Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FTS OT

METABOLIT SEKUNDER FLAVONOID

Disusun Oleh :

Nur Atikah Aslamiyah


I1021171079

Dosen Pengampu : Andhi Fahrurroji, M.Sc., Apt.

NIP : 198408192008121003

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. iii
PENDAHULUAN .................................................................................. 1

a. Latar Belakang .................................................................. 1

PEMBAHASAN ................................................................................... 3

a. Karakteristik umum flavonoid ............................................. 3

b. Tanaman yang mengandung Flavonoid............................... 12

1. pare................................................................................. 12

2. Benalu mangga............................................................... 13

3. Daun Kembang bulan..................................................... 13

4. Cengkeh ......................................................................... 14

5. Daun Trembesi............................................................... 14

6. Temu ireng..................................................................... 14

7. Teh Hijau........................................................................ 15

c. Identifikasi masalah flavonoid............................................. 15

d. Pengatasan Masalah Fisikokimia Sediaan Atau Desain..... 15

e. Standarisasi golongan senyawa Flavonoid........................ 16

1. Metode Ekstraksi Senyawa Flavonoid............................. 16

2. Metode Identifikasi Senyawa Flavonoid......................... 18

f. Aktivitas Farmakologis Flavonoid........................................... 19


DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Flavonoid ................................................................ 6


Gambar 2. Struktur Flavon...................................................................... 9
Gambar 3. Struktur Flavonol................................................................... 9
Gambar 4. Struktur Flavanon.................................................................. 10
Gambar 5. Struktur Isoflavon.................................................................. 11
Gambar 6. Struktur khalkon ................................................................... 11
Gambar 7. Struktur Antosianidin............................................................ 12

iii
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang terkenal akan kekayaan

alamnya, yang mana memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dapat berkhasiat

sebagai obat. Oleh karena itu dilakukanlah berbagai macam penelitian dan pengujian

agar khasiat tumbuhan sebagai obat tersebut dapat bersifat lebih rasional dan

dipercaya di kalangan masyarakat (Wahyulianingsih, 2016). WHO juga

memperkirakan hampir 75% dari seluruh masyarakat dunia memiliki metode

pengobatan dengan obat-obat herbal. Konsep back to nature menjadi pendorong

penggunaan bahan alam baik didunia kesehatan bahkan kecantikan (Sari,2016)

Penggunaan bahan alam dikarenakan adanya kandungan metabolit sekunder

di dalam tanaman. Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam

mengalami kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin

aromatic. Bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak

abad ke-19. Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang

dianggap sudah usang. Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh

seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan

ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita

pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986)

menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum

anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler

subkutan.

Setiap senyawa memiliki keunggulan dari segi manfaat maupun sifat fisika dan

kimianya namun disisi lain juga memiliki kelemahan seperti flavonoid ini mempunyai

kelarutan terbatas dan kestabilannya buruk sehingga akan mempengaruhi

bioavaibilitas di dalam darah. Hal ini akan membuat kandungan senyawa dalam obat

menjadi kurang berefek bahkan tidak memiliki efek terapi lagi. Oleh karena itu,

4
Pengelolaan sediaan obat harus lebih dikaji dan disesuaikan dengan sifat fisik dan

kimia suatu senyawa obat. Salah satu contoh cara agar kandungan kuersetin dari

golongan senyawa flavonoid tetap dapat dimanfaatkan yaitu dibuat dalam bentuk

tablet apung. . Tujuannya untuk mempertahankan agar kuersetin tetap berada di

lambung dan mencegah proses penguraian karena pengaruh pH medium basa

terhadap kuersetin, menjamin kuersetin terlepasan dari sediaan di lambung (Hanum,

2011).

5
PEMBAHASAN

a. Karakteristik Umum Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling banyak

tersebar luas di alam, sekitar 5-10% metabolit sekunder adalah flavonoid, terdapat

pada semua bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji).

Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan warna kuning

yang ditemukandidalam tumbuh-tumbuhan. Dikenal juga sebagai vitamin P atau

Citrin. Flavonoid memiliki aktivitas anti oksidan didalam tubuh sehingga disebut

bioflavonoid. Banyak kondisi penyakit yang diketahui bertambah parah oleh

adanya radikal bebas dan flavonoid memiliki kemampuan untuk menghilangkan

pengoksidasi yang merusak ini (Djamal, 2009) (Yusliani., E., R. 2018).

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar di alam.

