Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH FITOFARMAKA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fitofarmaka

Disusun Oleh :

Nurjanah (08180100246)

M. Alwan Nugroho (08180100244)

Jalaludin (08180100243)

Hery Sucipto (08180100242)

Nita Handayani (08180100245)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

JAKARTA SELATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemangi merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang


dimanfaatkan di Indonesia, selain dimanfaatkan sebagai penyedap makanan
karena aromanya yang khas pemanfaatan daun kemangi sebagai obat herbal
karena memiliki kandungan atau senyawa seperti flavonoid, Eugenol,
Arsinin, Anetol, Boron, dan minyak atsiri, penatalaksanaan infeksi selama
ini masih pada penggunaan antibiotic, namun penggunaan antibiotic dengan
jangka waktu lama dapat menimbulkan resistensi sehingga diperlukan suatu
alternative obat yang memberikan efek samping yang sedikit. Pengobatan
dengan menggunakan obat herbal telah dikenal di Indonesia, disamping itu
di Indonesia terdapat banyak jenis tanaman yang bisa di manfaatkan salah
satunya daun kemangi (Risyaella et al,2011)
Sebuah data menyebutkan bahwa beberapa Negara di Asia dan Afrika
sebanyak 80% dari jumlah populasi menggunakan obat-obatan tradisional
sebagai primary health care dan sebanyak 70-80% dari populasi negara
maju menggunakan obat tradisional sebagai alternative pengobatan maupun
perlengkapan pengobatan. (WHO, 2008)
Candidiasis adalah infeksi akibat jamur candida albicans. Jamur ini
memiliki lebih dari 20 species. Meski demikian, species candida albicans
yang paling sering menyebabkan infeksi adalah candida albicans.
Candidiasis bisa muncul pada berbagai bagian tubuh manusia. Bagian tubuh
yang paling sering mengalami infeksi ini adalah mulut dan disekitar
kelamin. Bagian tubuh lain yang dapat terkena infeksi candida albicans
adalah kuku, oesophagus, daerah sekitar anus, dan saluran pencernaan.
(Pelczar,J.R.,E.S. and Chan, 1998). Pada kondisi normal, jamur candida
albicans sudah ada pada permukaan kulit manusia, tetapi jika berkembang
biak secara berlebihan, terutama pada bagian tubuh yang lembab, jamur ini
akan memicu terjadinya infeksi. (Pitojo,Setijo,2000).
Kemangi (Ochimun sanctum) mengandung komponen non gizi antara
lain senyawa flavonoid dan eugenol, arganin, anetol, boron, dan minyak
atsiri. Flavonoid dan eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat
menetralkan radikal bebas, menetralkan cholesterol dan bersifat anti kanker.
Senyawa ini juga bersifas anti microba yang mampu mencegah masuknya
bakteri, virus, atau jamur yang membahayakan tubuh. Kandungan minyak
atsiri, flavonoid, saponin pada daun kemangi berfungsi sebagai anti fungi.
Saponin merusak membrane, flavoniod menghambat pertumbuhan sel
candida albicans, eogenol mengobati keputihan, dan bersifat anti kanker.
(Cindy, et al 2005).
Berdasarkan penelitian Maryati (2007), pada uji aktifitas anti bakteri
minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus dan Escherichia coli
menunjukkan pada konsentrasi 0,12% masih tumbuh bakteri, pada
konsentrasi 2% pertumbuhan bakteri terhambat. Hal ini menunjukkan
minyak atsiri pada daun kemangi memiliki daya hambat pada pertumbuhan
bakteri Staphylococcus dan Escherichia coli.
Daun kemangi sangat bagus dikonsumsi wanita karena eugenol dapat
menghambat pertumbuhan jamur penyebab keputihan. Kandungan arginine
dapat memperkuat daya tahan sperma, dan mencegal kemandulan. Senyawa
anetol dan boron juga sangat berperan dalam menjaga kesehatan reproduksi
pria dan wanitaaa. (Prapti,2008). Kandungan minyak atsiri, flavonoid,
saponin pada daun kemangi berfungsi sebagai anti fungi. Saponin dapat
merusak sel membaran, flavovoid mengj\hambat pertembuhan sel candida
albican, euginol dapat menobati keputihan dan bersifat anti kanker.
Kemangi dapat menghambat pertumbuhan jamur candida albican yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat alternative dan pengobatan keputihan.(Mariyati
2007).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahuin
efektifitas ekstrak daun kemangi pada pertumbuhan jamur candida albikans.
1.2 TUJUAN
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun
kemangi tehadap petumbuhan jamur candida albicans.

1.3 MANFAAT PENULISAN


1.3.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan tentang jamur khususnya candida
albican,serta pemanfaatan daun kemangisebagai alternatifobat alami.
1.3.2 Manfaat Praktis

Agar memberi manfaat pada penulis dan pembaca dalam mengetahui


tentang efektifitas ekstrak daun kemangi terhadap pertumbuhan
jamur candida albicans.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Candida Albicans


2.1.1 Klasifikasi

Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Upafilum : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida Albicans

(Dian , 2008 )

2.1.2 Morfologi

Candida Albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya


untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas
yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan
kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini
tergantung pada factor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi
(blastospora) berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan
ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ.(Tauryska,2011).

Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang


akan terus memanjang bentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan
banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong disekitar
septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk
bulat atau seperti botol, jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang
menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris tengah
sekitar 8-12 µ (Tauryska, 2011)

Candida albicans dapat tumbuh pada variasi Ph yang luas, tetapi


pertumbuhannnya akan lebih baik pada Ph antara 4,5 – 6,5. Jamur ini
dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 280C – 370C. Candida
albicans membutuhkan senyawa organic sebagai sumber karbon dan
sumber energy untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur
karbon ini dapat di peroleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan
organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel,
baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian
(fermentasi) pada candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan
anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat
menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob.(Tauryska.2011).
Sedangkan dalam suasana aerob hasil fermentasi berupa asam laktat
atau etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan
persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan
pernapasan pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh candida
albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energy untuk
melakukan pertumbuhan sel(Hendrawati,2008).

