Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Cengkeh merupakan komoditas perkebunan yang memiliki
prospek pengembangan yang menjanjikan dengan peluang ekspor
yang besar. Ekspor cengkeh Indonesia mengalami peningkatan yang
signifikan selama dua tahun terakhir, di tahun 2018 ekspor cengkeh
sebesar 20.246 ton (meningkat sangat signifikan sebesar 123% dari
tahun 2017), kemudian kembali meningkat 28,37% tahun 2019
dengan total ekspor mencapai 25.990 ton. Cengkeh mendapatkan
posisi penting dalam konfigurasi perkebunan di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Kabupaten yang paling besar memberikan kontribusi
dalam pengembangan cengkeh di Sulawesi Tenggara adalah
Kabupaten Kolaka (Dirjen Perkebunan, 2021).
Daun cengkeh merupakan bagian tanaman cengkeh yang
jarang dimanfaatkan, berbeda dengan bunga cengkeh yang lebih
umum digunakan. Penelitian menunjukkan bahwa daun cengkeh
juga mengandung senyawa antibakteri seperti flavonoid, fenol,
triterpenoid, tanin, fenol, senyawa eucalyptol, αcardinol,
caryophyllene dan limonene (Mangesa & Irsan, 2020). Karena
senyawa yang terkandung dalam daun cengkeh mungkin memiliki
sifat antibakteri, ada kebutuhan untuk mengembangkan bentuk
sediaan topikal yang nyaman dan nyaman bagi pengguna. 
Berdasarkan penelitian Dwi Sintya Karubaba, Jayanti Djaram
(2022) dimana ekstrak etanol daun cengkeh dalam pembuatan
sediaan salep dengan konsentrasi basis hidrokarbon, ekstrak etanol
daun cengkeh telah efektif pada konsentrasi 10%. Sedangkan
menurut (Lomboan et al., 2021) ekstrak etanol daun cengkeh dengan
konsentrasi 15% dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus.
Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti tertarik untuk melakukan

1
2

pembuatan sediaan krim ekstrak etanol daun cengkeh dengan


konsentrasi 10%, dan 11%.

I.2. Rumusan Masalah


Apakah ekstrak daun cengkeh dapat dibuat menjadi sediaan
krim yang baik dan bagaimana mutu fisik sediaan krim ekstrak daun
cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang dibuat?

I.3. Tujuan Penilitian


Untuk mengetahui pembuatan dan uji mutu fisik terhadap
sediaan krim ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

I.4. Manfaat Penilitian

1. Untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan pemahaman


para peneliti farmasi khususnya di bidang krim.

2. Hasil penelitian bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan


pengetahuan tentang bahan alam serta mengembangkan krim
yang memenuhi persyaratan kompendium. 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Uraian Tanaman


Cengkih (Syzygium aromaticum L.) adalah bumbu dapur
terkenal yang telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk
banyak penyakit selama berabad-abad. Menariknya, pengobatan
tradisional menggunakan cengkeh untuk mengobati penyakit
pernapasan sejak zaman dahulu, sedangkan senyawa cengkeh
memiliki sifat antivirus dan antiinflamasi. Cengkeh merupakan salah
satu jenis rempah yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi karena
kandungan eugenolnya yang tinggi. Di Asia tropis, cengkeh telah
terbukti menenangkan berbagai mikroorganisme seperti kudis,
kolera, malaria, dan tuberkulosis (Lestari, 2022).

II.1.1. Klasifikasi tanaman cengkeh (Syzygium Aromaticum L.)

Gambar 1. Cengkeh (Syzygium Aromaticum L.)

Regnum : Plantae
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Myrtales

3
4

Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M.
Perry
(ITIS, 2022).

II.1.2. Nama Daerah


Cengkeh (Jawa, Sunda); wunga lawang (Bali);
cangkih (Lampung); sake (Nias); bungeu lawang (Gayo);
cengke (Bugis); sinke (Flores); canke (Ujung Pandang); dan
gomode (Halmahera. Tidore) (AgroMedia, 2008).

