BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kebiasaan buruk seperti
terhadap tubuh ditandai dengan menurunya daya tahan tubuh yang menyebabkan
membandingkan data Riskasdes tahun 2018, para peneliti di National Center for
seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, hipertensi, dan stroke mengalami
oksidasi. Radikal bebas yang dihasilkan selama proses oksidasi diketahui dapat
menyebabkan kerusakan pada sel (Winata & Putri, 2019). Antioksidan adalah
senyawa yang mencegah oksidasi yang terjadi pada mencegah oksidasi asam
lemak tak jenuh, membran sel, pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid,
mengandung senyawa yang bersifat antioksidan. Misalnya pada biji kakao yang
1
2
Dalam bidang industri biji kakao memiliki banyak manfaat begitupun dalam
dunia kesehatan. Dari beberapa penelitian biji kakao memiliki banyak kandungan
(2016) menunjukan kandungan flavonoid yang terdapat dalam biji kakao memiliki
et al., 2016).
Senyawa kimia yang terdapat di dalam suatu tanaman dapat ditarik dengan
pelarut yang akan digunakan pada penelitian ini, karena metanol bersifat polar
sehingga lebih baik dalam memisahkan senyawa polar yang terkandung didalam
tanaman yang tidak tahan terhadap panas untuk itu metode ekstraksi yang
digunakan harus cocok dengan kondisi fisik sampel agar tidak merusak
kandungan senyawa yang terdapat dalam sampel. Pada penelitian ini metode
yaitu pada proses ekstraksinya hanya dilakukan dalam satu wadah secara kontinu,
Agar suatu senyawa dapat di pisahkan dengan baik maka ekstrak yang
Fraksinasi merupakan suatu proses pemisahan senyawa polar dan non polar
butanol dipilih sebagai pelarut yang akan digunakan pada penelitian ini karena n-
butanol bersifat polar sehingga mampu memisahkan senyawa dari hasil ekstraksi
yang bersifat polar maupun non polar (Fatimah, 2022). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Ismawati, (2015) yang menyebutkan bahwa n-butanol lebih tinggi
kelarutan n-butanol lebih baik dari pada metanol. Semakin tinggi konstanta
dielektrik suatu pelarut, maka semakin polar pelarut tersebut (Rio et al., 2020).
butanol ekstrak daun tin memiliki kandungan antioksidan paling tinggi lebih
akurat secara in vitro di bandingkan dengan fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat.
bahwa ekstrak etanol fraksi n-butanol biji kakao memiliki kandungan antioksidan
yang rendah. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang skrining
fitokimia dan uji aktivitas antioksidan fraksi n-butanol (Thebroma cacao L.)
ekstrak metanol biji kakao dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
1. Apa saja senyawa kimia yang dimiliki fraksi n-butanol biji kakao ?.
biji kakao.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
sebagai antioksidan.
d. Bagi masyarakat
5
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malvales
Keluarga : Malvaceae
Marga : Theobroma
Sugiharti (2016) dalam Sanny (2022), Sekitar tahun 1650, bangsa Spanyol
6
7
perhatian lebih luas, dari Sulawesi kemudian tanaman ini mulai menyebar ke
pulau-pulau tetangga seperti Ternate dan Ambon hingga pada tahun 1806 tanaman
ini menyebar luas ke daerah pulau Jawa, yaitu Jawa Timur dan Jawa Tengah
(Sanny, 2022)
Tanaman kakao tersusun atas akar, batang, daun, buah dan biji. Tanaman
(Ananda, 2022). Pada bagian batang tanaman kakao dapat tumbuh mencapai 1,2-
1,5 meter dari permukaan tanah, tanaman kakao juga dapat tumbuh dengan
ketinggian batang sekitar 8-10 meter (Agustin, 2022). Buah kakao berwarna hijau
sewaktu muda hingga ungu dan berwarna kuning atau kemerah-merahan ketika
matang (Kadju et al., 2022). Daun buah kakao memiliki ujung yang runcing serta
ada penyempitan pada pangkalnya (Bottle Neck) ketika masih muda daunnya akan
berwarna merah keunguan dan berwarna hijau tua ketika dewasa (Riono, 2020).
Biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya manis (Suyono
& Carnovia, 2018). Terakhir yaitu bagian bunga buah kakao yang berwarna putih
Ada beberapa senyawa kimia bermanfaat yang terdapat dalam biji kakao
yang tidak hanya digunakan dalam industri makanan tetapi juga dalam bidang
kesehatan. Senyawa polifenol yang terdapat pada biji kakao antara lain flavonoid
sebagai komponen utama, katekin sebesar 33–42%, dan tanin sebesar 24–40%.
Senyawa polifenol dari biji kakao terbukti memiliki sifat antioksidan dan
8
antibakteri (Nurjanah et al., 2019). Biji kakao juga mengandung purin alkaloid
(teobromin dan kafein), lemak (asam oleat, asam stearat dan asam palmitat),
protein, pati, monosakarida (sukrosa, glukosa dan fruktosa), amin biogenik (fenil
etil amin, tiramin, triptamin dan serotonin), alkaloid isokuinolin (salsolinol), tanin
flavonoid merupakan kelas polifenol dengan struktur C6-C3-C6, yang terdiri dari
Reactive Oxygen Species (ROS), dan penghancuran ROS secara langsung. Gugus
9
dibuktikan secara in vitro hal ini dianggap sebagai area yang menjanjikan untuk
penelitian dan pengembangan di masa depan di sektor farmasi baik industri obat
II.3 Antioksidan
berupa enzim (misalnya superoksida dismutase atau SOD, katalase dan glutation
produk pangan.
darah, penuaan dini, dan masih banyak lagi. Antioksidan dapat mencegah
10
kerusakan sel dengan menghalangi proses oksidasi untuk mengikat radikal bebas
pembentukan reaksi kimia tetapi tipe antioksidan ini jika diberikan dalam jangka
sintetik adalah Butil Hidroxil Anisol (BHA) dan Butil Hidroxil Toluen (BHT)
hewan dan bahan mineral yang dapat dikonsumsi secara langsung tanpa melalui
proses yang panjang (Nofita et al., 2021). Contoh antioksidan alami adalah
bentuk olahan produk jadi seperti coklat atau minuman coklat dapat menjadi
Antioksidan ini dapat mengurangi sejumlah gugus radikal bebas yang berada di
dalam tubuh. Antioksidan akan merangksang respon imun dalam tubuh sehingga
secara langsung dapat melindungi sel–sel maupun jaringan tubuh dari serangan
II.4 Ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik
senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan (Apriliana et al., 2016). Terdapat
dua jenis metode ekstraksi, yaitu dengan cara dingin (maserasi, perkolasi), cara
Sokletasi merupakan salah satu jenis metode ekstraksi secara panas. Pada
ekstraksi ini sampel dan pelarut ditempatkan secara terpisah. Prinsipnya adalah
Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau memiliki titik
didih rendah. Proses pemanasan dari heating mantle akan membentuk uap pelarut
yang kemudian di dinginkan dalam kondensor lalu turun dapa tabung dan secara
dengan membawa analit. Proses ini berlangsung secara kontinyu hingga pelarut
zat aktif yang paling tinggi dalam pelarut tertentu (Rahayuningsih et al., 2020).
pisah, dimana dua pelarut yang tidak saling bercampur ditempatkan dalam corong
12
pisah, diaduk, dan dibiarkan beberapa saat. Senyawa organik dibagi menjadi
setiap fase sesuai dengan kelarutannya dalam fase ini, membentuk dua lapisan,
lapisan atas dan lapisan bawah, yang dapat dipisahkan dengan membuka corong
mengandung nitrogen organik, berwarna ungu tua dengan absorbansi yang kuat
pada maks 517 nm. Sampel yang memiliki antioksidan dapat menyumbangkan
elektron kepada DPPH menghasilkan warna kuning terang yang merupakan ciri
spesifik dari reaksi DPPH (Wicaksana, 2022). Ada banyak metode yang dapat
penelitian ini karena metode ini mudah digunakan, cepat dan cukup teliti serta
yaitu dua fase yang mempengaruhi fase diam dan fase gerak. Fase diamnya
berupa lapisan permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat
aluminium, atau plat plastik. Sedangkan fase gerak berupa pelarut pengembang
yang nantinya akan bergerak sepanjang fase diam karena adanya perambatan
kepolaran senyawa-senyawa di dalam campuran dengan fase diam dan fase gerak.
Factor) sebagai perbandingan jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik awal
terhadap jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik awal (Asdar, 2022). Nilai Rf
pemisahan yanag cukup baik (Kamar et al., 2021). Nilai Rf (Retardation Factor)
Biji Kakao
(Theobroma cacao L.)
Sokletasi Menggunakan
Pelarut Metanol
Uji Kualitatif
Skrining Fitokimia
Variabel Bebas
Variabel Terikat
14
15
tahun 2023.
Antioksidan adalah kandungan kimia yang nantinya akan diuji ada atau
III.6.1 Populasi
III.6.2 Sampel
Sampel yang digunakan yaitu buah coklat yang diambil biji buahnya saja,
III.7.1 Alat
III.7.2 Bahan
Buah kakao yang diambil bagian biji yang akan digunakan dalam penelitian
ini diambil dari Desa Binceta, Kecamatan Bolangitang Timur, Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara yaitu sebanyak 200 buah, Biji kakao kemudian disortasi basah,
lalu dicuci dibawah air mengalir kemudian ditiriskan setelah itu dikeringkan
dengan cara di jemur di bawah sinar matahari yang ditutupi kain hitam diatasnya
selama kurang lebih 3-5 hari. Selanjutnya biji kakao di kupas bagian kulit biji lalu
sokletasi.
17
dibungkus dengan kertas saring, lalu diikat dengan benang. Selanjutnya serbuk
sokletasi dilakukan pada suhu 70°C sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi.
watterbath sampai menjadi ekstrak kental (Sanny, 2022). Hasil ekstrak kental
yang diperoleh dengan berat simplisia sebagai bahan baku, Berikut rumus
perhitungan % rendemen :
(Cahyadi et al.,2018)
Ekstrak kental biji kakao dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut air
(Aquadest) sebanyak 200 mL, lalu ditambahkan dengan 200 mL n-butanol kedua
difraksinasi hingga terbentuk 2 lapisan fraksi cair air dan fraksi cair n- butanol
(Nurhasanawati et al.,2017).
tabung reaksi ditambahkan 3 tetes wagner lalu dimati perubahan warna yang
terjadi. Hasil positif alkaloid di tandai dengan terbentuknya endapan coklat hingga
2. Uji Flavonoid
Fraksi cair di tambahkan sepucuk spatula serbuk Mg dan empat tetes HCL 2%.
Hasil positif flavonoid ditandai dengan adanya perubahan warna pada filtrat
3. Uji Fenolik
ditunjukkan dengan perubahan warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam pekat
(Leviana et al.,2023).
2 ml fraksi cair ditambah 1 ml asam sulfat pekat dan 1 ml asam asetat anhidrat
menunjukkan hasil positif terhadap steroid, sedangkan perubahan warna dari ungu
Pada plat KLT diberi tanda batas bawah dan batas atas masing-masing 1 cm.
kemudian Sampel fraksi n-butanol biji kakao ditotolkan pada plat KLT
menggunakan pipa kapiler. Pelat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang berisi
eluen jenuh yaitu n-heksana:etil asetat (6:1). Ketika eluen mencapai batas pelat
yang ditentukan, eluen berhenti mengelusi. Plat KLT kemudian dikeluarkan dari
chamber, dikeringkan dan diamati di bawah lampu UV 366 dan 254 nm. Setelah
itu larutan DPPH 0,4 Mm kemudian disemprotkan ke atas pelat KLT. Adanya
antioksidan ditunjukkan pada pelat KLT dengan perubahan warna noda menjadi
pengujian berupa bukti yang dikemukakan dalam bentuk tabel dan gambar serta
IV.1 Hasil
rendemen 9,313%.
Tabel 4.1.1 Rendemen ekstrak biji buah kakao dengan pelarut metanol
Berat
Hasil
Simplisia Simplisia Pelarut Hasil Ekstraksi
Rendemen (%)
Kering (g)
Biji Kakao 150 g Metanol 16,105 g 9,313%
Menurut Vogel et al.,1996 rendemen dengan nilai 40% disebut poor, diatas
50% adalah fair, untuk nilai rendemen 70% disebut good, 80% disebut very good,
diatas 90% disebut excellent dan rendemen dengan nilai ideal adalah 100%,
(Wibowo et al.,2018). Berdasarkan tabel diatas hasil rendemen ekstrak biji kakao
20
21
n-Butanol:Kloform:Metanol
3,5 cm 0,5
(2:1:1)
22
IV.2 Pembahasan
Serbuk simplisia biji buah kakao sebanyak 150 g di ekstraksi di dalam labu
berukuran 250 ml dengan pelarut metanol 150 ml/1 siklus. proses ekstraksi
sokletasi ini dilakukan secara berulang, dimana dalam satu kali sokletasi volume
labu yang digunakan hanya dapat menampung 50 g serbuk simplisia. Hasil yang
diperoleh dari ekstraksi sokletsasi sebanyak 900 ml ekstrak cair yang kemudian
dipekatkan dengan menggunakan watterbath pada suhu 64ºC (titik didih metanol)
untuk mendapatkan ekstrak kental. hasil yang diperoleh dari proses pengentalan
kental lalu di tambahkan 200 mL n-Butanol di kocok kurang lebih selama 3 menit
terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah fase fraksi n-Butanol dan lapisan
bawah merupakan fase air. fraksi n-Butanol kemudian dikeluarkan dari corong
bebas pada alkaloid mengganti ion iod melalui ikatan kovalen, dan jika tidak
menambahkan perekasi asam klorida dan serbuk magnesium (Larasati & Putri,
hasil positif memiliki senyawa fenolik yang ditandai dengan warna hitam
warna merah, ungu, biru, atau hitam yang pekat karena FeCl3 bereaksi dengan
biji kakao positif mengandung terpenoid dengan warna merah pada permukaan
dan tidak mengandung senyawa steroid (Fransiska et al., 2021). Dalam pelarut
asam asetat anhidrat, pelarut H2SO4 akan bereaksi dengan senyawa terpenoid dan
pada atom C-4 menentukan variasi warna antara terpenoid dan steroid (Habibi et
al., 2018).
Dalam melakukan uji kromatografi lapis tipis harus ditentukan optimasi eluen
terlebih dahulu. Optimasi eluen bertujuan untuk mencari pelarut yang cocok
24
dalam fraksi n-Butanol biji kakao (Nasir, 2020). Fase diamnya adalah pelat silika
gel GF254, sedangkan fase geraknya adalah eluen. Chamber di isi pelarut hasil
Plat KLT yang telah diaktifasi di totolkan fraksi n-Butanol. Plat KLT kemudian
dimasukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan biarkan eluen terelusi hingga
garis batas atas. Terdapat noda yang dihasilkan dari plat yang dapat terdeteksi
dengan menggunakan sinar UV 254 nm (lihat gambar 4.1 (2)) dan 366 nm (lihat
perubahan warna akan tejadi dari ungu tua menjadi kuning/kuning muda apabila
yang sudah terdeteksi noda kemudian disemprot larutan DPPH lalu diamati secara
25
kualitatif dengan hasil yang diperoleh warna kuning terang pada elusi noda yang
Fraksi n-Butanol biji kakao (Theobroma cacao L.) yang diambil dari Desa
V.2 Saran
mahasiswa agar nantinya penelitian yang dilakukan dapat berjalan sesuai prosedur
yang tentunya dapat menambah daya tarik peminat untuk bergabung di jurusan
peneliti selanjutnya agar nantinya penelitian ini dapat dilanjutkan dengan uji
dalam biji kakao. Semoga dengan penelitian ini masyarkat terlebih khusus industri
kakao agar nantinya dapat diolah menjadi minuman herbal produk lokal, obat-
obatan maupun sediaan lain yang dapat bermanfaat bagi tubuh sebagai penangkal
radikal bebas.
26
27