Disusun Oleh :
Nurjanah (08180100246)
Jalaludin (08180100243)
JAKARTA SELATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Upafilum : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida Albicans
(Dian , 2008 )
2.1.2 Morfologi
2.1.3 Patogenitas
a) Mulut
Infeksi mulut (sariawan) terutama pada bayi terjadi pada selaput
mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebagian
besar terdiri atas pseudomiselium, epitel yang berkelupas, dan
terdapat erosi yang minimal pada selaput. Pertumbuhan candida
albicans didalam mulut akan lebih subur bila disertai kortikosteroid,
antibiotika, kadar glukosa tinggi, dan imunodefisiensi.(Jawets et
al,2005)
b) Genitalia wanita
Vulvovaginitis terjadi menyerupai sariawan tetapi menimbulkan
iritasi, gatal hebat, dan penegluaran secret. Hilangnya Ph
asammerupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis candida
albicans. Dalam keadaan normal pH yang asam dipertahankan oleh
bakteri vagina. Diabetes, kehamilan, progesterone, atau pengobatan
antibiotika merupakan predisposisi penyakit ini.(Jawets,et al,2005)
c) Kulit
Jamur ini sering ditemukan di daerah lipatan misalnya ketiak, bawah
payudara, lipat paha, lipat pantat, dan sela jari kaki. Kulit yang
terinfeksi tampak kemerahan, agak basah, bersisik halus, dan
berbatas tegas. Gejala utama adalah rasa gatal dan rasa nyeri bila
terjadi maserasi atau infeksi sekunder oleh kuman.(Jawets et
al,2005).
d) Kuku
Kuku yang terinfeksin tampak tidak mengkilat, berwarna seperti
susu, kehijauan atau kecoklatan, adang-kadang permukaan kuku
timbul dan tidak rata. Dibawah permukaan yang keras terdapat
bahan rapuh yang mengandung jamur. Kelainan ini dapat mengenai
satu, beberapa, atau seluruh jari tangan dan kaki.(Jawets el al,2005)
e) Saluran pencernaan
Stomatitis dapat terjadi bila khamir menginfeksi rongga mulut.
Gambaran klinisnya khas berupa bercak-bercak putih kekuningan
yang menimbul pada dasar selaput lendir yang merah. Hampir
seluruh selaput lendir mulut termasuk lidah dapat terkena. Gejala
yang ditimbulkannya adalah rasa nyeri terutama bila tersentuh
makanan.(Jawetz et al,2005)
2.1.5 Imunitas
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari satu atau
beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi berulang
dari pengumpulan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kotak antara
bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antar muka bahan ekstraksi
dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi
(Sudjadi,1988). Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara
dingin dan cara panas jenis–jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut :
1. Satu seri tabung reaksi yang diisi medium cair sel fungi yang diuji.
3. Kemudian, seri tabung diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam
diamati terjadinya kekeruhan konsentrasi terendah bahan antifungi
pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak
jernih (tidak ada pertumbuhan jamur merupakan konsentrasi hambat
minimum).
4. Biakan dari semua yang jernih ditumbuhkan pada medium agar padat.
Kemangi (Ocimum sanctum) adalah spesies basil yang paling terbesar di seluruh
dunia, baik dalam bentuk segar ataupun untuk produksi minyak esensial.
Diantara genus Ocimum L., kemangi merupakan salah satu spesies yang menarik
karena aroma dan rasanya. Herbal ini digunakan oleh orang Asia sebagai obat
dan bahan masakan dari generasi ke generasi. Minyak dari tumbuhan ini juga
digunakan secara luas pada industri farmasi dan industri parfum (Kicel, 2005).
Tanaman kemangi tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran
tinggi. Kemampuan kemangi untuk beradaptasi di berbagai ketinggian
menyebabkan tanaman inimudah dibudidayakan di berbagai topografi (Voight,
1995).
Batang kemangi berbentuk bulat, berbulu berwarna hijau dan kadang keunguan.
