Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sianida adalah senyawa alami yang ditemukan di sejumlah
tanaman, makanan, industri, dan asap tembakau. Zat tersebut telah
digunakan dalam pertempuran konvensional selama beberapa dekade
dan juga digunakan selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Sianida sangat beracun jika terhirup, tertelan, atau kontak dengan kulit.
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus C≡N. Gugus
ini, dikenal sebagai gugus siano, terdiri dari atom karbon yang
berikatan rangkap tiga dengan atom nitrogen. Dalam sianida
anorganik, gugus sianida hadir sebagai anion CN  (Wiraagni et al.,
2021).
Sianida dapat ditemukan secara alami di beberapa makanan
dan tumbuhan, dan diproduksi oleh beberapa bakteri, jamur, dan alga.
Salah satu tumbuhan yang mengandung sianida didalamnya adalah
tumbuhan pangi. Pada penelitian Sari Ramdani dan Suhartati (2015)
menyatakan bahwa Kandungan asam sianida (HCN) terdapat pada
hampir seluruh bagian tumbuhan kluwak, antara lain daun, biji, buah,
kulit batang dan akar. Namun, kadar HCN yang sangat tinggi terdapat
pada daging biji kluwak.
Tumbuhan pangi atau biasa disebut dengan kluwak telah
tersebar luas di Indonesia termasuk di Sulawesi selatan. Tumbuhan
kluwak merupakan salah satu tumbuhan serbaguna dimana hampir
seluruh bagian tumbuhannya dapat bermanfaat. Salah satunya adalah
sebagai obat herbal karena mengandung senyawa flavonoid, saponin
dan asam sianida yang bersifat racun dan dapat mematikan serangga
(Wahyu subekti A.M, 2018).
Berdasarkan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan
kluwak, yaitu asam sianida yang merupakan salah satu zat kimia

1
2

beracun dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Dosis mematikan


sianida pada manusia adalah 0,5 hingga 3,5 mg/kg berat badan.
Gejala keracunan sianida akut pada manusia termasuk kesulitan
bernapas, penurunan tekanan darah, denyut nadi cepat, sakit kepala,
sakit perut, mual, diare, pusing, pusing, kebingungan mental, dan
kejang-kejang. Bahkan, jika dikonsumsi secara terus menerus dalam
dosis yang rendah dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti
gondok, kekerdilan, serta penyakit neurologis (Arisanti et al., 2018).
Banyak penelitian tentang analisis sianida telah dilakukan pada
sejumlah makanan dengan tujuan memberikan informasi tentang
konsentrasi dan batas asupan maksimum untuk menghindari
keracunan dan efek samping lainnya (Nurul & Dani Sujana, 2020).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Samudry et al., (2017)
yang menyatakan bahwa kandungan sianida pada buah kluwak
mentah sebesar 15.18 µg/g. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh
Sujana et al., (2020) dimana peneliti mendapatkan hasil rata-rata kadar
asam sianida pada biji kluwak diperoleh sebesar 175 ppm.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menguji kadar
asam sianida yang terdapat pada daun kluwak ini.

I.2. Rumusan Masalah


a. Apakah daun kluwak (Pangium edule) mengandung senyawa
asam sianida?
b. Berapakah kadar senyawa asam sianida yang terkandung dalam
daun kluwak (Pangium edule)?

I.3. Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui apakah daun kluwak mengandung senyawa
asam sianida.
b. Untuk mengetahui berapa kadar senyawa asam sianida yang
terkandung dalam daun kluwak.
3

I.4. Manfaat Penelitian


a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan.
b. Dapat memberikan informasi mengenai kandungan senyawa yang
terkandung dalam daun kluwak.
c. Dapat dijadikan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam penilitian
kandungan senyawa kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Uraian Tumbuhan Daun Kluwak (Pangium edule Reinw)


II.1.1. Klasifikasi tumbuhan

a b

Gambar 1. a) Daun Kluwak; b) Pohon Kluwak


Sumber : Dokumen Pribadi

Menurut Ranikasari (2021), klasifikasi dari tumbuhan


daun kluwak adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Parietales
Family : Flacourtiace
Genus : Pangium
Spesies : Pangium edule Reinw

II.1.2. Nama Daerah


Pohon kluwak memiliki nama tersendiri di setiap
daerah, ada yang menyebutnya payang (Sumatera, Melayu),
simaung, kapecong, lapencuang (Minangkabau), picung,
pucung (Sundan), kluwak, kluwek (Jawa), pangi (Bugis)
(Ranikasari, 2021).

