BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau substansi mikroorganisme yang digunakan
untuk menginduksi sistem imunitas. Pencegahan penyakit infeksi dengan cara imunpropilaksis
atau imunisasi meupakan kemajuan besar dalam bidang kesehatan . imunsasi atau sering disebut
vakasinasi, merupakan suatu cara untuk meningkatkan imunitas seseorang terhadap invasi
mikroorganisme patogen atau toksin. Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana
masing – masing dapat diperoleh secara aktif maupun secara pasif .
Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori
imunologik.
Sedangkan menurut Ranuh, et al (2008), dalam ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi
adalah pemindahan atau tranfer antibodi secara pasif, sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pemberntukan imunitas (antibody) dari
sistem imun di dalam tubuh.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin
yang non-spesifik atau gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari
plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi
penyakit tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian imunisasi
b. Apa tujuan imunisasi
c. Apa manfaat imunisasi
d. Apa saja jenis – jenis imunisasi
e. Apa jenis – jenis vaksin dengan cara pembuatannya
f. Keuntungan dan kelemahan vaksin
g. Jadwal Imunisasi
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi program imunisasi
i. Penanganan (Handling) dan Pengelolaan Vaksin
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian dari imunisasi
b. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya imunisasi
c. Untuk mengetahui manfaat imunisasi
d. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi imunisasi
e. Untuk mengetahui pengertian imunisasi
f. Untuk mengetahui jenis-jenis dari vaksin
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi
Imunisai adalah suatu proses untuk membuat sitem pertahanan tubuh kebal terhadap
infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi
tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain.
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia pasal 1, Imunisasi adalah suatu upaya
untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit.Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis),
campak (measles), polio dan tuberkulosis.
3. Manfaat Imunisasi
Manfaat utama dari imunisasi adalah menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan,
maupun kematian akibat penyakit-penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu melainkan juga pada imunitas,
terutama untuk penyakit yang ditularkan melalui manusia (person to person).
Jika suatu komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang tinggi,imunitas tersebut memiliki
imunitas yang tinggi pula. Hal ini berarti kemungkinanterjadinya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (vaccine-preventable disiase) rendah. Dengan demikian, anak yang belum atau
4
tidak mendapati imunisasi karena alasan tertentu memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
terjangkit penyakit tersebut dibandingkann anak-anak yang mendapat imunisasi.
Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang akan datang. Cakupan
imunitas yang rendah pada generasi sekarang dapat menyebabkan penyakit semakin meluas pada
generasi yang akan datang dan bahkan dapat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan
imunisasi tinggi, penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini sudah
dibuktikan dengan tereradikasinya penyakit cacar (smallpox).
Selain itu, imunisasi juga menghemat biaya kesehatan. Dengan menurunnya angka kejadian
penyakit, biaya kesehatan yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tersebutpun akan
berulang.
4. Jenis-jenis Imunisasi
Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
A. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen
ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya.
1. Imunisasi BCG , imunisasi ini ditujukan untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis . Vaksin BCG mengandung bakteri
Mycobacterium bovis (Bacillus Calmette Guerin = BCG ) , yang telah dilemahkan.
Penularan penyakit tuberculosis dapat terjadi melalui terhirupnya percikan udara yang
mengandung abkteri Mycobacterium tuberculosis. Imunisasi BCG sebaiknya dilakukan
pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi waktu imunisasi yang terbaik
adalah sebelum bayi berusia 2 bulan. Imunisasi ini cukup di berikan satu kali saja. Bila
pemberian imunisasi ini berhasil maka akan meninggalkan bekas luka parut atau
benjolan kecil di tempat suntikan. Oleh sebab itu biasanya untuk bayi perempuan
dianjurkan penyuntikan vaksin pada paha bagian paha bagian kanan atas. Pemberian
5
penyakit difteri , pertusis, dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang
mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara
mengatasinya cukup dengan memberikan obat penurun panas.
Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “batuk seratus hari” adalah
infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordatella pertusis. Gejala khas adalah
batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan
muntah kadang – kadang bercampur darah. Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan satu –
dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
difteri , pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang akan timbul
adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup
dengan diberikan obat penurun panas.
3. Imunisasi polio vaksin yang digunakan biasanya merupakan vaksin trivalent yang
mengandung suspense dari tipe 1 tipe 2 tipe 3 virus polio hidup galur sabi yang telah
dilemahkan . cara pemberianya melalui oral yaitu dengan meneteskan vaksin polio
sebanyak 2tetes kedalam mulut bayi. Gejala umum yang terjadi akibat serangan virus
polio anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama
2 – 5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan Indonesia yang umum diberikan
adalah vaksin sabin ( kuman yang dilemahkan)
4. Imunisasi campak . bayi yang baru lahir biasanya telah mendpat kekebalan pasif dari
ibunya ketika masih berada dalam kandungan. Kekebalan bayi ini beratahan hingga usia
bayi mencapai 6 bulan. Imunisasi campak diberikan pada bayi yang berusia 9 bulan.
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus campak.
Gejalanya berupa batuk pilek dan bercak- bercak meah pada permukaan kuli 3 – 5
setelah anak menderita demam.
7
d. Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan sistem imun
dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat
melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka
semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
B. Imunisasi Pasif
imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibody sehingga kadar antibody dalam tubuh
meningkat. Imunisasi pasif dapat terjadi secara alamiah dan secara buatan.
1. Imunisasi secara alamiah dapat terjadi melalui:
a. Imunisasi maternal melalui plasenta. Antibodi dari ibu yang sedang mengandung
merupakan proteksi pasif bagi janin yang di kandungnya. IgG dari ibu dapat
dipindahkan melalui plasenta kepada janinnya, sehingga bayi yang baru dilahirkan
mempunyai kekebalan terhadap beberapa mikroorganisme patogen. Kadar IgG pada
bayi yang di dapat dari ibunya ini tidak dapat bertahan lama oleh sebab itu harus
segera dilakukan imunisasi aktif untuk dapat memproduksi sendiri antibodinya.
b. Imunisasi maternal melalui kolostrum. Air susu ibu menagandung komponen
sistem imun, terutama dalam kolostrum yaitu air susu ibu yang pertama keluar segera
setelah melahirkan. Antibody yang terdapat dalam susu ibu dapat melindungi bayi
dari organisme patogen yang menyerang sistem pencernaan. Beberapa antibody
antara lain anti-difteri, anti-streptococcus dan anti-toksin tetanus dapat ditemukan
dalam kolostrum.
b. Globulin manusia yang spesifik, untuk mengatasi penyakit infeksi antara lain
adalah:
Tetanus immune globulin (TIG), merupakan antitoksin yang diberikan
seagai proteksi aktif setelah menderita luka tusuk. TIG ini biasanya
diberikan secara intramuscular pada lengan bagian dalam.
Varicella zoster imumune globulin (VZIG), diberikan pada penderita
leukemia yang mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi virus varicella.
Rabies immune globuline (RIG), diberikan segera setelah seseorang digigit
oleh anjing yang diduga sebagai pembawa virus rabies.
Hepatitis b immune globulin (HBIG), biasanya diberikan kepada bayi pada
saat dilahirkan (perinatal) oleh ibu yang terinfeksi virus hepatitis B, para
tenaga medis yang tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi virus
hepatitis B atau pada mereka setelah kontak dengan seorang penderita
hepatitis B.
Vaccinia immune globuline (VIG), diberikan kepada penderita penyakit
eksim kronik atau imunokompromais yang terpapar dengan virus vaccinia.
