Anda di halaman 1dari 24

BAB l

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kulit merupakan bagian yang sangat sensitif terhadap
gesekan, suhu, infeksi dan dehidrasi. Kulit sebagai organ terluar,
kulit biasanya tidak selalu dalam kondisi steril, kondisi kulit steril
hanya dapat dicapai sesaat setelah lahir dalam waktu yang sangat
singkat. Kulit yang sehat sangat menunjang kepercayaan diri
seseorang, ketika kondisi kulit yang kurang baik dapat
mempengaruhi citra diri dan menjadi masalah kesehatan yang perlu
mendapat perhatian. Banyak sebab yang menyebabkan gangguan
kesehatan pada kulit, mulai dari bakteri, virus, jamur dan penyakit
autoimun seperti dermatitis seboroik (Lestari, 2018)
Sabun adalah bahan yang membersihkan kotoran dan bakteri
dari kulit. Penggunaan sabun sebagai pembersih kulit semakin
berkembang dan beragam. variasi sabun yang tersedia di toko dapat
dilihat dari jenis, aroma, warna dan keunggulan yang ditawarkan. 
Sabun transparan adalah jenis sabun yang biasa digunakan
pada sabun wajah dan sabun perawatan kulit. Kekuatan pembersih
utama sabun bening tidak cukup untuk membuatnya menarik dari
sudut pandang pemasaran, kecuali jika dikaitkan dengan manfaat
yang lebih spesifik. 
Oleh karena itu, diperlukan bahan aktif yang dapat
memberikan banyak manfaat pada sabun bening, selain deterjen
yang berperan sebagai penangkal radikal bebas dan dapat
mencegah infeksi bakteri dan virus.  (Lilis Sukeksi et al., 2018).
Salah satu tanaman herbal yang biasa digunakan sebagai
Obat tersebut dibuat dari daun ubi ungu (Ipomoea batatas L).
Kandungan utama daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) adalah
antosianin. Selain itu, daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L)

1
2

mengandung alkaloid, saponin,flavonoid, tanin triperponoid dan


steroid (p.p (Widya, 2020).
Jamur adalah orgamisme eukariotik yang tidak
berfotosintesis dan tumbuh sebagai massa filamen yang beracabang
dan tersusun oleh hifa. Jamur dapat hidup di air, tanah dan debris
organik. Dalam dunia kedokteran jamur dapat digunakan sebagai
penyedia metabolit sekunder yang bermanfaat untuk pembuatan
antibiotik (Penisilin)dan obat imunosupresif seperti siklosporin. Jamur
dapat hidup di alam dan juga dapat tumbuh sebagai flora normal
pada manusia. Sebagai mikroorganisme patogen yang berasal dari
luar maupun dari dalam tubuh. Jamur yang ada pada permukaan
kulit manusia juga dapat bersifat patogen yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti lingkungan lembab dan faktor imunitas yang
dapat menyebabkan jamur bekembang lebih banyak dari jumlah
normalnya pada kulit. Candida albicans adalah kandidiasis.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah sabun padat transparan ekstrak etanol daun ubi jalar
ungu (Ipomoea Batatas L) memiliki aktivitas terhadap
pertumbuhan Candida albicans.
2. Berapakah konsentrasi sabun padat transparan ekstrak etanol
daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L) terhadap Candida
albicans?
I.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui aktivitas sabun padat transparan ekstrak etanol
daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L) terhadap (Candida
albicans).
2. Untuk menentukan konsentrasi sabun padat transparan ekstrak
etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L) yang optimal untuk
pertumbuhan Candida albicans.
3

I.4 Manfaat Penelitian


1. Bahwa ekstrak daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L) memiliki
aktivitas antifungi terhadap Candida albicans.
2. Untuk memberikan data terhadap aktivitas antifungi Candida
albicans
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tumbuhan

II.1.1 Klasifikasi Tumbuhan


(ITIS, 2023a)
Regnum : plantae.
Divisi : spermatophyta.
Subdivisi : angiospermae.
Kelas : dycotyledonae.
Ordo : convolvulale.
Famili : convolvulaceae genus.
Spesies : (Ipomoea Batatas L).

Gambar 2.1 Daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L).

