Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FITOKIMIA

FLAVONOID PADA TUMBUHAN BIJI KEDELAI

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Fitokimia


Mata Kuliah: Fitokimia
Dosen Pengampu:
Apt. Balgis Al Basyarahil, S.Si., M.Farm

Disusun Oleh:

Farida Nur Aini (1901006)

Nabila Aprilia K. (1901007)

Utamy Ermady (1901025)

Faiseh (1901018)

Noer Asavila (1901031)

AKADEMI FARMASI YANNAS HUSADA


PROGRAM STUDI D - III FARMASI
BANGKALAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “Makalah Fitokimia Flavonoid Pada
Tumbuhan Biji Kedelai” ini dengan lancar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bangkalan, 12 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kandungan Flavonoid ..................................................................................................... 3
2.2 Jalur Biosintesis...................................................................................................................... 4
2.3 Metode dan Alat..................................................................................................................6
2.4 Skrinning Fitokimia Flavonoid.............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman merupakan sumber kekayaan alam yang banyak dijumpai di lingkungan
sekitar kita. Tanaman itu sendiri terdiri dari akar, batang, daun dan biji. Setiap akar,
batang, daun dan biji memiliki senyawa kimia yang berbeda. Senyawa kimia inilah yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.Obat tradisional digunakan untuk berbagai
macam tujuan seperti menjaga kesegaran dan kesehatan tubuh secara keseluruhan,
menyembuhkan penyakit tertentu, mengatur kehamilan dan kosmetik (Liu, 1999).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat berasal dari genus Glycine
seperti Glycine max (Kacang Kedelai). Tumbuhan ini mempunyai peranan yang sangat
penting dalam budaya Asia baik sebagai makanan, minuman maupun sebagai obat.
Khasiat sebagai obat disebabkan oleh adanya senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk
menjaga dan memperbaiki sistem fisiologis maupun untuk pencegahan penyakit (www.
Goegle, 2005). Terutama pada bagian biji dari tumbuhan kedelai ini.
Senyawa bioaktif yang mempunyai sifat antioksidatif diperlukan untuk
mempertahankan fungsi biologis ini. Kedelai mengandung senyawa-senyawa antioksidan
diantaranya adalah vitamin E, vitamin A, provitamin A, vitamin C dan senyawa
flavonoid golongan isoflavon.
Senyawa isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak disintesis
tanaman. Namun tidak seperti metabolit sekunder lainnya, senyawa ini tidak disintesis
oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, tanaman merupakan sumber senyawa isoflavon di
alam (Anderson, 1997 dalam Pawiroharsono, 2001).
Isoflavon yang terdapat dalam biji kedelai dorman adalah dalam bentuk isoflavon
glikosida yaitu daidzin, genistin dan glisitin. Isoflavon glikosida tersebut mempunyai
aktivitas fisiologis yang rendah. Aglukan isoflavon yang mempunyai aktivitas fisiologis
tinggi tersebut adalah genistein (5,7,4’-trihidroksi isoflavon), daidzein (7,4’-trihidroksi
isoflavon), dan glisitein (6-metoksi-7,4’- trihidroksi isoflavon )Isoflavon ini boleh
dibilang hanya terdapat pada kedelai saja. Isoflavon ini berfungsi melakukan regulasi
untuk menghambat pertumbuhan kanker terutama kanker prostata.. Karena begitu
pentingnya fungsi tanaman ini, serta dugaan terhadap adanya senyawa golongan
flavonoidyang dikandung, maka pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi
senyawa golongan flavonoid dari biji kedelai (Glycine max).

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kandungan flavonoid terdapat pada biji kedelai ?
2. Bagaimana jalur biosintesis yang terdapat pada tumbuhan biji kedelai ?
3. Metode dan alat apakah yang digunakan untuk mengidentifikasi tumbuhan biji
kedelai ?
4. Bagaiamana bioaktifitas dan cara mengidentifikasi menggunakan skrining fitokimia
pada tumbuhan biji kedelai ?
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
untuk mengetahui kandungan senyawa flavonoid dan jalur biosintesis serta alat yang
digunakan untuk mngidentifikasi senyawa flavonoid pada tumbuhan biji kedelai.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kandungan Flavonoid