4
5

II.1.3. Morfologi Tumbuhan


a. Daun
Pangi atau kluwak seperti yang biasa dikenal
adalah tumbuhan berdaun tunggal dengan bulu-bulu tipis
dan lembut di bagian bawah daun dan berbentuk telur
atau bulat. Daun buah kluwak berbentuk jari di bagian
bawah dan atas, hijau terang di bagian atas, berukuran
15-20 cm, tangkai daun silindris sepanjang 10-15 cm
berseberangan atau spiral.
Pada tanaman muda daunnya lonjong, lonjong,
berukuran 30-45 cm, palmate dan runcing di pangkal.
Batang silindris, panjang batang berkayu kuat 50-58 cm.
Daun kluwak mengalami musim gugur, daunnya gugur
pada saat buah masak atau dipanen. Daun mulai rontok
sedangkan daun tua dan muda tumbuh kembali dan
berbunga serta berbuah (Ranikasari, 2021).

b. Bunga
Kluwak memiliki bunga ganda dalam tandan,
batang bunga, pangkal daun pelindung, helaian bunga,
benang sari dan putik. Pada awal berbunga, warnanya
putih kekuningan, agak harum, kelopak besar 1-2 cm,
panjang mahkota 5-8 cm, pangkal berbulu hijau pucat.
Setiap batang memiliki 3-4 bunga dan 7 kelopak,
biasanya satu batang bunga berbuah  (Ranikasari, 2021).

c. Buah
Buahnya bulat, dengan cangkang tebal, diameter
10-20 cm, buahnya lonjong, berwarna coklat muda dan
buah tua berwarna coklat tua. Batang buah pendek 1,5-2
cm, berat buah segar 1,3-1,9 kg, diameter 10-16 cm.
Biasanya ada 10-15 biji dalam satu buah. Pada pohon
6

yang sudah tua, pohon kluwak berbuah besar, jumlah


bijinya bisa 25 biji. Saat masih hidup, daging buahnya
berwarna putih pucat seperti kuning telur, manis dan
kenyal, dengan aroma yang khas. Musim berbuah pohon
Kluwak tidak diketahui secara pasti karena musim
berbuahnya tidak teratur dan berbeda dengan musim
berbuah lain disekitarnya (duku dan durian). Pada musim
buah, jumlah buah tergantung besar kecilnya pohon bisa
500-700 buah atau lebih (Ranikasari, 2021).

d. Biji
Biji kluwak berukuran sekitar 3-5 cm, pipih, agak
bersudut, terletak di dalam daging buah. Kulit batangnya
keras, kasar dan memiliki persendian seperti urat. Benih
Kepayang dilindungi oleh cangkang keras (cangkang)
yang memungkinkan untuk penyimpanan jangka panjang,
namun kondisi ini membutuhkan perkecambahan benih
agar benih dapat berkecambah.
Dagingnya tebal dan berwarna keputihan
saat dimasak. Biji kluwak mengandung ginocardin,
yang merupakan hasil hidrolisis enzimatik
ginocardin menjadi glukosa, suatu sianohidrin yang
tidak stabil dan membentuk sianida  (Ranikasari,
2021).

e. Batang
Kluwak adalah pohon berkayu yang tinggi.
Membentuk batang rendah dengan pangkal kusut, kulit
kayu halus dan terkadang retakan kasar pada pohon tua.
Kepayang akar tunggang yang kuat dan menancap ke
dalam tanah (Ranikasari, 2021).
7

f. Akar
Kluwak memiliki akar kuning yang kuat dan dalam.
Saat ditanam di tanah berbatu, akarnya menempel kuat
dan cepat berakar (Ranikasari, 2021).

II.1.4. Habitat Tumbuhan


Pohon Kluwak memiliki habitat alami, dapat tumbuh
liar di hutan jati atau sepanjang sungai, perbukitan rendah,
sering tumbuh di tempat kering atau genangan air (Samudry
et al., 2017).
Kluwak dapat tumbuh dengan baik antara 150 dan
950 meter di atas permukaan laut pada tanah dengan tekstur
tanah liat dan pasir yang kaya, atau hidup dalam kondisi
yang buruk (Syaiful et al., 2020).

II.1.5. Kandungan Kimia


Daun kluwak mengandung banyak jenis senyawa
kimia yang sangat berguna dalam kehidupan. Salah satu
kegunaannya adalah sebagai pestisida alami yang
digunakan untuk membunuh hama atau organisme
berbahaya. Kandungan flavonoid dan saponin pada daun
pang dapat mengganggu sistem pernapasan serangga.
Daun pang juga mengandung asam sianat yang beracun dan
dapat membunuh serangga. Selain itu, terdapat beberapa
senyawa kimia lainnya yaitu asam hidrokarpat, asam
kalmogratat, asam klorat, betakaroten dan tanin (Wahyu
subekti A.M, 2018).

II.2. Ekstraksi
II.2.1. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah teknik pemisahan secara kimiawi
untuk memisahkan atau menghilangkan satu atau lebih
komponen atau senyawa (analit) dari suatu sampel dengan
8

pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi atau filtrasi padat-cair


adalah proses difusi analit dari sampel padat ke dalam
pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dari sampel padat jika
analit yang diinginkan dilarutkan dalam pelarut ekstraksi.
Pada ekstraksi ini, prinsip pemisahan didasarkan
pada kemampuan atau kelarutan analit dalam pelarut
tertentu. Oleh karena itu, pelarut yang digunakan harus
mampu menghilangkan sebanyak mungkin analit dari
sampel (Maria Aloisa Uron Leba, 2017).

II.2.2. Jenis-jenis Ekstraksi


Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut,
terdiri dari :
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis ekstraksi
padat-cair yang paling sederhana. Ekstraksi
dilakukan dengan merendam sampel pada suhu
kamar, menggunakan pelarut yang sesuai untuk
melarutkan analit dalam sampel. Sampel
biasanya direndam selama 3-5 hari, dengan
pengadukan sesekali untuk mempercepat
pembubaran analit. Lakukan ekstraksi beberapa
kali agar analit terekstraksi. Indikasi bahwa
semua analit telah terekstrak sempurna adalah
pelarut yang digunakan tidak berwarna (Maria
Aloisa Uron Leba, 2017).

2) Perkolasi
Ekstraksi perkolasi adalah jenis ekstraksi
padat-cair yang dilakukan dengan menambahkan
pelarut secara perlahan ke dalam filter. Pada
9

ekstraksi jenis ini, pelarut ditambahkan secara


terus menerus sehingga ekstraksi selalu
dilakukan dengan pelarut baru. Pemodelan
penambahan pelarut dilakukan dengan
menggunakan model tetesan pelarut dari wadah
terpisah yang disesuaikan dengan jumlah pelarut
yang dikeluarkan, atau dilakukan dengan
menambahkan pelarut dalam jumlah besar
secara berkala (Maria Aloisa Uron Leba, 2017).

b. Cara panas
1) Sokletasi
Sokletasi adalah jenis penambangan yang
menggunakan alat soxhlet. Selama ekstraksi ini,
pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah.
Prinsipnya adalah ekstraksi dilakukan secara
kontinyu dengan menggunakan pelarut yang
relatif sedikit. Ketika ekstraksi selesai, pelarut
dapat diuapkan untuk mendapatkan ekstrak.
Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut
yang mudah menguap atau memiliki titik didih
yang rendah (Maria Aloisa Uron Leba, 2017).

2) Seduhan
Penyeduhan merupakan cara ekstraksi
yang paling sederhana dengan merendam
simplisia dalam air panas selama beberapa saat
(5-10 menit) (Qudsiah, 2022).

3) Infusa
Infus merupakan sediaan cair yang
diperoleh dengan cara mengekstraksi simplisia
10

tumbuhan dengan air pada suhu 90°C selama 15


menit (Qudsiah, 2022).
4) Refluks
Refluks adalah ekstraksi pelarut pada titik
didih pelarut selama waktu tertentu dan sejumlah
tertentu pelarut dengan adanya kondensor refluks.
Proses ini biasanya diulang 3-5 kali untuk residu
pertama sehingga cukup terekstraksi sepenuhnya
(Qudsiah, 2022).

II.3. Sianida
II.3.1. Pengertian Sianida
Sianida adalah senyawa kimia dari gugus siano,
terdiri dari 3 atom karbon yang terikat pada nitrogen (C=N)
dan digabungkan dengan unsur lain seperti kalium atau
hidrogen. Secara khusus, sianida adalah anion CN-.
Senyawa ini ada dalam bentuk gas, cair (cairan) dan padat
(garam). Kata "sianida" berasal dari kata Yunani untuk "biru"
yang mengacu pada hidrogen sianida yang dikenal sebagai
Blausäure ("blue acid") dalam bahasa Jerman (Cahyawati et
al., 2017).
Sianida dapat terbentuk secara alami atau buatan
manusia dan memiliki sifat racun dengan kerja cepat yang
sangat kuat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan
KCN (kalium sianida). Hidrogen sianida adalah gas hambar
dengan bau almond pahit. Dalam bentuk cair, HCN tidak
berwarna atau mungkin juga berwarna biru pucat pada suhu
kamar. HCN mudah menguap dan mudah terbakar, memiliki
difusi yang baik dengan udara dan bahan peledak juga
mudah bercampur dengan air, sehingga sering digunakan.
Natrium sianida dan kalium sianida adalah bubuk putih
11

dengan bau almond. Dengan hidrolisis IP dan NaCN, HCN


dapat dibentuk menurut reaksi berikut :

NaCN + H2O  HCN + NaOH


KCN + H2O  HCN + KOH

II.3.2. Ketoksikan Sianida


Toksisitas sianida sering dikaitkan dengan
pembentukan kompleks dengan logam yang bertindak
sebagai kofaktor enzim. Misalnya, sianida berikatan dengan
enzim yang mengandung logam yang berperan dalam
respirasi, mengganggu respirasi. Enzim sitokrom oksidase
Fe(III) adalah contoh enzim dalam respirasi yang dihambat
oleh sianida (Pitoi, 2015).
Sianida dalam bentuk hidrogen sianida (HCN) dapat
menyebabkan kematian dengan sangat cepat jika terhirup
dalam konsentrasi tertentu. Sejumlah gangguan sistem
pernapasan, jantung, pencernaan, dan peredaran darah
yang terkait dengan paparan sianida pada manusia pada
konsentrasi tertentu telah diidentifikasi (Pitoi, 2015).
Selain itu, sistem saraf juga merupakan target utama
sianida. Paparan jangka panjang terhadap HCN
konsentrasi tinggi dapat merangsang sistem saraf pusat,
yang kemudian menyebabkan depresi, kejang,
kelumpuhan, dan kematian. HCN dapat dengan cepat
diserap ke dalam tubuh dan diangkut dalam plasma (Pitoi,
2015).

II.3.3. Analisis Sianida


Ada berbagai metode analisis sianida yang dikenal
yang secara khusus menganalisis kelompok sianida tertentu.
US EPA (United States of Environmental Protection Agency)
12

dan ASTM (American Standard and Testing Materials) telah


menetapkan metode standar untuk analisis sianida. Smith
dan Muder (Mudder et al., 1991) telah merangkum metode
sebagai berikut :

a. Metode untuk mengukur CN total dengan distilasi.


Sampel yang mengandung sianida ditambahkan asam
kuat (pH<2) dan direfluks selama 1 jam sehingga
sianida terlepas sebagai HCN yang disediakan dalam
larutan NaOH. Sianida tersuspensi kemudian diukur
dengan elektroda titrasi, kolorimetri atau selektif ion.
b. Metode pengukuran CN yang dapat diterima. Metode ini
biasanya digunakan ketika metode pemindaian CN
WAD tidak diketahui. Metode ini melibatkan pengukuran
total CN sebelum dan sesudah klorinasi.
c. Metode penentuan CNWAD menggunakan asam pikrat.
Metode ini melibatkan pembuatan senyawa berwarna
dengan asam pikrat dengan adanya nikel, kemudian
memanaskannya dalam penangas air selama 20 menit
sebelum mengukurnya dengan spektrofotometer vis.
d. Metode penentuan bebas CN dengan perak nitrat. Pada
metode ini, sampel dititrasi dengan larutan standar
perak nitrat menggunakan indikator
dimethylaminobenzalrhodamine.
e. Metode penentuan CN free dengan elektroda ion
selektif. Metode ini melibatkan pengukuran langsung
sampel dengan voltmeter, yang kemudian dibandingkan
dengan elektroda referensi.
f. Metode ion kromatografi.
g. Metode penentuan sianida reaktif dengan USEPA test.
Metode ini memaparkan sejumlah kecil sampel ke asam
sulfat dan melewatkan gas nitrogen secara terus
13

menerus melalui sampel selama 30 menit. Kemudian


HCN dikumpulkan dari gas nitrogen ke dalam wadah
NaOH dan diukur.
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah uji laboratorium untuk mengetahui
kandungan asam sianat daun kluwak (Pangium edule Reinw.)
segar dan kering.

III.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2023 di
Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Kimia Akademi Farmasi
Yamasi Makassar.

III.3. Alat dan Bahan


III.3.1. Alat
Alat yang digunakan adalah buret, erlenmeyer, gelas
ukur, neraca analitik, penangas air, pipet volumetrik, set alat
destilasi.

III.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah AgNO3 0,02N, asam
tartarat 5%, asam pikrat, akuades, daun kluwak, HNO3,
indikator FAS, kertas saring, kertas pH, Na2CO3 dan KSCN.

III.4. Tempat Pengambilan Sampel


III.4.1. Lokasi Pengambilan Sampel
Sampel daun kluwak (Pangium edule Reinw)
diperoleh dari Desa Pa'tangan, Kecamatan Sanggalang,
Kabupaten Toraja Utara.

III.4.2. Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel daun kluwak (Pangium edule
Reinw) dilakukan dengan cara petik pagi.

14
15

III.5. Prosedur Penelitian


III.5.1. Pengolahan Sampel
a. Sampel Daun Segar
Daun kluwak yang telah dipanen, dicuci bersih
dengan air mengalir, dipotong kecil-kecil dan ditimbang
beratnya mencapai 50 g, kemudian disimpan dalam
wadah.
b. Sampel Daun Kering
Daun kluwak segar dipotong kecil-kecil kemudian
dijemur angin hingga beratnya mencapai 50 g dan
disimpan dalam wadah.

III.5.2. Pembuatan Ekstrak Air Daun Kluwak


Dalam pembuatan ekstrak daun kluwak
menggunakan metode perendaman. Tempatkan hingga 50 g
daun Kluwak dalam wadah perendaman dan kemudian
tambahkan 500 ml air suling dengan perbandingan 1:10.
Proses ekstraksi dilakukan selama 3 x 24 jam dengan
sesekali diaduk, disimpan pada suhu ruang dan terlindung
dari sinar matahari. Kemudian disaring untuk memisahkan
fitat dari puing-puing. Setelah disaring, filtrat disimpan dalam
wadah tertutup rapat. Perlakuan yang sama diterapkan pada
daun kluwak kering untuk dibuat ekstrak airnya.

III.5.3. Pengujian Kadar Senyawa Asam Sianida (HCN)


a. Uji kualitatif
Ambil 1 ml filtrat ekstrak daun kluwak lalu
tambahkan 1 ml larutan asam tartarat 5%. Kemudian
disiapkan kertas saring berukuran 1x7 cm, direndam
dalam larutan asam pikrat jenuh, diangin-anginkan dan
dibenamkan kembali dalam larutan Na2CO3, setelah itu
kertas saring dikeringkan kembali. Kemudian pasangkan
16

filter pada leher labu erlenmeyer dan tutupi dengan karet


agar kertas tidak bersentuhan dengan cairan di dalam
labu erlenmeyer. Panaskan dalam penangas air pada
suhu 50°C selama 15 menit. Amati perubahan warna
yang terjadi. Jika terbentuk warna merah atau merah
bata menandakan adanya senyawa HCN dalam sampel.
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada pengujian
kualitatif ekstrak air daun kluwak kering.

b. Uji Kuantitatif
Diambil filtrat ekstrak daun kluwak sebanyak 200
ml. Kemudian ditambahkan 50 ml AgNO 3 dan
suasana asam dipastikan dengan menambahkan 1 ml
HN0 3 . Alat distilasi dipasang dan dilakukan distilasi
uap, menghasilkan 150 ml destilat. Distilat dikocok
dan disaring ke dalam gelas kimia. Pipet 25 ml filtrat
ke dalam labu Erlenmeyer dan tambahkan 1 ml
indikator FAS, kemudian titrasi dengan larutan KSCN
hingga muncul endapan berwarna merah bata.
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada pengujian
kuantitatif ekstrak air daun kluwak kering.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
IV.1.1. Uji Kualitatif
Tabel 4.1. Hasil uji kualitatif kandungan sianida pada daun
kluwak

Setelah ditambah
Sampel Keterangan
larutan asam tartrat
Daun kluwak
Merah bata +
segar
Daun kluwak Tidak terjadi perubahan
-
kering warna

Keterangan : (+) Mengandung sianida


(-) Tidak mengandung sianida

IV.1.2. Uji Kuantitatif


Tabel 4.2. Hasil uji kuantitatif kadar sianida pada daun
kluwak
V V
W
Sampe titrasi titrasi
sampe fp %HCN μg
l sampe blank
l (mg)
l (ml) o (ml)
- 5.8 -
Blanko
- 6 -
Daun 3.7 -
2
kluwak - 50000
3.9 0
segar
Rata- 2 0.0000033 0.033
3.8 5.9 50000
rata 0 6 6

17
18

IV.2. Pembahasan
Uji kualitatif dilakukan pada sampel daun kluwak untuk
mengetahui daun kluwak positif mengandung sianida (HCN) atau
tidak. Uji kualitatif ini dilakukan dengan dua sampel berbeda yaitu
ekstrak daun kluwak segar dan ekstrak daun kluwak kering.
Dimana masing-masing sampel dimaserasi dengan menggunakan
perbandingan 1:10. Proses perendaman ini bertujuan untuk
mengekstraksi zat aktif yang ada pada sampel dimana pelarut yang
digunakan adalah air, karena asam sianida mudah larut dalam air.
Setelah perendaman selesai, masing-masing sampel
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berbeda.
Asam tartrat 5% kemudian ditambahkan, tujuannya adalah untuk
menghasilkan uap HCN. Uap HCN diperoleh dengan cara hidrogen
dari asam tartrat bereaksi dengan ion CN yang dilarutkan dalam air
menghasilkan uap HCN. Reaksi yang terjadi adalah : 2CN¯ + 2H →
2HCN  (Mardiyono, 2020).
Selain itu kertas saring dengan ukuran 7x10 cm direndam
dalam asam pikrat jenuh sehingga kertas saring menjadi kuning
kemudian dikeringkan. Setelah kering, kertas pikrat direndam
kembali dalam larutan Na2CO3 8% kemudian diangin-anginkan
kembali. Terakhir, pemanasan dalam penangas air pada suhu 50oC
selama 15 menit membantu HCN dalam sampel menguap. Selama
proses ini terjadi reaksi warna antara kertas pikrat dengan Na2CO3,
warna kuning kertas pikrat berubah menjadi merah bata. Hal ini
terjadi karena uap HCN yang terlepas terperangkap di dalam kertas
pikrat dengan penambahan Na2CO3.
Dari hasil berbagai percobaan terhadap ekstrak daun
kluwak, hanya ekstrak daun kluwak segar yang mengandung asam
sianida (HCN) yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning
menjadi merah pada kertas saring. Hal ini dikarenakan asam pikrat
pada kertas saring berperan sehingga uap HCN terperangkap
19

dalam asam dan dapat mengubah kertas saring yang semula


berwarna kuning menjadi merah.
Pada pengujian penetapan kadar hanya dilakukan pada
sampel ekstrak daun kluwak segar. Karena, pada uji kualitatif
sebelumnya hanya ekstrak daun kluwak segar yang menandakan
positif mengandung asam sianida (HCN). Analisis kandungan HCN
dilakukan dengan distilasi uap. Prinsip penentuan konsentrasi HCN
dalam sampel yang diperoleh AgNO3. Dua proses yang dilakukan
dalam pengujian ini adalah distilasi dan titrasi.
Sampel yang telah dimaserasi kemudian didestilasi
sebanyak 200 ml dan ditampung dalam erlenmeyer berisi 50 ml
AgNO3 dan 1 ml HNO3 hingga volume yang tertampung mencapai
150 ml. Selama proses destilasi heating mantle akan memanaskan
aquadest pada wadah, uap panas aquadest akan memanaskan
labu didih sehingga gas HCN menguap, gas HCN akan ditangkap
oleh larutan AgNO3 yang terdapat dalam erlenmeyer penampung.
Sampel yang diuji tidak dipanaskan secara langsung karena
pemanasan secara langsung dapat merusak struktur gas HCN
pada sampel.
Destilat dikocok dan disaring ke gelas kimia. Kemudian filtrat
sebanyak 25 ml dipipet ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1 ml
indikator FAS. Indikator FAS bekerja optimal pada suasana asam
serta untuk mencegah terjadinya pengendapan Fe 3+ pada indikator
menjadi Fe(OH)3. Larutan tersebut dititrasi dengan KSCN sampai
titik akhir berwarna merah bata. Warna merah terjadi karena
timbulnya kompleks ferriosianat yang berwarna merah. Fe 3+ yang
terdapat dalam FAS akan membentuk senyawa larut dengan anion
CNS berlebih yang berwarna merah.