II.1.3. Morfologi Tanaman


a. Daun
Bingkai daun bukanlah daun yang sempurna
karena memiliki helaian daun (petiole), helaian daun
(lamina), tetapi tidak memiliki pelepah daun (vagin).
Daunnya berbentuk lonjong dan memiliki bunga di
ujungnya. Merupakan daun majemuk karena batang
induknya memiliki daun lebih dari satu (Sutriyono & Ali,
2019).
b. Batang
Batang pohon cengkeh biasanya panjangnya 10-
15 m. Batangnya bulat (teres), permukaan batangnya
kasar, biasanya bercabang-cabang penuh atau bisa
dikatakan lebat, arah pertumbuhan batangnya vertikal
(erectus) dan percabangan cabangnya bisa dikatakan
monopodial karena masih bisa dibedakan arah
tumbuhnya batang utama dengan lebarnya. Selain itu,
pohon rangka dapat hidup selama beberapa puluh tahun,
panjang batangnya sekitar 1 - 2,5 cm (Sutriyono & Ali,
2019).
5

c. Akar
Sistem perakarannya adalah akar tunggang, akar
ini merupakan akar utama (berasal dari pangkal
tanaman) yang kemudian bercabang. Bentuk Tajuru
termasuk akar berbentuk tombak (berbentuk gelendong)
tempat cabang-cabang kecil tumbuh. Akarnya kuat dan
karenanya bertahan selama puluhan bahkan ratusan
tahun. Akar biasanya masuk cukup dalam ke tanah. Akar
pohon kerangka relatif kurang berkembang, tetapi pada
bagian yang dekat dengan tanah tumbuh banyak bulu
akar yang berguna untuk nutrisi (Sutriyono & Ali, 2019).
d. Biji
Cengkeh dapat menghasilkan biji setelah 5 tahun
tanam. Biji terdiri dari cangkang (spedodermis), tali pusat
(funiculus) dan inti biji (nucleus seminis). Meski masih
bisa menghasilkan benih setelah 20 tahun, bisa dikatakan
benih tersebut tidak menguntungkan. Ini karena mereka
belum ditambang di industri rokok dan tidak bisa
digunakan (Sutriyono & Ali, 2019).
e. Bunga
Bunga cengkeh muncul di ujung cabang berdaun
( Flos terminalis ) dengan batang pendek dan racemes
(batang bunga sejati duduk di batang bunga induk).
Anyelir merupakan bunga majemuk yang ada batasnya
karena bagian atas batang induknya selalu ditumbuhi
bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), tangkai
(pedunculus) dan bunga tunggal (repectanisulex)
(repectanisulex). Pada bunga jantan (Flos masculinus)
dan bunga betina (Flos femineus), batang (repectaculum)
membawa benang sari dan putik (andgynophore)
(Sutriyono & Ali, 2019).
6

f. Buah
Cengkeh memiliki tangkai buah yang mula-mula
berwarna hijau dan merah saat berbunga. Buahnya
termasuk buah semu karena mengandung bagian bunga
yang berperan dalam pembentukan buah. Tangkai buah
cengkeh awalnya berwarna hijau dan bunganya berwarna
merah. Buah biasanya terdiri dari bagian-bagian umum
kulit buah, antara lain epikarp, mesokarp, dan endokarp.
Selain itu, ia memiliki septum dan ovarium (Sutriyono &
Ali, 2019).
II.1.4. Kandungan Kimia
Tanaman cengkeh banyak mengandung minyak atsiri
pada bunga (10-20%), batang (5-10%) dan daun (1-4%).
Semua bagian rangka tumbuhan, terutama daun dan
bunganya, bersifat aromatik. Berbagai ahli telah meneliti
kandungan kimia dari kerangka untuk efektivitasnya.
Kerangka tersebut diketahui sebagai sumber senyawa
fenolik seperti flavonoin, asam hidroksibenzoat, asam
hidroksisinamat dan hidroksifenilpropena. Minyak atsiri
cengkeh memiliki kualitas terbaik karena rendemennya tinggi
dan mengandung 80-90% eugenol. Konsentrasi minyak atsiri
mendominasi eugenol, yang terdiri dari eugenol (81,20%),
trans-B-caryophyllene (3,92%), α-humulene (0,45%),
eugenol acetate (12,43%), caryophyllene rust (0,25%) dan
trimene-aoxytopene (0,25%). Eugenol (C10H1202) adalah
senyawa berminyak kental bening atau kuning muda, sedikit
larut dalam pelarut organik dan sedikit larut dalam air (Herbal
Dan Rempah., 2022).

