Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

SKRINING AWAL EKSTRAK ETIL ASETAT SPONS DYSIDEA SP.


SEBAGAI ANTIBAKTERI

Ni Wayan Martiningsih

Jurusan Analis Kimia Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha


email: marti_chem03@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan kemampuan dari
ekstrak etil asetat spons Dysidea sp. dalam menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli (E.coli) dan
Staphylococcus aureus (S.aureus). Isolasi dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut
metanol:diklorometana (1:1). Campuran metanol:diklorometana disaring, diuapkan dengan rotary
evaporator dan kemudian dipartisi dengan etil asetat:air (3:2). Ekstrak kasar etil asetat dianalisis
kandungan metabolit sekundernya dengan cara skrining fitokimia. Uji bioaktivitas antibakteri dilakukan
dengan metode difusi agar pada konsentrasi 50; 25; 12,5; 6,25 dan 3,125%. Hasil skrining fitokimia
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan steroid. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak
kasar etil asetat Dysidea sp. mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli sampai konsentrasi uji 25%
dan bakteri S.aureus. sampai konsentrasi uji 3,125%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat spons
Dysidea sp. memiliki potensi antibakteri.

Kata-kata kunci: antibakteri, Dysidea sp., skrining fitokimia

Abstract: The purpose of this study was to determine the secondary metabolites and ability of ethyl
acetate extract of sponge Leucetta sp. in inhibiting the growth of Eschericia coli (E.coli) dan
Staphylococcus aureus (S.aureus). The isolation was performed by extraction using a mixture of
methanol:dichloromethane (1:1). Methanol:dichloromethane extracts was filtered, evaporated with a
rotary evaporator and than partitioned with ethyl acetate: water (3:2). Crude ethyl acetate extract was
analyzed the secondary metabolites by phytochemical screening. Antibacterial testing with agar diffusion
method at concentrations of 50; 25; 12,5; 6,25 dan 3,125%. Phytochemical screening results indicate the
presence of alkaloid and steroid compounds. The result of antibacterial test showed that the crude ethyl
acetate extract of Dysidea sp. able to inhibit the growth of E.coli until the concentration of the test 25%
and S.aureus until the concentration of test 3,125%. It means that ethyl acetate extract of sponge Dysidea
sp. had antibacterial potency.

Keywords: antibacterial, Dysidea sp., phytochemical screening

PENDAHULUAN luasnya penggunaan antibiotik ini,


timbul masalah baru yaitu meningkatnya
Penyakit infeksi merupakan salah
resistensi bakteri terhadap antibiotik.
satu persoalan kesehatan global baik di
Oleh karena itu, penemuan dan
negara maju maupun berkembang. Data
pengembangan obat penyakit infeksi
WHO menunjukkan bahwa infeksi virus,
khususnya antibakteri tetap merupakan
bakteri, jamur, parasit merupakan
hal yang sangat penting.
penyebab kematian terbesar di dunia
Indonesia merupakan negara
(Mathers dan Loncar, 2005). Demikian
kepulauan terbesar di dunia dengan dua
pula data Departemen Kesehatan
pertiga wilayahnya adalah lautan yang
Republik Indonesia tahun 2007
merupakan bagian dari perairan
menunjukkan bahwa penyakit infeksi
Indopasifik. Wilayah Indopasifik yang
seperti infeksi pernapasan dan diare
sebagian berpusat di Indonesia Timur dan
merupakan penyakit yang sering diderita
Filipina merupakan pusat
oleh masyarakat Indonesia (Anonim,
keanekaragaman biota laut terbesar di
2008). Salah satu pengobatan penderita
dunia. Sumber daya biota laut tersebut
penyakit infeksi adalah melalui
merupakan aset potensial yang dapat
pemberian antibiotik. Dengan semakin