Fe3+ + KSCN → Fe(SCN)2+


20

Sampel yang mengandung ion CN - dari HCN awalnya


ditambahkan dengan larutan AgNO 3. Karena ion CN- tidak dapat
bereaksi langsung dengan penitrat yaitu KSCN. Titrasi
pengendapan ini disebut dengan titrasi tidak langsung. Karena
membutuhkan perantara AgNO3 untuk penentuan konsentrasi CN -
pada sampel. Konsentrasi CN - pada sampel sebanding dengan
konsentrasi HCN.
Analisis kadar HCN dilakukan secara duplo untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Berdasarkan pengamatan, ekstrak
daun kluwak segar memiliki kadar HCN sekitar 0,0336 μg atau
0,00000336%.
BAB V
KESIMPULAN

V.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian hingga dapat disimpulkan
bahwa :
1. Ekstrak daun kluwak segar mengandung senyawa asam
sianida.
2. Rata-rata kadar senyawa asam sianida yang terkandung
dalam ekstrak daun kluwak segar 0.0336 μg atau sebesar
0.00000336%.
V.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan hal-hal
sebagai berikut :
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan
senyawa asam sianida yang terdapat pada daun kluwak.
2. Masyarakat lebih memperhatikan pengolahan kluwak agar
dapat diolah menjadi pangan yang aman.

21
22

DAFTAR PUSTAKA
Arisanti, D., Rasyid, N. Q., & Nasir, M. (2018). Analisis Kadar Sianida
Pada Rebung Berdasarkan Volume Ukuran Dari Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa. Indo. J. Chem. Res., 6(1), 6–11.
https://doi.org/10.30598//ijcr.2018.6-dew
Cahyawati, P. N., Zahran, I., Jufri, M. I., & Noviana. (2017). Keracunan
Akut Sianida. WICAKSANA: Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan,
1(1), 80–87.
Mardiyono. (2020). PENETAPAN KADAR ASAM SIANIDA PADA TALAS
(Colocasia esculenta) DENGAN VARIASI WAKTU PERENDAMAN
SECARA ARGENTOMETRI. Jurnal Analis Farmasi, 5(1), 30–37.
Maria Aloisa Uron Leba. (2017). Buku Ajar: Ekstraksi dan Real
Kromatografi. Deepublish. https://books.google.co.id/books?
id=x1pHDwAAQBAJ
Mudder, T. I., Ph, D., Botz, M. M., Smith, A., & Ph, D. (1991). Chemistry
and Treatment of Cyanidation Wastes SECOND EDITION.
Nurul, & Dani Sujana. (2020). Validation Method For Determination Of
Niclosamide Monohidrate In Veterinary Medicine Using Uv-Vis
Spectrophotometry. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 11(2), 153–160.
Pitoi, M. (2015). Sianida : Klasifikasi, Toksisitas, Degradasi, Analisis (Studi
Pustaka). Jurnal MIPA UNSRAT Online, 4(1), 1–4.
Qudsiah, L. L. (2022). Uji Efektivitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Dan Escherichia coli. In Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist,
Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) (Vol. 17,
Issue 3). https://doi.org/10.36911/pannmed.v17i3.1442
Ranikasari, Y. (2021). Efektivitas Ekstrak Buah Kepayang (Pangium edule
Reinw) Terhadap Laju Makan Dan Mortalitas Rayap Coptotermes
gestroi. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents,
3(2), 6.
Samudry, E. G., Sukainah, A., & Mustarin, A. (2017). Analisis Kualitas
Kluwek (Pangium edule Reinw) Hasil Fermentasi Menggunakan
Media Tanah Dan Abu Sekam. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, 3(1), 25–33. https://doi.org/10.26858/jptp.v3i1.5191
Sari Ramdani dan Suhartati. (2015). Pangi ( Pangium edule REINW.)
Sebagai Tanaman Serbaguna Dan Sumber Pangan. Ramdana Sari,
23–38. file:///C:/Users/OPTION/Downloads/Documents/3_Pangium-
edule_Info-Teknis-Eboni-Vol-12-No-1-2015.pdf
23

Sujana, D., Rahman Nugraha, Y., Muhammad Hasyim, D., Farhan, Z.,
Studi Diploma III Farmasi, P., Karsa Husada Garut, Stik., & Studi
Diploma III Analis Kesehatan, P. (2020). Identifikasi Kadar Sianida
Pada Biji Picung Mentah (Pangium edule Reinw) Yang Berasal Dari
Cisewu Dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Sains Dan
Teknologi Laboratorium Medik, 5(2), 1–7.
Syaiful, S., Irawan, B., & Hamzah. (2020). Kajian Ekologi Kepayang
(Pangium Edule) Pada Kebun Campuran Di Desa Raden Anom
Kacamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 3(1), 59–65.
https://doi.org/10.22437/jpb.v2i2.9534
Wahyu subekti A.M. (2018). Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Daun Kluwek (Pangium edule) Terhadap Mortalitas Larva Aedes
aegypti Sebagai Sumber Belajar Biologi. 8–27.
Wiraagni, I. A., P, I. B. G. S. P., Widagdo, H., Suriyanto, R. A., & Press, U.
G. M. (2021). MATERI PENUNJANG ILMU KEDOKTERAN
FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL JILID 1. Gadjah Mada University
Press. https://books.google.co.id/books?id=rW1UEAAAQBAJ
24

LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian

Skema 1. Pengolahan simplisia daun kluwak (Pangium edule


Reinw.)

Daun Kluwak (Pangium edule Reinw.)

Pengolahan simplisia

Daun Segar Daun Kering

 Sortasi basah
 Pencucuian
 Perajangan

Maserasi Air (1:10) Maserasi Air (1:10)

Filtrat

Uji Kadar Sianida


25

Skema 2. Pengujian kadar sianida pada ekstrak daun kluwak


(Pangium edule Reinw.)

Pengujian kadar sianida pada ekstrak daun kluwak


(Pangium edule Reinw.)

Filtrat ekstrak air daun kluwak segar/ kering

Uji kualitatif Uji kuantitatif

Diambil filtrat ekstrak daun kluwak sebanyak Diambil filtrat ekstrak daun kluwak
1 ml sebanyak 200 ml

Ditambahkan 1 ml larutan asam tartrat 5%. Ditambahkan AgNO3 50 ml dan


Lalu disiapkan kertas saring ukuran 1x7 cm diberikan suasana asam dengan
menambahkan 1 ml HNO3

Dicelupkan kedalam larutan asam pikrat


jenuh, lalu dikering anginkan dan direndam Dirangkai alat destilasi dan
kembali dalam larutan Na2CO3 setelah itu dilakukan destilasi uap hingga
dikeringkan kembali didapat destilat sebanyak 150 ml.

Digantungkan kertas saring pada leher Destilat dikocok dan disaring


erlenmeyer lalu ditutup menggunakan karet. kedalam gelas kimia. Dipipet filtrat
Lalu dipanaskan diatas penangas air 50 °C sebanyak 25 ml kedalam
selama 15 menit. erlenmeyer dan ditambahkan 1 ml
indikator FAS

Diamati perubahan warna yang terjadi


(+) Bila terbentuk warna merah/ merah bata Dititrasi dengan larutan KSCN
sampai terdapat endapan merah
bata

Pengambilan data
26

Pembahasan
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

a. Pengolahan sampel dan pembuatan ekstrak daun kluwak


(Pangium edule Reinw.)

Pencucian daun Perajangan daun Proses pengeringan


kluwak kluwak daun kluwak

Proses maserasi Penyaringan ekstrak Hasil ekstrak daun


daun kluwak segar daun kluwak segar kluwak segar

Proses maserasi Penyaringan ekstrak Hasil ekstrak daun


daun kluwak kering daun kluwak kering kluwak kering
27

b. Uji kualitatif ekstrak daun kluwak (Pangium edule Reinw.)

Proses uji kualitatif Hasil uji kualitatif Hasil uji kualitatif ekstrak
menggunakan ekstrak daun kluwak daun kluwak segar
penangas air 50oC kering
selama 15 menit

c. Uji kuantitatif ekstrak daun kluwak (Pangium edule Reinw.)

Proses destilasi uap ekstrak Proses titrasi Hasil uji kuantitatif


daun kluwak segar dengan ekstrak daun kluwak
menggunakan segar
KSCN

Lampiran 3. Perhitungan kadar sianida dalam ekstrak daun kluwak

V 1−V 2 . N AgNO 3 . N KSCN


%HCN =
W
x fp

Ket : V1 = Volume titrasi blanko


V2 = Volume titrasi sampel
28

W = Berat sampel (mg)


fp = Faktor pengenceran
5,9 ml−3,8 ml x 0,02 x 0,02
%HCN = x 20
50000 mg
2.1ml x 0,02 x 0,02
= x 20
50000 mg
0.00084
= x 20
50000 mg
b
= 3.36 x 10-8 % b ~ 0.00000336%

−8
3.36 x 10
μg = −6
10

= 3.36 x 10−8 x 106


= 3.36 x 10-2
= 0.0336 μg

Anda mungkin juga menyukai