Anda di halaman 1dari 13

Karya Tulis Ilmiah

Inovasi Sabun Antibakterial dari Biji Ketapang (Terminalia catappa L.)

Disusun oleh:
Taura Firdaus Dziban (31)
Nazar Dzulfikar (22)

KARTINA DATI, S.Pd.Si.,M.Sc.


MAN 2 KEBUMEN
Tahun ajaran 2023-2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan kulit merupakan masalah umum yang sering dialami oleh para santri. Penyakit
kulit yang sering dialami para santri adalah gatal – gatal seperti gudikan dan panu. Penyakit ini
disebabkan oleh gaya hidup yang jorok serta lingkungan yang kotor. Para santri biasanya kurang
peduli dengan kebersihan tubuh dan lingkungannya. Kebiasan buruk para santri seperti malas
mandi atau mandi tetapi tidak menggunakan sabun adalah salah satu penyebab maraknya para
santri yang mengidap penyakit gatal gatal. Selain itu lingkungan yang kotor bisa menjadi sarang
bagi bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur dapat menginfeksi kulit dan menyebabkan kulit
menjadi gatal gatal.

Bukan hanya bagi para santri saja, pada dasarnya menjaga kebersihan kulit sangat penting
bagi setiap orang. Salah satu cara mudah menjaga kesehatan kulit adalah dengan mandi secara
teratur. Sabun adalah salah satu penunjang bagi kesehatan kulit kita. Sabun digunakan pada saat
mandi untuk membersihkan kulit dari kotoran – kotoran, debu, dan bakteri yang menempel di
kulit kita. Pada masa sekarang sabun tersedia dalam berbagai bentuk dan aroma. Penggunaan
sabun berbahan kimiawi sebaiknya dihindari karena penggunaan yang berlebihan bisa
menyebabkan alergi dan gangguan kesehatan kulit lainnya. Penggunaan ekstrak tanaman alami
sebagai sabun akan sangat baik untuk mengatasi masalah kesehatan kulit.

Daun ketapang merupakan tanaman yang sangat baik untuk mengatasi masalah kulit
terutama gatal - gatal karena kandungan anti bakteri yang tinggi. Menurut Tampemawa (2016),
daun ketapang (Terminalia catappa L.) diketahui mengandung senyawa kimia seperti flavonoid,
alkaloid, tannin, triterpenoid, steroid, resin, saponin, kuinon, dan fenolik. Ditambahkan pula
oleh Tuntun (2016) senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri. Namun,
penggunaannya yang rumit dan memakan banyak waktu sehingga masih banyak orang yang
enggan menggunakan daun ketapang sebagai obat gatal – gatal. Oleh karena itu kami
menawarkan solusi dan juga inovasi yaitu sabun yang tersubtitusi ekstrak daun ketapang sebagai
obat masalah kulit.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana cara mengolah daun ketapang supaya menjadi sabun antibakteri?
2. Apakah manfaat dari pengolahan daun ketapang sebagai sabun antibakteri?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara pengolahan daun ketapang sebagai bahan pembuatan sabun
antibakteri
2. Mengetahui manfaat dari pengolahan daun ketapang sebagai sabun antibakteri
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
seperti peneliti, masyarakat, dan dunia pendidikan. Manfaat praktis akan
didapatkan dipaparannya sebagai berikut ;
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dan
menambah pengetahuan peneliti tentang pemanfaatan daun ketapang sebagai
bahan pembuatan sabun antibakteri
b. Bagi Dunia Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan informasi mengenai
pemanfaatan daun ketapang sebagai bahan pembuatan sabun antibakteri

2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan kepada masyarakat mengenai daun ketapang sebagai sabun
antibakteri serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian teori untuk mengetahui dan
memahami konteks penelitian.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Daun Ketapang


Ketapang (Terminalia catappa L.) adalah sejenis pohon tepi pantai yang rindang.
Ketapang merupakan tanaman yang sering dijumpai di berbagai daerah terutama di
daerah tepi pantai. Ketapang merupakan tumbuhan dikotil atau berkeping dua. Walaupun
ketapang bisa dengan mudah dijumpai di berbagai tempat namun, ketapang seringkali
tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal, kandungan gizi biji ketapang antara lain:
protein (25,3%), gula (16%), serat (11,75%), karbohidrat (5,8%), fosfor (2200 μg/g),
lemak mentah (16,35%) serta berbagai macam asam amino dan magnesium, kalsium,
besi, seng, vitamin A, vitamin C, natrium dan mangan.
a. Taksonomi Ketapang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Combretaceae
Genus : Terminalia

