Anda di halaman 1dari 12

Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.

1 Januari-Juni 2019 : 54-65

Research Report

Sitotoksisitas Ekstrak Kulit Kakao (Theobroma cacao)


terhadap Kultur Sel Fibroblas BHK-21

1 2 2
Fajariana Fitriani ,Agus Subiwahjudi , Adioro Soetojo , Tamara Yuanita2
1
Undergraduate Student of Dental Medicine Faculty, Airlangga University, Surabaya – Indonesia
2
Staff Department of Conservative Dentistry, Dental Medicine Faculty, Airlangga Univeristy, Surabaya
– Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang: Irigasi saluran akar merupakan salah satu tahapan penting untuk menunjang
keberhasilan perawatan. Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan larutan irigasi utama yang sering digunakan
namun memiliki sejumlah kekurangan yakni bersifat toksik jika diirigasi sampai ke jaringan periradikular.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan suku Sterculiaeae yang kulit buahnya mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Senyawa-senyawa tersebut terbukti dapat menghambat
pembentukan biofilm pada bakteri Enterococcus faecalis yang merupakan bakteri paling resisten pada saluran
akar. Ekstrak kulit kakao diharapkan dapat menjadi bahan alternatif irigasi saluran akar yang ideal, sehingga
perlu dilakukan penelitian mengenai efek sitotoksisitasnya terhadap jaringan. Tujuan: Menentukan konsentrasi
dari ekstrak kulit kakao yang memberikan efek sitotoksik pada sel fibroblas BHK-21. Metode: Jenis penelitian
yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris dengan menggunakan kultur sel fibroblas BHK-21. Ekstrak
kulit kakao diperoleh melalui maserasi menggunakan etanol 70% dan dilakukan pengenceran dengan
konsentrasi 1,56%, 3,125%, 6,125%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%. Sel BHK-21 dalam microplate 96 well
dipaparkan dengan ekstrak kulit kakao. Uji sitotoksisitas menggunakan MTT assay dan absorbansi warna dibaca
menggunakan Elisa reader. Nilai absorbansi dihitung dengan rumus sehingga didapatkan hasil akhir berupa
persentase kematian sel. Hasil: Peningkatan konsentrasi ekstrak kulit kakao berbanding lurus dengan kenaikan
persentase sel fibroblas BHK-21 yang mati. Kesimpulan: Konsentrasi minimum ekstrak kulit kakao yang dapat
memberikan efek sitotoksik pada sel fibroblas BHK-21 adalah 6,25%.

Kata kunci: ekstrak kulit kakao, sitotoksisitas, MTT assay, sel fibroblas BHK-21

Correspondence:Tamara Yuanita, Staff Department of Conservative Dentistry, Dental Medicine Faculty,


Airlangga Univeristy, Surabaya – Indonesia,+628155130747. tamara-y@fkg.unair.ac.id

LATAR BELAKANG dilakukan dengan benar dan apabila


terdapat satu tahapan yang salah, maka
Perawatan saluran akar merupakan dapat menggagalkan seluruh sistem
salah satu tindakan dari perawatan perawatan. Tindakan preparasi harus
endodontik yang bertujuan untuk dilakukan dalam keadaan steril untuk
mengeliminasi serta mencegah bakteri agar mengurangi terjadinya kegagalan
tidak masuk lebih dalam ke sistem saluran 2
perawatan .
1
akar . Perawatan saluran akar memiliki tiga Irigasi saluran akar merupakan salah
prinsip dasar yang dikenal sebagai “Triad satu tahapan penting untuk menunjang
Endodontic” terdiri atas preparasi keberhasilan perawatan karena berfungsi
biomekanik, irigasi dan disinfeksi, serta untuk menghilangkan debris, membantu
obturasi . Keseluruhan dari aspek tersebut
menghilangkan smear layer, menetralkan
merupakan suatu kesatuan yang harus

54
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

flora normal, dan sebagai pelarut jaringan 7


diusahakan secara komersial . Terbagi dalam
3
serta pelumas . Salah larutan irigasi yang tiga kelompok besar, yaitu Criollo, Forastero
paling sering digunakan dalam bidang dan Trinitario. Dalam tata niaga, kakao Criollo
kedokteran gigi adalah sodium hipoklorit termasuk dalam kelompok kakao mulia (fine
(NaOCl), yang berfungsi untuk flavor cocoa). Sedangkan kakao Forastero
membersihkan dan mendisinfeksi saluran merupakan kelompok kakao lindak (bulk
4 cocoa) yang mendominasi hampir 95%
akar .
8
Konsentrasi sodium hipoklorit yang produksi kakao dunia .
digunakan pada terapi endodontik berkisar Berdasarkan penelitian Rachmawaty et al.,
antara 0,5% sampai 5,25%. Mekanisme (2017) melalui analisis fitokimia menggunakan
kerja dari sodium hipoklorit adalah dengan pelarut etanol dan aseton, diketahui bahwa
melarutkan jaringan vital dan nekrotik ekstrak kulit buah kakao mengandung senyawa
9
untuk kemudian merusak protein dan alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin .
mengubanya menjadi asam amino. Sodium Sedangkan penelitian milik Loppies & Yumnas
hipoklorit telah digunakan secara luas, (2014) menunjukkan bahwa ekstrak kulit kakao
namun memiliki sejumlah kekurangan, yang dilarutkan dalam etanol dan diuji secara
yakni bersifat toksik jika diirigasi sampai Kromatografi Lapis Tipis (KLT) mengandung
ke jaringan periradikular, sehingga senyawa terpenoid, polifenol atau tanin dan
menyebabkan rasa sakit, perdarahan, serta 10
flavonoid . Semua senyawa aktif tersebut
5
pembengkakan atau oedema yang luas . merupakan antimikroba nabati yang memiliki
Pada anak-anak, penggunaan sodium potensi besar untuk melawan bakteri, jamur,
11
hipoklorit sebagai saluran irigasi dapat protozoa, dan virus .
menyebabkan terjadinya kerusakan pada Yuanita et al., (2017) dalam penelitiannya
folikel gigi permanen, jaringan perifer, dan menggunakan ekstrak kulit buah kakao yang
6
mukosa rongga mulut . Hal tersebut diencerkan secara bertingkat dari konsentrasi
membuat peneliti terus melakukan 100% hingga 0,19% menyatakan bahwa ekstrak
pengembangan mengenai larutan irigasi kulit kakao memiliki kemampuan untuk
alternatif berbahan dasar alami sebagai menghambat pembentukan biofilm pada bakteri
pengganti sodium hipoklorit. Salah satu Enterococcus faecalis yang merupakan bakteri

bahan dasar alami yang dapat paling resisten pada saluran akar. Konsentrasi

dimanfaatkan adalah tanaman kakao. hambat minimal biofilm berada pada


12
Kakao atau kokoa (Theobroma cacao) konsentrasi 3,12% .
merupakan satu-satunya dari 22 jenis Ekstrak kulit buah kakao yang telah
marga Theobroma, suku Sterculiaeae yang terbukti memiliki aktivitas antibakteri dan

55
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

antifungi diharapkan bisa menjadi sitotoksisitas untuk mengetahui efek toksik


alternatif bahan irigasi saluran akar yang ekstrak kulit kakao pada sel fibroblas BHK-21.
ideal. Oleh karena itu, diperlukan suatu uji BAHAN DAN METODE
16
sitotoksisitas untuk melihat seberapa besar a. Pembuatan Ekstrak Kulit Kakao
efek toksik dari bahan tersebut. Satu kilogram kulit kakao jenis Forastero
Uji sitotoksisitas merupakan bagian yang berasal dari PT. Perkebunan Nusantara
awal dari evaluasi suatu bahan kedokteran XII-Kebun Kaliklatak Banyuwangi dibersihkan,
13
gigi sebelum digunakan pada manusia . kemudian dipotong tipis dengan ketebalan
Media uji yang paling banyak digunakan sekitar 1-2 mm, selanjutnya dikeringkan di
adalah sel fibroblas Baby Hamster Kidney- udara terbuka selama tiga hari. Kulit kakao
21 (BHK-21). Kultur ini banyak digunakan yang telah kering digiling hingga menjadi
karena memiiki sifat stabil, tidak serbuk. Sebanyak 40 gram serbuk kulit kakao
mengalami mutasi, mudah tumbuh, dan dimaserasi dengan menggunakan pelarut
mudah dikultur. Sedangkan metode yang dengan cara direndam pada 400 ml etanol 70%
paling sering digunakan adalah dengan dalam shaker (Shreeji, India) dengan kecepatan
metode Microculture Tetrazolium 120 rpm secara kontinyu selama 24 jam. Hasil
Technique Assay (MTT Assay) karena larutan disaring dengan menggunakan kertas
dapat digunakan untuk mengukur sampel saring Whatmann no.41, (GE Healthcare Life
dalam jumlah besar, waktu relatif cepat, Science, USA) sehingga diperoleh maserat.
14 Pelarut (etanol) dalam maserat diuapkan
sensitif, dan akurat .
Dasar uji enzimatik MTT yaitu dengan menggunakan rotary vacuum evaporator
melakukan pengukuran terhadap (Shreeji, India) sampai diperoleh ekstrak
kemampuan sel hidup berdasarkan dengan bobot konstan.
17
aktivitas mitokondrianya. Sel yang masih b. Pengenceran Ekstrak Kulit Kakao
hidup dan metabolismenya aktif, dapat Pengenceran ekstrak kulit kakao dilakukan
mengubah MTT menjadi produk formazan di Pusat Veteriner Farma Surabaya
berwarna ungu. Sedangkan sel yang mati (PUSVETMA). Ekstrak kulit kakao diencerkan
akan kehilangan kemampuan untuk dalam berbagi konsentrasi dengan
15 menggunakan media Eagles (Gibco, USA).
mengubah MTT menjadi formazan .
Hingga saat ini belum ada penelitian - Kosentrasi 50% didapatkan dengan
lebih lanjut mengenai sitotoksisitas ekstrak mengencerkan 0,50 ml ekstrak kulit kakao

kulit kakao (Theobroma cacao) terhadap


sel fibroblas BHK-21, sehingga perlu
dilakukanpenelitianmengenai

56
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

100% dan ditambahkan dengan 0,50 ml Eagles dan Fetal Bovine Serum 10%
media Eagles. (SERANA®, Jerman). Media Eagles sebanyak
- Kosentrasi 25% didapatkan dengan 36 ml ditambahkan ke dalam botol Roux
mengencerkan 0,25 ml ekstrak kulit kakao (Duran®, Jerman) yang berisi serum 4 ml.
100% dan ditambahkan dengan 0,75 ml Endapan sel yang telah disuspensikan, ditanam
media Eagles. dalam botol Roux steril, kemudian diinkubasi

- Kosentrasi 12,5% didapatkan dengan dalam incubator (Memmert, Jerman) pada suhu
o
mengencerkan 0,125 ml ekstrak kulit 37 C, sampai sel monolayer terbentuk.
kakao 100% dan ditambahkan dengan Sel fibroblas diambil dari kultur sel BHK-
0,875 ml media Eagles. 21 dalam bentuk cell-line ditanam dalam botol
- Kosentrasi 6,25% didapatkan dengan Roux. Media pada botol Roux yang berisi sel
mengencerkan 0,0625 ml ekstrak kulit fibroblas BHK-21 dibuang dan dicuci dengan
kakao 100% dan ditambahkan dengan Phospate Buffer Saline (PBS) (Sigma-Aldrich,
0,9375 ml media Eagles. USA) 15 ml sebanyak 3-5 kali. Botol Roux diisi
TM
- Kosentrasi 3,125% didapatkan dengan dengan trypsin versene (Lonza , USA) 1 ml.
mengencerkan 0,03125 ml ekstrak kulit Sel-sel dalam botol tersebut akan terlihat
kakao 100% dan ditambahkan dengan menggerombol kemudian dihomogenisasikan
0,96875 ml media Eagles. dengan media Eagles sebanyak 10 ml. Sel yang
- Kosentrasi 1,56% didapatkan dengan telah homogen dimasukkan ke dalam
mengencerkan 0,0156 ml ekstrak kulit microplate 96 well (TPP®, Swiss) dengan
5
kakao 100% dan ditambahkan dengan kepadatan 2x10 sel/ml sebanyak 50 μl dan
0,9844 ml media Eagles. diinkubasi selama 24 jam.

18,19
c. Persiapan Kultur Sel Fibroblas BHK- d. Tahapan Perlakuan
2118,19 Microplate yang berisi sel fibroblas diamati
Kultur sel induk (seed cells) yang dibawah mikroskop cahaya (Nikon ECLIPSE
sebelumnya telah dibekukan, dicairkan TE2000-U, Jepang) untuk melihat apakah sel
o yang ditanam telah cukup banyak untuk
dalam akuades steril suhu 37 C. Kemudian
diputar dengan centrifuge 1500 rpm selama dilakukan perlakuan. Sel fibroblas yang sudah

15 menit. Di dalam laminar flow (Clemco, didistribusikan dalam sumuran dibagi menjadi 9
Australia), supernatan yang ada dibuang kelompok perlakuan, yaitu kelompok I sebagai
sehingga tersisa endapan sel di dasar. kontrol negatif berisi media, kelompok
Endapan sel tersebut kemudian diambil II sebagai kontrol positif yang berisi kultur sel
dan disuspensikan dengan media fibroblas, kelompok III - IX sebagai kelompok

57
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

penelitian yang berisi kultur sel fibroblas Sel yang mati kemudian dihitung
18
yang dipaparkan ekstrak kulit kakao persentasenya dengan mengunakan rumus :
dengan konsentrasi 1,56%, 3,125%, % Sel hidup = OD perlakuan – OD media
OD kontrol sel – OD media
6,125%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%
dimana masing-masing sumuran berisi 25 % Sel mati = 100% - % sel hidup
μl
Setiap perlakuan memiliki 7 replikasi Hasil penghitungan didasarkan pada nilai
yang ditanam dalam well. Selanjutnya IC50. IC50 ekstrak kulit kakao adalah konsentrasi
microplate diinkubasi selama 24 jam pada dari ekstrak yang menghambat pertumbuhan sel
o
suhu 37 C fibroblas sebesar 50% dari kontrol sel yang
diperoleh dari nilai rerata persentase kehidupan
e. Pengamatan dan Pembacaan Hasil sel.
18,19
Perlakuan Jika sel yang mati > 50% artinya ekstrak
Media dan ekstrak kulit kakao yang kakao bersifat toksik. Jika sel yang mati < 50%
berada di dalam microplate dibuang 20
artinya ekstrak kakao bersifat tidak toksik .
kemudian dicuci dengan PBS. Garam MTT
(SIGMA, USA) dilarutkan dalam PBS 5 HASIL
mg/ml, kemudian di teteskan ke setiap well
Hasil pengamatan mengenai sitotoksisitas
sebanyak 10 μl. Kemudian diinkubasi
o
ekstrak kulit kakao (Theobroma cacao) dengan
kembali selama 2-4 jam pada suhu 37 C.
pengenceran pada konsentrasi 1,56%, 3,125%,
Dimethylsulfoxide (DMSO) (Sigma-
6,125%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100% terhadap
Aldrich, USA) ditambahkan sebanyak 50
kultur sel fibroblas BHK-21 yang dilakukan
μl ke setiap well dan digetarkan dengan
dengan menggunakan metode MTT Assay dan
alat shaker selama 5 menit hingga kristal
dibaca dengan alat ELISA reader dapat dilihat
formazan terlarut. Pembacaan nilai
pada tabel 1.
densitas optik formazan dengan Elisa
reader (Thermo Fisher Scientific, USA)
pada panjang gelombang 620 nm. Semakin
pekat warna, semakin tinggi nilai
absorbansinya dan semakin banyak jumlah
sel fibroblas yang hidup. Sel fibroblas yang
hidup akan menjadi warna ungu,
sedangkan sel yang mati tidak terbentuk
warna ungu.

58
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

Tabel 1. Nilai rata-rata optical density,


persentase sel hidup, dan
persentase sel mati pada setiap
kelompok perlakuan
Kelompok % Sel % Sel
Perlakuan
x + SD Hidup Mati N
(1) Kontrol
0,60 + 0,0037 100% 0% 7
sel
(2) Kontrol
0,07 + 0,032 0% 0% 7
media
(3) Ekstrak
0,45 + 0,015 71,7% 28,3% 7 Gambar 2. Hasil pada microplate setelah
1,56%
(4) Ekstrak
perlakuan
3,125%
0,42 + 0,020 66,4% 33,6% 7 Keterangan
(5) Ekstrak A: Kontrol sel
0,20 + 0,016 24,5% 75,5% 7 B: Kontrol media
6,25%
C: Perlakuan ekstrak konsentrasi 1,56%
(6) Ekstrak
0,22 + 0,076 28,3% 71,7% 7 D: Perlakuan ekstrak konsentrasi 3,125%
12,5% E: Perlakuan ekstrak konsentrasi 6,25%
(7) Ekstrak F: Perlakuan ekstrak konsentrasi 12,5%
0,18 + 0,066 20,8% 79,2% 7
25% G: Perlakuan ekstrak konsentrasi 25%
(8) Ekstrak H: Perlakuan ekstrak konsentrasi 50%
0,17 + 0,050 18,9% 81,1% 7 I: Perlakuan ekstrak konsentrasi 100%
50%
(9) Ekstrak
0,12 0,081 9,4% 90,6% 7 Berdasarkan data tabel 1 dan gambar grafik
100%
Keterangan : 1 semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka nilai
x : Nilai rata-rata optical density optical density semakin rendah. Optical density
SD : Standar deviasi/simpangan baku yang rendah menunjukkan tingkat sel hidup
N :Jumlah kelompok tiap perlakuan
yang rendah (sel mati tinggi). Dari gambar 2
juga dapat diketahui bahwa intensitas warna
formazan dari sumuran C (konsentrasi 1,56%)
hingga I (konsentrasi 100%) mengalami
kematian sel fibroblas padamasing-masingkonsentrasi

penurunan. Intensitas atau kepekatan warna


Grafik rata-rata persentase

formazan berbanding lurus dengan jumlah sel


hidup.

Analisis Data
Pada data hasil pengukuran optical density
menggunakan Elisa reader, dilakukan uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov-
Gambar

Smirnov untuk melihat apakah data yang


didapat berdistribusi normal. Data dikatakan
1.

59
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

berdistribusi normal apabila p>0,05. Pada bahwa terdapat perbedaan bermakna antara
masing-masing kelompok perlakuan kelompok kontrol sel dengan semua kelompok
diperoleh nilai p>0,05, artinya data yang perlakuan. Pada konsentrasi 1,56% didapatkan
didapatkan berdistribusi normal. Kemudian perbedaan bermakna dengan semua kelompok
dilanjutkan dengan Levene’s test untuk perlakuan kecuali terhadap konsentrasi 3,125%.
mengetahui homogenitas data sebagai Pada konsentrasi 6,25% tidak didapatkan
syarat uji signifikansi menggunakan perbedaan bermakna dengan konsentrasi 12,5%,
ANOVA. Diperoleh hasil p=0,000 25% dan 50%. Pada konsentrasi 25% tidak
(p<0,05) yang menunjukkan data bersifat didapatkan perbedaan bermakna dengan
tidak homogen. Oleh karena itu, uji konsentrasi 50% dan 100%. Pada konsentrasi
signifikansi dilakukan menggunakan uji 50% tidak didapatkan perbedaan bermakna
non parametrik melalui analisis Kruskall dengan konsentrasi 100%. Berdasarkan hasil uji
Wallis test dan didapatkan hasil p=0,000 tersebut, diketahui ekstrak kulit kakao
(p<0,05) yang menunjukkan adanya konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan
perbedaan yang signifikan pada kelompok 100% memiliki efek sitotoksik terhadap sel
perlakuan. Selanjutnya untuk mengetahui BHK-21.
adanya perbedaan kemaknaan antar
perlakuan terhadap kelompok kontrol, DISKUSI

maka digunakan uji Post-Hoc comparison Uji sitotoksisitas merupakan bagian awal
test menggunakan metode Tukey HSD. dari evaluasi suatu bahan kedokteran gigi
13
sebelum digunakan pada manusia . Metode
* = signifikan (p<0,05) b. Tanpa tanda = tidak signifikan (p>0,05)

yang paling sering digunakan adalah


Microculture Tetrazolium Technique Assay
perlakuan menggunakan metode Tukey HSD

(MTT Assay) dengan menggunakan pereaksi


MTT 3-(4,5- dimethylthiazol- 2-yl) 2,5-diphenyl
Analisis perbedaan antar kelompok

14
tetrazolium bromide .
Metode MTT didasarkan pada pengukuran
terhadap aktivitas mitokondria sel hidup. Sel
yang masih hidup dan metabolismenya aktif,
dapat mengubah garam MTT yang semula
berwarna kuning menjadi produk formazan
15,21
berwarna ungu melalui reaksi reduksi .
Intensitas warna dari kristal formazan
T

b
a

2
e
l

Keterangan:
a.

dalam microplate 96 well kemudian dibaca


Hasil uji Tukey HSD menunjukkan

60
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

menggunakan Elisa reader. Absorbansi fitokimia didapatkan senyawa aktif berupa


yang dihasilkan akan sebanding dengan alkaloid sebanyak 5,06%, flavonoid 3,91%,
jumlah sel yang hidup. Semakin pekat tanin 6,11%, saponin 4,05% dan terpenoid
warna yang ditunjukkan, maka semakin 2,94% yang dapat berpengaruh pada kematian
tinggi nilai absorbansinya dan semakin sel fibroblas.
22
banyak jumlah sel yang hidup . Alkaloid merupakan senyawa aktif hasil
Metode MTT Assay memerlukan metabolisme sekunder yang terkandung dalam
15
inkubasi reagen dengan kultur sel hidup . tumbuh-tumbuhan termasuk pada kulit kakao.
Kultur sel yang paling banyak digunakan Efek sitotoksik yang dihasilkan oleh alkaloid
adalah sel fibroblas Baby Hamster Kidney- dapat menyebabkan terjadinya kebocoran pada
21 (BHK-21) yang berasal dari ginjal bayi membran sel fibroblas BHK-21. Alkaloid juga
hamster. Sel ini paling banyak digunakan dapat mempengaruhi DNA sel, yakni dengan
untuk pengujian terhadap tingkat cara menyisipkan agen interkalasi ke dalam
sitotoksisitas suatu material kedokteran susunan basa di dalam DNA heliks ganda
gigi dikarenakan memiliki bentuk dan sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran
kemampuan yang mirip dengan fibroblas kerangka baca dan mengakibatkan
manusia dalam memproduksi growth terganggunya proses replikasi, perbaikan, serta
factor serta memiliki karakteristik mudah topoimerase yang berakibat pada apoptosis
25
dikultur, lebih stabil, lebih sensitif, dan sel .
sulit untuk mengalami mutasi jika Flavonoid merupakan kelompok metabolit
dibandingkan dengan sel fibroblas sekunder yang banyak ditemukan pada
23,22,24,14 tanaman. Pada konsentrasi yang relatif tinggi,
manusia . Pada penelitian ini kultur
sel fibroblas diperoleh dari Laboratorium flavonoid bersifat prooksidan karena dapat
Peningkatan Mutu dan Pengembangan memicu pembentukan ROS sehingga
Produksi Pusat Veteriner Farma menimbulkan efek toksik pada sel. Mekanisme
(PUSVETMA) Surabaya. kerja dari flavonoid yakni dengan
Kulit kakao didapatkan dari PT. menginaktivasi sel, menghambat proliferasi sel,
menghambat peroksidasi lipid, inaktivasi
Perkebunan Nusantara XII-Kebun
radikal oksigen dan inaktivasi oksidasi DNA
Kaliklatak Banyuwangi berjenis Forastero. yang selanjutnya membuat sel mengalami
Pembuatan ekstrak dan uji fitokimia Sedangkan pada konsentrasi rendah,flavonoid
27
dilakukan di Balai Penelitian dan bersifat sebagai antioksidan .
Konsultasi Industri (BPKI) Surabaya untuk Mekanisme kerja dari flavonoid yakni dengan
mengetahui isi kandungan senyawa aktif di menangkap radikal bebas
dalam ekstrak kulit kakao. Pada hasil uji

61
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

sehingga mencegah oksidasi sel dan pada tumbuhan. Senyawa ini dapat berinteraksi
28,29
denaturasi protein . dengan protein membran dan biomembran yang
Tanin merupakan senyawa aktif kemudian dapat menyebabkan ketidakstabilan
metabolit sekunder turunan polifenol. ion dan metabolit dalam sel. Ketidakstabilan
Pemberian tanin dalam konsentrasi tinggi antara ion dan metabolit sel akan menyebabkan
33
dapat menyebabkan terjadinya apoptosis .
30
genotoksik . Ikatan antar senyawa polar Hasil uji statistik pada data penelitian
pada tanin dengan lipoprotein sel dapat menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
menyebabkan terjadinya penimbunan namun memiliki variasi yang tidak homogen,
senyawa dan pemecahan lemak. sehingga analisis statistik selanjutnya dilakukan
Akibatnya, permeabilitas sel fibroblas dengan uji non parametrik melalui uji Kruskall
menjadi terganggu sehingga sel menjadi Wallis dan didapatkan hasil bahwa terdapat
31
nekrosis . perbedaan yang signifikan antara jumlah sel
Saponin merupakan kelompok yang hidup dari kelompok perlakuan.
glikosida yang banyak ditemukan pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanaman, termasuk kulit buah kakao. semakin tinggi konsentrasi ekstrak, nilai
Dalam senyawa saponin, terdapat molekul absorbansi yang didapatkan semakin rendah.
ampifatik (mengandung regio hidrofilik Hal ini menandakan adanya penurunan jumlah
dan hidrofobik) yang dapat melarutan sel hidup atau peningkatan jumlah sel fibroblas
protein membran. Ketika ujung hidrofobik BHK-21 yang mati seiring dengan peningkatan
saponin berikatan dengan regio hidrofobik konsentrasi ekstrak kulit kakao. Pada
protein membran sel, akan menyebabkan konsentrasi 1,56% dan 3,125% didapatkan
pergeseran pada sebagian besar unsur lipid jumlah rata-rata sel mati kurang dari 50%
yang terikat. Sedangkan ujung hidrofilik sehingga dapat dikatakan bahwa pada
saponin yang merupakan ujung bebas akan konsentrasi tersebut ekstrak kulit kakao bersifat
membawa protein ke dalam larutan sebagai tidak toksik. Hal ini dapat dikarenakan adanya
kompleks deterjen-protein. Akibatnya aktivitas flavonoid sebagai zat antioksidan
membran sel akan pecah dan mengalami yang memberikan efek aman terhadap sel
lisis, kemudian menyebabkan sel fibroblas, sehinga membuat sel fibroblas
31
mengalami nekrosis . Saponin juga menjadi tetap hidup (viabel). Sedangkan, pada
memiliki kemampuan untuk menginduksi konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan
32
apoptosis pada kultur sel fibroblas . 100% jumlah rata-rata sel mati lebih dari 50%
Terpenoid merupakan senyaawa sehingga dapat dikatakan bahwa pada
hidrokarbon alami yang dapat ditemui konsentrasi ini ekstrak kulit kakao bersifat