299
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

didayagunakan menjadi aneka produk, diharapkan dapat menambah khasanah


mulai dari produk makanan sampai pengembangan ilmu pengetahuan di
produk farmasi (obat-obatan) (Suparno, Indonesia terutama di bidang
2005). farmakologi dan eksplorasi
Dewasa ini, mulai banyak keanekaragaman hayati laut dari perairan
dikembangkan penelitian dengan objek Indonesia.
biota laut dan telah menghasilkan
penemuan berbagai senyawa yang METODE PENELITIAN
menarik secara biologis dan kimiawi
Bahan dan Alat Penelitian
yang berguna untuk keperluan
farmakologi. Spons merupakan sumber Bahan yang digunakan dalam
bahan baku yang potensial untuk penelitian ini adalah spons Dysidea sp.
menghasilkan senyawa bioaktif yang yang diambil dari Perairan Pulau
bermanfaat sebagai antibiotik, antijamur, Menjangan Bali Barat, metanol,
antikanker, antiinflamasi dan antioksidan diklorometana, etil asetat, aquades, asam
yang selama ini terus dieksplorasi. klorida, asam sulfat 50%, pereaksi besi
Senyawa bioaktif tersebut jika terbukti (III) klorida, pereaksi Dragendorff,
bermanfaat, kemudian dikembangkan pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, dan
guna memperoleh lead compound, pereaksi Liebermann-Buchard, nutrient
kemudian disintesis sebagai obat-obatan agar (NA), nutrient broth (NB), bakteri
bagi kesehatan manusia dan mempunyai Eschericia coli (E.coli) dan
nilai ekonomi yang tinggi. Oleh karena Staphylococcus aureus (S.aureus)
itu dalam rangka memperoleh obat baru, Alat-alat yang digunakan dalam
spons menjadi filum yang paling banyak penelitian ini adalah alat-alat gelas,
dieksplorasi karena memiliki banyak timbangan analitik, rotary evaporator,
senyawa bioaktif dari berbagai tipe pipet mikro, yellow tip, eppendorf kawat
(Proksch et al. 2004; Munro 1989). ose, lampu spiritus, cawan petri,
Spons dari famili Dysideidae autoklaf, laminar airflow, inkubator,
seperti Dysidea sp. merupakan salah satu paper disk, jangka sorong.
spons laut tropis yang paling banyak
diteliti karena mengandung senyawa Identifikasi jenis spons
aktif dengan struktur kimia dan aktivitas Pengamatan terhadap morfologi
biologi yang menarik. Senyawa aktif spons berupa warna, bentuk, konsistensi,
yang berhasil diisolasi diantaranya spikuladan ukuran spons pada habitat
adalah golongan seskuiterpena, steroid, aslinya (dalam laut) dilakukan untuk
spirolaktol/lakton, furan trisiklik, kepentingan identifikasi jenis spons.
senyawa yang mengandung kerangka Gambar spons tersebut juga diambil baik
furodysinin dan furodysin, alkaloid di dalam air maupun setelah diambil di
poliklorinasi, difenil eter terbrominasi darat; disamping itu dilakukan pula
dan senyawa lainnya dengan aktivitas pembuatan voucher specimen untuk
antibakteri, antijamur, antiproliferasi (sel melengkapi identifikasi sampel
kanker payudara manusia), dan spons.Identifikasi jenis spons dilakukan
antioksidan (Cameron dkk., 2000; di Laboratorium Sistematika Hewan,
Handayani dkk., 1997; Zhang dkk., Fakultas Biologi, UGM, Yogyakarta.
2008; Utkina dkk.,2010).
Oleh karena itu maka penelitian Ekstraksi spons
ini bertujuan untuk mengetahui Spons seberat 307,71 gram
kandungan metabolit sekunder dan dipotong kecil-kecil, dimaserasi dengan
potensi antibakteri ekstrak etil asetat pelarut metanol:diklorometana 1:1 (v/v)
spons Dysidea sp. Hasil penelitian ini kemudian disaring dan diuapkan dengan