Banyaknya senyawa flavonoid ini karena banyaknya jenis tingkat hidroksilasi,

alkoksilasi dan glikosilasi pada strukturnya. Flavonoid mempunyai kerangka dasar

karbon yang terdiri dari 15 atom karbon dimana 2 cincin Benzene (C6) terikat pada

suatu rantai propane (C3) sehingga bentuk susunan C6 - C3 - C6 . Senyawa-

senyawa flavonoid terdiridari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari

rantai propane darisystem 1,3- diarilpropana 6 jenis flavonoid utama yaitu

antocyanidins, flavanol, flavanones, flavones, flavonols dan isp flavons (Yusliani.,

E., R.2018).

Gambar 1. Struktur Flavonoid

6
Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan tumbuhan telah

diidentifikasi, diantaranya senyawa antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin

(dari bahasa Yunani anthos=bunga, kyanos, biru tua) adalah pigmen berwarna

yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini

juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain, misalnya buah tertentu, batang,

daun dan bahkan akar. Flavonoid sebagian besar terhimpun dalam vakuola sel

tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola (Julianto, 2019).

Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia

senyawa fenol, yaitu :

1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.

2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.

3. Sebagai antibakteri, karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat

menyebabkan rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari

dinding sel bakteri.

4. Sebagai antioksidan, dimana kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi

antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus hidroksil memiliki

peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas menyingkirkan radikal bebas.

Adapun klasifikasi dari golongan senyawa flavonoid sebagai berikut (Arifin,

2018) :

Klasifikasi Kandungan Sumber Utama

Flavonol kuercetin, rutin, Apel, teh, tomat, anggur


kaemperol, mirisetin, merah, cerry, bawang,
isokuersetin, pachipodol, brokoli, buah peel, letus,
ramnazin gandum, asam citrus,
mangga

flavanonol Taxifolin Jeruk asam, lemon

7
Isoflavon Diadzein, formononetin, Soya bean dan legum
genistein, glycetein

Flavon Apigenin, chrisin, luteolin, Daun peterseli, timi


tangeritin

Flavanon Naringenin, paretin, Jeruk bali, orange


homeriodicitol,
hesperidin, fisetin,
naringin

a. Flavonol dan Flavon

Flavonol banyak tersebar dalam tumbuhan baik sebagai pigmen antosianin

dalam petal maupun dalam daun tumbuhan tingkat tinggi. Flavonol umumnya

terdapat dalam bentuk glikosida dalam bentuk umum seperti kaemferol, kuersetin

dan mirisetin. Rutin adalah jenis glikosida kuersetin yang paling banyak ditemui.

Perbedaan antara flavon dan flavonol adalah pada flavon tidak ditemukannya

gugus hidroksil pada atom C-3. Flavon yang sering dijumpai adalah apigenin dan

luteolin. (Koirala dkk, 2014) .

Struktur flavon sendiri terdiri dari ikatan rangkap antara posisi 2′dan 3′,

serta memiliki keton pada posisi 4. Sebagian besar flavon memiliki gugus hidroksil

pada posisi 5. Tanaman yang banyak mengandung flavon diantaranya adalah

seledri, kamomil, daun mint, dan ginkgo biloba (Panche et al., 2016).

Flavonoid ini secara signifikan banyak ditemukan pada beberapa bagian

tanaman seperti buah dan sayuran yang berperan sebagai neurotrophin dalam

mamalia, mengurangi angiogenesis, zat antioksidan, resistensi terhadap

perubahan morfologi penuaan. Selain itu, dapat mengurangi kemungkinan

penyakit neurodegenerative yang disebabkan oleh ROS via meningkatkan tingkat

8
glutathione seluler. Selanjutnya, 7,8-DHF terbukti memiliki sifat vasorelaxing dan

antihipertensi yang menunjukkan penggunaannya dalam pengobatan penyakit

kardiovaskular. 7,8-dihidroksiflavon (flavon) dan metilasinya memiliki efek

sitoprotektif melawan stres oksidatif (Koirala dkk, 2014) .

Gambar 2. Struktur flavon

Gambar 3. Struktur Flavonol

Kuersetin adalah salah satu flavonol terbaik. Kuersetin ditemukan di

banyak buah dan sayuran tapi juga banyak terdapat pada bawang merah, apel

merah, anggur merah, teh, cranberry, kangkung, paprika dan brokoli. Studi pada

teh hijau dan hitam menunjukkan kandungannya sekitar 200 mg / cangkir teh.

Kuersetin, telah mendapat banyak perhatian dalam hal ini karena kuersetin juga

mewakili subkelas flavonol yang menunjukkan nutrisi dan sifat farmasinya. Struktur

cincin dan konfigurasi aglyconnya dari kelompok hidroksil, menjadikannya salah

satu dari flavonoid yang paling ampuh dalam hal kemampuan antioksidan.

