Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau substansi mikroorganisme yang digunakan
untuk menginduksi sistem imunitas. Pencegahan penyakit infeksi dengan cara imunpropilaksis
atau imunisasi meupakan kemajuan besar dalam bidang kesehatan . imunsasi atau sering disebut
vakasinasi, merupakan suatu cara untuk meningkatkan imunitas seseorang terhadap invasi
mikroorganisme patogen atau toksin. Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana
masing – masing dapat diperoleh secara aktif maupun secara pasif .

Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,


memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen
tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Imunitas perlu
dikembangkan untuk jenis antibodi/sel efektor imun yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh
imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin).
Imunisasi merupakan kemajuan yang besar dalam usaha imunoprofilaksis serta
menurunkan prevalensi penyakit. Cacar yang merupakan penyakit yang sangat ditakuti, berkat
imunisasi massal, sekarang telah dapat dlenyapkan dari muka dunia ini.Demikian juga dengan
polio yang dewasa ini sudah dapat dilenyapkan dibanyak negara.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak,
den melalui mulut seperti vaksin polio.Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah
kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya
adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan
dimetabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh
sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah.
2

Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori
imunologik.

Sedangkan menurut Ranuh, et al (2008), dalam ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi
adalah pemindahan atau tranfer antibodi secara pasif, sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pemberntukan imunitas (antibody) dari
sistem imun di dalam tubuh.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin
yang non-spesifik atau gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari
plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi
penyakit tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian imunisasi
b. Apa tujuan imunisasi
c. Apa manfaat imunisasi
d. Apa saja jenis – jenis imunisasi
e. Apa jenis – jenis vaksin dengan cara pembuatannya
f. Keuntungan dan kelemahan vaksin
g. Jadwal Imunisasi
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi program imunisasi
i. Penanganan (Handling) dan Pengelolaan Vaksin

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian dari imunisasi
b. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya imunisasi
c. Untuk mengetahui manfaat imunisasi
d. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi imunisasi
e. Untuk mengetahui pengertian imunisasi
f. Untuk mengetahui jenis-jenis dari vaksin
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi
Imunisai adalah suatu proses untuk membuat sitem pertahanan tubuh kebal terhadap
infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi
tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain.
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia pasal 1, Imunisasi adalah suatu upaya
untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.

2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit.Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis),
campak (measles), polio dan tuberkulosis.

3. Manfaat Imunisasi
Manfaat utama dari imunisasi adalah menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan,
maupun kematian akibat penyakit-penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu melainkan juga pada imunitas,
terutama untuk penyakit yang ditularkan melalui manusia (person to person).
Jika suatu komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang tinggi,imunitas tersebut memiliki
imunitas yang tinggi pula. Hal ini berarti kemungkinanterjadinya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (vaccine-preventable disiase) rendah. Dengan demikian, anak yang belum atau
4

tidak mendapati imunisasi karena alasan tertentu memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
terjangkit penyakit tersebut dibandingkann anak-anak yang mendapat imunisasi.
Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang akan datang. Cakupan
imunitas yang rendah pada generasi sekarang dapat menyebabkan penyakit semakin meluas pada
generasi yang akan datang dan bahkan dapat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan
imunisasi tinggi, penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini sudah
dibuktikan dengan tereradikasinya penyakit cacar (smallpox).
Selain itu, imunisasi juga menghemat biaya kesehatan. Dengan menurunnya angka kejadian
penyakit, biaya kesehatan yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tersebutpun akan
berulang.

4. Jenis-jenis Imunisasi

Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
A. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen
ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya.

Jenis – jenis imunisasi aktif buatan antara lain adalah :

1. Imunisasi BCG , imunisasi ini ditujukan untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis . Vaksin BCG mengandung bakteri
Mycobacterium bovis (Bacillus Calmette Guerin = BCG ) , yang telah dilemahkan.
Penularan penyakit tuberculosis dapat terjadi melalui terhirupnya percikan udara yang
mengandung abkteri Mycobacterium tuberculosis. Imunisasi BCG sebaiknya dilakukan
pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi waktu imunisasi yang terbaik
adalah sebelum bayi berusia 2 bulan. Imunisasi ini cukup di berikan satu kali saja. Bila
pemberian imunisasi ini berhasil maka akan meninggalkan bekas luka parut atau
benjolan kecil di tempat suntikan. Oleh sebab itu biasanya untuk bayi perempuan
dianjurkan penyuntikan vaksin pada paha bagian paha bagian kanan atas. Pemberian
5

imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis.


