Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram-positif yang berbentuk

kokus, jika di lihat di bawah mikroskop berbentuk seperti kelompok anggur

(Nismawati dkk, 2018). Bakteri S. aureus dapat ditemukan pada

permukaan kulit sebagai flora normal, terutama disekitar hidung, mulut,

alat kelamin dan sekitar anus. Bakteri S. aureus menyebabkan infeksi

pada luka biasanya berupa abses yaitu kumpulan nanah atau cairan

dalam jaringan. Jenis-jenis abses yang spesifik yaitu bengkak, radang

akar rambut (folliculitis) (Kasenda dkk., 2016).

Beberapa penyakit infeksi lainnya yang disebabkan oleh S. aureus

adalah jerawat, bisul, impetigo dan infeksi pada luka. Infeksi yang lebih

berat diantaranya pneumonia, mastitis, phlebitis, meningitis, infeksi

saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga dapat

menyebabkan infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma

syok toksik (Nismawati dkk., 2018).

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan

memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan

dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan kulit terjadi melalui sejumlah

mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-

1
2

menerus, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi keringat dan

pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar

ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap

tekanan dan infeksi dari luar (Kasenda dkk., 2016).

Mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman mikroorganisme

patogen dari lingkungan ialah kulit. Dengan kehilangan atau kerusakan kulit

yang memiliki fungsi barrier akan terjadi invasi bakterial dan mempermudah

timbulnya infeksi. Kulit merupakan pertahanan utama terhadap bakteri dan

apabila kulit tidak lagi utuh, maka menjadi sangat rentan terhadap infeksi. Bila

kulit terluka sedikit saja maka sudah cukup untuk menjadi pintu bagi

masuknya mikrooragnisme/kuman-kuman ke dalam saluran darah manusia.

Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa

kelompok minor lain (mikoplasma, riketsia dan klamidia). Diantara

mikroorganisme tersebut, bakteri S. aureus merupakan bakteri yang paling

sering ditemukan di kulit (Kasenda dkk, 2016).

Bentuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menjaga

kesehatan kulit salah satu diantaranya ialah sabun. Sabun adalah produk

yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemah dengan basa kuat yang

berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran). Awalnya sabun

dibuat dalam bentuk padat atau batangan, namun pada tahun 1987 sabun

cair mulai dikenal walaupun hanya digunakan sebagai sabun cuci tangan.

Perkembangan selanjutnya, produksi sabun di buat menjadi lebih lembut dan

dapat di gunakan untuk mandi. Karakteristik sabun cair tersebut berbeda

beda untuk setiap keperluannya, tergantung pada komposisi bahan dan

proses pembuatannya. Keunggulan sabun cair antara lain mudah dibawa


3

berpergian dan lebih higienis karena biasanya disimpan dalam wadah yang

tertutup rapat (Dimpudus dkk., 2017).

Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat

digunakan untuk membebaskan kulit dari bakteri. Sabun yang dapat

membunuh bakteri dikenal dengan sabun antiseptik. Sabun antiseptik

mengandung komposisi khusus yang berfungsi sebagai antibakteri. Bahan

inilah yang berfungsi mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada kulit, karena

kulit yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. (Dimpudus dkk.,

2017).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antibakteri adalah

daun mengkudu. Mengkudu banyak mengandung protein, zat kapur, zat besi,

karoten, askorbin, alkaloid, triterpenoid, pro-xeronine, methoxy, saponin,

flavonoid, polifenol, alizarin, antraquinon, scolopetin, acubin, imunostimulan.

Salah satu kandungan mengkudu yang dapat berfungsi sebagai antimikroba

atau antibakteri adalah senyawa antraquinon, alkaloid, dan scolopetin. Zat ini

mempunyai kemampuan untuk melawan bakteri (Nirawati., 2016).

Berdasarkan Penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa ekstrak

etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) efektif dalam menghambat

pertumbuhan S. aureus (Erina dkk., 2019). Dan penelitian mengenai sabun

cair antiseptik yang menggunakan bahan alam pernah di lakukan oleh

(Dimpudus dkk., 2017) menggunakan ekstrak etanol bunga pacar air,

penelitian tersebut menunjukan bahwa ekstrak tersebut dapat di formulasikan

menjadi sabun cair, dan efektif dalam menghambat bakteri S. Aureus.


4

Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti tertarik untuk mengkaji

penelitian yang berjudul “FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI

SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL DAUN

MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP Staphylococcus aureus”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, timbul suatu permasalahan antara

lain sebagai berikut :

1. Kandungan metabolit sekunder apa yang terdapat dalam ekstrak etanol

daun mengkudu (M. Citrifolia L.) ?

2. Apakah ekstrak etanol daun mengkudu (M. citrifolia L.) dapat di formulasi

sebagai sediaan sabun cair antiseptik ?

3. Apakah sediaan sabun cair antiseptik ekstrak etanol daun mengkudu (M.

cirifolia L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui metabolit sekuder yang terkandung dalam ekstrak etanol

daun mengkudu (M. citrifolia L.)

2. Untuk mengetahui cara membuat formulasi sabun cair antiseptik ekstrak

etanol daun mengkudu (M. citrifolia L.).

3. Untuk mengetahui daya hambat sediaan sabun cair ekstrak etanol daun

mengkudu (M. cirifolia L.) terhadap bakteri S. aureus.


5

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka

hipotesis pada penelitian adalah:

1. Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun mengkudu

(M.citrifolia L.) yaitu Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tanin, Triterpenoid.

2. Ekstrak etanol daun mengkudu (M. Citrifolia L.) dapat di formulasikan

menjadi sabun cair antiseptik.

3. sediaan sabun cair antiseptik ekstrak etanol daun mengkudu (M. citrifolia

L.) memiliki efektifivitas terhadap bakteri S. aureus.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu :

1. Dapat mengetahui efek antibakteri sediaan sabun cair antiseptik ekstrak

etanol daun mengkudu (M. Citrifolia L.) terhadap S. aureus, sehingga

dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai alternatif terapi atas

penyakit infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri tersebut.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun

mengkudu (M. cirifolia L.).

3. Dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian lain untuk menguji lebih

lanjut efek sediaan sabun cair antiseptik ekstrak etanol daun mengkudu

(M. cirifolia L.) baik sebagai antimikroba terhadap bakteri lain selain S.

aureus, maupun efek yang lain.

Anda mungkin juga menyukai