Anda di halaman 1dari 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Khusnul dkk. (2017), menunjukkan bahwa ekstrak

etanol rimpang lengkuas mampu menghambat pertumbuhan jamur

Tricophyton rubrum. Pada konsentrasi ekstrak 30%, diameter zona hambat

sebesar 3 mm. Selanjutnya pada konsentrasi 40% (6 mm); 50% (12 mm);

60% (12 mm); 70% (14 mm); 80% (14 mm); 90% (16 mm); dan 100% (18

mm).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Violita dkk. (2013), menunjukkan

bahwa air perasan rimpang lengkuas mampu menghambat pertumbuhan

jamur Malassezia furfur. Pada konsentrasi ekstrak 20%, diameter zona

hambat sebesar 10 mm. Selanjutnya pada konsentrasi 40 % (10,75 mm); 60%

(11,5 mm); 80% (12,25 mm); dan 100% (12,765 mm).

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan

adalah penggunaan ekstrak rimpang lengkuas sebagai senyawa antijamur.

Ekstrak rimpang lengkuas digunakan sebagai pengganti PPM sintetik dalam

menghambat pertumbuhan isolat-isolat jamur kontaminan pada medium

kultur jaringan. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah

jenis jamur yang diuji.

5
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
B. Landasan Teori

1. Kultur Jaringan Tanaman

Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian

tanaman, seperti jaringan, organ, ataupun embrio, lalu dikultur pada

medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut

mampu beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap

(Zulkarnain, 2011).

Berbeda dengan teknik perbanyakan vegetatif konvensional,

kultur jaringan melibatkan pemisahan komponen- komponen biologis

dan tingkat pengendalian yang tinggi dalam memacu proses regenerasi

dan perkembangan jaringan. Setiap urutan proses dapat dimanipulasi

melalui seleksi bahan tanaman, medium kultur, dan faktor-faktor

lingkungan, termasuk eliminasi mikroorganisme seperti jamur dan

bakteri. Semua itu dimaksudkan untuk memaksimalkan produk akhir

dalam bentuk kuantitas dan kualitas tanaman yang dihasilkan (

Zulkarnain, 2011).

2. Medium Kultur Jaringan

Medium kultur jaringan merupakan substratum yang digunakan

dalam laboratorium kultur jaringan untuk menumbuhkan eksplan,

biasanya dalam bentuk cairan, padat ataupun setengah padat yang terdiri

dari berbagai zat kimia (Nurhayati, 2010). Medium pada kultur jaringan

sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan

eksplan sehingga bagian-bagian eksplan yang ditanam dapat

6
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
memperbanyak diri dan berenegerasi menjadi tanaman sempurna

(Tuhuteru dkk., 2012). Menurut Kristina (2017) medium kultur jaringan

juga sangat mendukung bagi pertumbuhan mikroorganisme kontaminan

seperti jamur dan bakteri yang dapat tumbuh menutupi permukaan

medium dan eksplan yang ditanam.

3. Kontaminasi pada Medium Kultur Jaringan

Kontaminasi pada kultur jaringan adalah keadaan dimana medium

kultur jaringan ditumbuhi oleh kontaminan. Menurut Susilowati (2001),

medium pertumbuhan pada kultur jaringan mengandung sukrosa dan zat

hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban dan suhu yang hangat. Hal itu

memungkinkan mikroorganisme serta spora jamur tumbuh dan

berkembang dengan pesat (Susilowati, 2001).

Kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman

terdiri atas dua jenis yaitu kontaminasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh

cendawan/jamur. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri

menunjukkan ciri-ciri terbentuknya lapisan lendir berwarna putih dan

putih kecoklatan di bagian permukaan media, sedangkan kontaminasi

yang disebabkan oleh jamur menunjukkan ciri-ciri terbentuknya lapisan

hifa berwarna putih dan putih kelabu hitam di permukaan media yang

terkontaminasi (Shofiyani, dkk., 2015). Beberapa jamur kontaminan

tersebut dapat langsung bersifat patogenik dan menyebabkan penyakit

pada eksplan tanaman (Gandahusada, 2006). Selain itu, menurut Kristina

(2017), perbedaan antara medium dan eksplan yang terkontaminasi yaitu

7
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
medium yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala berwarna putih

atau merah, sedangkan eksplan yang terkontaminasi akan menunjukan

gejala sel berwarna coklat tua dan berwarna putih disebabkan jamur dan

bakteri yang akan nampak berupa koloni-koloni di permukaan medium.