II.1.2 Nama Daerah


 ubi jalar, , ubi jawa, ubi jalar pada umumnya, petatas,
ubi jalar atau ubi jalar (Ipomoea batatas L) adalah hasil
bumi. Bagian yang digunakan adalah akar yang membentuk
umbi dalam konsentrasi tinggi 5). Ubi jalar merupakan sumber
penting.  Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda

4
5

ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang
dijadikan  karena keindahan daunnya. (Purbasari & Sumadji,
2018)
II.1.3 Morfologi Tumbuhan
Inti dari  ubi jalar berbentuk bulat. Warna batang yang
dominan adalah hijau, kuning, ungu dan kombinasi ketiganya.
Permukaan batang muda memiliki bulu-bulu halus seperti
rambut halus, tetapi cenderung rontok seiring bertambahnya
usia tanaman. Faktor eksternal yang mempengaruhi diameter
batang antara lain kesuburan tanah, suhu, dan air. Tetapi
faktor genetik adalah sifat tetap  (Puslitbang Tanaman
Pangan, 2012)
Varietas jenis daun akan mempengaruhi lebar daun
dan elemen lingkungan. Daun berpigmen ungu terdapat pada
sebagian atau seluruh daun yang menempel pada helaian
daun atau batang, sepanjang batang, atau keduanya. 
(Huaman, 1992). Luas helai daun dapat ditentukan dari
panjang dan lebar daun dewasa, diukur dari sisi paling lebar
dan paling panjang, dengan kategori : (1) Sempit, < 8 cm (2)
Sedang, 8.1 < 15.0 cm (3) Lebar >25.0 cm 3.4.3 Ranting Daun
Panjang tangkai daun dari pangkal tangkai yang berhubungan
dengan batang tanaman sampai ujung tangkai yang
berhubungan dengan helaian daun adalah : (1) Sangat
pendek, < 5cm (2) Pendek, 5-10 cm (3) Sedang,11-15 cm (4)
Panjang, 16-20 cm dan sangat panjang, > 20 c.
II.1.4 Kandungan kimia
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) banyak
mengandung senyawa antara lain tanin, saponin, flavonoid,
terpenoid, glikosida, alkaloid, steroid dan fenol. Ubi jalar
memiliki banyak manfaat yang jarang diketahui orang.
Manfaat ubi jalar adalah anti infeksi, anti kanker, anti
6

inflamasi, anti diabetes, anti bakteri  (Elmaniar dan Muhtadi,


2017).
II.1.5 Kegunaan Dan Khasiat
Daun ubi jalar Ungu (Ipomoea Batatas L) memiliki
kandungan vitamin C yang berfungsi untuk meningkatkan
pembuangan asam urat lebih cepat sekaligus meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Mengonsumsi daun ubi jalar (Ipomea
Batatas L) dapat membantu meredakan nyeri menstruasi yang
dialami wanita.
II.2 Metode Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
cara mengekstraksi bahan aktif simplisia dengan pelarut yang
sesuai, setelah itu semua atau sebagian besar pelarut
diuapkan dan sisa massa atau serbuk diperlakukan hingga
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.  (Lestari, 2018)
II.2.1 Macam-Macam Ekstraksi
Ekstraksi digunakan dengan dua cara yaitu ekstraksi
secara dingin dan ekstraksi secara panas.
1. Ekstraksi secara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia
dengan cara diaduk berulang kali pada suhu  ruangan.
Maserasi kinetik berarti penggilingan terus menerus.
Rendam ulang, yaitu penambahan pelarut berulang
setelah penyaringan perendaman pertama, dll. 
b. Perkolasi
perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut
yang selalu segar yang diinginkan dan biasanya
dilakukan pada suhu ruang. Proses ini meliputi tahap
pengembangan bahan baku, tahap perendaman
antara, tahap perembesan aktual
7

(penetesan/pengawetan ekstrak), terus menerus hingga


diperoleh ekstrak (perkolat) dengan perbandingan 1
sampai 5 kali dibandingkan dengan bahan baku. 
2. Ekstraksi secara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi pelarut pada titik didih
untuk beberapa waktu dan pelarut dalam jumlah terbatas
yang relatif stabil dengan adanya pendinginan
balik. Pada umumnya proses pengulangan untuk residu
pertama hingga 3 sampai 5 kali agar dapat diperoleh
ekstraksi yang sempurna. 
Soxhlet
Soxhlet adalah proses ekstraksi pelarut baru yang
biasanya dilakukan dengan alat khusus sehingga proses
ekstraksi berlangsung secara kontinyu dengan jumlah
pelarut yang relatif konstan pada pendinginan balik. 
(Lestari, 2018)
II.3 Uraian Jamur Uji
II.3.1 Klasifikasi Jamur Candida albicans
(ITIS, 2023b)
Regnum : Fungi.
Filum : Ascomycota.
Subfilum : Saccharomicotina.
Kelas : Saccharomicetes.
Ordo : Saccharomicetales.
Family : Saccharomiceteae.
Genus : Candida.
Spesies : Candida albicans.
8

Gambar 2.2 Candida albicans.