II.1.5. Kegunaan dan Khasiat


7

Penggunaan dan fungsi cengkeh sudah banyak


dilaporkan baik secara empiris maupun ilmiah. Cengkeh
digunakan segar, kering, bubuk dan dalam bentuk larutan
ekstrak dari bahan bingkai. Manfaat kurma untuk kesehatan
antara lain mengatasi dan mengobati sakit gigi, infeksi, mual
dan muntah, memperlancar saluran pencernaan dan
meredakan batuk. Pengalaman menunjukkan bahwa
cengkeh juga digunakan sebagai obat melawan kolera.
Campuran cengkeh dan tumbuhan lain seperti adas, asam
trenggul, pulasar, kencuri, dan daun blushru telah digunakan
secara empiris untuk mengobati haid yang tidak teratur. Bila
digunakan secara topikal, cengkeh digunakan untuk
mengobati jerawat, menghilangkan noda, mengobati campak
dan merupakan sumber antioksidan yang membantu
menjaga kesehatan kulit dan wajah yang sehat. Helm telah
dilaporkan memiliki sifat anti jamur dan anti bakteri  (Herbal
Dan Rempah, 2022). 

II.2. Ekstraksi
II.2.1. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses mengekstraksi bahan kimia
larut dari rekan-rekan mereka yang tidak larut dengan
pelarut cair (Dirjen POM, 2000).

II.2.2. Jenis-jenis Ekstraksi


Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut,
terdiri dari :
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana
yang menggunakan pelarut dengan pengadukan
8

berulang pada suhu kamar. Maserasi ulang berarti


maserasi pertama disaring dan kemudian
ditambahkan pelarut berulang kali (Dirjen POM,
2000).

2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut
segar dan biasanya dilakukan pada suhu kamar.
Proses ini terdiri dari fase pengembangan material,
fase pelunakan menengah dan fase penetrasi
aktual (penyimpanan tetesan / ekstrak), yang terus
menerus hingga 1-5 kali jumlah permease (Dirjen
POM, 2000).

b. Cara panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut
untuk waktu tertentu pada suhu didih dan jumlah
pelarut yang relatif konstan. Dengan pendinginan
kembali. Umumnya, proses ini diulang hingga 3-5
kali pada residu pertama untuk menyelesaikan
proses ekstraksi.

2) Dengan alat Soxhlet


Dalam ekstraktor Soxhlet, ekstraksi biasanya
dilakukan dengan menggunakan alat khusus,
sehingga jumlah pelarut yang relatif konstan
digunakan untuk ekstraksi terus menerus dan
pendinginan ulang secara simultan.

3) Digesti
9

Pulping adalah pelunakan dinamis (dengan


pengadukan konstan) pada suhu di atas suhu kamar
dan umumnya dilakukan pada suhu 40-50 ° C.

4) Infus
Infus adalah proses ekstraksi menggunakan
pelarut air pada suhu 96-98 derajat Celcius selama
15-20 menit dalam penangas air. Proses ini
digunakan untuk mengekstrak zat dari bahan
tanaman (Dirjen POM, 2000).

II.3. Uraian Tentang Krim


II.3.1. Pengertian Krim
Krim adalah cairan kental atau setengah padat air-
dalam-minyak atau emulsi minyak-dalam-air yang sering
digunakan sebagai emolien (mengoleskan obat pada kulit).
Ada dua jenis krim, yaitu O/W cream (minyak yang
didispersikan dalam air) dan W/O cream (air yang
didispersikan dalam minyak). Krim jenis M/A (minyak
terdispersi dalam air) cocok digunakan sebagai produk tabir
surya karena memiliki proses pelepasan bahan aktif yang
baik saat dioleskan ke kulit (Mulyani et al., 2022).

II.3.2. Penggolongan Krim


Krim adalah sediaan yang homogen dan mengandung
lebih dari satu larutan atau suspensi dalam jumlah yang
cukup. Krim biasanya digunakan untuk perlindungan kulit,
perawatan dan dapat digunakan sebagai kosmetik. 
Ada dua jenis krim: dispersi minyak dalam krim air
(M/A) dan dispersi air dalam krim minyak (A/M). Jenis krim
W/O ini cepat lengket, memiliki pH yang cukup basa dan
tidak melindungi kulit. O/W cream memiliki daya lengket lebih
10

lama, pH hampir sama dengan pH kulit, perlindungan yang


kuat dan daya sebar yang baik (Mulyani et al., 2022).

II.3.3. Jenis-Jenis Krim


Berikut jenis – jenis krim yang sering digunakan pada
saat ini (Alhidayah, 2022).
1. Make up cream
Krim ini memiliki tipe emulsi o/w. Krim ini berbasis
krim produk yang meninggalkan hasil akhir terhidrasi yang
halus (baik noda matte atau bercahaya) pada kulit. Krim
ini memelihara kulit dan pada dasarnya tahan keringat
serta menciptakan kilau berembun. Berikut beberapa
contoh make up cream.
2. Cleansing cream
Krim ini digunakan untuk tujuan pembersihan tubuh.
Krim pembersih atau losion bisa digunakan untuk
menghilangkan make up, kotoran yang menempel di kulit,
dan minyak terutama di wajah dan leher.