Flavonoid adalah metabolit sekunder dari polifenol, ditemukan secara luas
pada tanaman serta makanan dan memiliki berbagai efek bioaktif termasuk anti virus,
anti-inflamasi (Qinghu Wang dkk, 2016), kardioprotektif, antidiabetes, anti kanker,
(M.M. Marzouk, 2016) anti penuaan, antioksidan (Vanessa dkk, 2014) dan lain-lain.
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua
gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga
karbon. (Tiang-Yang dkk, (2018).
Flavonoid merupakan senyawa polar, maka flavonoid akan larut baik dalam
pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilformamida dan lain lain.
Karena flavonoid terikat dalam bentuk glikosida maka campuran pelarut tersebut
diatas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk flavonoid glikosida. Sedangkan
dalam bentuk aglikon seperti flavon, flavonol, flavanon lebih mudah larut dalam
pelarut kloroform dan eter.
Ada beberapa subkelas flavonoid: flavanols, flavanon, flavon, isoflavon,
anthocyanidins, dan flavonol. Pembagian dalam subkelas flavonoid didasarkan pada
sifat-sifat struktural. Flavanol ditemukan dalam anggur merah dan anggur merah (ex-
catechins), flavanon ditemukan pada makanan sitrus (ex-narigenin), flavon
(exapigenin) ditemukan dalam bumbu berdaun hijau, isoflavon ditemukan pada
makanan kedelai, dan pada hampir semua makanan flavonol ditemukan. Flavonoid
asal katekin terutama ditemukan pada teh hijau dan hitam dan anggur merah,
sedangkan antosianin ditemukan pada stroberi dan buah beri lainnya, anggur, anggur
dan teh.
Dengan cara yang sama, metilasi kelompok hidroksil pada flavonoid terjadi
adanya methyltransferase yang melekat gugus metil ke aglycone untuk membentuk
methoksida. Metilasi dapat terjadi melalui atom oksigen atau karbon untuk
membentuk senyawa O-metilisasi atau C-metilisasi. Data eksperimen
mengungkapkan bahwa metilasi flavonoid mengakibatkan perubahan dramatis dalam
farmakologi dan biokimia sifat senyawa metilasi dibandingkan dengan induknya

3
dengan demikian, ini adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengubah
produk alami menjadi penemuan obat. (Cao dkk, 2013 dan Walle dkk 2007).

Struktur flavonoid

Tabel Klasifikasi flavonoid dan sumbernya

Kelas kimia kandungan Sumber utama


Flavonol kuercetin, rutin, kaemperol, Apel, teh, tomat, anggur
mirisetin, isoquercetin, merah, cerry, bawang,
pachipodol, ramnazin brokoli, buah peel, letus,
gandum, asam citrus,
mangga
Flavanonol Taxifolin Jeruk asam, lemon
Isoflavon Diadzein, formononetin, Soya bean dan legum ( biji
genistein, glycetein kedelai )
Flavon Apigenin, chrisin, luteolin, Daun peterseli, timi
tangeritin
Flavanon Naringenin, paretin, Jeruk bali, orange
homeriodicitol, hesperidin,
fisetin, naringin

2.2. Jalur Biosintesis Yang Terdapat Pada Tumbuhan Biji Kedelai


Isoflavonoid adalah subgrup flavonoid yang sangat khas yang terjadi secara
signifikan pada kedelai dan tanaman polongan lainnya. Mereka ditemukan
memainkan peran penting sebagai prekursor perkembangan phytoalexin selama
interaksi mikro tanaman. Beberapa isoflavon seperti daidzein memberikan warna

4
biru mudadengan sinar UV bila diuapi amonia tapi genistein tampak seperti bercak
lembayung pudar yang dengan amonia berubah menjadi coklat pudar.
Senyawa isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak
disintesis oleh tanaman. Namun, tidak seperti senyawa metabolit sekunder lain,
senyawa ini tidak disintesis oleh mikroorganisme (Anderson, 1997 dalam
Pawiroharono, 2001). Dengan demikian, mikroorganisme tidak mempunyai
kandungan senyawa ini. Oleh karena itu, tanaman merupakan sumber utama senyawa
isoflavon di alam. Dari beberapa jenis tanaman, kandungan isoflavon yang lebih
tinggi terdapat pada tanaman Leguminoceae, khususnya pada tanaman kedelai.Pada
tanaman kedelai, kandungan isoflavon yang lebih tinggi terdapat pada biji kedelai,
khususnya pada bagian hipokotil (germ) yang akan tumbuh menjadi tanaman.
Sebagian lagi terdapat pada kotiledon yang akan menjadi daun pertama dari tanaman.
Senyawa isoflavon ini pada umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi
dengan senyawa gula melalui ikatan 21 glukosida. Jenis senyawa isoflavon ini
terutama adalah genistin, daidzin, dan glisitin (Pradana, 2008).
Metabolisme dari isoflavonoid dimulai dengan karbon tertentu yang melalui
jalur fenilpropanoid ( jalur shikimat ). Setelah beberapa proses enzimatik, senyawa
fenolik, isoflavonoid dihasilkan. Szkudelska dan Nogowski mengkaji efek genistein
yang merangsang hormon dan perubahan metabolisme, dimana mereka dapat
mempengaruhi berbagai jalur penyakit atau bioaktifitas farmakologis yang tinggi
seperti anti kanker, penurunan penyakit kardiovaskular, pencegahan osteoporosis,
dan kehilangan berat tubuh dan jaringan lemak (Szkudelska dkk, 2007). bioaktifitas
Senyawa Isoflavonoida untuk Kesehatan terdapat pada Isoflavon (khususnya 6,7,4'
tri-OH isoflavon) sebagai Antioksidan, (radical scavenger) Zilliken (1987).
Antioksidan dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Didalam tubuh
kita memiliki sistem enzim antioksidan yang bekerja secara simultan mematabolisme
radikal bebas sehingga tidak meninggalkan kerusakan pada jaringan (Hodgson dan
Levi, 2000).Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa
reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami) (Pratt,
1992 dalam Ardiansyah, 2007).
Menurut Pratt dan Hudson (1990) kebanyakan senyawa antioksidan yang
diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Isolasi antioksidan alami
telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian

5
yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti
pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji, dan serbuk sari (Pratt, 1992).
Menurut Pratt dan Hudson (1990) serta Shahidi dan Naczk (1995), senyawa
antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang
dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan
asam-asam organic polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas
antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, dan kalkon. Sementara
turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-
lain.
Senyawa antioksidan alami polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat
beraksi sebagai (a) pereduksi, (b) penangkap radikal bebas, (c) pengkelat logam, (d)
peredam terbentuknya singlet oksigen. Kira-kira 2 % dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan
erat dengannya, 34 sehingga flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam
terbesar (Markham, 1988). Sebenarnya flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan
hijau, sehingga pastilah ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak tumbuhan.
Golongan flavonoid dan senyawa yang berkaitan erat dengannya memiliki
sifatsifat antioksidan baik di dalam lipida cair maupun dalam makanan berlipida
(Pratt dan Hudson, 1990). Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber
antioksidan alami, seperti rempah-rempah, dedaunan, teh, kokoa, biji-bijian, serealia,
buahbuahan, sayur-sayuran dan tumbuhan/alga laut. Bahan pangan ini mengandung
jenis senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan, seperti asam-asam amino, asam
askorbat, tokoferol, karotenoid, tannin, peptida, melanoidin, produk-produk reduksi,
dan asam-asam organik lain (Pratt, 1992).
2.3. Sifat Kimia Fisika
agak asam dan dapat larut dalam→Senyawa polifenol basa. Merupakan senyawa
polihidroksi (gugus hidroksil) → bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut
polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil
formamida. Gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung
menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Zat warna merah, ungu, biru, dan
sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta
flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter
dan kloroform (Markham, 1988). Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu

6
warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksi pada
kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987 : 70).
Kelarutan flavonoid antara lain :
1. Flavonoid polimetil atau polimetoksi larut dalam heksan, petroleum
eter (PE), kloroform, eter, etil asetat, dan etanol. Contoh: sinersetin
(nonpolar).
2. Aglikon flavonoid polihidroksi tidak larut dalam heksan, PE dan
kloroform; larut dalam eter, etil asetat dan etanol; dan sedikit larut
dalam air. Contoh: kuersetin (semipolar).
3. Glikosida flavonoid tidak larut dalam heksan, PE, kloroform, eter;
sedikit larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut dalam air.
Contoh: rutin.

Namun, secara kimiawi ada 2 jenis flavonoid yang kurang stabil, yaitu:
Flavonoid O-glikosida; dimana glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan eter (R-
O-R). Flavonoid jenis ini mudah terhidrolisis. Flavonoid C-glikosida; dimana glikon
dan aglikon dihubungkan oleh ikatan C-C. Flavonoid jenis ini sukar terhidrolisis, tapi
mudah berubah menjadi isomernya. Misalnya viteksin, dimana gulanya mudah
berpindah ke posisi 8. Perlu diketahui, kebanyakan gula terikat pada posisi 5 dan 8,
jarang terikat pada cincin B atau C karena kedua cincin tersebut berasal dari jalur
sintesis tersendiri, yaitu jalur sinamat.