II.3.2 Morfologi Jamur
Jamur Candida albicans memiliki kemampuan untuk tumbuh
sebagai sel tunas yang berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan tunas yang membentuk pseudohifa
(psedouhipha), sehingga disebut jamur morf. Blastospora (sel
ragi) berbentuk bulat, lonjong atau lonjong. Candida albicans
dapat tumbuh dan membentuk koloni ragi dengan ciri khas
yaitu koloni licin dan licin yang menonjol dari permukaan
media tumbuh, berwarna putih kekuningan dan berbau
seperti ragi. Candida albicans dapat hidup sebagai saprofit,
menempel pada inang dan mengambil makanan melalui
organisme yang mati tanpa kelainan pada tubuh manusia.
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan pada sel epitel,
kemudian mengeluarkan enzim proteolitik dan menyebabkan
kerusakan ikatan protein sel inang, yang mendorong
kerusakan membran sel.  Candida albicans juga diketahui
dapat mengeluarkan mikotoksin, termasuk gliotoksin, yang
dapat menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem
imun (Lestari, 2018). 
Candida albicans tumbuh sebagai mikroflora normal tubuh
manusia pada organ pencernaan, pernapasan, dan alat
kelamin wanita. Jumlah normal Candida albicans di rongga
mulut kurang dari 200 sel per mililiter air liur; Ini bisa menjadi
patogen pada pasien dengan berbagai penyakit sistemik,
9

serta penggunaan antibiotik jangka panjang. Hal Ini sering


disebut kandidiasis (Lestari, 2018) 
Kandidiasis Oral
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur
Candida albicans. Yang disebut Monilia. Ini adalah infeksi
yang biasa ditemukan di dalam rongga mulut manusia,
dengan prevalensi 20-75% pada orang tanpa gejala.
Kandidiasis pada penyakit sistemik meningkatkan angka
kematian sekitar 71-79% (Lestari, 2018)  
II.3.3 Antifungi
Antijamur merupakan suatu senyawa baik itu alami,
semi-sintetis maupun sintetis yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme tanpa
mencederai host. Senyawa antijamur yang dihasilkan dari
metabolit sekunder beberapa tanaman dapat menyebabkan
kerusakan dinding sel, perubahan permeabilitas sel,
perubahan protein dan asam nukleat, penghambatan kerja
enzim, dan dapat menghambat kerja asam nukleat atau
protein.
Beberapa hal ini dapat mengawali terjadinya
perubahan menuju matinya sel jamur:
1. Kerusakan pada dinding sel
Dinding sel merupakan pelindung bagi sel,juga
berpartisispasi dalam proses-proses fisiologis tertentu.
Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara
menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah
selesai terbentuk. (Lestari, 2018)

2. Perubahan permeabilitas membran sel


Membran sitoplasma memelihara dan mengatur masuk
dan keluarnya zat tertentu di dalam sel dan menjaga
10

keutuhan komponen-komponen seluler. Kerusakan


membran ini menyebabkan penghambatan pertumbuhan
atau kematian sel (Lestari, 2018)
Perubahan molekul protein dan asam nukleat
Suhu tinggi dan konsentrasinya pekat berbagai zat
kimia dapat mengakibatkan denaturasi irreversible
komponen yang vital ini (Lestari, 2018)
II.4 Uji Penghambatan
Uji daya hambat bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:

1. Metode difusi
Metode difusi digunakan untuk menentukan aktivitas agen
antibakteri dan merupakan metode yang paling umum digunakan.
Metode difusi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu metode Kirby-
Bauer dan metode sumur. 
2.Uji Kirby Bauer
Metode difusi pelak (uji Kirby-Bauer) digunakan untuk menentukan
aktivitas antibakteri. Cawan yang berisi agen antimikroba diletakkan
di atas agar yang telah diinokulasi dan disebarkan di atas agar.
Sektor-sektor yang menunjukkan pertumbuhan yang jelas  
mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan agar.
Keunggulan dari tes difusi cakram termasuk fleksibilitas yang lebih
besar. Dalam pemilihan obat yang akan diuji  (Lestari, 2018)

II.5 Medium PDA (Potato Dexstrose Agar)


Salah satu media yang dapat digunakan untuk
menumbuhkan jamur Candida albicans adalah media PDA (Potato
Dextrose Agar) yang biasanya digunakan. Medium Potato Dextrose
Agar merupakan media yang terdiri dari dekstrosa, ekstrak kentang
dan agar.  Media ini sangat disukai untuk pertumbuhan jamur karena
11

tingkat keasaman rendah, antara pH 4,5 dan 5,6 dapat menghambat


pertumbuhan jamur.  (Ismawati, 2016). Dan suhu optimal untuk
pertumbuhannya adalah antara 25 dan 30°C. 
Sifat media dalam bentuk serbuk adalah homogen dan
berwarna coklat muda. , media jadi sedikit  keruh dan warnanya
berubah dari kuning muda menjadi kuning cerah. Tempat botol PDA
harus ditempatkan di lingkungan dengan kelembaban rendah, suhu
stabil dan terlindung dari embun beku dan cahaya dengan menutup
tutupnya sekencang mungkin. . Tanggal kedaluwarsa PDA harus
diperhatikan bahwa pembawa harus dibuang jika bubuk pembawa
menggumpal atau berubah warna.  
II.6 Komposisi Potato Dextrose Agar (PDA)
Safitri (2010) menyatakan komposisi media PDA (Potato
Dextrose Agar) yaitu: Potato extract : 200 gram Dextrose : 20 gram
Agar : 15 gram (Wahidah, dkk, 2019) menyatakan fungsi dari
komposisi media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah: Potato extract:
Potato extract atau ekstrak kentang merupakan sumber karbohidrat
atau makanan bagi biakan pada media PDA (Potato Dextrose Agar).
Dextrose: Dextrose atau gugusan gula baik itu monosakarida
maupun polisakarida merupakan penambah nutrisi bagi biakan pada
media PDA (Potato Dextrose Agar). Agar: Agar sebagai kompres.
Agar merupakan media/media kultur yang baik karena mengandung
air yang cukup. 
12
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian
eksperimen laboratorium mikrobiologi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sediaan sabun padat transparan ekstrak etanol
daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L) terhadap  jamur Candida
albicans . 
Alat dan bahan
lll.2.1 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,
batang pengaduk, blender, cetakan sabun, cawan porselin,
gelas ukur, gelas kimia, kain flannel, saringan, sendok
tanduk, serbet, timbangan analitik, rotary evaporator,
penangas, pipet tetes, lumpang stamper, pH meter, tabung
reaksi, kompor, wadah dan water bath.
lll.2.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
asam stearat, aquadest, aluminium foil, bahan uji Ekstrak
etanol daun ubi jalar (Ipomoea Batatas L).  etanol 96%,
gliserin, indikator, kertas saring, kertas perkamen, NaOH
30%, cling wrap, sukrosa, tissu, dan VCO.
III.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian telah dilakukan pada bulan maret-juni tahun 2023 di
Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

III.3 Prosedur Penelitian


III.4.1 Penyiapan Bahan Uji

13
Daun ubi jalar ungu (Ipomea batatas L) .diperoleh dari
Batulabbu, Kelurahan Lembang gantarang keke, Kecamatan
Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.

III.4.2 Pengolahan Bahan Uji


Daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L) dipetik pada
waktu pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00. Daun yang diambil
adalah daun muda segar dan tidak berjamur, lalu disortasi
basah kemudian diangin-anginkan hingga kering. Setelah
kering selanjutnya diserbukkan dan sampel siap di ekstraksi.
III.4.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L) Dengan Metode Maserasi
Ditimbang 250 gram simplisia kering daun ubi jalar
ungu, kemudian dimasukkan ke dalam wadah maserasi
dengan penambahan cairan penyari etanol 96% sebanyak
2500 ml (perbandingan 1:10) kedalam wadah maserasi yang
berisi daun ubi jalar ungu kemudian sampai terendam
seluruhya. setelah itu rendam selama 6 jam sambil sekali-
sekali diaduk, lalu diamkan selama 18 jam. Kemudian
dilakukan penggantian pelarut (remaserasi) dilakukan
sebanyak 2 kali dengan pelarut etanol 96%. Semua hasil
maserat dikumpulkan, kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 24,02
gram dan hasil rendamen yang diperoleh sebanyak 9,60%.

