LTA2022 - ANDI FEBRYAN PRATAMA PERBAIKAN 1 - Andi Febryan Pratama
LTA2022 - ANDI FEBRYAN PRATAMA PERBAIKAN 1 - Andi Febryan Pratama
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
Regnum : Plantae
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Myrtales
3
4
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M.
Perry
(ITIS, 2022).
c. Akar
Sistem perakarannya adalah akar tunggang, akar
ini merupakan akar utama (berasal dari pangkal
tanaman) yang kemudian bercabang. Bentuk Tajuru
termasuk akar berbentuk tombak (berbentuk gelendong)
tempat cabang-cabang kecil tumbuh. Akarnya kuat dan
karenanya bertahan selama puluhan bahkan ratusan
tahun. Akar biasanya masuk cukup dalam ke tanah. Akar
pohon kerangka relatif kurang berkembang, tetapi pada
bagian yang dekat dengan tanah tumbuh banyak bulu
akar yang berguna untuk nutrisi (Sutriyono & Ali, 2019).
d. Biji
Cengkeh dapat menghasilkan biji setelah 5 tahun
tanam. Biji terdiri dari cangkang (spedodermis), tali pusat
(funiculus) dan inti biji (nucleus seminis). Meski masih
bisa menghasilkan benih setelah 20 tahun, bisa dikatakan
benih tersebut tidak menguntungkan. Ini karena mereka
belum ditambang di industri rokok dan tidak bisa
digunakan (Sutriyono & Ali, 2019).
e. Bunga
Bunga cengkeh muncul di ujung cabang berdaun
( Flos terminalis ) dengan batang pendek dan racemes
(batang bunga sejati duduk di batang bunga induk).
Anyelir merupakan bunga majemuk yang ada batasnya
karena bagian atas batang induknya selalu ditumbuhi
bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), tangkai
(pedunculus) dan bunga tunggal (repectanisulex)
(repectanisulex). Pada bunga jantan (Flos masculinus)
dan bunga betina (Flos femineus), batang (repectaculum)
membawa benang sari dan putik (andgynophore)
(Sutriyono & Ali, 2019).
6
f. Buah
Cengkeh memiliki tangkai buah yang mula-mula
berwarna hijau dan merah saat berbunga. Buahnya
termasuk buah semu karena mengandung bagian bunga
yang berperan dalam pembentukan buah. Tangkai buah
cengkeh awalnya berwarna hijau dan bunganya berwarna
merah. Buah biasanya terdiri dari bagian-bagian umum
kulit buah, antara lain epikarp, mesokarp, dan endokarp.
Selain itu, ia memiliki septum dan ovarium (Sutriyono &
Ali, 2019).
II.1.4. Kandungan Kimia
Tanaman cengkeh banyak mengandung minyak atsiri
pada bunga (10-20%), batang (5-10%) dan daun (1-4%).
Semua bagian rangka tumbuhan, terutama daun dan
bunganya, bersifat aromatik. Berbagai ahli telah meneliti
kandungan kimia dari kerangka untuk efektivitasnya.
Kerangka tersebut diketahui sebagai sumber senyawa
fenolik seperti flavonoin, asam hidroksibenzoat, asam
hidroksisinamat dan hidroksifenilpropena. Minyak atsiri
cengkeh memiliki kualitas terbaik karena rendemennya tinggi
dan mengandung 80-90% eugenol. Konsentrasi minyak atsiri
mendominasi eugenol, yang terdiri dari eugenol (81,20%),
trans-B-caryophyllene (3,92%), α-humulene (0,45%),
eugenol acetate (12,43%), caryophyllene rust (0,25%) dan
trimene-aoxytopene (0,25%). Eugenol (C10H1202) adalah
senyawa berminyak kental bening atau kuning muda, sedikit
larut dalam pelarut organik dan sedikit larut dalam air (Herbal
Dan Rempah., 2022).
