Anda di halaman 1dari 3

EKSTRAK KULIT BIJI KAKAO SEBAGAI PENGHAMBAT

PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans

COCOA'S SKIN EXTRACT AS AN INHIBITOR OF Streptococcus Mutans BACTERIA


GROWTH

Ghafran Nailul Farchi, Tecky Indriana


Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No.37, Jember 68121
E-mail : ghafrannachy@gmail.com

Abstrak
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang memiliki angka kejadian cukup besar di masyarakat dan salah
satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling menonjol di Indonesia. Bakteri utama penyebab karies gigi
adalah bakteri Streptococcus mutans. Kulit biji kakao adalah bagian dari buah kakao yang membungkus biji kakao
dan merupakan limbah dari industri coklat. Kulit biji kakao mengandung senyawa yang bersifat antibakteri seperti
polifenol, dan falavonoid.
Kata kunci: kulit biji kakao (Theobroma cacao L.), Streptococcus mutans, polifenol, dan falavonoid.

PENDAHULUAN penambahan zat antimikroba pada produk kesehatan


gigi dan mulut juga dinilai penting (Roeslan, 2002).
Kesehatan gigi dan mulut telah berkembang Indonesia merupakan produsen kakao
menjadi masalah yang serius. Hal ini disebabkan terbesar dan mencapai urutan ketiga di dunia. Hasil
karena tingkat pengetahuan masyarakat akan panen kakao mengalami kemajuan yang sangat pesat
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut masih dalam 25 tahun terakhir dan Sulawesi merupakan
kurang. Dampak dari rendahnya pengetahuan daerah yang paling banyak menghasilkan kakao di
tersebut yaitu masalah penyakit gigi dan mulut di Indonesia. Namun, masyarakat umumnya seringkali
masyarakat meningkat. Karies gigi dan penyakit menganggap bahwa hanya biji kakao yang memiliki
periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang manfaat dan kulit biji kakao hanya sebagai limbah
memiliki angka kejadian cukup besar di masyarakat dan bahan pakan ternak. Beberapa tahun terakhir ini
(Zaenab dkk, 2004). Berdasarkan Riset Kesehatan terjadi peningkatan ketertarikan pada kakao, dimana
Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi telah ditunjukan adanya efek antikariogenik dari
nasional masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai percobaan in vivo dan in vitro dari tanaman tersebut.
25, 9% dan sebanyak 14 provinsi di Indonesia Sebelumnya telah dilakukan penelitian biji kakao
memiliki prevalensi masalah kesehatan gigi dan sebagai antibakteri dalam menghambat Streptococcus
mulut diatas prevalensi nasional dan index DMF-T mutans, dan penelitian yang dilakukan Agustin Sri
mencapai 4,6% yang artinya kerusakan gigi Mulyatni pada tahun 2012 didapatkan bahwa
penduduk Indonesia mencapai 460 buah gigi per 100 flavonoid yang terkandung dalam kulit buah kakao
orang (Anonim, 2013). memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Salah satu faktor penyebab terjadinya karies Escherichia coli, Bacillus subtilis dan
gigi ialah Streptococcus mutans. Streptococcus Staphylococcus aureus (Mulyatni, 2012).
mutans merupakan bakteri patogen yang pertama kali
berkolonisasi pada awal erupsi gigi, hidup, dan
beradaptasi dalam suasana lingkungan yang asam. PEMBAHASAN
Streptococcus mutans menghasilkan asam, sehingga
dengan mudah membentuk plak dan menyebabkan Kulit biji kakao mengandung senyawa yang
terjadinya karies gigi. Saat ini, prosedur bersifat antibakteri seperti polifenol, dan falavonoid.
pemeliharaan kebersihan rongga mulut dengan Polifenol memiliki aktivitas sebagai antibakteri.
menyikat gigi saja tidak cukup, sehingga Toksisitas polifenol dapat merusak membran sel
bakteri, mekanisme kerja senyawa polifenol dalam
menghambat sel bakteri yaitu dengan cara terbukti menunjukkan penurunan jumlah bakteri
mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat Streptococcus mutans (Mustain, 2012).
fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel Penelitian yang dilakukan oleh Ooshima,
lain) dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga ekstrak kulit biji kakao selain memiliki aktivitas
pertumbuhan bakteri dapat terhambat. Polifenol dapat antibakteri juga memiliki aktivitas
membentuk komplek dengan protein dan interaksi antiglukosiltransfelase yang dapat menghambat
hidrofobik, jika terbentuk ikatan hidrogen antara pertumbuhan Streptococcus mutans sebagai bakteri
polifenol dengan protein enzim yang terdapat pada patogen penyebab karies gigi (Ooshima, 2000).
bakteri maka kemungkinan akan terdenaturasi
sehingga metabolisme bakteri terganggu, selain itu KESIMPULAN
dengan adanya polifenol maka akan terjadi
penghambtan metabolisme sel, mengganggu sintesa Banyak sekali kulit biji buah kakao yang
dinding sel dan protein dengan mengganggu aktivitas dibuang begitu saja tanpa mengetahui manfaat yang
enzim (Roslizawaty dkk, 2013). dimilikinya. Kulit biji kakao mengandung senyawa
Struktur dinding sel bakteri dapat yang bersifat antibakteri seperti polifenol, dan
menentukan penetrasi dari suatu zat, ikatan dan falavonoid. Setelah diteliti menggunakan zona
aktivitas senyawa antibakteri. Bakteri Streptococcus hambat terbukti ekstrak kulit biji buah kakao dapat
mutans merupakan bakteri gram positif yang menghambat berkembangnya bakteri Streptococcus
memiliki struktur dinding sel dengan lebih banyak mutan.
peptidoglikan, sedikit lipit dan mengandung
polisakarida (asam teikoat). Asam teikoat merupakan
polimer yang larut dalam air, yang berfungsi sebagai Daftar Pustaka
transpor ion positif untuk keluar masuk zat. Sifat
larut air inilah yang menunjukkan bahwa dinding sel 1. Anonim 2013. Riset kesehatan dasar
bakteri gram positif lebih bersifat polar. Kulit biji riskesdas 2013. Badan Penelitian dan
coklat mengandung senyawa flavonoid yang bersifat Pengembangan Kesehatan. Jakarta :
polar sehingga lebih mudah menembus lapisan Kementrian Kesehatan RI.h.147-54.
peptidoglikan yang bersifat polar pada dinding sel 2. Jannata, Rabbani Hafidata. Achmad Gunadi,
bakteri. Senyawa antibakteri yang masuk tersebut Tantin Ermawati (2014). Daya Antibakteri
akan mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel Ekstrak Kulit Apel Manalagi (Malus
lebih besar, sehingga menyebabkan lisis (Jannata sylvestris Mill.) Terhadap Pertumbuhan
dkk, 2014). Streptococcus mutans. Fakultas Kedokteran
Untuk melihat apakah suatu zat dapat Gigi Universitas Jember. e-Jurnal Pustaka
menghambat bakteri, biasanya menggunakan Kesehatan, Vol. 2, No.1, Hlm. 23-28.
percobaan zona hambat. Ekstrak kulit biji kakao 3. Mulyatni AS. 2012. Antibacterial activity of
menunjukan zona hambat. Hal ini membuktikan cacao pod husk extract ( Theobroma cacao
bahwa ekstrak kulit biji kakao memiliki kemampuan L ) against Escherichia choli, Bacillus
untuk menghambat pertumbuhan bakteri subtillis and Staphylococcus aureus . In-
Streptococcus mutans. Menurut Setiabudy, suatu vitro and experiments. 80(2), 77-84.
bahan antibakteri tertentu aktivitasnya dapat 4. Mustain WA. 2012. Efektivitas Larutan
meningkat bila kadar antibakterinya ditingkatkan etanol ekstrak kulit biji kakao 0,1%
melebihi kadar hambat minimumnya. Dengan terhadap penurunan jumlah koloni
demikian ekstrak kulit biji kakao dapat menghasilkan Streptococcus mutans pada saliva anak usia
zona hambat yang lebih besar apabila kadarnya 12-14 tahun. [skripsi]. Makasar: Universitas
ditingkatkan melebihi kadar hambat minimumnya Hasanudin. Makasar.
(Setiabudy, 2007). 5. Ooshima T. 2000. Caries inhibitory activity
Zona hambat terbentuk di sekitar cakram of cacao bean husk extract in in-vitro and
kertas saring yang diberi ekstrak kulit biji kakao animal experiments. Arch Oral Biol.:45(8).
menunjukkan kandungan flavonoid yaitu katekin dan 6. Roslizawaty, dkk (2013). Aktivitas
epikatekin yang terdapat pada ekstrak kulit biji kakao Antibakterial Ekstrak Etanol dan Rebusan
mampu menghambat Streptococcus mutans. Sarang Semut (Myrmecodia sp.) terhadap
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Annisa Bakteri Escherichia coli. Jurnal Medika
Wicita Mustain. Hasil penelitian tersebut Veterinaria, Vol. 7, No. 2, Hlm. 91-94, ISSN
menunjukkan efektivitas dari larutan ekstrak etanol : 0853-1943.
kulit biji kakao 0,1% yang digunakan sebagai larutan
kumur dalam intervensi pada penelitian ini, telah
7. Setiabudy R. 2007. Antimikroba. In: Tanu I. persica linn) terhadap Streptococcus mutans
Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta: dan Bacteroides melaninogenicus. Makalah
EGC..h.585. kesehatan.. 8(2):37-40.
8. Zaenab, Mardiastuti H, Anny V, Logawa B.
2004. Uji antibakteri siwak (Salvadira

Anda mungkin juga menyukai