III.4 Pembuatan Sediaan Sabun Padat Transparan


Pembuatan sabun dilakukan dengan menyiapkan
alat dan bahan kemudian asam stearat dan VCO di masukkan
kedalam gelas kimia 250 ml lalu di panaskan sampai suhu
60°C aduk hingga homogen, di tambahkan gliserin, etanol dan
aquadest aduk hingga homogen, dimasukkan NaOH sedikit
demi sedikit ditambahkan sukrosa kemudian di aduk hingga
suhu 60°C-70°C. Ditimbang ekstrak etanol daun ubi jalar ungu
sebanyak 1 gram dan 1,5 gram, masukkan ekstrak tersebut ke
dalam formula 2 dan 3, diaduk terus sampai homogen.
Dimasukkan kedalam cetakan sabun kemudian di

diamkan selama 1x24 jam pada suhu ruang. Lakukan pengerjaan


yang sama tanpa menambahkan ekstrak daun ubi jalar ungu.

Tabel 1. Master Formulas sediaan sabun padat transparan


Bahan Konsentrasi (%)
Asam stearat (g) 17,5
VCO (ml) 50
NaOH 30% (g) 8
Gliserin (ml) 6
Sukrosa 25
Etanol 96% (ml) 30
Aquadest 50

Tabel 1. Formulasi sediaan sabun transparan


Sumber : (Rosi et al., 2021)

III.6 Rancangan Formulasi


Tabel 2. Rancangan formulasi sabun Padat transparan
ekstrak daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L)
Konsentrasi
No Nama Bahan Kegunaan
F0 F1 F2
1. Ekstrak daun ubi Zat aktif - 2% 3%
jalar ungu
2. Asam stearat Zat tambahan 17,5 g 17,5 g 17,5 g
3. VCO Bahan dasar 50 ml 50 ml 50 ml
4. NaOH 30% Zat pembawa 8g 8g 8g
5. Gliserin Humektan 6 ml 6 ml 6 ml
6. Sukrosa Humektan 25g 25g 25g
7. Etanol 96% Pelarut 30ml 30ml 30ml
8. Aquadest ad Pelarut 50ml 50ml 50ml

lll.7 Uji Aktivitas Antijamur Sabun Padat Transparan


lll.7.1 sterilisasi alat
Metode sterilisasi alat pada penelitian ini terdiri dari
menyiapkan alat yang akan digunakan, kemudian
mencucinya dengan sabun dan air,
dan dikeringkanKemudian  ditutup tabung reaksi dan
keluarkan dengan kapas, tutup tabung reaksi dan
keluarkan dengan kertas dan masukkan instrumen yang
tidak pecah ke dalam oven pada suhu 180°C selama 2
jam. sedangkan alat yang berskala dimasukkan ke dalam
autoklaf dan dikunci dengan aman lalu dihubungkan ke
stopkontak, tunggu hingga mencapai 121°C selama 15
menit. kemudian dibuka penutup/penjepit autoklaf dan
keluarkan uap dari autoklaf dan keluarkan peralatan yang
telah disterilkan. 
lll.7.2 Pembuatan Media PDA
Timbang 3,9 g, tambahkan enlemeyer, lalu larutkan
hingga 100 ml dengan air aquadest. Kemudian aduk hingga
mendidih, sesekali dikocok selama 1 menit atau hingga
bubuk benar-benar larut. dimasukkan hingga 5 ml dalam
tabung reaksi. Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C
selama 15 menit. Tempatkan tabung dalam posisi miring
selama kurang lebih 15 menit, biarkan media memadat, lalu
gunakan sebagai media kultur untuk jamur Candida
albicans. 
lll.7.3 Penyiapan Jamur Uji
Prosedur preparasi jamur pada penelitian ini
adalah peremajaan jamur, pengambilan ose dari biakan
murni Candida albicans menggunakan jarum ose steril,
diinokulasikan pada PDA miring, diinkubasi pada suhu 35-
37°C selama 24 jam. Selain itu, dibuat suspensi jamur
dengan menggunakan batang jamur Candida albicans yang
diregenerasi pada media PDA, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 9 ml larutan NaCL 0,9% dan diaduk
hingga diperoleh suspensi jamur. 
III.7.4 Zona Hambat
Setiap sabun uji ditimbang hingga 1g kemudian
dilarutkan dengan 10ml aquadest, sabun
antijamur dipasaran sebagai kontrol positif ditimbang hingga
50mg kemudian larutkan 50 ml air aquadest dan buat larutan
CMC 1% sebagai kontrol negatif (1 g M dilarutkan dalam 100
ml air aquadest).  Pelat kertas kemudian direndam dalam
masing-masing larutan sabun uji selama 15 menit. PDA
disiapkan dalam cawan petri, kemudian setiap kertas
cakram diletakkan dalam cawan petri. Inkubasi dilakukan
selama 24 jam pada suhu 37°C. Zona bening yang terbentuk
di sekitar pelat kertas kemudian diukur diameternya
dengan jangka sorong. 
lll.8 Uji Aktivitas Sabun Padat Transparan
Disiapkan medium PDA, Kemudian dituang secara aseptis
kedalam cawan petri sebanyak 20 ml dan biarkan memadat.
Setelah campuran medium PDA memadat kemudian dibuat lubang
sumuran menggunakan pencadang sebanyak 3 lubang. Jarak tiap
pencadang 3 cm dan jarak pencadang dengan tepi media 2 cm.
Lubang 1 diisi dengan sabun transparan tanpa ekstrak etanol daun
ubi jalar sebagai basis, lubang 2 diisi dengan sabun transparan
ekstrak ekstrak etanol daun ubi jalar ungu 2% dan lubang 3 diisi
dengan sabun transparan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu
sebanyak 3%. Diberi label pada dasar cawan petri dengan benar.
Media inkubasi pada suhu 37C selama 2x 24 jam.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak etanol ubi jalar


ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap Candida albicans diperoleh
sebagai berikut.

24.02 g
Rendemen= x 100 %=9.60 %
250 g

Tabel 3. Hasil diameter zona hambat

Daya Hambat (mm)


Replikasi Konsentrasi Konsentrasi
Kontrol (-)
(2%) (3%)
I 16.81 18.71 19.75
II 19.51 22.45 23.80
III 17.60 17.85 20.71
Rata – rata 17.60 18.71 19.60
Kategori Kuat

IV.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dimulai dengan pengambilan bahan uji
daun ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L.) yang diperoleh dari Daerah
Batulabbu, Kelurahan Lembang Gantarang Keke, Kecamatan
Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Bahan
uji daun ubi jalar ungu dilakukan sortasi basah dan sortasi kering
kemudian dilakukan perajangan selanjutnya dilakukan proses
ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol
96%, maserasi dilakukan selama 1x24 jam dan dilakukan remaserasi
pada hari berikutnya selama 1x24 jam. Kemudian hasil maserat yang
diperoleh dipekatkan dengan menggunakan alat rotavapor lalu
dilakukan penguapan diatas waterbath sampai diperoleh ekstrak
kental.

Setelah diperoleh ekstrak kental daun ubi jalar ungu (Ipomoea


batatas L.), selanjutnya dibuat dalam bentuk sediaan sabun padat
transparan dengan konsentrasi 2% dan 3%, serta dibuat pula kontrol
negatif (-) atau basis sediaan sabun padat transparan. Yang
kemudian digunakan untuk uji aktivitas terhadap pertumbuhan
Candida albicans.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga cawan petri yang berisi


medium PDA dan suspensi bakteri yang telah dihomogenkan dan
dibiarkan memadat, kemudian dibuat tiga lubang sumuran
menggunakan pencadang lalu diisi dengan sediaan sabun padat
transparan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
menggunakan spoit pada masing-masing lubang sumuran yang telah
ditandai sediaan konsentrasi 2%, 3% dan sabun padat transparan
atau kontrol (-), kemudian diinkubasi dengan temperatur 37°C
selama 2x24 jam dalam inkubator, lalu diamati daya hambat bakteri
yang dihasilkan.

Penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil diameter


zona hambat sabun padat transparan ekstrak etanol daun ubi jalar
ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 2% memiliki daya
hambat rata-rata 18.71 mm, dan konsentrasi 3% memiliki daya
hambat rata-rata 19.60 mm, sedangkan kontrol (-) memiliki daya
hambat rata-rata 17.60 mm.

Tabel 4. Tingkat penghambatan pertumbuhan jamur

DIAMETER RESPON
ZONA HAMBAT PENGHAMBATAN JAMUR
>20 mm Sangat Kuat
11-20 mm Kuat
5-10 mm Sedang
<5 mm Kurang

Berdasarkan hal ini maka sabun padat transparan ekstrak


etanol daun ubi jalar ungu dengan konsentrasi 2% dan 3% dengan
diameter zona hambat 18.71 mm dan 19.60 mm dikategorikankuat
Sedangkan kontrol (-) atau basis sabun padat transparan ekstrak
etanol daun ubi jalar ungu memiliki diameter zona hambat 17.60 mm,
hal ini bisa saja dikareinakan komposisi bahan sabuin padat
transparan meimiliki aktivitas antijamur. Meinuiruit Feibriyeinti (2015)
pembentukan zona hambat terjadi pada basis, karena salah
i i i i i

satu komponen dasarnya yaitu VCO mengandung asam laurat yang


i i i i i i

memiliki efek antibakteri. Senyawa antibakteri dalam sabun dapat


i i i i i i i

memberikan aktivitas maksimal dalam me nghambat bakteri karena


i i i i i

sabun bersifat hidrofilik-lipofilik. Sedangkan menurut Supriyanta


i i i i i i i

(2021) adanya daerah hambat pada kontrol negatif yang digunakan


i i i

tanpa ekstrak daun ubi jalar ungu karena pengaruh dari bahan-bahan
i i i i i i i i
yang bersifat antiseptik dan antimikroba seperti etanol 96% dan
i i i i i

NaOH. Etanol mempuyai sifat antiseptik yang baik karena etanoli i i i i i

mampu mendenaturasi protein dan melarutkan lemak yang terdapat


i i i i i i i i i

pada dinding bakteri sedangkan NaOH diketahui mempuyai sifat i i i i i i

antimikroba. Senyawa inilah yang diduga dapat menambah sifat daya i i i

hambat antijamur dari sabu n padat transparan selain ekstrak etanol i i i i

daun ubi jalar ungu. Dengan demikian sediaan sabun padat


i i i i i i i i

transparan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) i i i i i i i

dengan konsentrasi 2% - 3% serta kontrol (-) tingkat daya hambat


i i i

bakteri terhadap Candida albicans tergolong kuat.


i i i i

Hasil uji daya hambat yang diperoleh menunjukkan bahwa i i i i i i

sediaan sabun padat transparan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu
i i i i i i i i

(Ipomoea batatas L.) memiliki kemampuan dalam menghambat


i i i i i

pertumbuhan jamur candida albicans. Hal ini dibuktikan dengan


i i i i i

terbentuknya zona bening atau zona hambat dimana zona hambat


i i i i i

merupakan daerah jernih di sekitar sumur dari media pertumbuhan


i i i i i i i i i i i

bakteri yang tidak ditumbuhkan jamur (Putri et al., 2016). Aktivitas


i i i i i

antijamur tersebut disebabkan oleh senyawa kimia yang terdapat di i i i i i i i

dalam ekstrak daun ubi jalar ungu yaitu senyawa flavonoid yang
i i i i i i i

mekanisme kerjanya merusak permeabilitas dinding sel bakteri,


i i i i i i i i i

mikrosom dan lisosom melalui interaksi antara flavonoid dan DNA i i i

bakteri. i

Dari hasil zona hambat yang didapatkan se diaan sabun padat i i

transparan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) i i i i i i i

dengan konsentrasi 3% memiliki daya hambat yang paling optimal.


i i i

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan i i i yaitu zona hambat yang i

dihasilkan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi, sehingga i i i i i

dapat diasumsikan bahwa terdapat i i hubungan berbanding lurus


i i i i i

antara konsentrasi dan zona hambat yang dihasilkan. i


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan hingga dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan sediaan sabun padat transparan dengan ekstrak
etanolik daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) dengan
konsentrasi 2% pada konsentrasi 3% memiliki daya hambat yang
kuat. 
2. Sediaan sabun padat transparan ekstrak etanol daun ubi jalar
ungu (Ipomoea Batatas L) yang memiliki daya hambat paling
optimal adalah konsentrasi 3% terhadap Candida albicans.