II.2. Ekstraksi
II.2.1. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses mengekstraksi bahan kimia
larut dari rekan-rekan mereka yang tidak larut dengan
pelarut cair (Dirjen POM, 2000).
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut
segar dan biasanya dilakukan pada suhu kamar.
Proses ini terdiri dari fase pengembangan material,
fase pelunakan menengah dan fase penetrasi
aktual (penyimpanan tetesan / ekstrak), yang terus
menerus hingga 1-5 kali jumlah permease (Dirjen
POM, 2000).
b. Cara panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut
untuk waktu tertentu pada suhu didih dan jumlah
pelarut yang relatif konstan. Dengan pendinginan
kembali. Umumnya, proses ini diulang hingga 3-5
kali pada residu pertama untuk menyelesaikan
proses ekstraksi.
3) Digesti
9
4) Infus
Infus adalah proses ekstraksi menggunakan
pelarut air pada suhu 96-98 derajat Celcius selama
15-20 menit dalam penangas air. Proses ini
digunakan untuk mengekstrak zat dari bahan
tanaman (Dirjen POM, 2000).
3. Winter cream
Krim ini adalah krim tipe w/o dan dalam formulasi ini
kandungannya lebih banyak dari kandungan airnya. Krim
ini digunakan untuk kulit kering dan pecah-pecah. Krim
dingin dikenal sebagai pelembab atau krim pelembab.
Krim dingin harus memiliki fungsi emolien, sehingga
menghasilkan sensasi pendinginan dalam penggunaan
dan lapisan minyak pada kulit harus non-oklusif.
4. Krim serba guna
Krim ini lebih banyak digunakan pada masa
sekarang. Krim ini agak berminyak tetapi jenisnya tidak
11
a. Organoleptik
Organoleptik adalah penilaian kualitas produk
berdasarkan panca indera manusia. Evaluasi sensori terutama
dilakukan oleh peneliti untuk menilai kualitas suatu produk,
khususnya produk agronutrisi. Kriteria penilaian produk yang
umum digunakan adalah rasa, bau, warna dan tekstur
(Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
b. Homogenitas
Homogenitas dilakukan untuk melihat sebaran bahan aktif
pada sediaan krim. Uji homogenitas dilakukan dengan mengamati
secara visual warna produk dan mencatat jika ada bagian dalam
produk krim yang tidak tercampur rata. Krim dianggap homogen
jika persamaan warnanya seragam dan tidak ada partikel di dalam
krim (Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
c. pH
pH merupakan bagian penting dari setiap sediaan yang
bertujuan untuk mengukur keasaman sediaan. PH permukaan
kulit antara 4,5 dan 6,5, sehingga pH sediaan berada dalam
kisaran ini. Pada rentang tersebut, bahan aktif lebih stabil dan
dapat mengurangi penggunaan bahan pengawet (Deniansyah &
Pujiastuti, 2022).
d. Daya Sebar
Daya sebar adalah kemampuan produk untuk menyebar
di mana ia diterapkan dan merupakan salah satu sifat yang
bertanggung jawab atas keefektifan produk. Persyaratan olesan
krim adalah 5 cm - 7 cm. Drainabilitas ditentukan dengan
menggunakan ekstensometer di mana sampel dengan volume
tertentu ditempatkan di antara dua pelat kaca dan pemberat
ditempatkan di pelat atas. (Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
e. Daya Lekat Krim
Adhesi krim diukur untuk mengetahui kualitas produk krim
16
yang melekat pada kulit. Hal ini terjadi karena krim berbanding
lurus dengan lama kontak antara krim dan kulit untuk mencapai
efek terapeutik. Nilai yang baik untuk kelengketan krim adalah 2
hingga 300 detik (Deniansyah & Pujiastuti, 2022).
BAB III
METODE PENELITIAN
17
18
2. Cera Alba 12
3. Paraffin Liquidum 56
5. Aquadest 19
Jumlah 100
19
IV.1. Hasil
IV.1.1. Uji Organoleptik
Tabel 3. Uji Organoleptik Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
IV.1.2. Uji pH
Tabel 4. Uji pH Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
NO Konsentrasi pH Syarat
Krim
1. Blanko 5
2. 10% 5 4,5 – 6,5
3. 11% 5
21
22
NO Uji Daya
Sebar
Konsentrasi
Krim Keterangan
250 g
1. Blanko 5 cm
2. 10% 5 cm 5-7 cm
3. 11% 4 cm
NO Uji Daya
Konsentrasi Lekat Keterangan
Krim
250 g
23
1. Blanko 00:06.64
2. 10% 00:03.29 2 – 300 detik
3. 11% 00:03.17
IV.2. Pembahasan
Dalam bidang ini dilakukan penelitian pembuatan produk
krim dari ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
dan mempelajari uji mutu fisik produk yaitu. Uji sensori, pH,
homogenitas, daya sebar dan daya lekat.
Ekstrak cengkeh dibuat menggunakan proses maserasi
dengan pelarut etanol 96%. Salah satu pelarut yang sering
digunakan dalam proses ekstraksi adalah etanol karena dapat
menarik bahan kimia aktif dari simplisia.
Ekstrak daun cengkeh dalam dua konsentrasi berbeda 10%
dan 11% digunakan untuk membuat formulasi krim. Pengemulsi
Cetaceum dan Cera Alba, serta parafin liquidum sebagai humektan,
natrium tetraborat sebagai pengawet, dan air suling sebagai
pelarut,diperlukan dalam pembuatan krim.
Pengamatan dari bentuk, warna, dan bau sediaan menjadi
dasar untuk proses pengujian organoleptik. Kedua komposisi krim
tersebut diketahui memiliki konsentrasi lembut atau setengah padat
berdasarkan pengamatan bentuk. Krim dengan konsentrasi 10%
berwarna hijau tua, sedangkan krim dengan konsentrasi 11%
berwarna hijau kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
gelap warnanya, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun afrika
dalam sediaan krim. Sedangkan aroma yang dikeluarkan oleh
kedua komposisi krim tersebut adalah aroma ekstrak yang biasa.
Kesimpulan: Kedua preparat memenuhi kriteria uji organoleptik
yaitu sesuai dengan sifat-sifatnya.
Tujuan dari tes pH adalah untuk memastikan bahwa krim
mematuhi pH fisiologis kulit. Komposisi krim ekstrak etanol daun
24
V.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dapat dibuat
sediaan krim.
2. Sediaan krim daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dengan
konsentrasi 10% dan 11% menunjukkan hasil uji mutu fisik yang
memenuhi persyaratan pada pengujian homogenitas,
organoleptik, pH, daya sebar dan daya lekat. Sedangkan pada
sediaan krim dengan konsentrasi 11% tidak memenuhi
persyaratan dalam uji daya sebar.
V.2. Saran
Disarankan untuk melakukan uji stabilitas untuk mengetahui
stabilitas ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.).
25
26
DAFTAR PUSTAKA
https://doi.org/10.35799/pha.9.2020.30021
Mulyani, R., Farmasi, P. S., Farmasi, F., & Hasanuddin, U. (2022). Uji
Aktivitas Perlindungan Tabir Surya Sediaan Krim M / A Dari Senyawa
Fukoidan Dengan Variasi Emulgator Phytocream Pada Tikus ( Rattus
Norvegicus ) Protection Activity Test To Sunscreen Cream Type O / W
Of Fucoidan Compounds With Variations Of Phytocream.
Rowe, R. C., Shesky, P. J., Quinn, M. E. (2009). Handbook
Pharmaceutical Exipients. 6th edition, London; Pharmaceutical Press.
2013–2015.
Sutriyono, & Ali, M. (2019). Teknik Budidaya Tanaman Cengkeh.
Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.
https://doi.org/10.31219/osf.io/ux6gq