Kontaminasi tersebut merupakan kendala yang biasa terjadi dalam

melakukan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan.

4. Tanaman Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan tumbuhan tegak yang

tinggi batangnya mencapai 2 –2,5 meter. Lengkuas dapat hidup di daerah

dataran rendah sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200 meter diatas

permukaan laut. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari

susunan pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang

dan antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-

pelepah saja, sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah

lengkap dengan helaian daun. Bunganya muncul pada bagian ujung

tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga

mempunyai aroma yang khas (Kemenkes RI, 2011).

Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan salah satu tanaman

anggota famili Zingiberaceae yang rimpangnya dapat dimanfaatkan

sebagai obat sakit perut, karminatif, anti jamur, antigatal, bengkak, anti

allergi, dan antihipoglikemik (Matsuda. 2003). Menurut Fachrudin

(2015) lengkuas juga mengandung antimikrobial diterpene dan eugenol

yang mempunyai aktivitas antifungi.

8
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
a. Klasifikasi Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman lengkuas

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Species : Alpina galanga L.

b. Kandungan Fitokimia Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Lengkuas dikenal kaya kandungan kimia antara lain flavonoid,

saponin, tanin, dan alkaloid (Khusnul dkk, 2017). Selain itu lengkuas

juga mengandung senyawa golongan fenol dan terpenoid (Yuharmen

dkk., 2002). Senyawa flavonoid, saponin, tanin, fenol, dan terpenoid

tersebut diketahui berkhasiat sebagai antijamur. Rimpang lengkuas

mengandung kurang lebih 1% minyak atsiri berwarna kuning

kehijauan yang terutama terdiri atas 48% metil sinamat, 20-30%

sineol, eugenol, 1% kamfer, seskuiterpen, dan galangin (Sinaga,

2003).

Komponen kimia utama yang memberikan aroma pada

lengkuas adalah senyawa asetoksikhavikol asetat (ACA/galangal

9
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
asetat) yang bersifat sebagai anti allergi, anti oksidan, dan anti jamur

(Jansenn dan Scheffer 1985). Galangal asetat tidak stabil dalam

bentuk larutan karena mudah mengalami reaksi hidrolisis, dan

senyawa ini tidak terdapat dalam minyak atsiri lengkuas. Senyawa

dari lengkuas yang sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan

jamur Trichophyton mentagrophytesdan Candida albicans adalah (E)-

8β,17 epoksilabd-12-en-15, 16-dial, (E)-8- (17)-12-labadiene-15, 16

dial, dan galanolakton. Senyawa-senyawa tersebut termasuk dalam

golongan diterpen yang bersifat antijamur (Windono dan Sutarjadi

2002).

c. Penapisan Fitokimia Lengkuas

Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia

secara kualitatif untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam

suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit

sekunder yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid,

glikosida, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin (Harbone, 1987).

Metode penapisan fitokimia dilakukan dengan pengujian warna

dengan menggunakan suatu pereaksi warna (Widayanti dkk.,2009).

Pada penelitian kali ini dilakukan penapisan fitokimia pada lengkuas

untuk mengetahui ada tidaknya senyawa metabolit sekunder saponin,

tanin, dan flavonoid, yang terkandung di dalamnya.

Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada

tumbuhan berpembuluh, terikat pada gula sebagai glikosida dan

10
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
aglikon flavonoid. Flavonoid tersebut terdapat dalam bagian vegetatif

maupun bunga. Beberapa fungsi flavonoid dalam tumbuhan yang

mengandungnya ialah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis,

kerja antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap serangga

(Robinson, 1995) .Dalam menganalisis flavonoid, yang diperiksa

adalah aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah dihidrolisis.

Proses ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidih untuk

menghindari oksidasi enzim (Harborne, 1987).

Tanin merupakan senyawa umum yang terdapat dalam

tumbuhan berpembuluh, memiliki gugus fenol, memiliki rasa sepat

dan mampu menyamak kulit karena kemampuannya menyambung

silang protein. Jika bereaksi dengan protein membentuk kopolimer

mantap yang tidak larut dalam air. tanin secara kimia dikelmpokkan

menjai dua golongan yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis.

Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap

terbentuk dengan cara kondensasi ketekin tunggal yang membentuk

senyawa dimer dan kemudian oligomer yan lebih tinggi. Tanin

terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis jika

dididihkan dengan asam klorida encer (Harborne, 1987). Menurut

Robinson (1995), kadar tanin yang tinggi mempunyai arti pertahanan

bagi tumbuhan yaitu untuk membantu mengusir hewan pemangsa

tumbuhan. Tanin juga merupakan senyawa aktiv dalam tumbuhan

obat. Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan,

11
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
menghambat pertumbuhan tumor, dan menghambat enzim seperti

„reverse‟ transkriptase dan DNA topoisomerase.

Saponin adalah glikosida triterpen yang merupakan senyawa

aktif permukaan dan bersifat seperti sabun yang jika dikocok kuat

akan menimbulkan busa. Pada konsentrasi yang rendah sering

menyebabkan hemolisis sel darah merah pada tikus. (Harborne,

1987).

5. Identifikasi dan Karakteristik Jamur

Identifikasi suatu jamur dapat dilakukan dengan mengamati

karakteristik makroskopis dan mikroskopis jamur tersebut. Karakteristik

makroskopis yang dapat diamati meliputi diameter koloni, warna

permukaan koloni, warna balik koloni, tekstur permukaan koloni, tepi

koloni, bentuk koloni, zonasi, daerah tumbuh, garis radial, tetes eksudat,

dan warna eksudat (Kristina,dkk 2017).

Menurut Fifendy (2017), karakteristik mikroskopis jamur yang

diamati meliputi :

a. Tipe hifa, bersepta atau tidak, jernih atau keruh, dan berwarna atau

tidak.

b. Tipe spora seksual (oospora, zygospora, akrospora, atau basidiospora)

dan aseksual (sporangiospora, konidia)

c. Tipe badan buah, bentuk, ukuran, warna, letak spora atau konidia.

Bentuk sporangiofor atau konidiofor, kolumela atau vesikula.

d. Bentuk, warna dan ukuran sel.

12
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
e. Bentukan khusus misalnya adanya stolon, rhizoid, klamidiospora, dan

lain-lain.

C. Kerangka Pemikiran

Teknik kultur jaringan tanaman adalah perbanyakan tanaman dengan

menggunakan bagian vegetatif tanaman yang ditumbuhkan dalam medium

pertumbuhan buatan yang steril. Kultur jaringan sangat diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pasar terhadap tanaman yang berkualitas unggul karena

mampu dilakukan dalam waktu singkat dan tempat yang terbatas. Namun

teknik ini sering terkendala dengan adanya kontaminasi pada medium

pertumbuhannya oleh jamur. Upaya selama ini untuk mengatasinya yaitu

menggunakan Plant Preservative Mixture (PPM).

Aplikasi penambahan PPM dalam kultur jaringan merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan tingginya biaya produksi dikarenakan harga

PPM sintetik cukup mahal yaitu dalam kemasana botol isi 30 ml sehargaRp.

1.200.000, dan tidak mudah. Oleh karena itu diperlukan pengganti PPM alami

yang dapat digunakan untuk menggantikan peran PPM sintetik .

PPM alami dapat dibuat dengan menggunakan ekstrak tanaman yang

memiliki senyawa metabolit sekunder. Salah satu tanaman yang berpotensi

sebagai pengganti PPM sintetik tersebut yaitu rimpang lengkuas (Alpinia

galanga L.). Rimpang lengkuas diketahui mengandung senyawa flavonoid,

saponin, dan tanin yang mempunyai efek antijamur (Khusnul dkk, 2017).

13
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
Kultur Jaringan
Tanaman

Kontaminasi
Medium oleh Jamur

PPM alami PPM Sintetik

Mahal dan tidak


mudah didapat

Murah dan mudah Ekstrak Rimpang


didapat Lengkuas

Flavonoid, saponin,
dan tanin

Pertumbuhan jamur
kontaminan terhambat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

14
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020
D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) tidak mampu

menghambat isolat jamur kontaminan pada medium kultur jaringan

tumbuhan

Ha : Ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) mampu

menghambat isolat jamur kontaminan pada medium kultur jaringan

tumbuhan

15
Uji Kemampuan Ekstrak…, Safitri Syasya Arofah, FKIP UMP, 2020

Anda mungkin juga menyukai