V.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka disarankan
pada penelitian selanjutnya yaitu pengujian aktivitas ekstrak etanol sabun
padat transparan antijamur daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L)
dengan jamur percobaan yang berbeda. 
DAFTAR PUSTAKA
Adhayanti, I., & Ahmad, T. (2021). Pengaruh Metode Pengeringan
Terhadap Karakter Mutu Fisik Dan Kimia Serbuk Minuman Instan
Kulit Buah Naga. Media Farmasi, 16(1), 57.
https://doi.org/10.32382/mf.v16i1.1418
Lestari, A. P. (2018). Efektivitas Ekstrak Etanol Umbi Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L) dalam Menghambat Pertumbuhan Candida
albicans(In-Vitro). 8–23. http://repository.unimus.ac.id/2098/
Lilis Sukeksi, Meirany Sianturi, & Lionardo Setiawan. (2018). Pembuatan
Sabun Transparan Berbasis Minyak Kelapa Dengan Penambahan
Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Bahan
Antioksidan. Jurnal Teknik Kimia USU, 7(2), 33–39.
https://doi.org/10.32734/jtk.v7i2.1648
Listiani, P. A. R., & Indraswari, P. I. I. (2021). Formulasi, Evaluasi Mutu
Fisik, dan Uji Aktivitas Antijamur Sabun Transparan Ekstrak Etanol
96% Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob.).
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of
Indonesia), 18(2), 324. https://doi.org/10.30595/pharmacy.v18i2.9035
Lolok, N., Awaliyah, N., & Astuti, W. (2020). Formulasi Dan Uji Aktivitas
Sediaan Sabun Cair Pembersih Kewanitaan Ekstrak Daun Waru
(Hibiscus tiliaceus) Terhadap Jamur Candida albicans. Jurnal
Mandala Pharmacon Indonesia, 6(01), 59–80.
https://doi.org/10.35311/jmpi.v6i01.53
Nandani, R., Arif, M. R., Purwati, E., & Safitri, C. I. N. H. (2021). Formulasi
dan Uji Mutu Fisik Sediaan Sabun Padat Herbal Ekstrak Daun Ubi
Jalar Ungu (Ipomea batatas L) dengan Penambahan Madu. Prosiding
SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek), 453–
459.
Pangaribuan, L. (2017). Efek Samping Kosmetik Dan Penangananya Bagi
Kaum Perempuan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(2), 20–28.
https://doi.org/10.24114/jkss.v15i2.8771
Pramushinta, I. A. K., & Ajiningrum, P. S. (2018). Formulasi Sediaan
Sabun Padat Transparan Dengan Penambahan Ekstrak Biji Bunga
Matahari (Helianthus annus L.). STIGMA: Jurnal Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Unipa, 11(01), 77–84.
https://doi.org/10.36456/stigma.vol11.no01.a1511
Purbasari, K., & Sumadji, A. R. (2018). Studi Variasi Ubi Jalar (Ipomoea
Batatas L) Berdasarkan Karakter Morfologi di Kabupaten Ngawi.
Florea : Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 5(2), 78.
https://doi.org/10.25273/florea.v5i2.3359

23
Rieska Alfiah, R., Khotimah, S., & Turnip, M. (2015). Efektivitas Ekstrak
Metanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth)
Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Protobiont, 4(1),
52–57.
Rosi, D. H., Mulyani, D., & Deni, R. (2021). Formulasi Sediaan Sabun
Padat Transparan Minyak Atsiri Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) (L.)
Osbeck. Jurnal Farmasi Higea, 13(2), 124.
https://doi.org/10.52689/higea.v13i2.373
Setiawati, A., Fitriani, V. Y., & Masruhim, M. A. (2016). Aktivitas
Antiinflamasi Ekstrak Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas Poir.)
TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus). Jurnal Sains Dan
Kesehatan, 1(6), 316–320. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i6.68
Usmania, I. D. A., & RahmaPertiwi, W. (2012). Pembuatan Sabun
Transparan dari Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 7–10.
Widya, P. P. (2020). Formulasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun
Jambu Kaliang ( Syzigium cumini L.)Dan Uji Aktivitas Antioksidan
Dengan Metode DPPH. Doctoral Dissertation, 10–15.
Zalfiatri, Y., Hamzah, F., & Simbolon, M. T. (2018). Pembuatan Sabun
Transparan Dengan Penambahan Ekstrak Batang Pepaya Sebagai
Antibakteri. Chempublish Journal, 3(2), 57–68.
https://doi.org/10.22437/chp.v3i2.5713

ITIS. 2023a. “Taxonomic Hierarchy : Ipomoea batatas.” Diakses 21


Februari 2023 dari (https://www.itis.gov).

Anda mungkin juga menyukai