Memiliki aroma yang khas dengan tinggi tanaman antara 60-70 cm dari
permukaan tanah. Memiliki bunga yang bergerombol, mahkota bunganya
berwarna keunguan. Selain memiliki bunga, kemangijuga memiliki biji dengan
ukuran 0,1 mm. Bijinya bulat berwarna cokelat dengan berat 100 butir sekitar
0,026 g. Hasil ternak selama satu periode musim tanam (tiga kali panen) berkisar
antara 34.117 – 83.958 kg/plot untuk 50 tanaman (Hadipoentyanti & Wahyoeni,
2008).
Tabel Komposisi Kimia Daun Kemangi per 100 gram Bagian yang Dapat
Dimakan
Nilai Gizi
Jumlah
Kalori (kal)
4,3
Protein (g)
3,3
Lemak (g)
1,2
Karbohidrat (g)
7,0
Kalsium (g)
320
Fosfor (g)
38
Besi (mg)
4,8
Β-karoten (µg)
4500
Thiamin (mg)
0,08
Riboflavin (mg)
0,35
Niasin (mg)
0,008
Air (%)
86,5
Bagian tanaman kemangi adalah daun, bunga, batang, dan akar. Biji diketahui
memiliki potensi terapeutik dan telah digunakan sebagai ekspetoran, analgesik,
anti kanker, anti asmatik, anti diabetes, anti fertilitas dan anti stress. Jus daun
kemangi bersama dengan triphala digunakan dalam tetes mata direkomendasikan
untuk glucoma, katarak, kronis konjungtivitis dan penyakit mata. Jus daun segar
juga diberikan kepada pasien untuk mengobati demam kronis, disentri,
pendarahan dan dyspepsia. Daun kemangi juga dapat mengurangi muntah
sebagai profilaksis terhada malaria (Dadang dan Prijono, 2008).
BAB IV
KESIMPULAN
Korespondensi :
PENDAHULUAN
Candida albicans merupakan mikroorganisme normal dalam rongga mulut yang
bersifat lokal. Candida albicans sangat berperan terhadap 50% dari seluruh infeksi jamur
akibat genus Candida1. Saat kondisi imun tubuh manusia turun Candida albicans akan
menyebabkan kandidiasis. Kandidiasis merupakan suatu penyakit yang dapat menginfeksi
bagian lipatan kulit (intertriginosa), vagina (vulvovaginitis), bagian dalam rongga mulut
(thrush), dan kuku (paronikia)2,3.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini
menggunakan jenis post only grup design. Sampel penelitian berupa ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
serta koloni Candida albicans. Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) sebanyak 500 gram
dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan hingga kering. Daun
yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan blender. Serbuk daun kemangi
dimaserasi menggunakan etanol 96% sebanyak 100 ml selama 24 jam7. Hasil maserasi
disaring menggunakan kertas saring dan didapat maserat setelah itu diuapkan dengan
rotary evaporator dengan kecepatan 5-240 rpm pada suhu 40-50oC selama 5-8 putaran7
hingga didapat ekstrak dalam bentuk cairan daun kemangi.
100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% yang dalam posisi terbalik, tekan tombol resert
nantinya akan diencerkan sebanyak 5 ml. untuk mengkondisikan dalam posisi nol
Pembuatan ekstrak daun kemangi 100% (0), kemudian koloni jamur dihitung
yaitu dengan mengisi tabung 1 dengan dengan cara menekan koloni dengan
ekstrak murni daun kemangi sebanyak 10 ujung pensil. Jika terlalu dalam,
ml, kemudian pada tabung 2-4 masing- menghitung koloni jamur dilakukan
masing diisi 5 ml media Broth. Tabung 2 dengan menekan tombol average 1 kali
ditambahkan 5 ml ekstrak dari tabung 1, untuk mengurangi tekanan, kemudian
kemudian dicampur dan seterusnya tekan tombol resert untuk mengurangi
sampai tabung 5. sejumlah nilai, dan dilanjutkan dengan
Identifikasi dilakukan menghitung jumlah koloni.
menggunakan Germinating Tube Test. Data yang diperoleh kemudian
Hasil yang didapat berupa gambaran dianalisis dengan One Way Anova dan
pseudohifa yang menunjukkan bahwa dilanjutkan dengan uji Least Significant
Candida yang dikultur merupakan Difference (LSD).