Candida albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan


kemampuannnya melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada
kedua proses ini di butuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon.
(Hendrawati,2008). Pada proses fermentasi, jamur ini menunjukkan
hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltose,
terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas
pada laktosa. Pada proses asimilasi menunjukkan adanya pertumbuhan
pada glukosa, maltose, dan sukrosa namun tidak menunjukkan
pertumbuhan pada laktosa. (Hendrawati,2008). Dinding sel candida
albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari
beberapa anti mikotik. Dinding sel berperan dalam proses penempelan
dan kolonisasi serta bersifat antigenic. Fungsi candida albicans
mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai
400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan, dan khitin.
Dalam bentuk ragi, kecambah, dan miselium, komponen-komponen ini
menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki
khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel
candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda.
(Hendrawati,2008)

2.1.3 Patogenitas

Jamur candida albicans merupakan mikroorganisme endogen pada


rongga mulut, traktus gastro intestinal, traktus genitalia wanita, dan
kadang –kadang pada kulit. Secara mikroskopik ciri-ciri candida
albicans adalah yeast dimorfik yang dapat tumbuh sebagai sel yeast, sel
hifa atau pseudohyphae candida albican dapat sebagai mikroorganisme
komensal atau pathogen.(stomatognatic J,K G UNEJ Vol.7 No.2
2011:113-17).

2.1.4 Gambaran klinik

Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan didalam mulut,


faeses, kulit, dan dibawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat
membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam
tubuh.(Rippon,1974).

a) Mulut
Infeksi mulut (sariawan) terutama pada bayi terjadi pada selaput
mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebagian
besar terdiri atas pseudomiselium, epitel yang berkelupas, dan
terdapat erosi yang minimal pada selaput. Pertumbuhan candida
albicans didalam mulut akan lebih subur bila disertai kortikosteroid,
antibiotika, kadar glukosa tinggi, dan imunodefisiensi.(Jawets et
al,2005)
b) Genitalia wanita
Vulvovaginitis terjadi menyerupai sariawan tetapi menimbulkan
iritasi, gatal hebat, dan penegluaran secret. Hilangnya Ph
asammerupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis candida
albicans. Dalam keadaan normal pH yang asam dipertahankan oleh
bakteri vagina. Diabetes, kehamilan, progesterone, atau pengobatan
antibiotika merupakan predisposisi penyakit ini.(Jawets,et al,2005)
c) Kulit
Jamur ini sering ditemukan di daerah lipatan misalnya ketiak, bawah
payudara, lipat paha, lipat pantat, dan sela jari kaki. Kulit yang
terinfeksi tampak kemerahan, agak basah, bersisik halus, dan
berbatas tegas. Gejala utama adalah rasa gatal dan rasa nyeri bila
terjadi maserasi atau infeksi sekunder oleh kuman.(Jawets et
al,2005).

d) Kuku
Kuku yang terinfeksin tampak tidak mengkilat, berwarna seperti
susu, kehijauan atau kecoklatan, adang-kadang permukaan kuku
timbul dan tidak rata. Dibawah permukaan yang keras terdapat
bahan rapuh yang mengandung jamur. Kelainan ini dapat mengenai
satu, beberapa, atau seluruh jari tangan dan kaki.(Jawets el al,2005)
e) Saluran pencernaan
Stomatitis dapat terjadi bila khamir menginfeksi rongga mulut.
Gambaran klinisnya khas berupa bercak-bercak putih kekuningan
yang menimbul pada dasar selaput lendir yang merah. Hampir
seluruh selaput lendir mulut termasuk lidah dapat terkena. Gejala
yang ditimbulkannya adalah rasa nyeri terutama bila tersentuh
makanan.(Jawetz et al,2005)
2.1.5 Imunitas

Dasar resistensi terhadap candidiasis adalah rumit dan belum dipahami


dengan sempurna. Respon Imun cell –mediated terutama sel-sel CD4,
penting dalam mnegendalikan candidiasis mukokutan(Jawetz et al,2005).
Serum manusia sering mengandung antibody IgG yang menggumpalkan
Candida in vitro dan mungkin bersifat kandidasial(Jawetz et al,2005)

2.1.6 Struktur antigen 

Test aglutinasi dengan serum yang terabsorbsi menunjukkan bahwa semua


strain Candida albicans termasuk dalam dua kelompok besar serologik A
dan B, kelompok A mencakup C tropikalis. Ekstrak Candida untuk serologi
dan kulit terdiri atas campuran antigen. Antibodi dapat diketahui melalui
presipitasi, imunodifusi, aglutinasi lateks, dan tes-tes lainnya.(Simatupang,
2008)

2.2 Daun Kemangi (Ocimum sanctum) 

2.2.1 Klasifikasi Tanaman 

Tanaman herbal ini awalnya diperkenalkan di India dan sekarang telah


menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Disetiap kemangi
memiliki nama khusus. Kemangi dikenal dengan nama Saraung
(Sunda), Lampes (Jawa Tengah), Kemangek (Madura), Uku - uku
(Bali), Lufe-lufe (Ternate), Hairy Basil (Inggris).(Voight,
1995). Kemangi (Ocimum sanctum) adalah spesies basil yang
paling terbesar di seluruh dunia, baik dalam bentuk segar ataupun
untuk produksi minyak esensial. Diantara genus Ocimum L.
kemangi merupakan salah satu spesies yang menarik karena aroma
dan rasanya. Herbal ini digunakan oleh orang Asia sebagai obat dan
bahan masakan dari generasi ke generasi. Minyak dari tumbuhan ini
juga digunakan secara luas pada industri farmasi dan industri parfum.
(Kicel, 2005). Tanaman kemangi tumbuh dengan baik dari dataran
rendah sampai dataran tinggi. Kemampuan kemangi untuk beradaptasi
di berbagai ketinggian menyebabkan tanaman ini mudah
dibudidayakan di berbagai topografi.(Voight, 1995). Kemangi
merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30 - 150 cm, batang
berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu berwarna
hijau, daunnya tunggal, berwarna hijau, bersilang, berbentuk bulat
telur, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan
pertulangan, daun menyirip. Bunga majemuk berbentuk
tandan memiliki bulu tangkai pendek berwana hijau, mahkota bunga
berbentuk bulat telur dengan warna keunguan. Buah berbentuk kotak
dan Gambar 2.1 daun kemangi (Depkes RI, 2000) 

