penyederhanaan fungsi menggunakan tabulasi atau metode
Quine McCluskey.

1.3 Tujuan
Agar Si Pembaca dapat memahami tentang penyederhanaan fungsi
menggunakan tabulasi atau metode Quine McCluskey.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Menentukan term-term sebagai kandidat (prime implicant)

 Langkah-langkah untuk menentukan prime implicant :


1. Mendaftar minterm-minterm dari fungsi Boolean

2. Mengubah setiap meinterm ke dalam bentuk binary

3. Susun setiap minterm binary dalam bentuk kelompok-kelompok, dimana dalam


satu kelompok harus memiliki jumlah angka satu yang sama.

4. Lakukan matching process, yaitu mengkombinasi minterm-minterm antara group


yang bersebelahan. Minterm-minterm yang dapat dikombinasi adalah minterm

yang memiliki perbedaan satu variable saja pada minterm binary atau dalam
hitungan decimal memiliki selisih 2n. Perbedaan satu variable tersebut kemudian
diganti dengan dash (-).

5. Tandai dengan (√) bila minterm tersebut telah dikombinasi dengan minterm pada
kelompok yang bersebelahan.

6. Matching process diulangi terus hingga tidak lagi minterm-mintern yang tidak
bisa kombinasi.

7. Kombinasi-kombinasi minterm yang tidak ditandai dengan (√) menjadi kandidat


prime implicant.

Contoh :

Fungsi boolean F(A,B,C,D) = Ʃm (0,2,4,6,7,8,10,11,12,13,14,16,18,19,29,30),


akan disederhanakan menggunkan metode tabulasi. Langkah-langkah sebagai
berikut :

1. Mendaftar minterm-minterm dari fungsi Boolean. Mengubah setiap minterm ke


dalam bentuk binary. Menyusun setiap minterm binary dalam bentuk kelompok-
kelompok, dimana dalam satu kelompok harus memiliki jumlah angka satu yang
sama.

2
2. Lakukan matching process, yaitu mengkombinasi minterm-minterm antara group
yang bersebelahan. Minterm-minterm yang dapat dikombinasi adalah minterm

yang memiliki perbedaan satu variable saja pada minterm binary atau dalam
hitungan decimal memiliki selisih 2n. Perbedaan satu variable tersebut kemudian
diganti dengan dash (-).

3
Tandai dengan (√) bila minterm tersebut telah dikombinasi dengan minterm
pada kelompok yang bersebelahan.

3. Matching process diulangi terus hingga tidak lagi minterm-mintern yang tidak bisa
kombinasi.

4. Kombinasi-kombinasi minterm yang tidak ditandai dengan (√) menjadi kandidat


prime implicant.

4
Selanjutnya langkah-langkah untuk memilih diantara prime implicant yang paling
minimal dalam meng-cover fungsi Boolean, yaitu :

1. Buat table Prime Implicant, dimana X-axis adalah minterm dan Y-axis adalah
prime implicants.

2. Tandai dengan (x), pada pertemuan antara baris dan kolom yang menunjukkan
komposisi dari minterm-minterm yang menyusun prime implicant.

3. Pilih prime implicant yang essential pada baris, dimana baris tersebut meng-cover
(x) yang hanya ada satu secara vertical.
4. Tadai semua prime implicant yang essential

5. Susun fungsi SOP dengan prime implicant yang telah terpilih.

a. Metode Patrick
Metode Patrick merupakan metode untuk mengatasi kelemahan dari metode
tabulasi apabila pada tahap kedua (Pilih prime implicant yang essential) tidak
dapat meng-cover semua minterm. Pada contoh di bab metode tabulasi, semua

5
minterm Ʃm (0,2,4,6,7,8,10,11,12,13,14,16,18,19,29,30) telah dapat di-cover
oleh fungsi:
, , , , = + + + + + +

Selain itu dapat dilihat pada table terakhir metode tabulasi, semua kotak pada baris
pertama telah diberi warna kuning semua, yang berarti semua minterm telah di-
cover.

Bagaimana bila table terakhir yang diporeleh dari metode tebulasi seperti yang
ditunjukkan pada table 3.1.
Table 3.1. Essential Prime implicants

Fungsi akhir, hasil metode tabulasi adalah F = w’.y.z’ + x’.y’.z


Dimana ada beberapa minterm yang belum ter-cover, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.1

Gambar 3.1. Minterm

6
Minterm-minterm yang belum ter-cover adalah Ʃm(7,13,15). Prime Implicant yang
meng-cover minterm-minterm tersbut adalah (6,7), (9,13), (7,15), dan (13,15).
Bagaimana cara memilih diantara prime implicant tersebut yang dapat meng-cover
semua minterm. Maka dibutuhkan metode Patrick untuk mengatasi masalah tersebut.

Langka-langkah metode patrik untuk menentukan peng-coveran yang paling minimal


adalah :

1. Beri label pada baris prime implicant yang memiliki minterm yang belum tercover,
missal P1, P2, P3, P4.

Gambar 3.2. Prime Implicant

2. Tentukan persamaan logical dalam bentuk POS, dimana pada masing-masing sum
memiliki minimal satu minterm yang sama.

P = (P1 + P3)(P2 + P4)(P3 + P4)

3. Ubah bentuk POS ke bentuk SOP,dengan cara mengalikan. Beberapa aturan yang
perlu diingat :
a. X + XY = X
b. X.X = X

c. X.Y.X = X.Y

Maka Persamaan bentuk SOP –nya adalah :


P = (P1 + P3)(P2 + P4)(P3 + P4)

7
P = (P1 + P3)(P2P3 +P2P4 +P4P3 + P4P4)
P = (P1 + P3)(P2P3 +P2P4 +P4P3 + P4)

P = (P1 + P3)(P2P3 +P2P4 +P4)


P = (P1 + P3)(P2P3 + P4)

P = P1P2P3 + P1P4 + P3P2P3 + P3P4

P = P1P2P3 + P1P4 + P2P3 + P3P4

4. Masing-masing bentuk minterm pada SOP merupakan reprentasi dari solusi yang
dapat meng-cover sisa minterm pada table … di langkah pertama. Pilih minterm
yang memiliki jumlah variable sedikit, yaitu P1P4 , P2P3, P3P4.