2.4. Metode Dan Alat Untuk Mengidentifikasi Flavonoid Pada Tumbuhan Biji Kedelai
a. Bahan
Bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kedelai
(Glycine max) yang dikumpulkan dari Desa Wedoro Anom Gresik Jawa Timur dalam
keadaan segar. Biji dikupas dari kulitnya dan dikeringkan, selanjutnya biji digiling
dengan blender sampai berbentuk serbuk.
b. Bahan-bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Metanol (teknis dan p.a), Kloroform (p.a), Asam Klorida pekat, nheksana (p.a),
Natrium Hidroksida, Serbuk Magnesium, Silika Gel 60, Plat KLT Silika Gel GF254,
Etil Asetat (p.a), Aquades, Asam Sulfat pekat.
c. Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

7
Blender, Neraca Analitik, Lampu UV, Seperangkat Alat Penampak Bercak
H2SO4pekat , Kertas Saring, Seperangkat Alat Gelas, Penguap Putar Vakum (rotary
vacuum evaporator), Seperangkat Alat Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi
Kolom, Spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer Inframerah.
d. Cara Kerja
1. Penyiapan bahan Biji kedelai dibersihkan kemudian dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan lalu dihaluskan sampai berupa serbuk.
2. kemudian ditambahkan sedikit fase geraknya sehingga menjadi bubur. Pelarut
(fase gerak yang digunakan) dimasukkan ke dalam kolom sampai hampir penuh
dan keadaan kran kolom tertutup.
3. Setelah itu kecepatan aliran kolom diatur dan bubur dimasukkan sedikit demi
sedikit ke dalam kolom sampai seluruh bubur masuk ke dalam kolom. Setelah
bubur masuk, fase diam ini dielusi hingga homogen (kolom ini didiamkan selama
1 hari sehingga diperoleh pemampatan yang sempurna).
4. Sementara itu sampel dilarutkan dalam pelarut, kemudian sampel dimasukkan
dengan hati-hati melalui dinding kolom dan aliran fase gerak diatur. Begitu
sampel masuk ke dalam fase diam, fase gerak ditambahkan secara kontinyu
sampai terjadi pemisahan. Eluat ditampung pada botol penampung fraksi setiap 3
mL, kemudian keseluruhan fraksi yang dihasilkan dilakukan KLT penggabungan.
5. Fraksi hasil KLT penggabungan yang mempunyai pola pemisahan sama (harga Rf
sama) digabungkan, kemudian diuapkan dengan penguap putar vakum dan
masing-masing kelompok fraksi yang diperoleh diuji dengan pereaksi flavonoid.
e. Metode Pemisahan dan Pemurnian
f. Pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kolom.
a). Kromatografi lapis tipis ( KLT ) Pemisahan dengan KLT digunakan untuk mencari
fase gerak yang terbaik yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Fase diam
yang digunakan pada KLT adalah silika gel GF254 dan sebagai fase gerak digunakan
nheksana, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Bejana kromatografi sebelum
digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya. Sedikit
fraksi positif flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan dengan pelarutnya (eluen
yang akan dipakai) kemudian ditotolkan pada plat kromatografi lapis tipis dengan
menggunakan pipa kapiler. Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana. Bila fase
gerak telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat, dan dikeringkan di udara

8
terbuka. Sebagai penampak noda digunakan asam sulfat. Noda yang terbentuk diamati
dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm kemudian dihitung Rf-nya.
b). Kromatografi kolom Fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom adalah
silika gel, sedangkan fase geraknya digunakan fase gerak yang memberikan
pemisahan terbaik pada KLT. Silika gel 60 (70-100) Mesh terlebih dahulu dipanaskan
dalam oven pada suhu 110 0C.
2.5. Skrining fitokimia flavonoid pada tumbuhan biji kedelai
1. Uji fitokimia

Pemeriksaan golongan flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu :

1. Test Wilstatter Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes
larutan HCl dan 2-3 potong kecil logam Mg. Perubahan warna yang terjadi diamati
dari kuning tua menjadi orange.

2. Test dengan NaOH 10% Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4
tetes larutan NaOH 10%. Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua
menjadi kuning muda.

3. Test dengan H2SO4 (pekat) Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan
2-4 tetes larutan H2SO4 (pekat) . Perubahan warna yang terjadi diamati dari
kuning tua menjadi merah tua.