Beberapa faktor yang diperlu diperhatikan dalam pemilihan vaksin antara lain adalah
a. Vaksin harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan
tubuh dari serangan mikroorganisme patogen.
b. Vaksin harus stabil dan imunogenitasnya tidak mudah berkurang.
c. Mudah didapat dan dengan harga yang terjangkauoleh masyarakat luas dan
d. Vaksin harus memenuhi pesyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan.
c. Toksoid. Toksoid merupakan toksin yang telah diinaktifkan atau dimatikan untuk
mempertahankan tubuh dari toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme . toksoid
tetanus dan difteri merupakan vaksin yang telah lama digunakan untuk imunisasi
dasar anak dan bayi. Biasanya diberikan dalam beberapa seri untuk mendapatkan
imunitas yang efektif dan di ulang setiap 10 tahun sekali.
d. Vaksin rekombinan. Vaksin rekombinan yang juga dikenal dengan vaksin sub – unit
merupakan vaksin yang mengandung fragmen antigenic dari suatau mikroorganisme
yang dapat merangsang respon imun. Vaksin sub – unit dibuat melalui teknik
rekayasa genetika untuk memperoleh fragmen antigenic dari mikroorganisme
sehingga disebut dengan vaksin rekombinan. Sebagai contoh vaksin hepatitis B
mengandung bagian protein selubung dari virus hepattis B yang diproduksi melalui
rekayasa genetika, oleh sel ragi. Vaksin rekombinan lebih aman dibandingkan
11
dengan vaksin yang mengandung seluruh sel virus, karena fragmen yang terdapat
dalam vaksin rekombinan tidak dapat berproduksi dalam tubuh penerima, disamping
itu , vaksin rekombinan umumnya tidak menimbuklakn efek samping.
e. Vaksin konjugasi. Vaksin ini dibuat untuk meningkatkan efektifitas vaksin yang
terbuat dari komponen polisakarida selubung mikroorganisme. Biasanya vaksin ini
dikombinasi dengan toxoid difteri sehingga menghasilkan vaksin yang bersifat
polivalen, dimana dalam satu kemasan vaksin terdapat dua atau tiga jenis fragmen
antigenic. Contoh vaksin konjugasi adalah vaksin DPT dan vaksin MMR.
f. Vaksin DNA. Vaksin DNA merupakan vaksin yang mengandung satu gen atau lebih,
yang diisolasi dari virus, yang mengkode ekspresi dari protein selubung virus. Sel
hospes yang diimunisasi akan menggunakan DNA yang terdapat pada vaksin DNA
tersebut untuk memproduksi protein virus ynag bersifat antigenic. Mekanisme respon
imun yang terjadi adalah melalui jalur I dai komplesks histokompatibilitas utama
(MHC-I). Molekul MHC-I akan menyajikan fragmen protein virus yang terskpresi
pada permukaan sel, sehingga akan merangsang aktifitas sel T-sitotiksik. Dengan
demikian vaksin DNA dapat meningkatkan imun seluler terhadap adanya infeksi
virus. Sebaliknya respon imun konvensional melalui mekanisme fagositosis dan
diproses melalui sistem MHC-II, sehingga merangsang pembentukan antibody.
Walaupun demikian vaksin DNA masih dalam tahap pengembangan untuk dapat
diaplikasikan secara luas. Kelemahan dari vaksin DNA adalah DNA rentan
terdegradasi setelah disuntikan kedalam tubuh sehingga efektifitasnya akan cepat
menurun. Oleh sebab itu saat ini dikembangkan juga vaksin RNA, karena RNA dapat
bereplikasi dalam sel penerima sehingga diperkirakan lebih efektif.
c. Kekebalan tubuh berlangsung dalam waktu yang lebih lama dan dapat bereaksi
silang, sehingga menstimulasi pembentukan antibody yang mempunyai multiple
apitopes yang mirip dengan mikroorganime yang sekerabat
d. Biaya vaksin lebih murah
e. Lebih cepat dalam menimbulkan respon imun
f. Lebih mudah untuk digunakan , misalnya vaksin polio dan vaksin adenovirus
yang digunakan secara oral
g. Lebih mudah untuk didistribusikan
h. Dapat digunakan untuk mengeliminasi beberapa jenis virus yang berjangkit
dimasyarakat
7. Jadwal Imunisasi
a. Program dan jadwal imunisasi pada anak
Vaksin Umur pemberian Umur imunisasi ulang booster
imunisasi
BCG 0-2 bulan -
DPT 2,3,4 bulan 18 bulan, 5 tahun, 12 tahun
Polio 0,2,3,4 bulan 18 bulan, 5 tahun
Hepatitis B 0,1,6 bulan 5 tahun
Campak 9 bulan 5 tahun bila tidak mendapat MMR
MMR 15 bulan – 2 tahun 5 tahun 10- 12 tahun
Hib 2,4,6 bulan 18 bulan
Hepatitis A 2 tahun 6 bulan – 1 tahun setelah imunisasi pertama
Cacar air 1 tahun 10 tahun
Tifoid 2 tahun Setiap 3 tahun
Influenza 1 tahun Setiap tahun
Pneumokokus 2,4,6 bulan 18 bulan
HPV (Human Papilloma Virus) adalah penyebab kanker serviks. Secara ideal, vaksin
kanker serviks diberikan sedini mungkin, sebelum pernah melakukan hubungan
seksual, pada usia 10-14 tahun. Vaksin ini berfokus pada HPV tipe 16 dan tipe 18
sebagai penyebab utama kanker serviks.
Wisatawan--jemaah haji --> Hepatitis A, Tifoid, Meningitis
Meningitis (radang selaput otak) disebabkan oleh bakteri Neisseria Meningokokus dan
biasa menular melalui udara. Orang Afrika kerap menderita penyakit ini. Untuk itu,
jemaah haji Indonesia divaksin tiga pekan sebelum keberangkatan. Vaksin diberikan
dalam bentuk suntikan, dan bertahan di tubuh selama 2-3 tahun.
2. Penyakit kronis
Vaksin pneumokok dan vaksin virus influenza yang dinaktifkan-dilemahkan
dianjurkan untuk diberikan kepada penderita dengan anemia selsabit, penyakit
hodgkin, mioloma multipel, penyakit kardiovaskuler kronik, penyakit metabolik
kronik-diabetes melitus dan kegagalan ginjal.
15
3. resiko pekerja
a. imunisasi terhadap berbagai infeksi seperti hepatitis B, Q fever, pes, tularemia dan
tifoid dianjurkan untuk diberikan kepada karyawan laboratorium dan petugas
kesehatan.
b. Vaksinantraks dianjurkan untuk mereka yang bekerja dengan kulit dan tulang
binatang.
c. vaksin rabies diberikan kepada dokter hewan, mahasiswa calon dokter hewan.
4. Penyimpanan Vaksin
Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT, dan lain-
lain.Suhu -20 oC untuk vaksin Polio
Pemantauan Suhu secara berkala
Pengaturan Stok (Inventory Control)
Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire Date, dan VVM
System
Sebagai control pengeluaran digunakan formulir Batch Delivery Record
Pengeluaran barang berdasarkan permintaan pengiriman dan Kapasitas gudang
penerima.
Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB) jauh dari
evaporator.
Jangan letakkan vaksin di pintu.
Beri jarak 1-2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara.
Letakkan termometer dan freeze tag diantara kotak vaksin yang peka pembekuan.
Selalu letakkan botol berisi air (cool pack) di bagian bawah lemari es.
BAB III
KESIMPULAN
22
Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan
imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen tertentu/toksin
dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Imunitas perlu dikembangkan
untuk jenis antibodi/sel efektor imun yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi
harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin).
Tujuan pemberian vaksin adalah merangsang imunitas seluler maupun humoral seperti yang
layak nya timbul sebagai reaksi terhadap suatu infeksi alamiyah. Bila seseorang yang sudah
di vaksinasi mengalami infeksi yang tidak menentu dan mungkin sekali serius gejalanya
akan lebih ringan atau sama sekali tanpa manifestasiklinis. Vaksinasi menghindarkan efek-
efek serius yang di akibat kan oleh mikroba yang virulen penuh.
Oleh karena itu, vaksin merupakan salah satu senjata yang paling ampuh dalam ilmu
kedokteran prevektif terhadap penyakit infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum radji.2009.Vaksin DNA: Vaksin generasi keempat. Majalah ilmu kefarmasia. Vol.6.
No. 1:28 - 37
www. Klinikvaksinasi.com