Sehingga ada 3 pilihan prime implicant :

a. P1P4 = w’xy ,wyz

b. P2P3 = wx’z , xyz

c. P3P4 = xyz , wyz

5. Fungsi finalnya = prime implicants essential + salah satu solusi prime imlicant.
Misal dipilih solusi ketiga, maka persamaan minimal nya adalah

F = w’.y.z’ + x’.y’.z + x.y.z + w.y.z

b. Fungsi multiple-output

Pada sistem yang kompleks, rangkaian yang disusun dapat memiliki output lebih
dari satu. Cara yang digunakan untuk menyusun fungsi dimana rangkaian memiliki
lebih dari satu output adalah, dengan memproses fungsi input tesebut sendiri-
sendiri.

Contoh :
Suatu system memiliki tiga output dengan fungsi masing-masing output

F1 = A’.B.C + A.C’ + A.B’ +B’.C’


F2 = A’.B’.C + A.C’ + A.B +B.C’

F3 = A’.B.C + A’.B’.C +A.C’ + A.B’

8
Apabila fungsi tersebut ingin disederhanakan dengan Kmap, maka masing-masing
fungsi dilakukan penyederhanaan dengan masing-masing matriks Kmap-nya,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.3

Gambar 3.3. Penyederhanaan dengan map Karnaugh

Contoh :
Suatu system memiliki tiga output dengan fungsi masing-masing outputnya adalah
F1.F2 ; F2.F3 ; F1.F3 . Dimana fungsi F1 , F2 , dan F3 nya adalah :
F1 = Ʃm (0,3,4,5,6)
F2 = Ʃm (1,2,4,6,7)
F3 = Ʃm (1,3,4,5,6)

Masing-masing fungsi output system diproses terlebih dahulu, yaitu ;


F1.F2 = Ʃm (4,6)

F2.F3 = Ʃm (1,4,6) F1.F3 = Ʃm (3,

9
Sehingga diperoleh fungsi output –nya adalah :
F1 = A.C’

F2 = A’.B’.C + A.C’
F3 = A’.B.C + A.C’ + A.B’

c. Realisasi dengan NAND dan NOR


NAND adalah operator logika yang tersusun dari AND dan NOT, sedangkan NOR
adalah operator logika yang tersusun dari OR dan NOT. Symbol dan table
kebenaran dari NAND dan NOR ditunjukkan pada gambar 3.4.

Pada kenyataannya, rangkaian digital lebih banyak tersusun dari gerbang NAND
dan NOR, dari pada gerbang AND dan OR. Karena keunggulan operator NAND
dan NOR pada desain rangkaian digital. Seperti ditunjukkan pada gambar 3.5 dan
gambar 3.6 Gambar tersebut menunjukkan bahwa operator NAND cocok untuk
fungsi yang berbentuk SO

Gambar 3.4. Tabel kebenaran NAND dan NOR

10
Gambar 3.5 Operator NANR dan NOR untuk SOP

Sedangkan gambar 3.6 menunjukkan bahwa operator NOR cocok untuk fungsi yang
berbentuk POS.

Gambar 3.5 Operator NANR dan NOR untuk SOP

Sehingga dibuat aturan dan prosedur untuk mengkonversi fungsi boolean dari
operator AND, OR, dan NOT ke NAND dan NOR. Langkah-langkah untuk
memperoleh rangkaian NAND (NOR) dari fungsi Boolean 2 level, yaitu :

1. Sederhanakan fungsi Boolean dan ubah kedalam bentuk SOP (POS)


2. Gambar NAND (NOR) pada setiap bagian product (sum) dari fungsi, dimana
minimal memiliki 2 literal
3. Gambar single NAND (NOR) pada level kedua, dengan input berasal dari output
level pertama.
4. Apabila terdapat literal yang hanya berjumlah satu pada level pertama, dibutuhkan
NOT atau NAND (NOR) untuk pada level pertama sebelum menjadi input ke

11
NAND (NOR) di level kedua. Namun bila literal tersebut adalah complement,
leteral tersebut dapat langsung menjadi input NAND (NOR) di level kedua.
Contoh :
Implementasikan fungsi Boolean F(x,y,z) =(1,2 3,4,5,7) dengan operator NAND!
Fungsi tersebut ditransformasi ke Kmap, seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.7

Gambar 3.7. Implementasi fungsi bolean dengan NAND

Selanjutnya diperoleh F(x, y, z) =(1, 2, 3, 4, 5, 7) F =x y’ + x’y + z , dimana


fungsi tersebut merupakan fungsi bentuk SOP. Pada gambar 3.8 menunjukkan 3
rangkaian yang dapat membentuk fungsi tersebut, dari rangkaian AND-OR,
NAND-OR, dan NAND-NAND.

Gambar 3.8. Rangkaian AND-OR, NAND-OR, dan NAND-NAND.

12
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a) Digunakan untuk menyederhanakan fungsi boolean dengan
variabel lebih dari 6 ( yang dengan peta karnaugh cendrung lebih
rumit)

b) Sistem ini sangat sistematis dan cocok untuk penyederhanaan


dengan memakai komputer digital

c) Fungsi yang akan disederhanakan dengan metoda tabulasi


haruslah dalam bentuk jumlah perkalian (Sukumin)

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai