BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah kakao berupa buah buni, daging bijinya sangat lunak. Buah muda
berwarna hijau atau merah dan berubah menjadi kuning atau orange setelah
masak. Di dalam setiap buah terdapat 30-50 biji, dengan bobot kering satu
biji sekitar 0,8- 1,3 g.
Kulit biji kakao adalah kulit tipis, lunak dan agak berlendir yang
menyelubungi keping biji kakao. Persentasenya berkisar 10-16% dari
keseluruhan bagian biji kakao kering. Pada proses pengolahan biji kakao
menjadi cokelat, kulit biji kakao dipisahkan dari keping bijinya melalui
proses winnowing (Kayaputri et al., 2014). Menurut Felita (2012), kulit biji
kakao masih mengandung komponen fungsional seperti theobromine, kafein,
dan polifenol. Senyawa-senyawa tersebut merupakan komponen fitokimia
hasil metabolit sekunder tanaman. Komponen fitokimia dapat diisolasi dari
tanaman dengan cara ekstraksi. Salah satu metode ekstraksi yang dapat
diterapkan adalah maserasi menggunakan pelarut organik seperti etanol dan
aseton.
Alkaloid dapat digunakan sebagai pupuk hayati dan sebagai agen kontrol
dalam perlindungan tanaman serta menunjukkan sifat antimikroba dan anti
parasit (Aniszewski, 2007). Tanin sifatnya yang dapat mengikat protein dapat
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai antibakteri. Tanin dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Bacillus
stearothermophilus melalui mekanisme pengubahan permeabilitas membran
sitoplasma (Susilawati, 2007). Senyawa ini dapat mengikat protein lalu
menghentikan aktivitas enzim, sehingga metabolisme sel terhenti (Fuller &
Mc Clintock, 1986). Saponin berfungsi dalam pertahanan tanaman terhadap
serangan mikroba atau fungi dan melawan virus serta memiliki sifat hemolitik
dan beberapa bersifat sitotoksik (Bruneton, 1999). Triterpenoid yang
memiliki aktivitas antimikroba antara lain adalah borneol, sineol, pinene,
kamfene dan kamfor, merediol, linaliol, indol dan kadinen. Senyawa ini
efektif untuk menghambat pertumbuhan B. subtilis, S. aureus dan E. coli
(Naufalin dkk., 2005).
BAB III
METODE PENELITIAN
Kulit kakao didapat dari petani kakao yang ada di Desa Simpang Agung,
Kabupaten Lampung Tengah,Provinsi Lampung. Sampel di sortasi basah
pada bagian yang digunakan yaitu kulit buah kakao(Theobroma cacao L.).
Bagian kulit buah kakao yang telah disortasi basah kemudian dicuci dengan
air mengalir hingga bersih dan dilakukan perajangan untuk mempermudah
pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
suhu ruangan hingga kering,selanjutnya dikeringkan ke dalam oven vakum
pada suhu 50°C hingga cukup kering. Kemudian hasil pengeringan ditimbang
kembali agar dapat diketahui bobot penyusutan. Kulit kakao yang telah
dikeringkan kemudian dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau
mesin penggiling.
Buah Kakao Lima puluh gram sampel dimasukkan ke dalam beaker glass
ditambah pelarut etanol 96% sebanyak 500 ml. Sampel dihomogenkan hingga
pelarut dan sampel tercampur secara merata dengan menggunakan shaker
selama 24 jam. Ekstrak cair selanjutnya disaring dengan menggunakan
erlenmeyer serta corong dan kertas saring untuk memisahkan dari ampasnya.
Cairan filtrat dimasukkan kedalam labu alas bulat yang tersambung dengan
7
3.6 Formulasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Kulit Kakao (Tri, 2016)
a. Organoleptis.
Sediaan sabun cair dilakukan uji berupa bau,warna, dan bentuk.
b. pH.
Dilakukan kalibrasi pH meter dengan larutan buffer. Celupkan elektroda
yang yang telah dibersihkan dengan air suling kedalam contoh yang akan
diperiksa pada suhu 25oC. Catat dan baca nilai pH pada skala pH meter
yang ditunjukkan jarum skala.
9
BAB IV
Anggaran biaya untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Jadwal pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Bulan
No Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5
1 Pengumpulan proposal
didanai
2 Studi literature
3 Persiapan alat dan bahan
4 Determinasi tanaman
5 Pembuatan ekstraksi kulit
buah kakao
6 Identifikasi Flavonoid
7 Pembuatan sabun cair dan
Evaluasi sabun cair
8 Pengujian sabun cair
terhadap bakteri Eschericia
coli
9 Analisis data
10 Laporan Akhir
11 Seminar hasil publikasi
10
DAFTAR PUSTAKA
Dzoyem, J.P., Hamamoto, H., Ngameni, B., Ngadjui, B.T., Sekimizu, K. (2013).
Antimicrobial action mechanism of flavonoids from Dorstenia species.
Drugs Discoveries & Therapeutics, 7(2), 66-72
Kayaputri, I.L., Sumanti, D.M., Djali, M., Indiarto R., Dewi D.L. 2014.Kajian
Fitokimia Ekstrak Kulit Biji Kakao (Theobroma cacao L.).Chimica et
Natura Acta Vol.2 No.1, April 2014:83-9.
Naufalin, R., Jenie, B.S.R., Kusnandar, F., Sudarwanto, & M., Rukmini, H.
(2005). Aktivitas antibakteri ekstrak bunga Kecombrang terhadap bakteri
patogen dan perusak pangan. Jurnal Teknotan dan Industri Pangan, 16(2),
119-125.
Sartini, MN Djide & G Alam (2007). Ekstraksi Komponen Bioaktif dari Limbah
Kulit Buah Kakao dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Antioksidan dan
Antimikroba. Diunduh dari: [http://mot.farmasi.
ugm.ac.id/files/18kulitaacao_PakAlam.pdf], 22 Juni 2011
Winarno, F.G., 1986. Kimia Makanan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21