3. Winter cream
Krim ini adalah krim tipe w/o dan dalam formulasi ini
kandungannya lebih banyak dari kandungan airnya. Krim
ini digunakan untuk kulit kering dan pecah-pecah. Krim
dingin dikenal sebagai pelembab atau krim pelembab.
Krim dingin harus memiliki fungsi emolien, sehingga
menghasilkan sensasi pendinginan dalam penggunaan
dan lapisan minyak pada kulit harus non-oklusif.
4. Krim serba guna
Krim ini lebih banyak digunakan pada masa
sekarang. Krim ini agak berminyak tetapi jenisnya tidak
11

berminyak dan bisa menyebar di kulit dengan mudah.


Krim Ini juga bisa digunakan sebagai krim malam, krim
menutrisi, krim pelindung untuk pencegahan atau
pengurangan sengatan sinar matahari atau untuk
pengobatan kasar pada daerah kulit.
5. Krim malam
Krim ini digunakan untuk menutrisi kulit atau sebagai
perawatan kulit kering. Krim ini umumnya dioleskan pada
kulit dan dibiarkan selama beberapa jam di malam hari
sehingga dikenal juga sebagai krim malam. Krim yang
berfungsi sebagai emolien dengan menggosok krim pada
kulit dengan pijatan dikenal sebagai krim pijat.
6. Hand body cream
Tangan adalah salah satu tempat pertama yang
menunjukkan tanda-tanda penuaan. Karena kulit di
telapak tangan dan jari kita membutuhkan minyak agar
tetap kenyal dan mencegah kulit pecah-pecah, sehingga
dianjurkan menggunakan hand body cream yang
menempatkan banyak minyak kembali masuk ke kulit.

II.3.4. Komponen Krim


1. Cetaceum
Cetaceum, atau spermaceta, berbentuk massa
kristal bening, putih mutiara halus, dan memiliki bau dan
rasa yang samar. Fungsinya untuk melembutkan dan
menambah tekstur. Cetaceum larut dalam etanol dan
kloroform mendidih, tetapi tidak larut dalam air  (Rowe, R.
C., Shesky, P. J., Quinn, 2009).
2. Cera Alba
Cera Alba merupakan bahan yang memiliki sifat
yang baik sebagai bahan pengikat minyak dan malam,
12

sehingga dapat tercipta massa sediaan yang homogen,


selain itu Cera Alba juga dapat menjaga kekentalan dan
kekentalan warna. 
3. Paraffin Liquidum
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon padat
halus yang berasal dari minyak tanah. Penampilan kristal
transparan atau sedikit buram, tidak berwarna atau putih,
tidak berbau, tidak berasa, sedikit berminyak.
Kelarutannya tidak larut dalam air dan etanol, sedikit larut
dalam kloroform, eter, minyak atsiri dan hampir semua
minyak lemak panas, dan hampir tidak larut dalam etanol
absolut (Kemenkes RI, 1995).
4. Natrii Tetraborat
Boraks (natrium tetraborat) adalah pengawet
berbahaya yang tidak boleh digunakan sebagai bahan
makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus
Na2B4O7.10H2O berbentuk kristal berwarna putih, tidak
berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam
air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam
borat  (Fitri & dkk, 2018).
5. Aquadest
Air banyak digunakan sebagai bahan baku dan
pelarut dalam pengolahan, formulasi dan pembuatan
bahan aktif farmasi. Dalam aplikasi tertentu nilai spesifik
dari air yang digunakan adalah hingga 100%.
Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan
penyulingan. Dapatkan air murni dengan distilasi,
pertukaran ion, reverse osmosis atau cairan lain yang
sesuai. Air murni tidak memiliki kotoran dan mikroba
dibandingkan dengan air biasa. Air murni banyak
digunakan dalam bentuk sediaan berair, kecuali yang
13

dimaksudkan untuk pemberian parenteral (Rowe, R. C.,


Shesky, P. J., Quinn, 2009).