300
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

rotary evaporator. Ekstrak kental yang miring disuspensikan ke dalam tabung


dihasilkan kemudian dimasukkan ke berisi 5 mL media NB dan diinkubasi
dalam corong pisah, dipartisi dengan etil selama 24 jam pada suhu 37 °C.
asetat:air (3:2). Lapisan etil asetat Suspensi bakteri tersebut diencerkan
diuapkan dengan rotary evaporator menggunakan NaCl 0,9% steril sampai
hingga diperoleh ekstrak kental etil kekeruhannya setara dengan larutan 0,5
asetat. Terhadap ekstrak etil asetat ini Mc. Farland (populasi bakteri 1 x 107
kemudian dilakukan uji bioaktivitas CFU/mL 1 x 108 CFU/mL). CFU
antibakteri dengan metode difusi agar singkatan dari Colony Forming Unit.
dan uji fitokimia untuk mengetahui
golongan senyawanya. Pengujian antibakteri
Pengujian antibakteri dilakukan
Uji Aktivitas Antibakteri dengan metode difusi agar, yaitu dengan
Sampel yang akan diuji cara media NA cair (10 mL) dimasukkan
bioaktivitas antibakterinya dikerjakan ke dalam cawan petri dan dibiarkan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. memadat. Suspensi bakteri ditanamkan
Penyiapan Sampel Uji di atas permukaan agar yang telah
memadat secara merata. Setelah
Pembuatan stok baku dengan
permukaan agak kering sempurna, di
melarutkan 50 mg sampel dalam 0,1 mL
atasnya diletakkan paper disk
etil asetat sehingga didapatkan
berdiameter 6 mm yang telah ditetesi 10
konsentrasi baku yaitu 50%. Sampel uji
µL senyawa uji, lalu diinkubasi selama
dibuat dengan variasi konsentrasi yaitu
18-24 jam pada suhu 37°C (Wanger,
konsentrasi 50; 25; 12,5; 6,25 dan
2009).
3,125%.
Skrining Fitokimia
Penggunaan kontrol negatif
Untuk mengetahui kandungan
Kontrol negatif digunakan untuk
metabolit sekunder dilakukan dengan uji
menjamin bahwa pelarut yang digunakan
fitokimia dengan pereaksi pendeteksi
dalam ekstrak sampel uji tidak memiliki
senyawa. Pemeriksaan senyawa alkaloid
aktivitas antibakteri, sehingga
dilakukan dengan pereaksi Dragendroff,
diharapkan memberikan hasil negatif.
Meyer dan Wagner. Reaksi positif jika
Kontrol negatif yang digunakan dalam
terbentuk endapan jingga dengan
penelitian ini adalah pelarut yang
pereaksi Dragendroff, endapan coklat
digunakan untuk melarutkan ekstrak
dengan pereaksi Wagner dan endapan
sampel uji yaitu etil asetat.
putih dengan pereaksi Meyer (Harborne
Penyiapan media (1987) dan Robinson (1991).
Media untuk uji antibakteri E. Pemeriksaan senyawa flavonoid
coli dan S. aureus digunakan NA yang dilakukan dengan penambahan beberapa
dibuat dengan cara yaitu sebanyak 2 g tetes HCl pekat dan 2-3 potong logam
NA ditimbang lalu dimasukkan ke dalam Mg. Reaksinya disebut positif jika
Erlenmeyer, ditambah air suling sampai memberikan warna orange-merah.
volumenya 100 mL lalu dipanaskan Uji senyawa triterpenoid dan
hingga homogen. Campuran disterilisasi steroid dilakukan dengan penambahan
di dalam autoklaf pada suhu 121°C pereaksi Liebermann-Burchard. Reaksi
selama 20 menit. positif ditandai dengan terbentuknya
warna hijau-biru untuk steroid dan
Pembuatan suspensi bakteri merah-ungu untuk triterpenoid. Selain
Satu ose biakan bakteri uji yang itu, dapat juga digunakan pereaksi asam
telah diremajakan pada media agar sulfat 50% yang akan membentuk bercak

301
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

ungu-merah-coklat pada plat KLT jika Gray, 1867; Genus: Dysidea Johnston,
reaksi positif terpenoid dan warna biru- 1842.
hijau pada plat KLT jika positif
mengandung steroid (Harborne (1987)
dan Robinson (1991).
Pemeriksaan saponin dilakukan
dengan mengamati ada tidaknya busa
pada larutan sampel uji yang stabil
dalam waktu 10 menit dan tidak hilang
pada penambahan asam klorida 2N.
Uji senyawa golongan tanin
dilakukan dengan penambahan larutan
FeCl3 1%. Adanya tanin ditandai dengan Gambar 1. Spons Dysidea sp. setelah diambil
dari laut
terbentuknya endapan biru hingga hitam
kehijauan (Feigl, 1960). Ekstrak etil asetat yang
diperoleh dalam penelitian ini berwarna
Analisis Data kuning kecoklatan seberat 0,45 gram
kemudian diuji bioaktivitas
Zona jernih di sekitar paper disk
antibakterinya dengan metode difusi
(zona radikal) mengindikasikan adanya
agar dan uji fitokimia. Hasil uji aktivitas
aktivitas mematikan dari senyawa uji
antibakteri ekstrak etil asetat spons
dan zona pertumbuhan bakteri yang
Dysidea sp. disajikan pada Tabel 1.
tidak rapat di sekitar paper disk (zona
irradikal) mengindikasikan adanya Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
aktivitas hambatan dari senyawa uji. Ekstrak Etil Asetat Spons Dysidea
Kandungan senyawa metabolit sp.
sekunder yang terdapat dalam ekstrak Diameter Diameter
etil asetat dinyatakan dengan nilai positif hambatan hambatan
Konsentrasi
terhadap terhadap
(terdapat senyawa) dan negatif (tidak sampel (%)
E.coli (mm) S.aureus
terdapat senyawa). Hasil ini kemudian (mm)
dianalisa secara deskriptif. 50 15,50 17,50
25 10,13 10,25
12,5 - 8,75
6,25 - 8,38
Pembahasan Hasil
3,125 - 6,88
Kontrol - -
Spons yang digunakan sebagai
bahan penelitian ini Spons yang Hasil yang diperoleh
digunakan sebagai bahan penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat
berdinding tipis, permukaan tubuhnya spons Dysidea sp. memiliki aktivitas
sangat berkonulosa, berwarna kuning- antibakteri terhadap bakteri S. aureus
abu-ungu dan semua serat/fibernya dan E. coli. Ekstrak etil asetat dapat
tersusun secara konsentris berlapis. menghambat pertumbuhan bakteri S.
Klasifikasi taksonominya dilakukan aureus pada semua konsentrasi uji,
berdasarkan ciri-ciri fisiknya. Gambar sedangkan untuk bakteri E. coli hanya
spons yang dijadikan bahan penelitian dapat dihambat pertumbuhannya sampai
ditunjukkan pada Gambar 1. Klasifikasi konsentrasi ekstrak etil asetat 25%.
taksonomi spons tersebut adalah Suatu zat aktif dikatakan
Kingdom: Animalia; Filum: Porifera; memiliki potensi yang tinggi sebagai
Kelas: Demospongia; Subkelas: antibakteri, jika pada konsentrasi rendah
Tetractinomorpha; Ordo: mempunyai daya hambat yang besar.
Dendroceratida; Familia: Dysideidae Davis dan Stout (1971) menyatakan