2.2.2 Mikroskopis Tanaman Kemangi 

Penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas,


terdiri dari satu lapis sel kecil, bentuk empat persegi panjang, warna
jernih, dinding tipis, kutikula tipis, dan licin. Pada
pengamatan tangensial bentuk poligonal, berdinding lurus atau agak
berkelok - kelok, epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel kecil
bentuk empat persegi panjang warna jernih, dinding tipis, kutikula tipis
dan licin, rambut penutup bengkok terdiri dari 2-6 sel, rambut kelenjar
pendek terdiri dari 1 sel tangkai dan 2-4 sel kepala, bentuk bundar, tipe
Lamiaceae. Jaringan palisade terdiri dari selapis sel bentuk silinder
panjang berisi banyak butir klorofil. Jaringan bunga karang, dinding
poligonal, dinding samping lurus atau agak berkelok tipis, mengandung
butir klorofil. Berkas pembuluh tipe kolateral terdapat  berwarna coklat
tua, bijinya kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang berwarna hitam,
akarnya tunggang, dan berwarna putih kotor.(Depkes RI, 2001),
jaringan penguat yaitu kolenkim. Stomata tipe diasitik pada
epidermis atas dan bawah.(Salganik, 2001). 
2.2.3 Morfologi Tanaman 

Batang kemangi berbentuk bulat, berbulu berwarna hijau dan kadang


keunguan, aroma khas, tinggi tanaman antara 60-70 cm
dari permukaan tanah, memiliki bunga bergerombol, mahkota
bunga berwarna keunguan, biji ukuran 0,1 mm, biji bulat berwarna
cokelat dengan berat 100 butir sekitar 0,026 g. Hasil selama satu
periode musim tanam (tiga kali panen) berkisar antara 34.117–83.958
kg/plot untuk 50 tanaman.(Hadipoentyanti & Wahyoeni, 2008). 

Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tumbuhan semak


dengan beberapa karakteristik.(Dewi, 2007) : 

1. Tinggi antara 30-150 cm 

2. Batang dikotil yang berkayu dengan bentuk segi empat,


beralur, bercabang, berbulu, dan berwarna hijau.

3.  Bunga terdapat pada penghujung batang, panjangnya sekitar 5-


7 mm dan berbau wangi. 

4. Memiliki 6 kuntum bunga dari atas sampai tengah, kelompok


bunga berwarna hijau keunguan, bagian atas bunga
berwarna putih/merah jambu pucat, buahnya kecil terdiri dari 4
biji berwarna hitam. 

5. Daun kemangi berwarna hijau sampai hijau kecoklatan,


berbau aromatik yang khas, rasa agak pedas, helaian daun
bentuk lonjong memanjang, bundar telur atau bundar telur
memanjang, tulang-tulang daun menyirip, tepi bergerigi dangkal
atau rata dan bergelombang, daging daun tipis, permukaan
berambut halus, panjang daun 2,5-7,5 cm, lebar 1-2,5 cm. 
6. Akar tunggang dengan warna putih kotor. 

2.2.4 Kandungan Kimia 

Kemangi telah terbukti memiliki sifat antioksidan, anti kanker,


anti jamur, antimikrobial, analgesik.(Uma, 2000). Zat aktif dari
kemangi ialah eugenol (1-hydroxy-2-methoxy-4-allybenzene) yang
paling berpotensi farmakologis.(Evelyne, 2008). Kandungan eugenol
kemangi berkisar antara 40-71%.(Prakash & Gupta, 2004), selain
eugenol, kemangi juga mengandung zat farmakologis seperti
ocimene, alfapinene, geraniol.(Kardinan, 2003). Kandungan zat aktif
eugenol yang mendominasi komponen daun kemangi berfungsi sebagai
tempat anti parasit dan antioksidan.(Liew & Cox, 1990).
Pemberian antioksidan dalam jumlah cukup besar akan menjadi radikal
bebas. (Salganik, 2001). Kandungan kemangi memiliki aktifitas anti
bakteri terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus pumilus, dan
Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus aureus merupakan
organisme yang paling sensitif. Aktifitas anti bakteri dikombinasikan
dengan anti inflamasi dan analgesik membuat Ocimum sanctum
berguna dalam mengatasi inflamasi yang disebabkan oleh infeksi
Streptococcal.(Waish, 2008). Menurut Batari (2007), menjelaskan
daun kemangi mengandung saponin, flavonoid, dan tanin. Sedangkan
bijinya mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Flavonoid dan
eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat menetralkan radikal
bebas, menetralkan kolesterol dan bersifat anti kanker. Senyawa ini
juga bersifat anti mikroba yang mampu cegah masuknya bakteri, virus,
atau jamur yang membahayakan tubuh. Kandungan minyak atsiri
kandungan flavonoid dan saponin pada daun kemangi berfungsi
sebagai antifungi. Saponin merusak membran, flavonoid menghambat
pertumbuhan sel Candida albicans, eugenol mengobati keputihan dan
bersifat anti kanker 

2.2.5 Cara kerja 

Zat arginin yang dapat memperkuat daya hidup sperma sehingga


mencegah kemandulan, kandungan betakaroten juga dapat
membantu sintesis protein dan juga meningkatkan fungsi penglihatan,
flavonoid dan juga eugenol juga mencegah pertumbuhan virus dan
jamur minyak atsiri dapat mencegah pertumbuhan mikroba, anetol dan
boron dapat merangsang kerja hormon estrogen dan androgen.
(Batari, 2007). 

2.2.6 Khasiat dan Penggunaan 

Bagian tanaman kemangi adalah daun, bunga, batang, dan akar. Biji


diketahui memiliki potensi terapeutik dan telah digunakan
sebagai ekspektoran, analgesik, anti kanker, anti asmatik, anti diabetes,
anti fertilitas, dan anti stres. Jus daun kemangi bersama dengan
triphala digunakan dalam tetes mata direkomendasikan untuk glucoma,
katarak kronis, konjungtivitis, dan penyakit mata. Jus daun segar
juga diberikan kepada pasien untuk mengobati demam kronis,
disentri, pendarahan, dan dyspepsia. Daun kemangi juga dapat
mengurangi muntah sebagai profilaksis terhada malaria.(Dadang dan
Prijono, 2008). 
2.3 Ekstraksi 

Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari satu atau
beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi berulang
dari pengumpulan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kotak antara
bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antar muka bahan ekstraksi
dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi
(Sudjadi,1988). Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara
dingin dan cara panas jenis–jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut : 

1. Ekstraksi secara dingin 

Maserasi merupakan cara penyaringan sederhana yang


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyaring selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung
dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyaring simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyaring, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan lilin.(Sudjadi,
1988). Soxhletasi merupakan penyaring simplisia
secara berkesinambungan, cairan penyaring dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyaring terkondensasi menjadi molekul–
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyaring simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon.(Suhendra, 1999). Metode ini terbatas pada
ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azetropik dan tidak
dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut misalnya
heksan : diklormetan = 1:1, atau pelarut yang diasamkan atau
dibasahkan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda
dalam pelarut cairan didalam wadah. Perkolasi adalah cara
penyaringan dengan mengalirkan penyaring melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi.(Surriani, l . 2008). 