II.4. Uraian Bahan


1. Cetaceum (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi CETACEUM


Nama Lain Setaseum, spermaceti
Pemerian Massa kristal, jernih, halus; putih mutiara;
bau dan rasa yang tidak enak
Kelarutan Hampir tidak larut dalam air dan etanol
(95%), mendidih  
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Zat tambahan

2. Cera Alba (Dirjen POM, 1979)


Nama Resmi CERA ALBA
Nama Lain Malam putih
Pemerian Padatan putih kekuningan, agak tembus
cahaya dalam keadaan film, bau khas
lemah dan tidak tengik, berat jenis sekitar
0,95.
Kelarutan Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
etanol dingin, etanol mendidih melarutkan
asam serum dan beberapa mirisin.  
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Zat tambahan

3. Paraffin Liquidum (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi PARAFFINUM LIQUIDUM


Nama Lain Parafin cair
Pemerian Cairan kental, transparan, tidak berpendar;
14

tanpa warna; hampir tidak berbau; hampir


hambar.
Kelarutan Hampir tidak larut dalam air dan etanol
95% p; larut dalam kloroform p dan eter p.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari
cahaya.
Kegunaan Laksativum

4. Natrii Tetraborat (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi SODIUM TETRABORATE


Nama Lain Natrium Tetraborat, Boraks.
Pemerian Kristal atau bubuk tidak berwarna
transparan, kristal putih, tidak berbau,
larutan dasar untuk fenol ftalat.
Kelarutan Larut dalam air, sedikit larut dalam air
mendidih dan gliserin, tidak larut dalam
etanol.  
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Antiseptikum ekstren

5. Aquadest (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi AQUA DESTILLATA


Nama Lain Air suling
Pemerian Cairan bening; tanpa warna; tidak berbau;
tidak memiliki rasa 
Kelarutan -
Penyimpanan Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa.
Kegunaan Pelarut

II.5. Syarat Mutu Fisik Krim


15

a. Organoleptik
Organoleptik adalah penilaian kualitas produk
berdasarkan panca indera manusia. Evaluasi sensori terutama
dilakukan oleh peneliti untuk menilai kualitas suatu produk,
khususnya produk agronutrisi. Kriteria penilaian produk yang
umum digunakan adalah rasa, bau, warna dan tekstur
(Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
b. Homogenitas
Homogenitas dilakukan untuk melihat sebaran bahan aktif
pada sediaan krim. Uji homogenitas dilakukan dengan mengamati
secara visual warna produk dan mencatat jika ada bagian dalam
produk krim yang tidak tercampur rata. Krim dianggap homogen
jika persamaan warnanya seragam dan tidak ada partikel di dalam
krim (Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
c. pH
pH merupakan bagian penting dari setiap sediaan yang
bertujuan untuk mengukur keasaman sediaan. PH permukaan
kulit antara 4,5 dan 6,5, sehingga pH sediaan berada dalam
kisaran ini. Pada rentang tersebut, bahan aktif lebih stabil dan
dapat mengurangi penggunaan bahan pengawet (Deniansyah &
Pujiastuti, 2022).
d. Daya Sebar
Daya sebar adalah kemampuan produk untuk menyebar
di mana ia diterapkan dan merupakan salah satu sifat yang
bertanggung jawab atas keefektifan produk. Persyaratan olesan
krim adalah 5 cm - 7 cm. Drainabilitas ditentukan dengan
menggunakan ekstensometer di mana sampel dengan volume
tertentu ditempatkan di antara dua pelat kaca dan pemberat
ditempatkan di pelat atas. (Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
e. Daya Lekat Krim
Adhesi krim diukur untuk mengetahui kualitas produk krim
16

yang melekat pada kulit. Hal ini terjadi karena krim berbanding
lurus dengan lama kontak antara krim dan kulit untuk mencapai
efek terapeutik. Nilai yang baik untuk kelengketan krim adalah 2
hingga 300 detik (Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium untuk
membuat sediaan krim dengan mutu yang baik.

III.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2023 di
Laboratorium Fitokimia, dan Farmasetika Akademi Farmasi Yamasi
Makassar.

III.3. Alat dan Bahan


III.3.1. Alat
Alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, cawan
porselin, gelas ukur, kertas saring, lumpang stamper,
penangas, pengorek, rotary evaporator, tabung reaksi ,
timbangan, wadah krim, wadah maserasi.
III.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu aqua destilata, asam
stearat, cetasium, cera alba, etanol 96%, natrium tetraborat ,
paraffin liquid, simplisia daun cengkeh (Syzygium
aromaticum L.).

III.4. Tempat Pengambilan Sampel


Bahan uji akan diperoleh dari Kelurahan Malino, Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

III.5. Prosedur penelitian


III.5.1. Pengolahan sampel
Daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dipetik pada
waktu pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00. Daun yang

17
18

diambil adalah daun muda, segar dan tidak berjamur, lalu


disortasi basah kemudian diangin-anginkan atau dijemur
dibawah sinar matahari langsung hingga kering. Setelah
kering selanjutnya dilakukan perajangan dan sampel siap di
ekstraksi.

III.5.2. Pembuatan Ekstrak


Daun cengkeh kering di timbang 250 gram kemudian
dimasukkan ke dalam alat maserator, tambahkan pelarut
etanol 96 % sebanyak 2500 ml setelah itu rendam selama 6
jam, aduk sesekali, dan biarkan selama 18 jam. Pisahkan
maserasi dengan penyaringan. Ulangi proses ekstraksi
minimal dua kali dengan menggunakan pelarut dan volume
yang sama. Kumpulkan semua hasil maserasi kemudian
diuapkan dengan rotary evaporator atau evaporator tekanan
rendah hingga diperoleh ekstrak kering 21,57 gram.
Rendamen yang diperoleh 0,0862%.

III.5.3. Formulasi Sediaan Krim


Tabel 1. Master Formula
No. Nama Bahan Konsentrasi
(gram)
1. Cetaceum 12,5

2. Cera Alba 12

3. Paraffin Liquidum 56

4. Natrii Tetraborat 0,5

5. Aquadest 19

Jumlah 100
19

Tabel 2. Rancangan formulasi krim ekstrak daun cengkeh


(Syzygium aromaticum L.)

No. Nama Kegunaan Konsentrasi


Bahan
F0 F1 F2

1. Ekstrak Zat Aktif - 5g 5,5 g


Daun
Cengkeh
2. Cetaceum Zat 6,25 g 6,25 g 6,25 g
tambahan

3. Cera Alba Zat 6g 6g 6g


tambahan
4. Paraffin Emolien 28 g 28 g 28 g
Liquidum

5. Natrii Antiseptik 0,25 g 0,25 g 0,25 g


Tetraborat Ekstren

6. Aquadest Pelarut 9,5 ml 4,5 ml 4 ml

III.5.4. Pembuatan Sediaan krim


Disiapkan alat dan bahan, Ditimbang
seluruh bahan fase cair dan fase minyak. Panaskan
cawan yang berisi cetaceum, cera alba dan parafin
cair dalam penangas air hingga meleleh. Panaskan
tabung reaksi yang berisi natrium tetraborat dan
aquadest diatas penangas air sampai larut. Timbang
ekstrak etanol daun cengkeh sebanyak 5 g dan 5,5 g.
Masukkan campuran pertama dan kedua secara
bersamaan kedalam lumpang, gerus dalam keadaan
panas sampai berbentuk krim. Masukkan ekstrak
etanol daun cengkeh sampai homogen. Keluarkan,
20

lalu masukkan kedalam wadah tube. Lakukan


pengerjaan yang sama tanpa menambahkan ekstrak
daun cengkeh.

III.6. Evaluasi Mutu Sediaan Krim


a. Uji Organoleptik
Uji sensori dilakukan dengan mengamati secara langsung
perubahan bentuk, warna dan bau sediaan krim (Moilati et al.,
2020).
b. Uji Homogenitas
1 gram produk krim diambil lalu dioleskan di atas kaca
transparan. Amati apakah partikel kasar masih ada dan
pemisahan fase terjadi (Moilati et al., 2020).
c. Uji pH
Formulasi krim ditimbang hingga 1 gram terdekat dan
diencerkan dengan 10 mL air suling. Kemudian gunakan pH
meter dengan sensor dan baca pH dari monitor. PH sediaan
yang memenuhi kriteria pH kulit adalah antara 4,5 dan
6,5 (Moilati et al., 2020).
d. Uji Daya Sebar
Bentuk krim ditimbang hingga 0,5 gram terdekat,
kemudian diletakkan di tengah piring kaca dan didiamkan selama
1 menit. Kemudian dikenai beban tambahan 50g hingga 250g
dengan interval 1 menit dan kemudian diukur diameternya untuk
mengetahui pengaruh beban terhadap perubahan diameter
sebaran (Moilati et al., 2020).
e. Uji Daya Lekat
Sediaan krim ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian
ditaburkan di atas piring kaca. Dua pelat kaca dijepit sampai
pelat menyatu, setelah dilepas diberi beban 250 gram selama 5
menit kemudian diberi beban lepas (Moilati et al., 2020).
BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
IV.1.1. Uji Organoleptik
Tabel 3. Uji Organoleptik Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

No. Konsentras Warna Bau Bentuk


i Krim
1. Blanko Putih Bau Setengah
khas padat
2. 10% Hijau tua Bau Setengah
khas padat
3. 11% Hijau Bau Setengah
kehitaman khas padat