302
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

bahwa apabila zona hambat yang negatif memiliki membran lapisan luar
terbentuk pada uji difusi agar berukuran yang menyelimuti lapisan tipis
kurang dari 5 mm, maka aktivitas peptidoglikan, struktur luar
penghambatannya dikategorikan lemah. peptidoglikan ini adalah lapisan ganda
Apabila zona hambat berukuran 5-10 yang mengandung fosfolifid, protein dan
mm dikategorikan sedang, 10-19 mm lipopolisakarida. Lipopolisakarida
dikategorikan kuat dan 20 mm atau lebih terletak pada lapisan luar dan merupakan
dikategorikan sangat kuat. karakteristik bakteri Gram negatif.
Ekstrak etil asetat spons Dysidea Sementara sel bakteri Gram positif
sp. pada konsentrasi 3,125; 6,25 dan memiliki dinding sel yang terdiri atas
12,5% dapat menghambat pertumbuhan lapisan peptidoglikan yang tebal dan
bakteri S. aureus dengan zona hambat didalamnya mengandung senyawa
masing-masing yaitu 6,88 mm; 8,38 mm teikoat dan lipoteikoat (Pelczar, 2010).
dan 8,75 mm. Hasil ini menunjukkan Mekanisme penghambatan
bahwa pada ketiga konsentrasi tersebut, mikroorganisme oleh senyawa
ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antibakteri dapat disebabkan oleh
penghambatan yang sedang terhadap beberapa faktor, antara lain gangguan
bakteri S. aureus. Ekstrak etil asetat pada senyawa penyusun dinding sel,
spons Dysidea sp. tidak memiliki peningkatan permeabilitas membran sel
aktivitas penghambatan terhadap bakteri yang dapat menyebabkan kehilangan
E.coli pada konsentrasi 3,125; 6,25 dan komponen penyusun sel, menginaktivasi
12,5% karena tidak terbentuknya zona enzim, dan destruksi atau kerusakan
bening pada ketiga konsentrasi uji fungsi material genetik.
tersebut. Hasil uji fitokimia terhadap
Pada konsentrasi 50% dan 25% ekstrak etil asetat spons Dysidea sp.
didapatkan hasil diameter zona hambat disajikan pada Tabel 2. Uji fitokimia
ekstrak etil asetat spons Dysidea sp. dengan pereaksi Dragendroff
terhadap bakteri S. aureus (masing- menghasilkan endapan berwarna jingga,
masing adalah 17,50 mm dan 10,25 mm) dengan pereaksi Wagner menghasilkan
serta bakteri E.coli (masing-masing endapan berwarna coklat dan dengan
15,50 mm dan 10,13 mm) menunjukkan pereaksi Meyer menghasilkan endapan
aktivitas penghambatan yang tergolong putih sehingga diduga ekstrak etil asetat
kuat. Hasil uji secara keseluruhan mengandung alkaloid. Selain itu reaksi
menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri positif juga ditunjukkan saat uji
ekstrak etil asetat spons Dysidea sp. menggunakan pereaksi Lieberman-
lebih baik dalam menghambat Burchard dan asam sulfat 50%, sehingga
pertumbuhan bakteri S. aureus diduga ekstrak etil asetat juga
dibandingkan dengan bakteri E. coli. Hal mengandung steroid.
ini kemungkinan disebabkan karena
perbedaan struktur membran bakteri
Gram positif dan bakteri Gram negatif
yang mempengaruhi penetrasi ekstrak uji
ke dalam bakteri tersebut.
Bakteri Gram negatif
mengandung lipid, lemak atau substansi
seperti lemak dalam persentase lebih
tinggi daripada yang dikandung bakteri
Gram positif. Dinding sel bakteri Gram
negatif lebih tipis dibanding bakteri
Gram positif. Struktur bakteri Gram

303
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etil Marine Sponge Dysidea sp.,
Asetat Spons Dysidea sp. Tetrahedron, 56, 5247-5262.
Uji
Davis, W.W. dan Stout, T.R., 1971, Disc
No Fitok Pereaksi Warna Hasil
imia Plate Method Of Microbiological
1 Flavo HCl kuning - Antibiotic Assay. J. Microbiol.,
noid pekat + muda 22, 4.
Mg
2 Alkal Dragendr endapan + Feigl, F. 1960. Spot Test in Organic
oid off jingga Analysis. Translate by Ralph E.
endapan + Oesper. Sixth English Edition.
Wagner coklat
endapan + Handayani, D., Edrada, R.A., Proksch,
Meyer putih P., Wray, V., Witte, L., Soest,
3 Sapo Air panas tidak - R.W.M.V., Kunzmann, A. dan
nin + HCl terbentuk
busa
Soedarsono, 1997, Four New
4 Tri- Lieberma Biru + Bioactive Polybrominated
terpe n- kehijaua Diphenyl Ethers of the Sponge
noid Burchard n + Dysidea herbacea from West
/Stero H2SO4 Biru Sumatra, Indonesia, J. Nat.
id 50%
5 Tanin FeCl3 1% tidak ada -
Prod., 60, 1313-1316.
perubaha Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia:
n
Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Jilid II.,
Penerbit ITB, Bandung.
SIMPULAN
Mathers, C.D. dan Loncar, D., 2005,
Ekstrak etil asetat spons Dysidea Updated Projections of Global
sp. mampu menghambat pertumbuhan Mortality and Burden of Disease,
bakteri E.coli sampai konsentrasi uji 2002-2030: Data Sources,
25% dan bakteri S.aureus. sampai Methods and Results, Evidence
konsentrasi uji 3,125%. Berdasarkan uji and Information for Policy,
fitokimia ekstrak etil asetat spons World Health Organization.
Dysidea sp. diduga mengandung alkaloid Pelczar, M.J. dan Chan,E.C.S., 2010,
dan steroid. Dasar-Dasar Mikribiologi, jilid I,
Perlu dilakukan penelitian lebih (diterjemahkan oleh:
lanjut untuk mengisolasi senyawa aktif Hadioetomo, R. S, Imas, T.,
yang bersifat antibakteri dari spons Tjitrosomo, S.S. dan Angka,
Dysideaa sp. S.L), Penerbit UI Press, Jakarta.
Proksch P. 2004. Defensive Roles for
DAFTAR RUJUKAN Secondary Metabolites from
Marine Invertebrates and
Anonim. 2008. Indonesia Country Associated Microorganism. Di
Profile 2007. Departemen dalam: Soemodihardjo S,
Kesehatan RI. Jakarta. Rachmat R, Saono S, editor.
Prosiding Seminar Bioteknologi
Cameron, G.M., Stapleton, B.L., Kelautan Indonesia I; Jakarta 14
Simonsen, S.M., Brecknell, D.J. 15 Oktober 1998. Jakarta: LIPI.
dan Garson, M.J., 2000, New hlm 33-40.
Sesquiterpene and Brominated
Metabolites from the Tropical Robinson, T., 1991, Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi, terjemahan

304
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

Padmawinata, K., Penerbit ITB, Wanger, A., 2009, Antibiotic


Bandung. Susceptibility Test dalam
Practical Handbook of
Suparno, 2005. Kajian Bioaktif Spons
Microbiology, Goldman, E. dan
(Porifera: Demospongiae) suatu
Green, L.H.(eds.), 2nd edition,
Peluang Alternatif Pemanfaatan
CRC Press, New York.
Ekosistem Karang Indonesia
dalam Bidang Farmasi. Publisher. Zhang, H., Skildum, A., Stromquist, E.,
Bogor. Hellekant, T.R. dan Chang, L.C.,
2008, Bioactive Polybrominated
Utkina, N.K., Vladimir, A., Denisenko
Diphenyl Ethers from the Marine
dan Krasokhin, V.B., 2010,
Sponge Dysidea sp., J. Nat.
Sesquiterpenoid Aminoquinones
Prod., 71, 262-264
from the Marine Sponge Dysidea
sp., J. Nat. Prod., 73, 788-
791.

305

Anda mungkin juga menyukai