2. Ekstraksi secara panas 

a. Metode refluks Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu


kimia untuk mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun
anorganik. Umumnya digunakan mensintesis senyawa–senyawa
yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum
reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah
pelarut volatile yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi,
namun akan akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang terjadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. 

B. Metode destilasi uap 

Destilasi uap adalah metode yang populer untuk ekstraksi minyak


– minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode
destilasi uap air di peruntukan untuk menyaring simplisia yang
mengandung minyak menguap atau komponen kimia mempunyai
titik didih tinggi pada tekanan udara normal.(Sutriani, L, 2008).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai
daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya
melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran
senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat
bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.
(Sutriani, L.2008). 
2.4 Uji Anti Fungi 

1. Satu seri tabung reaksi yang diisi medium cair sel fungi yang diuji.

2. Selanjutnya, masing–masing tabung diisi dengan bahan antifungi


yang telah diencerkan secara serial. 

3. Kemudian, seri tabung diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam
diamati terjadinya kekeruhan konsentrasi terendah bahan antifungi
pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak
jernih (tidak ada pertumbuhan jamur merupakan konsentrasi hambat
minimum). 

4. Biakan dari semua yang jernih ditumbuhkan pada medium agar padat. 

5. Diinkubasi selama 24 jam, diamati ada tidaknya koloni jamur


yang tumbuh. 

6. Efektifitas ekstrak daun kemangi ditunjukkan dengan adanya


tumbuh jamur adalah merupakan konsentrasi bunuh minimum bahan
antifungi terhadap jamur uji. 
BAB III
PEMBAHASAN

Daun Kemangi (Ocimum sanctum)


Klasifikasi Tanaman

Tanaman herbal ini awalnya diperkenalkan di India dan sekarang telah


menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di setiap kemangi memiliki
nama khusus. Kemangi dikenal dengan nama daerah Saraung (Sunda), Lampes
(Jawa Tengah), Kemangek (Madura), Uku-uku (Bali), Lufe-lufe (Ternate), Hairy
Basil (Inggris) (Voight, 1995).

Kemangi (Ocimum sanctum) adalah spesies basil yang paling terbesar di seluruh
dunia, baik dalam bentuk segar ataupun untuk produksi minyak esensial.
Diantara genus Ocimum L., kemangi merupakan salah satu spesies yang menarik
karena aroma dan rasanya. Herbal ini digunakan oleh orang Asia sebagai obat
dan bahan masakan dari generasi ke generasi. Minyak dari tumbuhan ini juga
digunakan secara luas pada industri farmasi dan industri parfum (Kicel, 2005).

Tanaman kemangi tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran
tinggi. Kemampuan kemangi untuk beradaptasi di berbagai ketinggian
menyebabkan tanaman inimudah dibudidayakan di berbagai topografi (Voight,
1995).

Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150 cm,


batangnya  berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu berwarna
hijau. Daunnya tunggal dan berwarana hijau, bersilang, berbentuk bulat telur,
ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan daun
menyirip. Bunga majemuk berbentuk tandan memiliki bulu tangkai pendek
berwana hijau, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna keunguan.
Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran kecil, tiap buah
terdiri dari empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang dan berwarna
putih kotor (Depkes RI, 2001).

Adapun klasifikasi dari Kemangi (Ocimun sanctum), yaitu :


Kingdom (Plantae), Subkingdom (Tracheobionta), Superdivision
(Spermatophyta), Division (Magnoliophyta), Class (Magnoliopsida), Subclass
(Asteridae), Ordo (Lamiales), Family (Lamiaceae), Genus (Ocimum), Species
(Ocimum sanctum).
Mikroskopis Tanaman Kemangi
Penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas, terdiri dari
satu lapis sel kecil, bentuk empat persegi panjang, warna jernih, dinding tipis,
kutikula tipis dan licin. Pada pengamatan tangensial bentuk poligonal, berdinding
lurus atau agak berkelok-kelok. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel kecil
bentuk empat persegi panjang warna jernih, dinding tipis, kutikula tipis dan licin.
Rambut penutup, bengkok, terdari dari 2-6 sel. Rambut kelenjar, pendek, terdiri
dari 1 sel tangkai dan 2-4 sel kepala, bentuk bundar, tipe Lamiaceae. Jaringan
palisade terdiri dari selapis sel bentuk silinder panjang dan berisi banyak butir
klorofil. Jaringan bunga karang, dinding poligonal, dinding samping lurus atau
agak berkelok tipis, mengandung butir klorofil. Berkas pembuluh tipe kolateral
terdapat jaringan penguat yaitu kolenkim. Stomata tipe diasitik pada epidermis
atas dan bawah (Salganik, 2001).
Morfologi Tanaman

Batang kemangi berbentuk bulat, berbulu berwarna hijau dan kadang keunguan.
Memiliki aroma yang khas dengan tinggi tanaman antara 60-70 cm dari
permukaan tanah. Memiliki bunga yang bergerombol, mahkota bunganya
berwarna keunguan. Selain memiliki bunga, kemangijuga memiliki biji dengan
ukuran 0,1 mm. Bijinya bulat berwarna cokelat dengan berat 100 butir sekitar
0,026 g. Hasil ternak selama satu periode musim tanam (tiga kali panen) berkisar
antara 34.117 – 83.958 kg/plot untuk 50 tanaman (Hadipoentyanti & Wahyoeni,
2008).

Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tumbuhan semak dengan beberapa


karakteristik (Dewi, 2007) :
1. Tinggi antara 30-150 cm
2. Batang dikotil yang berkayu dengan bentuk segi empat, beralur,
bercabang, berbulu, dan berwarna hijau.
3. Bunga terdapat pada penghujung batang. Panjangnya sekitar 5-7 mm dan
berbau wangi.
4. Memiliki 6 kuntum bunga dari atas sampai tengah. Kelompok bunga
berwarna hijau keunguan dan bagian atas bunga berwarna putih/merah jambu
pucat. Buahnya kecil, terdiri dari 4 biji yang berwarna hitam.
5. Daun Ocimum sanctum berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, berbau
aromatik yang khas dengan rasa agak pedas. Helaian daun bentuk lonjong
memanjang, bundar telur atau bundar telur memanjang, tulang-tulang daun
menyirip, tepi bergerigi dangkal atau rata dan bergelombang, daging daun
tipis, permukaan berambut  halus, panjang daun 2,5 cm sampai 7,5 cm, lebar
1-2,5 cm.
6. Akar tunggang dengan warna putih kotor.
Kandungan Kimia
Tanaman kemangi memiliki kandungan kimia pada bunga, daun, ataupun
batangnya. Kandungan kimia tertinggi dari tanaman kemangi terdapat pada
daunnya (Kicel, 2005). Jenis kandungan kimia yang terkandung dalam kemangi
(Ocimum sanctum) dipegaruhi oleh regio geografis dan kuantitasnya bervariasi
pada setiap periode vegetasi. Kandungan kimia kemangi yang tumbuh di Kuba,
Brazil, India, Jerman, dan Thailand mengandung eugenol sebagi konstituen
utama selain juga β-caryophyliene atau α-bisabolenes dan β-bisabolenes. Methyl
eugenol merupakan konstituen utama dari minyakOcimum sanctum  dari India
(25%) dan Thailand (23-52%). Sedangkan minyak dari Ocimum sanctum yang
tumbuh di Australia terutama mengandung methyl chavicol (Evelyne, 2008).
Presentase kandungan minyak bervariasi secara signifikan pada tiap tahapan
pertumbuhan tanaman. Tahap pertumbuhan tanaman yang paling banyak
mengandung minyak esensial adalah pada akhir dari masa berbunga yaitu 0,83%.
Pada masa pre-flowering kandungan minyaknya 0,68%. Saat masa berbunga
kandungannya 0,59% dan ketika berbuah kandungannnya 0,69% (Kicel, 2005).
Kemangi telah terbukti memiliki sifat antioksidan, antikanker, antijamur,
antimikrobial, analgesik (Uma, 2000). Zat aktif dari kemangi ialah eugenol (1-
hydroxy-2-methoxy-4-allybenzene) yang paling berpotensi farmakologis
(Evelyne, 2008). Kandungan eugenol kemangi berkisar antara 40% hingga 71%
(Prakash & Gupta, 2004). Selain eugenol, kemangi juga mengandung zat
farmakologis seperti ocimene, alfapinene, geraniol (Kardinan, 2003). Kandungan
zat aktif eugenol yang mendominasi komponen daun Ocimum sanctum berfungsi
sebagai tempat antiparasit dan antioksidan (Liew & Cox, 1990). Pemberian
antioksidan dalam jumlah cukup besar akan menjadi radikal bebas (Salganik,
2001).
Kandungan Ocimum sanctum memiliki aktifitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus, Bacillus pumilus, dan Pseudomonas aeruginosa.
Staphylococcus aureus merupakan organisme yang paling sensitif. Aktifitas
antibakteri dikombinasikan dengan antiinflarmasi dan analgesik membuat
Ocimum sanctum berguna dalam mengatasi inflamasi yang disebabkan oleh
infeksi streptococcal (Waish, 2008).

Menurut Batari (2007), menjelaskan Daun kemangi mengandung saponin,


flavonoid dan tanin. Sedangkan bijinya mengandung saponin, flavonoid, dan
polifenol. Beberapa komposisi kimia daun kemangi per 100 gram yang
ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel Komposisi Kimia Daun Kemangi per 100 gram Bagian yang Dapat
Dimakan
Nilai Gizi
Jumlah

Kalori (kal)
4,3

Protein (g)
3,3

Lemak (g)
1,2

Karbohidrat (g)
7,0

Kalsium (g)
320

Fosfor (g)
38

Besi (mg)
4,8

Β-karoten (µg)
4500

Thiamin (mg)
0,08

Riboflavin (mg)
0,35
Niasin (mg)
0,008

Asam askorbat (mg)


27

Air (%)
86,5

Khasiat dan Penggunaan

Bagian tanaman kemangi adalah daun, bunga, batang, dan akar. Biji diketahui
memiliki potensi terapeutik dan telah digunakan sebagai ekspetoran, analgesik,
anti kanker, anti asmatik, anti diabetes, anti fertilitas dan anti stress. Jus daun
kemangi bersama dengan triphala digunakan dalam tetes mata direkomendasikan
untuk glucoma, katarak, kronis konjungtivitis dan penyakit mata. Jus daun segar
juga diberikan kepada pasien untuk mengobati demam kronis, disentri,
pendarahan dan dyspepsia. Daun kemangi juga dapat mengurangi muntah
sebagai profilaksis terhada malaria (Dadang dan Prijono, 2008).
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa konsentrasi


ekstrak daun kemangi 5%, 10%, 15% tidak mampu menghambat Candida
albicans. Ini dapat dilihat pada tabel 5.2, dari tabel tersebut dapat dilihat jumlah
koloni melebihi 300 koloni per cawan petri atau bisa di bilang melebihi Total
Plate Count (TPC) yang dinyatakan dalam ml, dimana jumlah koloni konsentrasi
10% adalah 5180 koloni cawan petri, sedangkan konsentrasi 5% dan 15% tidak
dilakukan perhitungan karena peneliti menyatakan melebihi 300 koloni per
cawan petri dengan melihat dan membandingkan pada konsentrasi 10% yang
telah dihitung sebelumnya. Gambaran perbandingan konsentrasi dapat dilihat
pada gambar 5.2, dari uraian diatas yang menyatakan bahwa ekstrak daun
kemangi tidak memiliki daya hambat. 
DAFTAR
PUSTAKA 

Atikah, N. 2013.Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum


americanum L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida ablicans. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi 

Hanafiah, K. A. 2012. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi.Jakarta:


PT. Raja Grafindo Pesada. 

Krisyanella, Dachriyanus, dan Marlina. 2012. Karakterisasi Simplisia dan


Ekstrak serta Isolasi Senyawa Aktif Antibakteri dari Daun Karamunting
(Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait) Hassk).Padang: Universitas Andalas. Artikel 

Sutrisna, E. M., Wahyuni, A. S., Setyowati, S., dan Triwinarsih, I. 2009.Potensi


Efek Antipiretik Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) dan Daun Dewa (Gynura
pseudochina (L) D. C.).Pharmacon.Vol. 10.No. 2.Hal. 65. 