IV.1.2. Uji pH
Tabel 4. Uji pH Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

NO Konsentrasi pH Syarat
Krim
1. Blanko 5
2. 10% 5 4,5 – 6,5
3. 11% 5

21
22

IV.1.3. Uji Homogenitas


Tabel 5. Uji Homogenitas Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

N Konsentrasi Homogenitas Syarat


O Krim
1. Blanko Homogen
2. 10% Homogen Homogen
3. 11% Homogen

IV.1.4. Uji Daya Sebar

Tabel 6. Uji Daya Sebar Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun


Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

NO Uji Daya
Sebar
Konsentrasi
Krim Keterangan
250 g
1. Blanko 5 cm
2. 10% 5 cm 5-7 cm
3. 11% 4 cm

IV.1.5. Uji Daya Lekat


Tabel 7. Uji Daya Lekat Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

NO Uji Daya
Konsentrasi Lekat Keterangan
Krim

250 g
23

1. Blanko 00:06.64
2. 10% 00:03.29 2 – 300 detik
3. 11% 00:03.17

IV.2. Pembahasan
Dalam bidang ini dilakukan penelitian pembuatan produk
krim dari ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
dan mempelajari uji mutu fisik produk yaitu. Uji sensori, pH,
homogenitas, daya sebar dan daya lekat. 
Ekstrak cengkeh dibuat menggunakan proses maserasi
dengan pelarut etanol 96%. Salah satu pelarut yang sering
digunakan dalam proses ekstraksi adalah etanol karena dapat
menarik bahan kimia aktif dari simplisia.
Ekstrak daun cengkeh dalam dua konsentrasi berbeda 10%
dan 11% digunakan untuk membuat formulasi krim. Pengemulsi
Cetaceum dan Cera Alba, serta parafin liquidum sebagai humektan,
natrium tetraborat sebagai pengawet, dan air suling sebagai
pelarut,diperlukan dalam pembuatan krim.
Pengamatan dari bentuk, warna, dan bau sediaan menjadi
dasar untuk proses pengujian organoleptik. Kedua komposisi krim
tersebut diketahui memiliki konsentrasi lembut atau setengah padat
berdasarkan pengamatan bentuk. Krim dengan konsentrasi 10%
berwarna hijau tua, sedangkan krim dengan konsentrasi 11%
berwarna hijau kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
gelap warnanya, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun afrika
dalam sediaan krim. Sedangkan aroma yang dikeluarkan oleh
kedua komposisi krim tersebut adalah aroma ekstrak yang biasa.
Kesimpulan: Kedua preparat memenuhi kriteria uji organoleptik
yaitu sesuai dengan sifat-sifatnya.
Tujuan dari tes pH adalah untuk memastikan bahwa krim
mematuhi pH fisiologis kulit. Komposisi krim ekstrak etanol daun
24

cengkeh dengan konsentrasi 10-11% nilai pH berturut-turut 5, 5.


Kesesuaian pH kulit dengan pH sediaan topikal mempengaruhi
daya terima sediaan pada kulit, bahkan dalam hal konsentrasi 10%
dan 11% memenuhi syarat pH sediaan krim dengan persyaratan
4,5 - 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak etanol
daun cengkeh dengan konsentrasi 10% dan 11%, tidak
menyebabkan iritasi pada kulit karena sesuai dengan pH normal
kulit.
Diletakkan sediaan krim di atas gelas objek untuk uji
homogenitas, dan diperiksa keberadaan partikel atau butiran kasar
yang berada pada sediaan krim. Menurut pemeriksaan kedua
sediaan krim, tidak ada butiran atau partikel kasar, yang
menunjukkan bahwa sediaan akhir telah menyebar secara
menyeluruh.
Pada uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan
sediaan krim ekstrak etanol daun cengkeh dimana uji daya sebar
dilakukan dengan menimbang sediaan krim sebanyak 0,5 gram..
Untuk konsetrasi 10% di tambahkan beban 250 gram, didapatkan
luas daya sebar yaitu 5 cm. Untuk konsetrasi 11% di tambahkan
beban 250 gram, didapatkan luas daya sebar yaitu 4 cm. Nilai
sebaran krim adalah 5 cm - 7 cm. Sedangkan tidak memenuhi
standar uji daya sebar pada konsentrasi 11%.
Pada uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kualitas
suatu sediaan krim yang melekat pada kulit. Sediaan krim ekstrak
etanol daun cengkeh dimana uji daya lekat dilakukan dengan
menimbang sediaan krim sebanyak 0,5 gram. Untuk konsetrasi
10% diberikan beban diatas plat kaca 250 gram lalu didiamkan
selama 5 menit didapatkan daya lekat 00:03.29 detik. Untuk
konsentrasi 11% diberikan beban diatas plat kaca 250 gram lalu
didiamkan selama 5 menit didapatkan daya lekat 00:03.17 detik.
Nilai yang baik untuk kelengketan krim adalah 2 hingga 300 detik.  
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dapat dibuat
sediaan krim.
2. Sediaan krim daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dengan
konsentrasi 10% dan 11% menunjukkan hasil uji mutu fisik yang
memenuhi persyaratan pada pengujian homogenitas,
organoleptik, pH, daya sebar dan daya lekat. Sedangkan pada
sediaan krim dengan konsentrasi 11% tidak memenuhi
persyaratan dalam uji daya sebar.

V.2. Saran
Disarankan untuk melakukan uji stabilitas untuk mengetahui
stabilitas ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.).  

25
26

DAFTAR PUSTAKA

AgroMedia, R. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat: 431 jenis tanaman


penggempur aneka penyakit. Agromedia Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=iO0ldwKoXvQC
Alhidayah. (2022). Herbal Dan Rempah. Scopindo Media Pustaka. 82.
http://repository.unhas.ac.id
Deniansyah, & Pujiastuti, A. (2022). Formulation and Physical Quality
Assessment of Karamunting. Indonesia Journal of Pharmacy and
Natural Product, 05(01), 51–59.
Dirjen, P. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Depkes RI.
Dirjen Perkebunan. (2021). Statistik perkebunan unggulan nasional
(Sekretaria).
Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III (Depkes RI).
Dr. Dewi Ratna Nurhayati, M. P. T., Yusof, S. F. B., & Pustaka, S. M.
(2022). Uji Aktivitas Perlindungan Tabir Surya Sediaan Krim M / A
Dari Senyawa Fukoidan Dengan Variasi Emulgator Phytocream Pada
Tikus ( Rattus Norvegicus ) Protection Activity Test To Sunscreen
Cream Type O / W Of Fucoidan Compounds With Variations Of
Phytocream. Scopindo Media Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=f-txEAAAQBAJ
Dwi Sintya Karubaba, Jayanti Djaram, E. D. (2022). Formulasi Salep
Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum Folium) dengan
Variasi Konsentrasi Basis Hidrokarbon. 12(2), 204–210.
Fitri, M. A., & dkk. (2018). Identifikasi makanan yang mengandung boraks
dengan menggunakan kunyit di Desa Bulusidokare, Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Journal of Science and Social
Development, 1(1), 10.
ITIS. (2022). Taxonomic Hierarchy : Syzygium aromaticum L.
Kemenkes RI. (1995). Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi IV: Vol.
EDISI IV (Issue Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia).
Lestari, S. (2022). Jurnal Pendidikan dan Konseling. 4, 1349–1358.
Lomboan, E. R., Yamlean, P. V. Y., & Suoth, E. J. (2021). UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL DAUN
CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus. Pharmacon, 10(1), 767.
https://doi.org/10.35799/pha.10.2021.32784
Mangesa, R., & Irsan, I. (2020). Pemanfaatan Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) Dalam Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).
Biosel: Biology Science and Education, 9(2), 184.
https://doi.org/10.33477/bs.v9i2.1634
Moilati, V. O., Yamlean, P. V. Y., & Rundengan, G. (2020). Formulasi
Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Bayam Merah (Amaranthus
Tricolor L.) Dan Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode Dpph
(1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Pharmacon, 9(3), 372.
27

https://doi.org/10.35799/pha.9.2020.30021
Mulyani, R., Farmasi, P. S., Farmasi, F., & Hasanuddin, U. (2022). Uji
Aktivitas Perlindungan Tabir Surya Sediaan Krim M / A Dari Senyawa
Fukoidan Dengan Variasi Emulgator Phytocream Pada Tikus ( Rattus
Norvegicus ) Protection Activity Test To Sunscreen Cream Type O / W
Of Fucoidan Compounds With Variations Of Phytocream.
Rowe, R. C., Shesky, P. J., Quinn, M. E. (2009). Handbook
Pharmaceutical Exipients. 6th edition, London; Pharmaceutical Press.
2013–2015.
Sutriyono, & Ali, M. (2019). Teknik Budidaya Tanaman Cengkeh.
Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.
https://doi.org/10.31219/osf.io/ux6gq

Anda mungkin juga menyukai