Candida albicans. Pembuatan suspensi
Candida albicans dilakukan pada media
SDB dalam tabung reaksi. Pembuatan
larutan suspensi jamur dilakukan dengan HASIL PENELITIAN
menggunakan larutan Standart Mc Berdasarkan hasil penelitian daya
Farland. Tabung 1-5 ditambahkan hambat dan daya bunuh ekstrak daun
Candida albicans yang sudah homogen kemangi (Ocimum Sanctum L.) terhadap
dengan Mc. Farland 0,5 (1,5 x 108) pertumbuhan candida albicans didapatkan
hasil sebagai berikut :
sebanyak 0,1 ml.
Inkubasi dilakukan selama 18-24 jam Tabel 1. Hasil
pengukuran daya
hambat dan daya bunuh
ekstrak daun kemangi
dengan suhu 37°C. Tabung dikeluarkan
dari inkubator. Tabung no. 1-5 ditentukan Kelompok Rata-rata Standar Deviasi
100% 0 0
KHM dan KBM. KHM dan KBM dapat
50% 0 0
dilihat apabila pertumbuhan koloni dalam 25% 0 0
media berkurang atau menurun pada 12,5% 6 2
konsentrasi ekstrak. Ambil 1 osse dari setiap 6,25% 18 2
Positif 0 0
tabung dan ditanam di media SDA.
Negatif 114 2
Memasukkan petri dish ke dalam
2. Alfiah, R, Khotimah, S., dan Turnip, M. 2015. Efektivitas Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat
(Mikania micrantha Kunth) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Journal Protobiont.
4(1): p.52-57.
3. Kusuma, A. L. 2014. Hubungan Kadar Cd4 dengan Kejadian Kandidiasis Oral pada Penderita
HIV/AIDS di RSUD Moewardi Surakarta. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Muhamadiyah.
4. Febriani, T.H. 2014. Uji Daya Antifungi Jus Buah Pare (Momordicacharantia L.) terhadap Daya
Hambat Pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran
Gigi. Universitas Muhamadiyah.
5. Angelina, M., Turnip, M., dan Khotimah,
S. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Journal Protobiont. 4(1): p.184-
189.
6. Lutfiyah, I. 2014. Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi terhadap Pertumbuhan Candida albicans serta
Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar dalam Pembelajaran Biologi Siswa SMA. Naskah Publikasi.
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas PGRI Semarang.
7. Candrasari, A., Romas, M.A., Hasbi, M., dan Astuti, O.R. 2012. Uji Daya Antimikroba Ekstrak
Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
Aureus atcc 6538, Eschericia Coli atcc 11229 dan Candida albicans atcc 10231 secara in vitro.
Jurnal Biomedika Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4(1): p.9-16.
8. Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella tyhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L.
Journal Bioscientiae. 1(1): p.34-45.
9. Kan,Y., Uçan, U.S., Kartal, M., Altun, M.L., Aslan, S., Sayar, E., dan Ceyhan, T. 2006. Analysis and
Antibacterial Activity of Cultivated Satureja cuneifolia Ten. Essential Oil. Turkey Journal Chemitry
3(2): p.253–259.
10. Yuhana, S. A., Kusdarwati, R., & Meles,
D. K. 2011. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) terhadap Bakteri
Streptococcus iniae secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(3). p.122-123.
11. Ardo.S. 2005. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp terhadap Bakteri Streptococcus
mutans (in vitro). Muhammadiyah Journal of Nurshing. 5(1): p.32-38.
12. Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., dan Fisher, B.D. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar:
Obat-obat Antijamur. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika. p. 341-7.
13. Juliantina, F. R., dan Nurmasitoh, T. 2011. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai agen
anti bakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia. 7(1): p.121-126.
14. Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., Morse, S. A., dan Mietzner, T. A. 2007. Jawetz, and
Adelberg’s Medical Microbiology. 24th Ed. New York: Mc Graw hill Comp p.218.