Umar, A.N.L. 2011.Perbandingan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum


L.) dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp. pada
Kandidiasis Vulvovaginalis. Semarang: Universitas Diponegoro. Skripsi 

Risyaella, et al 2011, Manfaat Dan Kandungan Daun Kemangi Sebagai Tanaman


Herbal 

WHO, 2008, Data Menggunakan Obat-Obatan Tradisional Sebagai


Primary Health Care 

Pelczar, J.R.,E.S and Chan 1998, Candidiasis Adalah Infeksi Akibat


Jamur Candida. 
Pitojo, Setijo.2008, Pada Kondisi Normal, Jamur Candida albicans Sudah
Ada Pada Permukaan Kulit Manusia 

Cindy, et al 2005 Kemangi Mengandung Komponen Non Gizi Maryati, 2007


Daun kemangi angat Bagus di Konsumsi Wanita Arikunto 2010,h.4 , Instrumen
Penelitian 

Hendrawati, 2008 Candida albicans dapat dibedakan dari spesies lain


berdasarkan kemampuannya melakukan proses fermentasi dan asimilasi 
DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN Candida albicans DAN DAYA BUNUH
Candida albicans EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum l.)
GROWTH INHIBITION OF Candida albicans AND POWER KILL
Candida albicans EXTRACT BASIL LEAVE
Antonius Komang De Ornay, Herlambang Prehananto, Amalia Sekar Shintya Dewi

Info Artikel Abstrak


Latar Belakang: Candida albicans merupakan mikroorganisme dalam rongga
Sejarah Artikel : mulut yang akan bersifat patogen ketika jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Salah
Diterima: 26 Januari satu tanaman tradisional yang bersifat antifungi yaitu daun kemangi (Ocimum
2017 sanctum L.). Daun kemangi memiliki kandungan yaitu flavonoid (0,08%), minyak
Disetujui: 1 Juni 2017 atsiri (1,76%), alkaloid (4,05%), tanin (2,17%) dan eugenol (0,31%) yang mampu
Dipublikasikan: 16 Juni menghambat pertumbuhan serta membunuh Candida albicans. Tujuan:
2016 Mengetahui efektivitas ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dalam
menghambat pertumbuhan dan membunuh Candida albicans. Metode: Penelitian
Kata Kunci: ini menggunakan rancangan penelitian post only grup design dengan 5 perlakuan
Daya hambat, daya ekstrak 1 kontrol negatif dan 1 kontrol positif. Daun kemangi dimaserasi dengan
bunuh, ekstrak etanol 96% kemudian dibuat 5 konsentrasi yaitu 100%; 50%; 25%; 12,5%; dan
6,25%. Suspensi Candida albicans yang telah diinkubasi dengan campuran ekstrak
selama 18-24 jam kemudian ditanam pada media SDA. Jumlah koloni yang
Keywords: tumbuh dihitung dengan colony counter. Data dianalisis dengan One Way Anova
Growth Inhibition, dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD). Hasil: Ekstrak
Power Kill, Extract daun kemangi dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi
12,5% dan dapat membunuh Candida albicans pada konsentrasi 25%. Simpulan
dan saran: Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat menghambat
pertumbuhan dan dapat membunuh Candida albicans. Penelitian lebih lanjut
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui uji toksisitas ekstrak daun kemangi.
Abstract
Background: Candida albicans are microorganisms in the oral cavity which
would be pathogenic when excessive amounts in the body. One of the traditional
crops that are antifungal namely basil (Ocimum sanctum L.). Basil leaves
contain flavonoid (0.08%), essential oils (1.76%), alkaloids (4.05%), tannin
(2.17%) and eugenol (0.31%) were able to inhibit the growth and kill Candida
albicans. Objective: To determine the effectiveness of extracts of basil (Ocimum
sanctum L.) in inhibiting the growth of and kill Candida albicans. Methods: This
study used only a post research design group design with 5 treatments extract
one negative control and one positive control. Basil leaves macerated with 96%
ethanol and then made 5 concentration that is 100%; 50%; 25%; 12.5%; and
6.25%. Candida albicans suspension that has been incubated with a mixture of
extract for 18-24 hours and then planted in the media SDA. The number of
colonies that grew were calculated by colony counter. The data analyzed by One
Way Anova and continued by Least Significant Difference (LSD). Results: The
extract of leaves of basil can inhibit the growth of Candida albicans at a
concentration of 12.5% and can kill Candida albicans at a concentration of 25%.
Conclusion and suggestions: The extract of leaves of basil (Ocimum sanctum L.)
can inhibit the growth and can kill Candida albicans. Further research should be
done to determine the toxicity test of basil leaf extract.

P-ISSN 2355-6498 | E-ISSN 2442-6555

Korespondensi :

Staf Pengajar Kedokteran Gigi IIK Bhakti Wiyata. E-mail: -


Antonius Komang | Daya Hambat Pertumbuhan Candida…..
Jurnal Wiyata, Vol. 4 No. 1 Tahun 2017

PENDAHULUAN
Candida albicans merupakan mikroorganisme normal dalam rongga mulut yang
bersifat lokal. Candida albicans sangat berperan terhadap 50% dari seluruh infeksi jamur
akibat genus Candida1. Saat kondisi imun tubuh manusia turun Candida albicans akan
menyebabkan kandidiasis. Kandidiasis merupakan suatu penyakit yang dapat menginfeksi
bagian lipatan kulit (intertriginosa), vagina (vulvovaginitis), bagian dalam rongga mulut
(thrush), dan kuku (paronikia)2,3.

Salah satu pencegahan kandidiasis dengan pemberian antifungi. Antifungi


merupakan bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme jamur. Bahan
antifungi yang ideal harus bersifat membunuh jamur (fungisid) dan menghambat
pertumbuhan jamur (fungistatik)4.
Salah satu tanaman yang bersifat antifungi yaitu daun kemangi (Ocimum sanctum
L.). Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman yang mudah didapatkan
tersebar hampir diseluruh Indonesia karena dapat tumbuh liar maupun dibudidayakan. Daun
kemangi memiliki senyawa aktif seperti minyak atsiri (2%), alkaloid (1%), saponin,
flavonoid (2%), triterpenoid (2%), steroid (2%), tanin (4,6%), eugenol (62%), dan fenol5,6.
Prevalensi terjadinya kandidiasis sebesar 20-75% pada manusia sehat tanpa gejala.
Sedangkan kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian
sebesar 71- 79%2. Oleh karena tingginya angka tersebut, maka perlu dilakukan terapi untuk
penyakit tersebut dan yang menjadi pertimbangan lainnya, karena belum banyaknya
penelitian mengenai daya hambat dan daya bunuh dari ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum L.). Penelitian ini mencoba meneliti daya hambat dan daya bunuh ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan konsentrasi
100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% menggunakan metode ekstrasi maserasi, dengan
konsentrasi pelarut etanol 96%.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini
menggunakan jenis post only grup design. Sampel penelitian berupa ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
serta koloni Candida albicans. Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) sebanyak 500 gram
dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan hingga kering. Daun
yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan blender. Serbuk daun kemangi
dimaserasi menggunakan etanol 96% sebanyak 100 ml selama 24 jam7. Hasil maserasi
disaring menggunakan kertas saring dan didapat maserat setelah itu diuapkan dengan
rotary evaporator dengan kecepatan 5-240 rpm pada suhu 40-50oC selama 5-8 putaran7
hingga didapat ekstrak dalam bentuk cairan daun kemangi.