62
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

toksik, yang menandakan bahwa efek rongga mulut. Data penelitian juga
antioksidan senyawa flavonoid mulai menunjukkan bahwa pada konsentrasi 6,25%
berkurang. Adanya kenaikan konsentrasi ekstrak kulit kakao memberikan efek sitotoksik,
pada ekstrak kulit kakao kemudian sedangkan pada konsentrasi 3,125% bersifat
mengubah sifat flavonoid menjadi terapetik. Hasil uji signifikansi antar kelompok
prooksidan. Flavonoid, alkaloid, saponin, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tanin dan terpenoid kemudian secara bermakna antara konsentrasi 6,25% dan
bersama-sama mempengaruhi sel fibroblas 3,125%. Namun, belum diketahui secara pasti
dengan mengakibatkan apoptosis dan bagaimana efek ekstrak kulit kakao pada
nekrosis pada sel. rentang antara konsentrasi 6,25% dan 3,125%
Secara keseluruhan penghitungan terhadap sel fibroblas BHK-21. Maka dari itu,
persentase jumlah sel fibroblas BHK-21 perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
yang mati setelah dipaparkan ekstrak kulit mengenai sitotoksisitas ekstrak kulit kakao
kakao (Theobroma cacao) dengan terhadap kultur sel fibroblas yang berasal dari
konsentrasi 1,56%, 3,125%, 6,125%, rongga mulut manusia dan pengaruh ekstrak
12,5%, 25%, 50%, dan 100% secara kulit kakao pada konsentrasi antara 3,125% dan
berurutan adalah 28,3%, 33,6%, 75,5%, 6,25%.
71,7%, 79,2%, 81,1%, dan 90,6%.
REFERENCES
Berdasarkan parameter IC50, ekstrak kulit 1. Gutmann, J. L., & Regan, J. D. Preparation
kakao dengan konsentrasi 6,25%, 12,5%, of the Root Canal System. In: Ford T. R. P.
Harty’s Endodontics in Clinical Practice.
25%, 50%, dan 100% termasuk dalam th
5 Ed. Inggris: Elsevier. 2004: 77.
kategori toksik karena persentase sel yang 2. Shahani & Reddy, S. Comparison of
Antimicrobial Substantivity of Root Canal
mati lebih dari 50%, sedangkan Irrigants in Instrumented Root Canals up to
konsentrasi 1,56% dan 3,125% bersifat 72 h: an in vitro study. Journal of the
Indian Society of Pedodontics &
tidak toksik karena persentase sel yang Preventive Denstistry. 2011; 29: 28-33
mati kurang dari 50%. 3. Gusiyska, A. Effective Root Canal
Irrigation – A Key Factor of endodontic
Pada penelitian ini didapatkan data Treatment. International Journal of Recent
bahwa pengaruh penambahan konsentrasi Scirntific Research. 2016; 10(8): 3400-
3419.
ekstrak kulit kakao berbanding lurus 4. Haapasalo, M., Shen, Y., Wang, Z. & Gao,
dengan peningkatan jumlah sel fibroblas Y. Irrigation in Endodontics. British
Dental Journal. 2014; 216(6): 299-303.
BHK-21 yang mati. Namun belum 5. Lam, T. S. K., Wong, O. F. & Tang, S. Y.
diketahui, apakah ekstrak kulit kakao juga H. A Case Report of Sodium Hypochlorite.
Hong Kong Journal of Emergency
memberikan efek dengan pola yang sama Medicine. 2010; 17(2): 174-
terhadap sel fibroblas yang berasal dari

63
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

175. Menggunakan MTT Assay. Dental Journal.


6. Chaugule, V. B., Panse, A. M., & 2008; 41: 103-106.
Gawali, P. M. Adverse Reaction of 15. Riss, T., Moravec, R., Niles, A., Duellman,
Sodium Hypochlorite during S., Benik, H., Worzella, T., & Minor, L.
Endodontic Treatment of Primary Cell Viability Assay. Assay Guidance
Teeth. International Journal of Manual. 2016: 1-4.
Clinical Pediatric Dentistry. 2015; 16. Mulyatni, A. S., Budiani, A., &
8(2): 153-156 Taniwiryono, D. Aktivitas Antibakteri
7. Karmawati, I., Mahmud, Z., Syakir, Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma
M., Munarso, S. J., Ardana, I. K., & cacao L.) Terhadap Escherichia coli,
Rubiyo. Budidaya dan Pascapanen Bacillus subtillis, dan Staphylococcus
Kakao. Pusat Penelitian dan aureus. 2012: 77-84.
Pengembangan Perkebunan. 2010: 1- 17. Sulaiman, A. Y., Astuti, P., & Shita, A. D.
12. P. Uji Antibakteri Ekstrak Daun Kersen
8. Rubiyo. Inovasi Teknologi Perbaikan (Muntingia Calabura L.) Terhadap Koloni
Bahan Tanam Kakao di Indonesia. Streptococcus viridians. Indonesian
Buletin RISTRI. 2013; 4(3): 199-214. Journal for Health Sciences. 2017; 1(2): 1-
9. Rachmawaty., Mu’nisa, A., & Hasri. 6.
Analisis Fitokimia Ekstrak Kulit Buah 18. Freshney, R. I. Culture of Animal Cell: A
Kakao (Theobroma cacao L.) sebagai Manual of Basic Technique and
th
Kandidat Antimikroba. 2017: 667- Specialized. 6 ed. New York: Wiley Liss
670. Inc. 2010: 108, 243.
10. Loppies, J. E., & Yumnas, M. 19. Meizarini, Asti. Perbedaan Konsentrasi
Ekstraksi Komponen Aktif Kulit Bahan Pemutih Gigi Terhadap
Buah Kakao dan Pemanfaatannya Sitotoksisitas Menggunakan Assay MTT.
sebagai Bahan Pengawet Alamai pada Jurnal Penelitian Media Eksakta. 2009;
Produk Makanan. Jurnal Industri 8(1): 9-10.
Hasil Perkebunan. 2014; 9(2): 59-67. 20. Nalbantsoy, A., Karabay, Y. N. U., Sayim,
11. Chandra, H., Parul, B., Archana, Y., F., Deliloglu, G., Gocmen, B., Arikan, H.,
Babita, P., Abhay, P. M., & Amant, & Yildiz, M. Determination of in vivo
R. N. Antimicobial Resistance and Toxicity and in vitro Cytotoxicity of
The Alternative Resources with Venom from the Cypriot Blunt-Nosed
Special Emphasis of Plant-Based Viper Macrovipera lebetina lebetina and
Animicrobials. Journal of Plants. Antivenom Production. The Journal of
2017; 6(16): 1-11. Venomous Animals and Toxins including
12. Yuanita, T., Putri, D. A., Rukmo, M., Tropical Diseases. 2012; 18(2): 208-216.
Zubaidah, N., Wahjuningrum, D. A., 21. Bahuguna, A., Khan, I., Bajpai, V. K., &
& Kunarti, S. Antibiofilm Power of Kang, S. C.. MTT Assay to Evaluate the
Cocoa Bean Pod Husk Extract Cytotoxic Potential of a Drug. Bangladesh
(Theobroma cacao) Against J Pharmacol. 2017; 12: 115-118.
Enterococcus faecalis Bacteria (In 22. Emilda, Y., Budiprmana E., & Kuntari, S.
Vitro). International Medical Device Uji Sitotoksisitas Ekstrak Bawang Putih
and Technology Conference 2017. (Allium sativum) Terhadap Kultur Sel
2017: 129-131. Fibroblas. Dental Journal. 2014; 47(4):
13. Yuliati, A. Viabilitas Sel Fibroblas 215-219.
BHK-21 pada Permukaan Resin 23. Dewi, T. P. Efek Sitotoksik
Akrilik Rapid Heat Cured. Majalah Tetrahydrozoline Hcl Terhadap Viabilitas
Kedokteran Gigi (Dent. J). 2005; Sel Fibroblas. Interdental Jurnal
38(2): 68-72. Kedokteran Gigi. 2007; 5(1).
14. Khoswanto, C. Uji Sitotoksisitas 24. Holland, G. R., & Torabinejad, M. The
Dentin Kondisioner Asam Sitrat 50% Dental Pulp and Periradicular Tissues. In:

64
Conservative Dentistry Journal Vol.9 No.1 Januari-Juni 2019 : 54-65

Walton, R. E, Torabinejad, M.
Endodontics Principles and Practice.
th
4 Ed. Missouri: Elsevier. 2009: 263.
25. Fattorusso, E., & Scafati, O. T..
Modern Alkaloids Structure,
Isolation, Synthesis and Biology.
Jerman: Wiley-VCH. 2008: 4, 17.
26. Chahar, M. K., Sharma, N., Dobhal,
M. P., & Joshi, Y. C. Flavonoids : A
versatile source of anticancer drugs.
Pharmacogn Rev. 2011; 5(9): 1-12.
27. Matsuo, M., Sasaki, N., Saga, K., &
Kaneko, T. Cytotoxicity of
Flavonoids Toward Cultured Normal
Human Cells. Biol Pharm Bulletin.
2005; 28(2): 253-258.
28. Simanjuntak, K. Peran Antioksidan
Flavonoid dalam Meningkatkan
Kesehatan. Bina Widya. 2012; 23(3):
135-140.
29. Banjarnahor, S., D., S., & Artanti, N.
Antioxidant Properties of Flavonoid.
Med J Indones. 2014; 23(4): 239-244.
30. Radak, M. S., & Andjelkovic, M.
Studying Genotoxic and Anti
Mutagenic Effect of Plants Extracts in
Drosophila Test System. Botanica
Serbica. 2016; 40(1): 22.
31. Farkhan, A., Arijani, E., & Yuliati.
Toksisitas Kandungan Tanin dan
Saponin pada Ekstrak Daun Mimba
(Azadirachta indica) dengan
Menggunakan MTT Assay. Oral
Biology Dental Journal. 2012; 4 (2):
28-32.
32. Gunawan, C., Mulawarmanti, D., &
Laihad, F. Sitotoksisitas Ekstrak Daun
Avicennia marina terhadap Sel
Fibroblas. Dental Jurnal Kedokteran
Gigi. 2014; 8(2): 69.
33. Wink. Modern Action of Herbal
Medicines and Plant Secondary
Metabolites. Journal Medicines.
2015; 2: 251-286.

65

Anda mungkin juga menyukai