2. Uji Kemurnian
Uji kemurnian dilakukan menggunakan berbagai campuran fase gerak, yaitu
n-heksana, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Jika isolat tetap menunjukkan noda
tunggal pada plat kromatogram dengan fase gerak yang berbeda, menunjukkan isolat
relatif murni secara KLT, bahwa isolat tersebut hanya mengandung satu macam
senyawa.
3. Karakterisasi Golongan Senyawa Flavonoid
Karakterisasi golongan senyawa flavonoid dilakukan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri inframerah.
Karakterisasi golongan senyawa flavonoid dengan spektrafotometer UV-Vis
Pengukuran spektrum UV-Vis dilakukan pada panjang gelombang 250-500 nm.
Sebanyak 1 mg isolat dilarutkan dalam 100 mL metanol (larutan persediaan),
kemudian diukur panjang gelombangnya. Selanjutnya untuk mengetahui kedudukan

9
gugus hidroksi pada inti flavanoid dilakukan dengan menambahkan pereaksi geser ke
dalam larutan cuplikan. Pereaksi geser yang digunakan antara lain natrium hidroksida,
natrium asetat, natrium asetat dan asam borat, aluminium klorida, aluminium klorida
dan asam klorida.
4. Tahapan keja penggunaan pereaksi geser adalah sebagai berikut :
1. Setelah mengukur spektrum cuplikan dalam metanol, ditambahkan 3 tetes
NaOH ke dalam kuvet, dikocok hingga bercampur. Kemudian diukur panjang
gelombangnya. Setelah diukur, cuplikan dibuang dan sel dicuci.
2. Pengukuran spektrum dengan pereaksi geser NaOAc dilakukan dengan cara
menambahkan serbuk NaOAc dalam kuvet yang berisi larutan persediaan
hingga terdapat kira-kira 2 nm lapisan NaOAc pada dasar kuvet, lalu dikocok,
kemudian diukur. Pengukuran spektrum NaOAc + H3BO3 diukur setelah
ditambahkan serbuk H3BO3 pada larutan persediaan yang kemudian
dicampur/dikocok (banyaknya serbuk H3BO3tua-kuning muda), setelah
diteteskan H2SO4 (pekat) (kuning tua-merah tua), setelah diteteskan MgHCl
(kuning tua-orange). Dari uji fitokimia, ekstrak n-heksana positif mengandung
flavonoid karena pada penambahan pereaksi warna tersebut terjadi perubahan
yang khas untuk flavonoid. Perubahan warna yang terjadi diduga ekstrak
nheksana mengandung senyawa flavonoid golongan flavonon dan isoflavon.
Terhadap ekstrak n-heksana ini selanjutnya dilakukan uji pemisahan dan
permurnian.
5. Pemisahan dan Pemurnian
Pada ekstrak n-heksana yang positif flavonoid ini dilakukan kromatografi lapis
tipis untuk mencari fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik. Setelah
memperoleh fase gerak yang terbaik dilakukan kromatografi kolom untuk
memisahkan komponen-komponen yang ada pada ekstrak n-heksana.
Dari berbagai fase gerak yang digunakan, fase gerak n-heksana : kloroform :
etil asetat (9:1:0,5) yang memberikan pemisahan terbaik, sehingga fase ini yang
digunakan dalam kromatografi kolom. Terhadap 2,61 g ekstrak kental n-heksana
dilakukan proses pemisahan dengan menggunakan fase diam silika gel 60 (70-100
Mesh) sekitar 100 g (panjang kolom 45cm, diameter 2,3 cm), menggunakan fase
gerak n-heksana:kloroform:etil asetat (9:1:0,5). Hasil kromatografi kolom gravitasi
adalah 120 fraksi (dimana tiap fraksi 3 mL).