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


Sediakan tabung steril kemudian ditandai no. 1 sampai no. 5. Tiap tabung
memiliki konsentrasi yang berbeda yaitu

Antonius Komang | Daya Hambat Pertumbuhan Candida …..


Jurnal Wiyata, Vol. 4 No. 1 Tahun 2017

100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% yang dalam posisi terbalik, tekan tombol resert
nantinya akan diencerkan sebanyak 5 ml. untuk mengkondisikan dalam posisi nol
Pembuatan ekstrak daun kemangi 100% (0), kemudian koloni jamur dihitung
yaitu dengan mengisi tabung 1 dengan dengan cara menekan koloni dengan
ekstrak murni daun kemangi sebanyak 10 ujung pensil. Jika terlalu dalam,
ml, kemudian pada tabung 2-4 masing- menghitung koloni jamur dilakukan
masing diisi 5 ml media Broth. Tabung 2 dengan menekan tombol average 1 kali
ditambahkan 5 ml ekstrak dari tabung 1, untuk mengurangi tekanan, kemudian
kemudian dicampur dan seterusnya tekan tombol resert untuk mengurangi
sampai tabung 5. sejumlah nilai, dan dilanjutkan dengan
Identifikasi dilakukan menghitung jumlah koloni.
menggunakan Germinating Tube Test. Data yang diperoleh kemudian
Hasil yang didapat berupa gambaran dianalisis dengan One Way Anova dan
pseudohifa yang menunjukkan bahwa dilanjutkan dengan uji Least Significant
Candida yang dikultur merupakan Difference (LSD).
Candida albicans. Pembuatan suspensi
Candida albicans dilakukan pada media
SDB dalam tabung reaksi. Pembuatan
larutan suspensi jamur dilakukan dengan HASIL PENELITIAN
menggunakan larutan Standart Mc Berdasarkan hasil penelitian daya
Farland. Tabung 1-5 ditambahkan hambat dan daya bunuh ekstrak daun
Candida albicans yang sudah homogen kemangi (Ocimum Sanctum L.) terhadap
dengan Mc. Farland 0,5 (1,5 x 108) pertumbuhan candida albicans didapatkan
hasil sebagai berikut :
sebanyak 0,1 ml.
Inkubasi dilakukan selama 18-24 jam Tabel 1. Hasil
pengukuran daya
hambat dan daya bunuh
ekstrak daun kemangi
dengan suhu 37°C. Tabung dikeluarkan
dari inkubator. Tabung no. 1-5 ditentukan Kelompok Rata-rata Standar Deviasi
100% 0 0
KHM dan KBM. KHM dan KBM dapat
50% 0 0
dilihat apabila pertumbuhan koloni dalam 25% 0 0
media berkurang atau menurun pada 12,5% 6 2
konsentrasi ekstrak. Ambil 1 osse dari setiap 6,25% 18 2
Positif 0 0
tabung dan ditanam di media SDA.
Negatif 114 2
Memasukkan petri dish ke dalam

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


inkubator dan diinkubasi selama 24 jam signifikansi sebesar p= 0.000. Dengan
pada suhu 370 C. Keluarkan perti dish dari nilai ini, maka dapat ditarik suatu
inkubator. Jumlah koloni pada masing- kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
masing plate dihitung dengan Colony daya bunuh atau daya hambat dari 7
counter. Colony counter dapat digunakan kelompok perlakuan.
dengan menyambungkan dengan stop Untuk melihat letak perbedaan,
maka pengujian dilanjutkan dengan
kontak, tombol ON ditekan, petridish
melakukan uji Least Significant Different
ditaruh diatas kaca hitung Colony
(LSD) dengan hasil disajikan dalam Tabel
counter. Berdasarkan hasil di atas,
2. Berdasarkan Tabel 2, kelompok ekstrak
konsentrasi ekstrak daun kemangi 100%,
daun kemangi 100%, 50%, 25%, memiliki
50%, dan 25%, tidak ditemukan adanya
daya bunuh Candida albicans yang sama
Candida albicans. Namun,pada
(adanya nilai sig. lebih dari p=0,05).
konsentrasi 12,5% ditemukan jumlah
Sedangkan pada kelompok 12.5%,
Candida albicans rata-rata sebesar 6 CFU/ml
dan pada konsentrasi 6,25% ditemukan
memiliki daya bunuh dan daya hambat
jumlah Candida albicans rata- rata sebesar 18 yang berbeda dengan kelompok
CFU/ml. Jumlah Candida albicans pada perlakukan lainnya.
kontrol positif adalah rata- rata sebesar 114 Tabel 2.
CFU/ml. Uji statistika yang digunakan adalah
Uji Least Significant Different (LSD)
uji Anova. Asumsi dalam uji Anova adalah
pertumbuhan candida albicans dan daya
data harus terdistribusi normal dan varian
bunuh Candida albicans ekstrak daun
data homogen.
kemangi (Ocimum sanctum L.)
Uji normalitas data dilakukan
dengan menggunakan uji Shapiro wilk. 100% 50% 25% 12,5% 6,25%
Kesimpulan dari hasil uji Shapiro Wilk 100% - 1.00 1.00 0.00 0.0
adalah daya hambat dan daya bunuh 50% 1.00 - 1.00 0.00 0.0
konsentrasi Ekstrak daun kemangi 12.5%,
25% 1.00 1.00 - 0.00 0.0
Ekstrak daun kemangi 6.25% dan kontrol
positif telah berdistribusi normal karena 12,5% 0.00 0.00 0.00 - 0.0
setiap kelompok perlakuan memiliki nilai 6,25% 0.00 0.000 0.00 - 0.0
signifikansi lebih besar dari tingkat Negatif 1.00 1.00 1.00 0.00 0.0
kesalahan penelitian (α) yang digunakan Positif 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0
yaitu sebesar 5% (p= 0.05).
Uji asumsi yang di lakukan
selanjutnya adalah uji homogen varian
dengan menggunakan uji Levene’s Test. PEMBAHASAN
Hasil uji Levene’s Test menghasilkan nilai Ekstrak daun kemangi (Ocimum
siginifikansi p= 0.061, dengan nilai sanctum L.) dapat menghambat pertumbuhan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Candida albicans pada konsentrasi 12,5% dan
varian data antar kelompok perlakuan membunuh Candida albicans pada
adalah homogen karena memiliki nilai konsentrasi 25%. Ekstrak daun kemangi
siginifikansi lebih besar dari p= 0.05. (Ocimum sanctum L.) memiliki kandungan
Setelah kedua asumsi tersebut flavonoid (0,08%), minyak atsiri (1,76%),
telah terpenuhi, maka uji One Way alkaloid
Anova dapat di lakukan. Hasil uji One
Way Anova menghasilkan nilai (4,05%), tanin (2,17%) dan eugenol
P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555
(0,31%)2. segera mengalami penguraian, diikuti
Aktivitas antijamur minyak atsiri penetrasi ke dalam sel dan menyebabkan
tergantung pada komposisi dan presipitasi serta denaturasi protein13.
konsentrasi minyak atsiri juga pada tipe Semakin besar konsentrasi ekstrak
dan banyaknya mikroorganisme target. yang diberikan maka semakin besar pula daya
Minyak atsiri dapat mengganggu proses bunuh yang terbentuk, karena semakin banyak
terbentuknya membran sel jamur. dan konsentrasi komponen bioaktif yang
dinding sel jamur, sehingga membran dan terkandung di dalam ekstrak. Efektivitas suatu
dinding sel jamur tidak terbentuk secara zat antimikroba dipengaruhi oleh konsentrasi
sempurna8,9. zat yang diberikan. Meningkatnya konsentrasi
Flavonoid juga bersifat ekstrak mengakibatkan tingginya kandungan
antioksidan. Flavonoid dapat menghambat bahan aktif yang berfungsi sebagai
sintesis asam nukleat, menghambat fungsi antimikroba sehingga kemampuan untuk
membran sitoplasma, dan menghambat membunuh pertumbuhan mikroba juga
metabolisme energi sel10. Flavonoid semakin besar14.
merupakan senyawa kelompok fenol.
Fenol dapat menghambat aktivitas jamur
dengan cara menghambat proses
SIMPULAN
pembentukan dinding sel jamur maupun Ekstrak daun kemangi (Ocimum
dengan cara melisiskan dinding sel yang sanctum L.) dapat menghambat pertumbuhan
sudah terbentuk11. Candida albicans pada konsentrasi 12,5% dan
Alkaloid mempunyai aktivitas dapat membunuh Candida albicans pada
antijamur dengan menghambat proliferasi konsentrasi 25%.
pembentukan protein, serta respirasi pada
sel yang dapat mengakibatkan kematian
jamur. Alkaloid dapat merusak komponen
penyusun peptidoglikan pada dinding sel SARAN
sehingga komponen tersebut tidak Perlu dilakukan penelitian lebih
terbentuk utuh. Alkaloid membentuk lanjut untuk mengetahui uji toksisitas
lubang atau saluran yang menyebabkan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
membran sel bocor dan kehilangan L.) dan untuk membuat sediaan daun
beberapa bahan intrasel seperti elektrolit kemangi (Ocimum sanctum L.) yang
(terutama senyawa kalium) dan molekul- dilakukan secara in vivo dengan
molekul lainnya. Hal ini dapat menggunakan hewan coba.
mengakibatkan kerusakan dan kematian
tetap pada sel jamur12.
Aktifitas tanin mampu
menyebabkan pengerutan dinding sel
jamur, sehingga akibatnya aktivitas hidup
sel terganggu, pertumbuhannya terhambat
bahkan pada dosis tertentu dapat
menyebabkan kematian jamur. Turunan
fenol salah satunya eugenol berinteraksi
dengan sel bakteri melalui proses absobsi
yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada
kadar rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan yang lemah dan
P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555
REFERENSI
1. Williams dan Wilkins. 1994.
Microbiology and Immunology. Alih bahasa: Dr. Yulius E.S. Jakarta: Binarupa Aksara. p.183.

2. Alfiah, R, Khotimah, S., dan Turnip, M. 2015. Efektivitas Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat
(Mikania micrantha Kunth) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Journal Protobiont.
4(1): p.52-57.
3. Kusuma, A. L. 2014. Hubungan Kadar Cd4 dengan Kejadian Kandidiasis Oral pada Penderita
HIV/AIDS di RSUD Moewardi Surakarta. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Muhamadiyah.
4. Febriani, T.H. 2014. Uji Daya Antifungi Jus Buah Pare (Momordicacharantia L.) terhadap Daya
Hambat Pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran
Gigi. Universitas Muhamadiyah.
5. Angelina, M., Turnip, M., dan Khotimah,
S. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Journal Protobiont. 4(1): p.184-
189.

6. Lutfiyah, I. 2014. Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi terhadap Pertumbuhan Candida albicans serta
Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar dalam Pembelajaran Biologi Siswa SMA. Naskah Publikasi.
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas PGRI Semarang.
7. Candrasari, A., Romas, M.A., Hasbi, M., dan Astuti, O.R. 2012. Uji Daya Antimikroba Ekstrak
Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
Aureus atcc 6538, Eschericia Coli atcc 11229 dan Candida albicans atcc 10231 secara in vitro.
Jurnal Biomedika Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4(1): p.9-16.
8. Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella tyhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L.
Journal Bioscientiae. 1(1): p.34-45.
9. Kan,Y., Uçan, U.S., Kartal, M., Altun, M.L., Aslan, S., Sayar, E., dan Ceyhan, T. 2006. Analysis and
Antibacterial Activity of Cultivated Satureja cuneifolia Ten. Essential Oil. Turkey Journal Chemitry
3(2): p.253–259.
10. Yuhana, S. A., Kusdarwati, R., & Meles,
D. K. 2011. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) terhadap Bakteri
Streptococcus iniae secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(3). p.122-123.

11. Ardo.S. 2005. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp terhadap Bakteri Streptococcus
mutans (in vitro). Muhammadiyah Journal of Nurshing. 5(1): p.32-38.
12. Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., dan Fisher, B.D. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar:
Obat-obat Antijamur. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika. p. 341-7.
13. Juliantina, F. R., dan Nurmasitoh, T. 2011. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai agen
anti bakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia. 7(1): p.121-126.
14. Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., Morse, S. A., dan Mietzner, T. A. 2007. Jawetz, and
Adelberg’s Medical Microbiology. 24th Ed. New York: Mc Graw hill Comp p.218.

Anda mungkin juga menyukai