Imunisasi ini hanya diberikan sekali sebelum bayi berumur 2 bulan. Reaksi yang akan
nampak setelah penyunyikan imunisasi ini adalah perubahan warna kuit pada tempat
penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus dan
akhirnya sembuh dalam waktu 8 – 12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut,
rekasi lainnya adalah berupa pembesaran kelenjar ketiak atau daerah leher, bila diraba
akan terasa padat dan bila ditekan tidak terasa sakit. Komplikasi yang dapat terjadi
adalah berupa pembengkakan pad daerah tempat suntikan yang berisi cairan, kemudian
sembuh.
2. Imunisasi DPT (Difteri,pertusis,Tetanus). Imunisasi DPT dilakukan dengan menyuntikan
vaksin DPT yang mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni dan bakteri
pertusis yang diinaktivasi untuk memperoleh kekebalan terhadap penyakit difteri,
tetanus dan pertusis. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali yaitu sejak bayi berumur 2
bulan dengan selang waktu penyuntikan minimal 4 minggu. Suntikan pertama belum
memberikan perlindungan, sehingga harus dilakukan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang
pertama dilakukan 1-2 tahun setelah suntikan dasar yang ketiga dan imunisasi ulang
berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun dan pada usia 12 tahun. Reaksi yang terjandi
biasanya berupa demam ringan , pembengkakan dan nyeri ditempat suntikan selama 1-
2 hari.
Penyakit difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Mudah menular dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas dengan
gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih
kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan nafas. Racun difteri
dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya
melalui udara (batuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan satu –
dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan akhtif terhadap
6

penyakit difteri , pertusis, dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang
mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara
mengatasinya cukup dengan memberikan obat penurun panas.
Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “batuk seratus hari” adalah
infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordatella pertusis. Gejala khas adalah
batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan
muntah kadang – kadang bercampur darah. Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan satu –
dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
difteri , pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang akan timbul
adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup
dengan diberikan obat penurun panas.
3. Imunisasi polio vaksin yang digunakan biasanya merupakan vaksin trivalent yang
mengandung suspense dari tipe 1 tipe 2 tipe 3 virus polio hidup galur sabi yang telah
dilemahkan . cara pemberianya melalui oral yaitu dengan meneteskan vaksin polio
sebanyak 2tetes kedalam mulut bayi. Gejala umum yang terjadi akibat serangan virus
polio anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama
2 – 5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan Indonesia yang umum diberikan
adalah vaksin sabin ( kuman yang dilemahkan)
4. Imunisasi campak . bayi yang baru lahir biasanya telah mendpat kekebalan pasif dari
ibunya ketika masih berada dalam kandungan. Kekebalan bayi ini beratahan hingga usia
bayi mencapai 6 bulan. Imunisasi campak diberikan pada bayi yang berusia 9 bulan.
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus campak.
Gejalanya berupa batuk pilek dan bercak- bercak meah pada permukaan kuli 3 – 5
setelah anak menderita demam.
7

5. Imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis hepatitis yang digunakan biasanya menggunakan


vaksin rekombinan. Vasin ini mengandung antigen virus hepatitis B , HBsAg yang tidak
menginfeksi yang dihasilakan dari biakan sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA.
6. Imunisasi MMR . Imunisasi MMR dilakukan untuk memberikan kekebalan terhadap
measles, mumps dan rubella.
7. Imunisasi tipoid. Imunisasi ini dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi
yang di sebabkan oleh virus salmonella.
8. Imunisasi Hib imunisasi ini ditunjukan untuk mndapatkan kekebalan terhadap infeksi
yang disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B, yang sering menimbulkan radang
selaput otak pada bayi usia 6 – 12 bulan.
9. Imunisasi hepatitis A imunisasi dasar dengan hepatitis A diberikan 2 kali denagn selang
waktu 2 – 4 minggu.
10. Imunisasi cacar air, cacar air merupakan yang sangat menular yang sering menyerang
bayi dan anak- anak .
11. Imunisasi influenza , influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza,
yang menyerang saluran pernafasan. Penularan virus ini terjadi melalui udara pada saat
berbicara batuk dan bersin.

Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:


a. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksin
yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa
seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-
komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus
merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.
b. Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin
tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya
mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa
digunakan.
c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang
digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein serum,
dan bahan kultur sel.
8

d. Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan sistem imun
dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat
melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka
semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.

B. Imunisasi Pasif
imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibody sehingga kadar antibody dalam tubuh
meningkat. Imunisasi pasif dapat terjadi secara alamiah dan secara buatan.
1. Imunisasi secara alamiah dapat terjadi melalui:
a. Imunisasi maternal melalui plasenta. Antibodi dari ibu yang sedang mengandung
merupakan proteksi pasif bagi janin yang di kandungnya. IgG dari ibu dapat
dipindahkan melalui plasenta kepada janinnya, sehingga bayi yang baru dilahirkan
mempunyai kekebalan terhadap beberapa mikroorganisme patogen. Kadar IgG pada
bayi yang di dapat dari ibunya ini tidak dapat bertahan lama oleh sebab itu harus
segera dilakukan imunisasi aktif untuk dapat memproduksi sendiri antibodinya.
b. Imunisasi maternal melalui kolostrum. Air susu ibu menagandung komponen
sistem imun, terutama dalam kolostrum yaitu air susu ibu yang pertama keluar segera
setelah melahirkan. Antibody yang terdapat dalam susu ibu dapat melindungi bayi
dari organisme patogen yang menyerang sistem pencernaan. Beberapa antibody
antara lain anti-difteri, anti-streptococcus dan anti-toksin tetanus dapat ditemukan
dalam kolostrum.

2. Imunisasi pasif buatan


Imunisasi buatan dapat dilakukan dengan cara menyuntikan antibody tertentu kedalam
tubuh seseorang yang memerlukan antibody segera untuk mengatasi keadaan defisiensi
antibody didalam tubuhnya.
Antibody yang disuntikan antara lain adalah:
a. Immune serum globulin (ISG) yang digunakan pada keadaan tertentu misalnya
untuk penderita hepatitis A, hepatitis B, penderita hipomaglobulinemia, purpura
trombositopeni idiopatik dan imunodefisiensi.
9

b. Globulin manusia yang spesifik, untuk mengatasi penyakit infeksi antara lain
adalah:
 Tetanus immune globulin (TIG), merupakan antitoksin yang diberikan
seagai proteksi aktif setelah menderita luka tusuk. TIG ini biasanya
diberikan secara intramuscular pada lengan bagian dalam.
 Varicella zoster imumune globulin (VZIG), diberikan pada penderita
leukemia yang mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi virus varicella.
 Rabies immune globuline (RIG), diberikan segera setelah seseorang digigit
oleh anjing yang diduga sebagai pembawa virus rabies.
 Hepatitis b immune globulin (HBIG), biasanya diberikan kepada bayi pada
saat dilahirkan (perinatal) oleh ibu yang terinfeksi virus hepatitis B, para
tenaga medis yang tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi virus
hepatitis B atau pada mereka setelah kontak dengan seorang penderita
hepatitis B.
 Vaccinia immune globuline (VIG), diberikan kepada penderita penyakit
eksim kronik atau imunokompromais yang terpapar dengan virus vaccinia.

Beberapa faktor yang diperlu diperhatikan dalam pemilihan vaksin antara lain adalah

a. Vaksin harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan
tubuh dari serangan mikroorganisme patogen.
b. Vaksin harus stabil dan imunogenitasnya tidak mudah berkurang.
c. Mudah didapat dan dengan harga yang terjangkauoleh masyarakat luas dan
d. Vaksin harus memenuhi pesyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan.

5. Jenis – jenis vaksin dengan cara pembuatannya


Sesuai dengan cara pembuatan dan pengembangannya jenis vaksin dapat digolongkan
menjadi:
a. Vaksin mengandung mikroorganisme yang dilemahkan . jenis vaksin ini mengandung
mikroorganisme hidup yang sudah dilemahkan sehingga tidak bersifat virulen. Vaksin
hidup ini menyerupai mikroorganisme asliny pada saat menimbulkan infeksi. Vaksin ini
10

dapat memberikan perlindungan seeumur hidup, terutama untuk vaksin virus .


efektifitas perlindungan seumur hidup ini dapat terjadi karena virus hidup yang telah
dilemahkan tersebut dapat hidup terus menerus di dalam tubuh, sehungga dapat
merangsang produksi antibody. Contoh vaksin yang mengandung virus yang
dilemahkan antara lain adalah vaksin polio (sabin), vaksin measles mumps dan rubella
(MMR). Vaksin BCG dan vaksin tifoid yang digunakan secara luas pada saat ini
merupakan vaksin yang mengandung bakteri yang dilemahkan . mikrooganisme yang
telah dilemahkan ini berasal dari mutan virus atau bakteri yang telah di biakan
sedemikian rupa dalam waktu yang cukup lama sehingga tidak virulen. Kelemahan dari
vaksin yang dilemahkan adalah kemungkinan untuk bermutasi kembali menjadi virulen
sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu bias any jenis vaksin
yang dilemahkan ini tidak dianjurkan diberikan kepada penderita yang mengalami
imunokompromais.

b. Vaksin mengandung mikroorganisme yangdimatikan. Vaksin ini menguunakan


mikroorganisme yang telah dimatikan, biasanya menggunakan formalin atau fenol.
Beberapa vaksin yang mengandung mikroorganisme yang dimatikan antara lain
adalah vaksin rabies, vaksin polio (salk), vaksin pneumokokus dan vaksin kolera.

c. Toksoid. Toksoid merupakan toksin yang telah diinaktifkan atau dimatikan untuk
mempertahankan tubuh dari toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme . toksoid
tetanus dan difteri merupakan vaksin yang telah lama digunakan untuk imunisasi
dasar anak dan bayi. Biasanya diberikan dalam beberapa seri untuk mendapatkan
imunitas yang efektif dan di ulang setiap 10 tahun sekali.

d. Vaksin rekombinan. Vaksin rekombinan yang juga dikenal dengan vaksin sub – unit
merupakan vaksin yang mengandung fragmen antigenic dari suatau mikroorganisme
yang dapat merangsang respon imun. Vaksin sub – unit dibuat melalui teknik
rekayasa genetika untuk memperoleh fragmen antigenic dari mikroorganisme
sehingga disebut dengan vaksin rekombinan. Sebagai contoh vaksin hepatitis B
mengandung bagian protein selubung dari virus hepattis B yang diproduksi melalui
rekayasa genetika, oleh sel ragi. Vaksin rekombinan lebih aman dibandingkan
11

dengan vaksin yang mengandung seluruh sel virus, karena fragmen yang terdapat
dalam vaksin rekombinan tidak dapat berproduksi dalam tubuh penerima, disamping
itu , vaksin rekombinan umumnya tidak menimbuklakn efek samping.

e. Vaksin konjugasi. Vaksin ini dibuat untuk meningkatkan efektifitas vaksin yang
terbuat dari komponen polisakarida selubung mikroorganisme. Biasanya vaksin ini
dikombinasi dengan toxoid difteri sehingga menghasilkan vaksin yang bersifat
polivalen, dimana dalam satu kemasan vaksin terdapat dua atau tiga jenis fragmen
antigenic. Contoh vaksin konjugasi adalah vaksin DPT dan vaksin MMR.

f. Vaksin DNA. Vaksin DNA merupakan vaksin yang mengandung satu gen atau lebih,
yang diisolasi dari virus, yang mengkode ekspresi dari protein selubung virus. Sel
hospes yang diimunisasi akan menggunakan DNA yang terdapat pada vaksin DNA
tersebut untuk memproduksi protein virus ynag bersifat antigenic. Mekanisme respon
imun yang terjadi adalah melalui jalur I dai komplesks histokompatibilitas utama
(MHC-I). Molekul MHC-I akan menyajikan fragmen protein virus yang terskpresi
pada permukaan sel, sehingga akan merangsang aktifitas sel T-sitotiksik. Dengan
demikian vaksin DNA dapat meningkatkan imun seluler terhadap adanya infeksi
virus. Sebaliknya respon imun konvensional melalui mekanisme fagositosis dan
diproses melalui sistem MHC-II, sehingga merangsang pembentukan antibody.
Walaupun demikian vaksin DNA masih dalam tahap pengembangan untuk dapat
diaplikasikan secara luas. Kelemahan dari vaksin DNA adalah DNA rentan
terdegradasi setelah disuntikan kedalam tubuh sehingga efektifitasnya akan cepat
menurun. Oleh sebab itu saat ini dikembangkan juga vaksin RNA, karena RNA dapat
bereplikasi dalam sel penerima sehingga diperkirakan lebih efektif.

6. Keuntungan dan kelemahan vaksin


Beberapa keuntungan dari vaksin yang dilemahkan adalah :
a. Dapat mengaktifkan seluruh proses sistem imun untuk memproduksi IgG dan IgA
b. Dapat meningkatkan respon imun untuk melindungi tubuh terhadap antigen
12

c. Kekebalan tubuh berlangsung dalam waktu yang lebih lama dan dapat bereaksi
silang, sehingga menstimulasi pembentukan antibody yang mempunyai multiple
apitopes yang mirip dengan mikroorganime yang sekerabat
d. Biaya vaksin lebih murah
e. Lebih cepat dalam menimbulkan respon imun
f. Lebih mudah untuk digunakan , misalnya vaksin polio dan vaksin adenovirus
yang digunakan secara oral
g. Lebih mudah untuk didistribusikan
h. Dapat digunakan untuk mengeliminasi beberapa jenis virus yang berjangkit
dimasyarakat

Beberapa kelemahan vaksin yang dilemahkan


a. Kemungkinan dapat terjadi mutasi, sehingga kembali menjadi virulen
b. Penyebaran vaksin virus yang tidak terstandarisasi dengan baik dan
kemungkinan bermutasi
c. Virus yang dilemahkan tidak dapat diberikan pada penderita imunodefisiensi
d. Kadangkala tidak dapat berfungsi optimal jika digunakan pada daerah tropis

Beberapa keuntungan dari vaksin yang dimatikan


a. Dapat memberikan respon imun humoral jika diberikan vaksinasi ulang(
booster )
b. Tidak dapat terjadi mutasi atau reverse menjadi virulen kembali
c. Dapat digunakan untuk penderita imunodefisiensi
d. Dapat digunakan dengan baik pada daerah tropis

Beberapa kelemahan vaksin yang dimatikan


a. Kadangkala vaksin tidak dapat merangsang kekebalan
b. Memerlukan pengulangan vaksinasi (booster)
c. Kurang baik dalam meningkatkan respon imun local(IgA)
d. Biaya produksi vaksin mahal
13

e. Dalam beberapa kasus pembuatan vaksin yang dimatikan sering mengalami


kegagalan atau tidak menimbulkan respon imun tubuh

7. Jadwal Imunisasi
a. Program dan jadwal imunisasi pada anak
Vaksin Umur pemberian Umur imunisasi ulang booster
imunisasi
BCG 0-2 bulan -
DPT 2,3,4 bulan 18 bulan, 5 tahun, 12 tahun
Polio 0,2,3,4 bulan 18 bulan, 5 tahun
Hepatitis B 0,1,6 bulan 5 tahun
Campak 9 bulan 5 tahun bila tidak mendapat MMR
MMR 15 bulan – 2 tahun 5 tahun 10- 12 tahun
Hib 2,4,6 bulan 18 bulan
Hepatitis A 2 tahun 6 bulan – 1 tahun setelah imunisasi pertama
Cacar air 1 tahun 10 tahun
Tifoid 2 tahun Setiap 3 tahun
Influenza 1 tahun Setiap tahun
Pneumokokus 2,4,6 bulan 18 bulan

b. Imunisasi pada dewasa


imunisasi pada usia dewasa dapat diberikan sebagai imunisasi ulangan atau pertama.
 Penyedia makanan --> Tifoid
Penularan Tifoid (Tiphus) terjadi akibat mengkonsumsi air atau makanan yang
terkontaminasi bakteri. Vaksinnya ada yang oral (ditelan) atau disuntikkan. Satu kali
vaksinasi bertahan tiga tahun.
 Perempuan muda --> Rubella dan HPV
Rubella (campak Jerman) biasa dialami orang berusia belasan tahun atau dewasa.
Nama vaksinnya MMR (Measles Mumps Rubella). Vaksinasi ini disarankan dua kali,
yakni ketika berusia 18 tahun dan akan menikah. Bila sudah dua kali, tidak perlu lagi.
14

 HPV (Human Papilloma Virus) adalah penyebab kanker serviks. Secara ideal, vaksin
kanker serviks diberikan sedini mungkin, sebelum pernah melakukan hubungan
seksual, pada usia 10-14 tahun. Vaksin ini berfokus pada HPV tipe 16 dan tipe 18
sebagai penyebab utama kanker serviks.
 Wisatawan--jemaah haji --> Hepatitis A, Tifoid, Meningitis
Meningitis (radang selaput otak) disebabkan oleh bakteri Neisseria Meningokokus dan
biasa menular melalui udara. Orang Afrika kerap menderita penyakit ini. Untuk itu,
jemaah haji Indonesia divaksin tiga pekan sebelum keberangkatan. Vaksin diberikan
dalam bentuk suntikan, dan bertahan di tubuh selama 2-3 tahun.

c. imunisasi pada golongan khusus

1. Imunisasi Pada Lansia


Selain untuk meningkatkan kekebalan tubuh, imunisasi diperlukan agar angka
kematian akibat infeksi berkurang. Terutama karena banyak penyakit infeksi, seperti
flu, saat ini begitu hebat menyerang manusia. Selain bayi dan anak-anak, imunisasi
juga harus diberikan pada mereka yang berusia lanjut (lansia), di atas 65 tahun.
pemberian vaksinasi pada lansia diperlukan karena saat memasuki usia 65 tahun daya
tahan tubuh akan berkurang. Umumnya, saat usia lanjut, tubuh menjadi mudah
terserang penyakit seperti flu, yang kemudian diikuti berbagai penyakit lainnya
sehingga terjadi komplikasi. Buat lansia, daya tahannya menjadi berkurang. Kalau
kena kuman gampang sakit. Apalagi kalau sudah kena flu, bisa terjadi komplikasi
karena diikuti penyakit lainnya.
Karena itu lansia perlu diberikan vaksinasi untuk memberikan kekebalan tubuh dan
mencegah paparan penyakit.

2. Penyakit kronis
Vaksin pneumokok dan vaksin virus influenza yang dinaktifkan-dilemahkan
dianjurkan untuk diberikan kepada penderita dengan anemia selsabit, penyakit
hodgkin, mioloma multipel, penyakit kardiovaskuler kronik, penyakit metabolik
kronik-diabetes melitus dan kegagalan ginjal.
15

3. resiko pekerja
a. imunisasi terhadap berbagai infeksi seperti hepatitis B, Q fever, pes, tularemia dan
tifoid dianjurkan untuk diberikan kepada karyawan laboratorium dan petugas
kesehatan.
b. Vaksinantraks dianjurkan untuk mereka yang bekerja dengan kulit dan tulang
binatang.
c. vaksin rabies diberikan kepada dokter hewan, mahasiswa calon dokter hewan.

4. Golongan resiko lain


Golongan dengan aktifitas seksual yang tinggi, penyalahgunaan obat suntik adiktif,
bayi lahir dari ibu pengidap penyakit hepatitis/AIDS, keluarga yang kontak dengan
penderita terinfeksi hepatitis akut atau kronik, memerlukan vaksinasi yang sesuai.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi program imunisasi


Beberapa faktor yang memepengaruhi keberhasilan imunisasi anatara lain:
o Tersedianya sarana prasarana kesehatan.
Hidup sehat adalah hak asasi rakyat sehingga dalam pemenuhan hak asasi rakyat
sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan sarana kesehatan.
o Pengetahuan masyarakat tentang imunisasi.
Tidak dapat dipungkiri, pengetahuan masyarakat dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan program imunisasi. Pengetahuan yang minim membuat kesadaran
masyarakat untuk ikut serta dalam program imunisasi juga minim. Oleh karena itu
diperlukan penyuluhan dan promosi kesehatan yang cukup.
o Penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan (acceptability).
Ada sebagian masyarakat yang secara etis, budaya, agama masih belum menerima
suatu program termasuk imuniasi.walaupun demikian, usaha yang lebih giat perlu
dilakukan untuk menghilangkan atau mngurangi presepsi tersebut mengigat
imunisasi sangat bermanfat sebagai upaya perlindungan bagi masyarakat tersebut.
o Mutu.
16

Program kesehatan yang diberikan kepada masyarakat luas, selayaknya sudah


melalui uji coba, memenuhi pesyartan ilmiah dan medis. Penyimpanan dan
distribusi vaksin butuh dikontrol secara serius untuk menghindari tangan-tangan
yang tidak bertanggung jawab. Panjangnya rantai distribusi dan kualitas tempat
penyimpanan berpeluang untuk merusak vaksin yang pada akhirnya akan
menurunkan mutu vaksin tersebut.
o Teknologi dan informasi.
Teknologi yang saat ini berkembang pesat sangat membantu masyarakt untuk
mendapatkan informasi yang lebih banyak. Media informasi, baik elektronik
maupun cetak memberikan secara luas atau rinci penemuan dan kemajuan dalam
bidang kesehatan. Informasi yang diterima masyarkat akan menentukan
kepercayaan masyarakat terhadap program-program kesehatan termasuk
imunisasi.
o Pendidikan (study).
Tingkat pendidikan masyarakat indonesia saat ini semakin membaik. Dengan
tingkat pendidikan yang sudah semakin baik menyebabkan masyarakat indonesia
sudah mampu menyaring dan menyerap informasi yang diberikan.
o Tokoh masyarkat.
Pada daerah yang terisolir, peranan tokoh masyarakat seperti pemuka agama dan
kepala desa mungkin dapat memepengaruhi tinggi rendahnya partisipasi
masyarakat dalam mengikuti program-program kesehatan pemerintah seperti
imunisasi.

9. Penanganan (Handling) dan Pengelolaan Vaksin


a. Kerusakan Vaksin Pada Suhu Di Bawah 0°c
Hep B, DPT-Hep B -0,5 oC Maks ½ Jam
DPT, TT, & DT -5 oC s/d -10 oC Maks 1,5 s/d 2 jam
17

(Thermo Stability of Vaccines, WHO, 1998)

b. Stabilitas Vaksin Diluar Rantai Dingin


Kategori +37 oC +25 oC +5 oC
Polio 2 Hari - 225 Hari
DPT 14 Hari 90 Hari 3 Tahun
Hep B & TT 30 Hari 193 Hari 4 Tahun
Campak & BCG 7 Hari 45 Hari 2 Tahun

3. Hal-Hal yang perlu diperhatikan:


 Pengaruh Suhu: Dapat menurunkan potensi dan efikasi vaksin, jika disimpan pada
suhu yang tidak sesuai.
 Pengaruh Sinar Matahari: Usahakan agar vaksin tidak terkena sinar Matahari
langsung, khususnya untuk vaksin BCG.
 Pengaruh Kelembaban: Apabila kemasannya sudah baik, maka pengaruh kelembaban
sangat kecil, misalnya menggunakan botol atau ampul yang tertutup kedap.

4. Penyimpanan Vaksin
 Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT, dan lain-
lain.Suhu -20 oC untuk vaksin Polio
 Pemantauan Suhu secara berkala
 Pengaturan Stok (Inventory Control)
 Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire Date, dan VVM
System
 Sebagai control pengeluaran digunakan formulir Batch Delivery Record
 Pengeluaran barang berdasarkan permintaan pengiriman dan Kapasitas gudang
penerima.

5. Pembekuan Saat Penyimpanan


18

a. Kesalahan Pada Perawatan


 Thermostat pada lemari es yang tidak berfungsi dengan benar
 Thermometer pengukur suhu pada lemari es tidak valid
b. Ketidaktahuan Petugas (Human Error)
 Paradigma petugas bahwa lebih dingin akan lebih baik
 Sering merubah posisi thermostat
 Petugas Baru:
-Ketidaktahuan sifat vaksin
-Ketidaktahuan tata cara penyimpanan vaksin
-Ketidaktahuan packaging vaksin
 Penyimpanan vaksin yang padat sehingga tidak mempunyai ruang sirkulasi.
6. Pembekuan Saat Pengepakan Pada Vaksin Dtp, Tt, Dt, Dan Hb
Terjadi karena tidak mengikuti petunjuk, bahwa Cold Pack harus dikeluarkan dulu
dari freezer dan tunggu selama 30 menit sampai 1 jam baru kemudian masuk ke
dalam box vaksin.
Yang terjadi di lapangan:
 Dengan alasan karena waktu mendesak, tidak sempat melakukan aturan yang dianjurkan
sehingga cold pack dari freezer langsung masuk ke dalam box vaksin.
 Sehingga aturan penggunaaan Cold Pack untuk Freeze Sensitive Vaccine di rubah
menjadi Cool Pack.
7. Mencegah Pembekuan Vaksin
a. Lemari Es dengan Buka Atas
 Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB jauh dari
evaporator.
 Beri jarak 1- 2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara
 Letakkan termometer dan Freeze-Tag di antara kotak vaksin yang peka pembekuan.

b. Lemari Es Rumah Tangga (Tidak direkomendasikan)


19

 Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB) jauh dari
evaporator.
 Jangan letakkan vaksin di pintu.
 Beri jarak 1-2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara.
 Letakkan termometer dan freeze tag diantara kotak vaksin yang peka pembekuan.
 Selalu letakkan botol berisi air (cool pack) di bagian bawah lemari es.

c. Pemeliharaan Lemari Es/Freezer


 Perawatan Harian
-Periksa dan catat suhu lemari 3 x sehari pagi, siang, dan sore.
-Periksa kondisi Freeze-Tag.
-Hindarkan seringnya buka tutup pada lemari es.
-Bila suhu sudah stabil antara 2-8 oC pada lemari es atau -15 s/d -25 oC pada freezer. Posisi
termostat jangan diubah-ubah dan agar diberi selotip.
 Perawatan Mingguan
-Periksa kestabilan bunga es pada dinding bagian dalam lemari es.
-Bersihkan bagian luar lemari es untuk menghindari karat.
-Periksa steker listrik pada stop kontak, jangan sampai kendor.
 Perawatan Bulanan
-Bersihkan bagian dalam lemari es.
-Bersihkan kerapatan karet pintu.
-Bersihkan engsel pintu, bila perlu diberi pelumas.
-Bersihkan karet pintu, bila perlu beri bedak.

d. Penanganan Vaksin Bila Listrik Padam


 Jangan membuka pintu lemari es/freezer.
 Periksa termometer, pastikan suhu masih diantara 2 oC s/d 8 oC untuk lemari Es (chiller)
atau -15o s/d -25 oC untuk freezer.
 Hidupkan generator.
 Apabila suhu lemari es/chiller mendekati +8 oC masukkan coolpack secukupnya.
20

 Apabila suhu freezer mendekati -15 oC masukkan cold pack secukupnya.