10
Setelah dilakukan kromatografi lapis tipis gabungan dengan menggunakan
fase gerak nheksana:kloroform:etil asetat (9:1:0,5) dihasilkan 4 kelompok fraksi (FA,
FB, FC, FD) yang menunjukkan pola pemisahan yang berbeda. Keempat fraksi
dilakukan uji flavonoid dengan uji fitokimia.
Dari keempat fraksi yang menunjukkan positif flavonoid adalah fraksi D
karena pada penambahan pereaksi warna tersebut menunjukkan adanya perubahan
warna yang khas untuk flavonoid. Dari perubahan warna yang ditunjukkan oleh fraksi
D setelah ditambah pereaksi NaOH, H2SO4 (pekat) , Mg-HCl, maka fraksi ini diduga
mengandung senyawa flavonoid golongan isoflavon, sehinggakira-kira setengah dari
NaOAc yang ditambahkan sebelumnya). Setelah diukur, cuplikan dibuang dan sel
dicuci.
Pengukuran spektrum dengan pereaksi geser AlCl3 dilakukan dengan
menambahkan enam tetes pereaksi geser AlCl3 ke dalam larutan persediaan,
kemudian diukur panjang gelombangnya. Untuk spektrum dengan pereaksi geser
AlCl3 + HCl dilakukan dengan cara menambahkan tiga tetes HCl, kemudian
dicampur dan diukur. Akhirnya cuplikan dibuang dan sel dicuci.
6. Karakterisasi gugus fungsi golongan senyawa flavonoid dengan spektrofotometer
inframerah
(IR) Isolat aktif yang diduga golongan senyawa flavonoid yang telah murni
dicampur dengan nujol. Campuran yang terbentuk selanjutnya ditempatkan pada dua
buah lempeng kristal NaCl dan dimasukkan ke dalam alat inframerah, kemudian
diukur serapannya.
7. Uji Kemurnian
Uji kemurnian terhadap isolat fraksi D dengan berbagai fase gerak
menunjukkan adanya noda tunggal dengan demikian dapat dianggap bahwa isolat
tersebut terdiri dari satu komponen senyawa yang relative murni secara KLT.
8. Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi
Karakterisasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan uji warna flavonoid,
analisis spektrofotometri UV-Vis dan inframerah

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Flavonoid merupakan salah satu senyawa alami yang banyak ditemukan dalam
tumbuhan-tumbuhan dan makanan yang menjanjikan untuk mengobati berbagai
penyakit seperti kanker, antioksidan, bakteri patogen, radang, disfungsi kardio-
vaskular, dan mempunyai kemampuan antioksidannya dalam mencegah terjadinya
luka akibat radikal bebas.
Hal ini dikarenakan kemampuan dalam metilasi flavonoid yang dapat
meningkatkan peranan flavonoid dalam bidang obat-obatan. Metilasi dari flavonoid
melalui kelompok hidroksil bebasnya atau atom C yang dapat meningkatkan stabilitas
metaboliknya dan meningkatkan transportasi membran yang terjadi dalam tubuh.
Kemampuan bioaktifitas beberapa golongan senyawa flavonoid terutama dalam hal
antioksidan, dimana aktivitas antioksidan invitro flavonoid bergantung pada penataan
gugus fungsi pada struktur intinya. Konfigurasi dan jumlah total gugus hidroksil
secara substansial mempengaruhi mekanisme aktivitas antioksidan dan termasuk jalur
shikimat.
2. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana positif mengandung
flavonoid. Pemisahan dan pemurnian terhadap ekstrak nheksana dilakukan dengan
kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Identifikasi terhadap fraksi yang
positif flavonoid dengan UV-Vis menunjukkan dua pita serapan yaitu pita I pada
panjang gelombang 312,9 nm dan pita II pada panjang gelombang 268,2 nm. Hasil
pereaksi geser dengan natrium hidroksida, natrium asetat, natrium asetatasam borat,
aluminium klorida, aluminium klorida-asam klorida pekat menunjukkan bahwa isolat
mengandung senyawa flavonoid golongan isoflavon dengan tidak terdapat gugus OH
bebas pada cincin A serta tidak mengandung gugus orto dihidroksi pada cincin A.
Spektrum inframerah menunjukkan bahwa isolat mempunyai gugus-gugus yang khas
seperti C-H aromatik, C-H alifatik, C=O, C=C aromarik, C-O.

12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Aak, K., 1989, Kacang Tanah dan Kedelai, Kanisius, Yogyakarta

Harborne, J. B., (1987), Metode Fitokimia (Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan)
Heinnermen, J., 2003, Khasiat Kedelai Bagi Kesehatan Anda, Prestasi Pustakarya, Jakarta.
Hossettmann, K., marston, A., (1995), Cara Kromatografi Preparatif Penggunaan pada Isolasi
Senyawa Alam, Penerbit ITB, Bandung.

Sastroadmidjojo, H., (1999), Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Sastroadmidjojo,


H., (2001), Spektroskopi Inframerah, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Sastroamidjojo, H.,
(1991), Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/313-Article%20Text-1486-1-10-20180401.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/2727-1-3717-1-10-20121113.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/16508394.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai