PENDAHULUAN
Leguiminoseae
tumbuhan diberikan melalui media agar, yaitu meliputi unsur makro (yang
diberikan dalam jumlah besar) berupa karbon, hydrogen oksigen, nitrogen, fosfor,
kalium, kalsium, sulfur, dan magnesium. Unsur mikro (yang diberikan dalam
jumlah sedikit, akan tetapi harus tersedia) seperti klor, mangan, besi, tembaga,
seng, bron dan molybdenum.
media meliputi: gula, mioinositol, vitamin, asam-asam amino, dan zat pengatur
tumbuh dan gula sebanyak 2% - 5 % sebagai sumber karbon (Hendaryono dan
Wijayani, 1994).
Kultur jaringan mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan
perbanyakan vegetative secara konvensional. Keuntungan tersebut antara lain:
dapat dibentuk senyawa bioaktif dalam kondisi terkontrol dan waktu yang relatif
lebih singkat, bebas dari kontaminasi mikroba, setiap sel dapat diperbanyak untuk
menghasilkan senyawa metabolit sekunder tertentu, pertumbuhan sel dan proses
metabolismenya dapat diatur secara rasional, tidak tergantung kepada kondisi
lingkungan seperti keadaan geografis, iklim, dan musim (Dahana, 2007).
Karbohidrat digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena
umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan
mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan
membutuhkan karbohidrat yang cukup sebagai sumber energi.
Hasil-hasil penelitian di berbagai bidang kesehatan telah membuktikan
bahwa konsumsi produk-produk kedelai berperan penting dalam menurunkan
resiko terkena berbagai penyakit degeneratif. Ternyata, hal tersebut salah satunya
disebabkan adanya zat isoflavon dalam kedelai. Isoflavon merupakan faktor kunci
dalam kedelai sehingga memiliki potensi memerangi penyakit tertentu.
Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan
membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Protein kedelai telah terbukti
mempunyai efek menurunkan kolesterol, yang dipercaya karena adanya
isaoflavon di dalam protein tersebut. Studi epidemologi juga telah membuktikan
bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai,
memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah. Isoflavon
kedelai juga terbukti, melalui penelitian in vitro dapat menghambat enzim tirosin
kinase, oleh karena itu dapat menghambat perkembangan sel-sel kanker dan
angiogenesis. (Alrasyid,2007). ,
Selain pada kedelai isovlavon juga ditemukan pada bengkoang penelitian ini
merupakan
(2006) pada kalus Pachyrhizus erosus dengan perlakuan 20% glukosa pada media
MS pada bengkoang menghasilkan kalus ,dengan kandungan isoflafon yang lebih
banyak pada kalus Bengkoang.
tanaman bengkoang
Pada penelitian ini dicoba sumber karbohidrat dari fruktosa yang
dibandingkan dengan glukosa dalam menghasilkan isoflavon yang lebih baik.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan isoflavon pada kalus
bengkong (Pachyrhizus erosus) dengan penambahan konsentrasi fruktosa pada
media MS (Murashige and Skoog) dan media VW (Vacin and Went) secara
invitro.
1.3. Hipotesa
1. Diduga dengan penambahan fruktosa 20% mampu menghasilkan kualitas dan
kuantitas kalus lebih baik.
2. Diduga dengan penambahan fruktosa 20% mampu menghasilkan kandungan
isoflavon terbaik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom
: Plantae
Division
: Spermathopyta
Sub Diviso
: Angiospermae
Class
: Dialypetalae
Ordo
: Rosales
Genus
: Pachyrhizus
Spesies
: Pachyrhizus erosus
bunganya dengan jumlah 4-11 bunga per tangkai. Merupakan bunga sempurna
dengan panjang tangkai antara 8-45 cm, bunga berwarna putih campuran biru.
Biji bengkoang sangat spesifik, warnanya hijau tua sampai coklat atau coklat
kemerahan. Bagian akar dari bengkoang terdiri dari peridermis berwarna putih
atau hitam kecoklatan dan daging buahnya berwarna putih segar, mengandung
tepug ( Dahana, 2007 ).
2.3 Manfaat Tanaman Bengkoang
Efek farmakologis tanaman Bengkoang adalah manis, dingin, sejuk
dan berkhasiat mendinginkan. Kandungan vitamin B1 dan vitamin C dalam
bengkoang dapat mengobati penyakit sariawan. Sedangkan kandungan Posfor
dan Kalsium dalam saripati bengkoang mempunyai efek mendinginkan kulit
sehingga banyak diolah untuk keperluan kosmetik (Anonymous, 2004(a))
2.4 Kandungan Isoflavon
Isoflavonoid adalah senyawa 15 karbon yang mirip seperti flavonoid
hanya saja cincin B pada isoflavonoid tertempel pada atom karbon posisi
ketiga pada cincin karbon di tengah. Isoflavonoid terutama terdapat pada
anggota Papilionoideae, seperti kedelai (Glycine max) dan klover (Trifolium
spp).(Anonymous, 2011(b))
Tanaman Bengkoang juga mempunyai kandungan senyawa isoflavon.
Senyawa isoflavon adalah salah satu senyawa golongan senyawa metabolit
sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan khususnya dari
golongan Legumineceae
isoflavon tersebut
pada
umumnya
berupa
senyawa
AA
Trikarboksilat
Acetyl Co A
Isoflavon
mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan akan lebih
besar prosentase keberhasilanya bila menggunakan jaringan meristem.
Jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri dari sel-sel yang aktif
2.5.4
10
Kebutuhan (mg/l)
1900.000
NH4NO3
1650.000
CaCl2.2H2O
440.000
MgSO4.7H2O
370.000
KH2PO4
170.000
22.300
ZnSo4.7H2O
8.600
H3BO3
6.200
Kl
0.830
CuSO4.5H2O
0.025
NaMoO4.2H2O
0.250
CaCl2.6H2O
0.025
FeSO4.7H2O
27.800
NaEDTA.2H2O
37.300
3. Vitamin
Mio-inositol
100.000
Thamin HCl
0.100
Nikotinik acid
0.500
Piridoksin HCl
0.500
Glisin
2.000
4. Karbohidrat
11
BAHAN
KEBUTUHAN ( mg / L )
500
525
250
250
KNO3
MgSO4.7H2O
KH2PO4
2
28,0
7,5
Karbohidrat
Glukosa
12
13
14
merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Fruktosa
adalah polihidroksi keton dengan 6 atom karbon. Fruktosa merupakan isomer dari
glukosa keduanya memiliki rumus molekulyang sama (C6H12O6) namun memiliki
struktur yang berbeda.(Anonymous, 2014(c))
Membentukan Kalus
Keberhasilan kultur jaringan salah satunya adalah ditandai dengan
terjadinya kalus.
15
yang
tepat
dapat
menginduksi
pembelahan
sel
dan
16
Peningkatan
tersebut terjadi hingga titik konsentrasi tertentu, oleh karena itu penambahan
gula kendala media di lakukan pada konsentrasi yang tepat (Hendaryono dan
Wijayanti,2006).
17
18
BAB III
BAHAN DAN METODE
19
a. Bahan
Bahanbahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplan
daun muda bengkoang (P. erosus), media MS (tabel 1), media VW (tabel 2),
air kelapa, glukosa, fruktosa, alkohol 90%, aquades, agar-agar, Clorox,
spirtus, tissue, betadine, 2,4 D dan kinetin
b. Alat
Peralatan yang dibutuhkan selama penelitian antara lain:
1. Timbangan Sartorius, untuk menimbang bahan bahan yang dibutuhkan.
2. Autoclave, untuk mensterilkan alat alat yang terbuat dari gelas.
3. Oven , untuk mensterilkan botol-botol kultur.
4. pH meter, untuk mengatur derajat keasaman media tanam sehingga dapat
diselesaikan dengan kebutuhan Kultur Jaringan.
5. Laminar Air Flow, sarana untuk penanaman eksplan ke botol kultur dalam
kondisi aseptic.
6. Tempat Pendingin, untuk menyimpan garam-garam anorganik makro
maupun mikro, bahan organik dan hormon yang sifatnya mudah rusak jika
terkena panas.
7. Pinset, utuk mengambil dan memasukkan eksplan kedalam botol kultur.
8. Skapel, untuk memotong eksplan yang digunakan sebagai bahan tanam.
20
9. Alat-alat dari gelas, seperti erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, labu lilin,
cawan petri, spatula dan botol kultur.
10. AC (Air Conditioner), untuk mengatur suhu dalam ruangan pengkulturan.
11. Rak- rak tabung kultur
= 20% glukosa
F1
= 20% fruktosa
F2
= 25 % fruktosa
F3
= 30 % fruktosa
M2
Kualitas Kalus
Diamati dengan interval 1 mnggu sekali secara visual dengan
menggunakan scoring:
1
2
3
22
Bengkoang
dimana
tunas
daun
ini
mempunyai
sifat
3.5.4 Penanaman
Eksplan dari tunas daun muda bengkoang disterilkan dengan
hipoklorit 20 % ditambah tween 20 1 tetes selama 5 menit, dilanjutkan
hipoklorit 10 % ditambah tween 20 1 tetes selama 10 menit dan
hipoklorit 5 % selama ditambah tween 20 1tetes selama 20 menit.
Kemudian dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali.
Adapun cara penanaman eksplan ke dalam botol kultur adalah
sebagai berikut :
a. LAF sebelum digunakan terlebih dahulu disemprot dengan alcohol
70 % dan lampu UV dinyalakan + 1 jam.
b. Bahan dan alatalat yang akan digunakan dimasukkan kedalam LAF.
c. Sebelum dilakukan penanaman eksplan, peralatan tanam disterilkan
diatas api busen.
d. Bahan eksplan dari tunas daun muda bengkoang diletakkan di Petridis
dan dipotong dengan ukuran 0,5 cm dengan menggunakan pinset dan
scapel. Sebelumnya eksplan di sterilkan dengan hipoklorit 20%,10%,
dan 5%.
23
e. Bahan
tanam/eksplan
yang
sudah
dipotongpotong
kemudian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kuantitas
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap, parameter kuantitas kalus secara
visual dengan interval satu seminggu sekali sampai umur 70 hari setelah tanam
menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan terhadap faktor konsentrasi fruktosa
dan media (lampiran 9-17)
Tabel 3. Rata-rata pengaruh pemberian glukosa dan fruktosa, pada media VW
dan MS terhadap kuantitas kalus pada berbagai umur pengamatan
(hari setelah tanam).
PERLAKUAN
Umur (HST)
7
F0MI
(20% glukosa)
F0M2
(20% glukosa)
F1M1
(20%
fruktosa)
F1M2
(20%
fruktosa)
1,0
0
1,0
0
1,0
0
1,0
0
14
21
c
1,00
2,4
28
1,00
2,27
3,47
2,33
3,07
2,4
1,33
1,87
1,33
1,87
35
42
3,00
4,13
3,00
bc
3,47
49
3,00
4,20
3,00
cd
56
63
70
4,00
4,00
4,38
ab
4,91
5,00
5,00
3,83
4,17
4,37
4,35
4,80
4,80
3,00
4,48
3,00
ab
4,00
4,00
24
F2M1
1,0
(25%
fruktosa)
F2M2
(25%
fruktosa)
F3M1
(30%
fruktosa)
F3M2
(30%
fruktosa)
LSD 5%
0
1,0
0
1,0
0
1,0
0
2,00
1,80
1,80
1,73
2,00
1,80
1,80
TN
3,07
bc
3,47
3,33
ab
3,87
3,13
2,73
1,73
2,87
cd
4,00
ab
4,00
ab
4,22
3,82
3,53
bc
4,06
4,31
4,58
4,60
4,86
4,86
5,00
3,39
4,08
4,38
4,55
3,91
4,31
4,63
4,83
5,00
TN
TN
TN
dalam media tumbuh , kecuali dalam media untuk tujuan khusus. Perkembangan
pemilihan jenis karbohidrat yang dimulai tahun 1946 oleh Guatheret dengan
membandingkan jenis-jenis gula dalam media kultur jaringan seperti halnya fruktosa.
Menurut Rahmawati (2006) fruktosa merupakan monosakarida sehingga cepat di
serap oleh sel dan segera mengalami glikolisis sehingga mempercepat pertumbuhan
kalus. pada umumnya pertumbuhan dan perkembangan sel eksplan in vitro akan
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi gula. Peningkatan tersebut
25
terjadi hingga titik konsentrasi tertentu, oleh karena itu penambahan gula kedalam
media dilakukan pada konsentrasi yang tepat (Hendaryono dan Wijayanti, 2006).
4.2 Kualitas
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap, parameter kualitas kalus secara
visual dengan interval satu minggu sekali sampai umur 70 hari setelah tanam, perlu
diketahui mulai umur 7-21 hst data pengamatan tidak berbeda nyata sehingga tidak
dilakukan analisis ragam sedangkan mulai umur 28 hst pengamatan menunjukan
perubahan hasil pada pengamatan parameter kualitas sehingga dilakukan analisis
ragam. Hal ini setelah dilakukan analisis menunjukkan bahwa diduga nyata pada
interaksi pengamatan umur 35 hst. Hal ini pada pertumbuhan eksplan umur tertentu
media digunakan untuk pembelahan sel tapi pada umur yang lain dimaksimalkan
untuk pembentukan metabolit sekunder (lampiran 18-26)
Tabel 4. Rata-rata Pengaruh Pemberian Glukosa dan Fruktosa, pada Media
MS dan VW terhadap Kualitas Kalus pada berbagai Umur
Pengamatan.
PERLAKUA
N
Umur (HST)
7
14
21
28
1,00
1.00
1.00
1,27
1,00
1.33
1,73
2,47
1,00
1.00
1.00
1,20
1,00
1.00
1.73
2,13
ab
1,00
1.00
1.47
2,20
ab
1,00
1.00
1,80
2,13
ab
1,00
1.00
1,00
2,00
1,00
1.00
1,07
1,87
FOMI
35
(20% glukosa)
F0M2
(20% glukosa)
F1M1
(20%fruktosa)
F1M2
(20%fruktosa)
F2M1
(25%fruktosa)
F2M2
(25%fruktosa)
F3M1
(30%fruktosa)
F3M2
(30%fruktosa)
2,00
3,00
2,00
2,47
2,60
3,00
2,07
2,50
bc
42
49
2,0
2,8
3,0
3,0
0
2,0
0
2,0
0
3,0
0
3.0
0
3,0
0
3,0
0
3,0
0
3,0
0
2,5
0
3,0
0
3,0
0
3,0
56
63
70
2,80
3.00
3.00
3,00
3.00
3.00
3,00
3.00
3.00
3,00
3.00
3.00
2,83
3.00
3.00
3,00
3.00
3.00
3,00
3.00
3.00
3,00
3.00
3.00
26
LSD 5%
TN
TN
TN
TN
TN
TN
TN
27
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
kandungan (%)
0.05
0
Perlakuan
hasil
28
akan
digunakan
oleh
sel
untuk
memproduksi
metabolit
sekunder.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian kajian kandungan isoflavon pada kalus Bengkoang (P erosus)
dengan penambahan fruktosa pada media MS dan VW secara in vitro terhadap
parameter melalui kuantitas, kualitas dan analisis metabolit sekunder dengan
penambahan berbagai konsentrasi fruktosa adalah sebagai berikut:
1. Pada perlakuan media VW terhadap glukosa 20% (F0M2), Fruktosa 25 %
(F2M2), Fruktosa 30% (F3M2) menghasilkan kuantitas kalus lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
2. Semua perlakuan penambahan karbohidrat pada eksplan Bengkoang
(P. erosus) membentuk kualitas kalus yang friabel.
3. Perlakuan penambahan 25 % konsentrasi fruktosa pada media MS (F2M1)
menghasilkan kandungan isoflavon lebih tinggi.
5.2 Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan pemberian jenis karbohidrat
yang lain (selain fruktosa) terhadap kalus Bengkoang (P. erosus ) hingga dapat
29
DAFTAR PUSTAKA
Aitana, 2009. Kajian Kandungan Isoflavon dengan Penambahan Sukrosa pada Kalus
Bengkoang (Pachyrhizus erosus). Fakultas Bahasa dan Sains Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya. Surabaya
Alrasyid, 2007. Peranan Isoflavon Tempe Kedelai, Fokus pada Obesitas dan
Komorbid.https://www.google.com/search?
es_sm=122&q=jurnal+penelitian+tentang+isoflavon&spell=1&sa=X&ei=wX
qiVIb0CcqeugTAloDwCQ&ved=0CBsQBSgA. Diakses tanggal 30 Desember
2014
Anonymous(a), 2004. http: // Tanaman bengkoang.blogspot.com. pengertiantanaman- bengkoang. diakses tanggal 16 Oktober 2014
(b), 2011. anekatumbuhanherbal.blogspot.com/2011/08/manfaatkedelai- isoflavon-senyawa-multi.html. Diakses tanggal 16 februari 2015
(c), 2014.http://habibana.staff.ub.ac.id/files/2014/08/3.FRUKTOSA.pdf. Diakses tanggal 16 februari 2015.
Arijanti, S. 2002. Diklat Kultur Jaringan. Surabaya.
30
31
32
33
34
35
36
Squares
3.718a
72.802
.285
1.042
2.392
.640
df
7
1
3
1
3
16
77.160
24
4.358
23
Mean Square
.531
72.802
.095
1.042
.797
.040
F
13.280
1820.042
2.375
26.042
19.931
Sig.
.000
.000
.108
.000
.000
Squares
3.718a
72.802
.285
1.042
2.392
.640
Df
7
1
3
1
3
16
77.160
24
4.358
23
Mean Square
.531
72.802
.095
1.042
.797
.040
F
13.280
1820.042
2.375
26.042
19.931
Sig.
.000
.000
.108
.000
.000
37
Squares
3.945a
200.682
.845
2.042
1.058
.933
df
7
1
3
1
3
16
205.560
24
4.878
23
Mean Square
.564
200.682
.282
2.042
.353
.058
Sig.
9.661
3440.257
4.829
35.000
6.048
.000
.000
.014
.000
.006
Squares
3.460a
285.660
.727
2.160
.573
.880
df
7
1
3
1
3
16
290.000
24
4.340
23
Mean Square
.494
285.660
.242
2.160
.191
.055
F
8.987
5193.818
4.404
39.273
3.475
Sig.
.000
.000
.019
.000
.041
38
Squares
5.056a
340.582
1.322
2.338
1.397
.420
df
7
1
3
1
3
16
346.058
24
5.476
23
Mean Square
.722
340.582
.441
2.338
.466
.026
Sig.
27.511
12972.493
16.785
89.034
17.731
.000
.000
.000
.000
.000
Squares
7.928a
368.167
2.368
4.507
1.054
.320
df
7
1
3
1
3
16
376.415
24
8.248
23
Mean Square
1.133
368.167
.789
4.507
.351
.020
F
56.631
18408.33
39.458
225.333
17.569
Sig.
.000
.000
.000
.000
.000
39
Squares
3.627a
452.923
.547
2.912
.168
.846
Total
7
1
3
1
3
16
457.396
24
4.473
23
Corrected Total
a.
Df
Mean Square
.518
452.923
.182
2.912
.056
.053
Sig.
9.798
8565.241
3.448
55.070
1.057
.000
.000
.042
.000
.395
df
Mean Square
Sig.
.417
11.062
.000
496.223
496.223
13159.510
.000
.067
.022
.591
.630
2.594
2.594
68.787
.000
f*m
.259
.086
2.292
.117
Error
.603
16
.038
Total
499.747
24
3.523
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
a.
2.920
40
df
Mean Square
Sig.
1.670a
.239
16.364
.000
531.383
531.383
36437.671
.000
.191
.064
4.369
.020
1.446
1.446
99.120
.000
f*m
.034
.011
.773
.526
Error
.233
16
.015
Total
533.286
24
1.904
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
df
Mean Square
Sig.
.042
6.250
.001
26.042
26.042
3906.250
.000
.125
.042
6.250
.005
.042
.042
6.250
.024
f*m
.125
.042
6.250
.005
Error
.107
16
.007
Total
26.440
24
.398
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
.292
41
df
Mean Square
Sig.
Corrected Model
2.873
.410
7.244
.001
Intercept
43.740
43.740
771.882
.000
1.087
.362
6.392
.005
1.307
1.307
23.059
.000
f*m
.480
.160
2.824
.072
Error
.907
16
.057
Total
47.520
24
3.780
23
Corrected Total
a.
df
Mean Square
Sig.
Corrected Model
4.265a
.609
11.424
.000
Intercept
87.402
87.402
1638.781
.000
.765
.255
4.781
.015
1.402
1.402
26.281
.000
f*m
2.098
.699
13.115
.000
Error
.853
16
.053
Total
92.520
24
5.118
23
Corrected Total
42
df
Mean Square
Sig.
3.546a
.507
52.863
.000
144.550
144.550
15083.522
.000
1.198
.399
41.667
.000
1.984
1.984
207.000
.000
f*m
.365
.122
12.681
.000
Error
.153
16
.010
Total
148.250
24
3.700
23
Corrected Model
[Intercept
Corrected Total
Df
Mean Square
Sig.
4.500a
.643
181.500
181.500
1.500
.500
1.500
1.500
f*m
1.500
.500
Error
.000
16
.000
Total
186.000
24
4.500
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
43
df
Mean Square
Sig.
4.143a
.592
227.286
.000
182.878
182.878
70225.000
.000
1.383
.461
177.000
.000
1.378
1.378
529.000
.000
f*m
1.383
.461
177.000
.000
Error
.042
16
.003
Total
187.063
24
4.185
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
df
Mean Square
Sig.
2.164a
.309
23.743
.000
196.940
196.940
15125.000
.000
.862
.287
22.067
.000
.440
.440
33.800
.000
f*m
.862
.287
22.067
.000
Error
.208
16
.013
Total
199.313
24
2.372
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
44
df
Mean Square
Sig.
.000a
.000
216.000
216.000
.000
.000
.000
.000
f*m
.000
.000
Error
.000
16
.000
Total
216.000
24
.000
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
b.
df
Mean Square
Sig.
.000a
.000
216.000
216.000
.000
.000
.000
.000
f*m
.000
.000
Error
.000
16
.000
Total
216.000
24
.000
23
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
45
46