 Tindakan ini hanya berlaku 2 x 24 jam.
 Selanjutnya setelah 2 x 24 jam selamatkan vaksin dengan mengirim ke tempat lain yang
bisa menyimpan vaksin.

8. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penanganan Vaksin


 Vaksin tidak boleh dikeluarkan dari refrigerator/freezer kecuali untuk pemakaian atau
pengiriman.
 Pintu refrigerator jangan terlalu sering dibuka (WHO menganjurkan maksimum 4 x sehari)
 Vaksin harus disimpan di refrigerator /freezer segera setelah diterima.
 Setiap personil/staf yang bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin harus
mengetahui cara penyimpanan yang benar.
 Refrigerator/freezer hanya dipergunakan untuk penyimpanan vaksin saja.
 Proses defrost harus dilakukan jika terjadi penumpukan es lebih dari 1 cm, dan selama
proses pendefrosan vaksin harus disimpan pada vaccine carrier box dan dimonitor suhunya.
 Harus ditunjuk seorang personil dan cadangan untuk bertanggung jawab terhadap
penanganan vaksin.
 Setiap penyimpanan vaksin harus mempunyai alat pengukur suhu yang disertifikasi dan
dikalibrasi.
 Seluruh pengukur suhu tersebut harus tersambung pada sistem alarm.
 Suhu harus dicatat 3x sehari untuk memastikan suhu yang sesuai dengan persyaratan dan
setiap personil yang menangani vaksin harus mengetahui batas rendah & tinggi suhu yang
diisyaratkan.
 Setiap personil tersebut harus mendapatkan training tentang pentingnya penanganan &
transportasi vaksin yang baik.
 Penyimpanan vaksin harus memungkinkan aliran sirkulasi udara yang baik untuk setiap
produk.
 Diluent harus disimpan pada suhu kamar.
 Seluruh vaksin jerap harus disimpan di tempat yang terhindar dari suhu beku dan kontak
langsung dengan es.
21

9. Aspek yang Perlu Diperhatikan dalam Handling Vaksin Secara Umum


 Vaksin harus disimpan pada tempat khusus dengan suhu 2-8ºC.
 Pengeluaran vaksin dari ruang penyimpanan harus memperhatikan tanggal kadaluarsa
(FEFO, First Expired First Out) dan urutan masuk vaksin (FIFO, First In First Out). Jadi,
vaksin yang memiliki tanggal kadaluarsa terdekat dikeluarkan lebih dulu.
 Waktu pengiriman vaksin harus mampu dikelola dengan baik. Perhatikan pula jarak
tempuh pengiriman. Hal ini untuk menjamin ketepatan waktu pengiriman dan memperkecil
kemungkinan terjadi kerusakan vaksin selama perjalanan. Dengan kondisi tersebut,
diharapkan pula vaksin selalu dalam kondisi “fresh” saat akan digunakan oleh peternak.

BAB III

KESIMPULAN
22

Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau substansi mikroorganisme yang


digunakan untuk menginduksi sistem imunitas. Pencegahan penyakit infeksi dengan cara
imunpropilaksis atau imunisasi meupakan kemajuan besar dalam bidang kesehatan . imunsasi
atau sering disebut vakasinasi, merupakan suatu cara untuk meningkatkan imunitas seseorang
terhadap invasi mikroorganisme patogen atau toksin. Imunisasi dapat terjadi secara alamiah
dan buatan dimana masing – masing dapat diperoleh secara aktif maupun secara pasif .

Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan
imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen tertentu/toksin
dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Imunitas perlu dikembangkan
untuk jenis antibodi/sel efektor imun yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi
harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin).

Tujuan pemberian vaksin adalah merangsang imunitas seluler maupun humoral seperti yang
layak nya timbul sebagai reaksi terhadap suatu infeksi alamiyah. Bila seseorang yang sudah
di vaksinasi mengalami infeksi yang tidak menentu dan mungkin sekali serius gejalanya
akan lebih ringan atau sama sekali tanpa manifestasiklinis. Vaksinasi menghindarkan efek-
efek serius yang di akibat kan oleh mikroba yang virulen penuh.
Oleh karena itu, vaksin merupakan salah satu senjata yang paling ampuh dalam ilmu
kedokteran prevektif terhadap penyakit infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Maksum Radji.2015.Imunologi dan virology. Cetakan kedua. Jakarta. Indonesia


23

Maksum radji.2009.Vaksin DNA: Vaksin generasi keempat. Majalah ilmu kefarmasia. Vol.6.
No. 1:28 - 37

www. Depkes.go.id .PDF

www. Klinikvaksinasi.com

Anda mungkin juga menyukai