Spesies : T. catappa
b. Kandungan Daun Ketapang
Basir dan kaharuddin (dalam Suprijatna E, 2022) menjelaskan daun ketapang
kering mengandung berbagai macam senyawa fitokimia yaitu flavonoid dan saponin
serta senyawa dominan yaitu tannin. Senyawa senyawa tersebut menunjukan aktivitas
antibakteri dan bersifat polar.
Ada tiga mekanisme flavonoid sebagai anti bakteri yaitu menghambat sintesis
asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat metabolisme energi.
Dalam menghambat sintesis asam nukleat Flavonoid menyebabkan kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi
antara flavonoid dengan DNA bakteri. Flavonoid menghambat fungsi membran sel
bakteri melalui ikatan kompleks dengan protein yang bersifat ekstraseluler yang
bersifat larut sehingga dapat mengganggu integritas membran sel bakteri. Selain itu
penghambatan metabolisme energi bakteri oleh flavonoid dilakukan dengan cara
menghambat proses respirasi bakteri sehingga penghambatan energi tersebut akan
mengganggu aktivitas penyerapan metabolit dan biosintesis makromolekul bakteri.
Saponin bersifat antibakteri terhadap bakteri gram positif dengan cara
meningkatkan permeabilitas membran sel sehingga membran sel menjadi tidak stabil
dan menyebabkan hemolisis, Menghambat kerja enzim dan menghambat transport
protein pada selubung sel. Tanin mampu membentuk ikatan-ikatan ion logam dengan
zat besi yang sangat diperlukan oleh bakteri untuk mereduksi prekursor
ribonukleotida DNA. Hal tersebut menyebabkan tannin bersifat toksik terhadap
bakteri (Fikayuniar L, 2022).

2.1.2 Sabun

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C 16 dan sodium atau
potassium. Menurut KBBI sabun adalah bahan yang dapat berbuih, digunakan untuk
mandi, mencuci pakaian, piring, dan sebagainya, biasanya berupa campuran alkali,
garam, dan natrium. Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi
yang merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida pada minyak melalui reaksi
dengan basa dan akan menghasilkan produk samping yaitu gliserin. Sabun yang dibuat
dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat
dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Lemak yang digunakan dalam
pembuatan sabun adalah lemak hewan, sedangkan minyak yang digunakan antara lain
minyak kelapa dan minyak kelapa sawit (Barel dkk, 2009).

Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan metode proses dingin (cold process) dan
proses panas (hot process). Perbedaan kedua proses tersebut terletak pada ada dan
tidaknya proses pemanasan setelah reaksi penyabunan terjadi. Pemanasan yang
dilakukan ditujukan untuk mempercepat penghilangan sisa alkali sehingga
memperpendek waktu curing. Sabun yang dihasilkan dengan metode proses dingin
memerlukan waktu curing 2-4 minggu. Sedangkan sabun yang dihasilkan dengan
metode proses panas dapat digunakan setelah 1 jam (Dana, 2016).Menurut Tania W,
2022 dalam artikelnya menyebutkan ada setidaknya 5 jenis sabun, yaitu sabun batang,
sabun cair, shower gel, shower oil, shower cream. Sabun batang memiliki sifat yang
cepat berbusa dan mudah dibilas. Harganya yang relatif lebih murah dari jenis sabun
yang lain juga membuatnya menjadi sangat populer dan digemari oleh banyak orang.
Sabun batang umumnya mengandung sodium hydroxide yang dapat membuat kulit
menjadi kering.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk mendapatkan bahan perbandingan yang akan digunakan sebagai
acuan dalam penelitian yang penelti lakukan

1. Hasil penelitian Luh Made Ary Somia Vagestini, Retno Kawuri, dan Made Ria Defiani (2023)

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
ketapang merah dan daun ketapang cokelat terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus, mengetahui MIC dari
kedua ekstrak, serta mengetahui golongan senyawa pada ekstrak. Metode penelitian yang dilakukan
meliputi ekstraksi sampel dengan Metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian aktivitas
antibakteri ekstrak dilakukan pada konsentrasi 20%, 15%,10%, dan 5% (b/v) dengan metode cakram
difusi pada media Nutrient Agar, serta dilakukan uji fitokimia secara kualitatif.
Hasil penelitian menujukkan perbedaan warna daun Mempengaruhi daya hambat terhadap bakteri
S.aureus. Daya hambat terbaik diperoleh pada ekstrak Ketapang merah konsentrasi 20% (b/v) dengan
diameter zona hambat 13,67±0,76 mm. Hasil pengujian MIC menunjukkan nilai MIC ekstrak ketapang
merah diperoleh pada konsentrasi 5% (b/v) dengan daya Hambat 1,47±0,25 mm dan pada ekstrak daun
ketapang cokelat diperoleh pada konsentrasi 10% (b/v) Dengan nilai diameter zona hambat 1,73±0,25
mm. Uji fitokimia ekstrak menunjukkan kedua ekstrak Mengandung senyawa steroid, alkaloid, tannin,
saponin, dan flavonoid namun senyawa terpenoid hanya Ditemukan pada ekstrak daun ketapang merah.

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Vagestini L M A, dkk menunjukan bahwa daun ketapang merah
mampu menunjukan sifat antibakteri paling tinggi daripada ekstrak daun ketapang lain, dengan daya
hambat mencapai 13,67±0,76 mm pada konsentrasi 20%. Uji fitokimia juga menujukan ekstrak daun
ketapang mengandung senyawa steroid, alkaloid, tannin, saponin, dan flavonoid, sehingga sudah
dipastikan daun ketapang mengandung sifat antibakteri yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
sabun.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Wahyudha Wira, Dwi Eka Meylita Bangun, Selly Harnesa
Putri, dan Efri Mardawati (2019)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun ketapang badak terhadap
bakteri Escherichia coli. Dan manfaatnya sebagai bahan aktif alami dalam sediaan gel hand sanitizer.
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode eksperimental laboratorium dengan menggunakan
analisis deskriptif pada hasil pengujiannya. Ekstrak daun ketapang badak yang dihasilkan, divariasikan ke
dalam lima konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan
dengan metode difusi cakram, dengan menggunakan DMSO (dymethil sulfoxide) sebagai kontrol negatif
dan amoxicillin sebagai kontrol positif. Ekstrak daun ketapang badak dengan konsentrasi 75% digunakan
sebagai bahan aktif dalam sediaan gel hand sanitizer, hal tersebut disebabkan oleh rata-rata diameter daya
hambatnya yang tertinggi yaitu 2 mm. Sediaan gel hand sanitizer yang dihasilkan diuji aktivitas
antibakterinya menggunakan metode TPC.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah ekstrak etanol 70% daun ketapang badak (Ficus lyrata
Warb) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli. Daya hambat antibakteri terhadap
bakteri Escherichia coli yang paling tinggi dihasilkan oleh ekstrak daun ketapang badak dengan
konsentrasi 75% dengan diameter rata-rata zona hambat sebesar 2 mm. Sediaan gel hand sanitizer ekstrak
daun ketapang badak yang dihasilkan memiliki warna kecoklatan, aroma khas daun, nilai pH sebesar
4,96, homogenitas yang baik, dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada tangan yaitu sebesar
88%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama sama mensubstitusikan ekstrak daun
ketapang terhadap produk antibakteri. Bedanya penelitian terdahulu lebih spesifik, yaitu pemakaian daun
ketapang badak sebagai ekstrak yang akan disubtitusikan kedalam hand sanitizer. akan mensubstitusikan
ekstrak daun ketapang terhadap sabun antibakteri, sehingga tercipta sabun antibakteri ekstrak daun
ketapang.

Poin yang enjadi terobosan baru atau inovasi dari penelitian terdahulu salah satunya adalah
penambahan ekstrak daun mint sebagai campuran sabun daun ketapang. Yang mana penelitian terdahulu
hanya menggunakan ekstrak daun ketapang saja tanpa menggunakan bahan campuran lain, padahal daun
mint juga memiliki kandungan yang baik bagi kulit serta sensasi penggunaan yang segar.

2.3. Hipotesis
Pada peneliian ini, didapat beberapa hipotesis, diantaranya:

1. Daun ketapang memiliki kanudngn yang baik untuk menjaga kesehatan kulit
2. Sabun daun ketapang lebih ramah lingkungan disbanding sabun kimiawi
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama 5 bulan yakni dimulai dari bulan Januari hingga Mei 2024.
Bertempat di MAN 2 Kebumen yakni, Jl. Pemuda, Panjer, Kec. Kebumen, Kabupaten Kebumen,
Jawa Tengah 54312.

3.2 SUBJEK PENELITIAN

Bahan yang menjadi objek penelitian ini adalah daun ketapang dan daun mint sebagai bahan
dasar pembuatan sabun mandi yang bisa mengatasi masalah gatal gatal kulit yang disebabkan
oleh bakteri …. sedangkan subjek dalam penelitian yang penulis lakukan ini yaitu tikus
percobaan.

3.3 ALAT DAN BAHAN

3.3.1 ALAT

1. Gelas kaca
2. Alat pemeras
3. Mangkuk kaca
4. Mixer
5. Kompor
6. Wajan
7. Cetakan berbentuk kotak
8. Freezer
9. Plastic
10. Saringan
3.3.2 BAHAN

1. Daun ketapang 250 gram


2. Daun mint 20 gram
3. NaOH 150 gram
4. 150 ml minyak kelapa sawit
5. 250 ml minyak kelapa
6. 150 ml minyak zaitun
3. 4 METODE
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kuantitatif. Arikunto (2006: 12)
mengemukakan tentang penelitian kuantitatif yakni pendekatan penelitian yang banyak
menggunakan angka-angka, mulai dari mengumpulkan data, penafsiran terhadap data yang
diperoleh, serta pemaparan hasilnya.

3.4.1 LANGKAH PEMBUATAN

A. Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.


2. 250 gr daun ketapang dan 20gr daun mint diperas untuk diambil ekstaknya
3. Cairkan NaOH hingga menjadi 150 gr
4. Kemudian NaOH, 150 ml minyak kelapa sawit atau minyak goreng, 250ml minyak
kelapa (coconut oil) dan 150 ml minyak zaitun dicampurkan dengan ekstrak daun
ketapang dan daun mint tadi
5. Setelah memastikan semua bahan tercampur, kemudian dimixer hingga halus
6. Setelah halus masukan dalam cetakan plastik berbentuk kotak atau bentuk lainnya sesuai selera
Anda. Diamkan hingga beku
7. Diamkan campuran selama 2-3 hari.
8. Setelah didiamkan selama 2-3 hari sabun siap digunakan

Rancangan yang peneliti gunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Karena
variabel bebas pada penelitian hanya ada satu. Menurut Akbar, M. (2017) RAL adalah suatu
percobaan yang digunakan homogen atau tidak ada faktor lain yang mempengaruhi respon di
luar faktor yang diteliti. Pada rancangan acak lengkap (RAL) digunakan jika kondisi unit
percobaan yang digunakan relatif homogen. Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan
dilakukan secara acak terhadap seluruh unit percobaan. Seperti percobaan-percobaan yang
dilakukan di laboratorium atau rumah kaca yang pengaruh lingkungannya lebih
mudah dikendalikan.

3.5 ANALISIS

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa analisis univariat. Analisis
univariat digunakan untuk menjelaskan, merangkum, dan menggambarkan karakteristik suatu
variabel, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk mengeksplorasi hubungan antara dua
variabel atau lebih (Zikmund, 2002). Dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan
peneliti menggunakan uji organoleptic. Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori
merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk
pengukuran daya penerimaan terhadap produk.

Untuk menganalisi data yang didapat akan dijabarkan dengan uji hedonic. Uji
hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori organoleptik yang digunakan untuk
mengetahui besarnya perbedaan kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan
penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui tingkat
kesukaan dari suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA

Tampemawa, Putricia V., Johanis J., Pelealu., Febby E. F., Kandou. 2016. Uji Efektivitas
Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) Terhadap Bakteri Bacillus amyloliquefaciens.
Jurnal. Ilmiah Farmasi Unsrat: 5

Ketapang (Terminalia catappa L.) adalah sejenis pohon tepi pantai yang rindang.(….).

Delima, D. 2013 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KETAPANG (TERMINALIA


CATTAPA L) TERHADAP KUALITAS COOKIES. Food Science and Culinary Education
Journal 2 (2) (2013)

Basir dan kaharuddin (dalam Suprijatna E, 2022) menjelaskan daun ketapang kering
mengandung berbagai macam senyawa fitokimia yaitu

Fikayuniar,L, Waldani,D,P, Lidia,L, Wahyuningsih,E,S. 2022. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI


PADA EKSTRAK BIJI KURMA AJWA (Phoenix dactylifera L.) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus. Journal of Pharmacopolium (5): 148-154.

Vagestini,L,M,A,S, Kawuri,R Defiani,M,R. 2023. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun


Ketapang (Terminalia catappa L.) Merah dan Cokelat Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. Journal of Biological Sciences 10 (1): 159-168.

Wira,D,W, Bangun,D,E,M, Putri,S,H, Mardawati,E. 2019. PENGARUH EKSTRAK ETANOL


DAUN KETAPANG BADAK (Ficus lyrata Warb) TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN
KARAKTERISTIK HAND SANITIZER YANG DIHASILKAN. JURNAL INDUSTRI PERTANIAN 1(2):
38 – 45.

Astuti,E, Wulandari,F, Hartati,A,T, PEMBUATAN SABUN PADAT DARI MINYAK KELAPA


DENGAN PENAMBAHAN ALOE VERA SEBAGAI ANTISEPTIK MENGGUNAKAN METODE
COLD PROCESS.

Anda mungkin juga menyukai