Kuersetin telah menunjukkan kemampuan untuk mencegah oksidasi low-density

lipoprotein (LDL) dengan menangkal radikal bebas dan ion-ion transisi sehingga

9
kuersetin membantu dalam pencegahan penyakit tertentu, seperti kanker,

aterosklerosis, dan peradangan kronis, yang umumnya disebabkan oleh adanya

ikatan rangkap pada flavon cincin aromatik pusat yang ditandai oleh struktur

planar.

b. Flavanon

Flavanon adalah senyawa yang tanberwarna yang tak dapat dideteksi

pada pemeriksaan kromatografi kecuali bila menggunakan penyemprot kromogen.

Flavanon dan Calkon adalah dua jenis flavonoid yang isomerik dan jenis yang satu

mudah diubah menjadi jenis yang lain. Falvanon biasanya lebih mudah terbentuk

dalam suasana asam sedangkan calkon lebih mudah didapatkan dalam suasana

basa (Arifin, 2018).

Gambar 4. Struktur Flavanon

c. Isoflavon

Isoflavonoid adalah subgrup flavonoid yang sangat khas yang terjadi

secara signifikan pada kedelai dan tanaman polongan lainnya. Mereka ditemukan

memainkan peran penting sebagai prekursor perkembangan phytoalexin selama

interaksi mikro tanaman. Beberapa isoflavon seperti daidzein memberikan warna

biru muda dengan sinar UV bila diuapi amonia tapi genistein tampak seperti

bercak lembayung pudar yang dengan amonia berubah menjadi coklat pudar

(Arifin, 2018).

10
Gambar 5. Struktur Isoflavon

d. Khalkon

Merupakan flavonoid yang unik karena dibedakan dengan tidak adanya

cincin aromatik Cyang merupakan basis rangka dari flavonoid itu sendiri.

Senyawa kalkon diantaranya adalah phloridzin, arbutin, phloretin, dan

chlarconaringenin (Panche etal., 2016).

Gambar 6. Struktur Khalkon

e. Antosianidin

Merupakan pigmen yang bertanggung jawab terhadap warna pada

tumbuhan. Antosianidin ini banyak ditemukan pada kokoa, sereal, kacang-

kacangan, madu, teh dan beri-berian (Brodowska, 2017; Panche et al., 2016).

11
Gambar 7. Struktur Antosianidin

b. Tanaman yang mengandung Flavonoid

Flavonoid ditemukan pada tanaman, yang berkontribusi memproduksi

pigmen berwarna kuning, merah, oranye, biru, dan warna ungu dari buah, bunga,

dan daun (Arifin, 2018)).

Berikut contoh tanaman yang mengandung flavonoid dan digunakan

sebagai obat tradisional :

1. Pare

Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman yang tidak

asing bagi masyarakat Indonesia, karena buahnya sering digunakan sebagai

sayuran atau lalapan. Kandungan kimia daun pare yaitu alkaloid, flavonoid,

saponin, dan tanin yang dapat digunakan sebagai antioksidan, antimikroba,

antidiabetes, antitumor, dan antilepra. Tanaman ini telah dilakukan penelitian

bahwa adanya kemampuan dari ekstrak flavonoid dari daun pare (Momordica

charantia L.) dalam menurunkan kadar glukosa dan konsentrasi maksimal dari

ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa serta variasi dari

variabel ekstraksi gelombang mikro untuk memperoleh hasil ekstrak yang

optimal. Konsentrasi ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa

adalah 160 ppm dengan penurunan 50,38%. Jenis flavonoid dalam daun pare

12
(Momordica charantia L.) yang dapat menurunkan kadar glukosaadalah 5, 3’,

4’-trihidroksi flavonol (Mutiara, 2014).

2. Benalu Mangga

Benalu merupakan tumbuhan parasit yang pada awalnya dianggap tidak

bermanfaat ternyata berpotensi sebagai obat berbagai penyakit. Tumbuhan

benalu mengandung senyawa flavonoid cukup tinggi 9,8 mg/g, 25,8 mg/g

hingga 39,8 mg/g (Sri et all. 2010). Benalu digunakan masyarakat sebagai

obat antara lain digunakan untuk mengobati sakit pinggang, penghentian

pendarahan setelah melahirkan, obat batuk (antitusif), untuk pengobatan

gondong (parotitis), TBC, kulit dengan pembesaran kelenjar getah bening

(skrofuloderma), sakit kuning, sukar buang air besar (sembelit), disentri,

cacingan, cacar air, diare, liver, kencing nanah, mimisan, anti inflamasi,

bengkak, berak darah, reumatik (leukore), luka karena infeksi bakteri, diuretik,

anti diabetes, mumulihkan ogan dalam tubuh yang mengalami luka,

memperbaiki kontraksi otot reumatik, penawar racun, ginjal, anti virus (Flu,

HIV), imunostimulan, antioksidan (Sari, 2016). Penelitian sari, 2016

membuktikan bahwa dari isolasi senyawa flavonoid tumbuhan benalu mangga

(Dendropthoe petandra Miq) diperoleh Kristal flavonoid berbentuk serbuk

amorf sebanyak 267,14, dari hasil analisa kromatografi kertas dua dimensi, uji

reaksi warna dan hasil analisa spectrum UV diduga adalah golongan isoflavon

yaitu afrormoksin dan tektorigenin.

3. Daun Kembang Bulan

Tanaman kembang bulan berkhasiat sebagai obat diabetes, malaria dan

penyakit infeksi lain. Pada penelitian sebelumnya, berdasarkan hasil

pemeriksaan skrining fitokimia ekstrak daun kembang bulan menunjukkan

hasil bahwa kaya akan kandungan senyawa kimia golongan alkaloid, tanin,

dan flavonoid. Selain itu juga ditemukan 14 golongan flavonoid, dan gula pada

13
daun kembang bulan (Puspitasari,2011). Senyawa flavonoid yang diperoleh

dari hasil pemisahan ekstrak daun kembang bulan dengan kromatografi lapis

tipis adalah 5,7,8,3’,4’- pentahidroksiflavonol atau 5,6,7,3’,4’-

pentahidroksiflavonol (Zirconia,2015).

4. Cengkeh

Cengkeh merupakan tanaman rempah yang sejak lama digunakan dalam

industri rokok kretek, makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan di atas adalah bunga, tangkai bunga

dan daun cengkeh. Penggunaan cengkeh untuk keperluan lain diantaranya

sebagai bahan anestesi untuk ikan dan pemberantasan hama dan penyakit

tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa ekstrak etanol

daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry) memiliki kadar

flavonoid total sebesar 73,08 mgRE/g ekstrak dengan persentase 7,308%

(Wahyulianingsih, 2016).

5. Daun Trembesi

Bahan alami yang mengandung metabolit sekunder yang aktif sebagai

antijamur adalah daun trembesi. Analisis fitokimia pada ekstrak daun trembesi

positif mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac glycosides,

memiliki kandungan antimikrobia terhadap Escherichia coli, Staphylococcus

aureus, Candila albican, dan Xanthomonas (Nuroniah dan Kosasih, 2010).

Penelitian Sariningsih menunjukkan bahea adanya aktivitas senyawa flavonoid

dari ekstrak daun trembesi (Samanea saman (Jacq.)Merr) dalam

mengendalikan pertumbuhan jamur patogenFusarium sp.pada tanaman buah

naga (Sariningsih, 2015).

6. Temu Ireng

14
Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) merupakan salah satu dari sekian

tanaman obat tradisional yang ada di Indonesia yang diketahui mengandung

flavonoid. Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) merupakan salah satu dari

sekian tanaman obat tradisional yang ada di Indonesia yang diketahui

mengandung flavonoid. Berdasarkan penelitian (Sari, 2016) Ekstrak temu ireng

mengandung flavonoid dengan kadar tertinggi 3,5 % massa.

7. Teh hijau

Teh hijau mulai berkembang dan diminati masyarakat karena sebagian

masyarakat sudah mulai menyadari pola hidup yang sehat. Menurut

International Tea Committee (ITC), dalam hal konsumsi teh hijau, Indonesia

menempati posisi ke-4 di antara negara-negara di dunia. Manfaat teh terhadap

kesehatan berhubungan dengan sifat antioksidan dan aktivitas penghambatan

radikal bebas dari teh yang kaya akan kandungan fenolik dan flavonoid

(Komes et al., 2010).

c. Identifikasi masalah pada flavonoid

Flavonoid secara umum memiliki kelemahan yaitu kelarutannya terbatas

dan stabilitas yang buruk sehingga biavaibilitasnya didalam darah rendah.salah

satu contohnya yaitu kuersetin dimana merupakan bagian dari flavonoid yang

ditinjau dari sifat fisikokimianya, senyawa ini praktis tidak larut dalam air. Kuersetn

tergolong obat yang bersifat narrow absorbtion windows (Kakran et.al, 2012).

Selain memiliki kelarutan yang rendah, flavonoid tidak stabil terhadap pengaruh

cahaya, oksidasi dan perubahan kimia. Karena itu, apabila teroksidasi, strukturnya

akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan berkurang dan bahkan

hilang (Ferdinal,2013).

d. Pengatasan Masalah Fisikokimia Sediaan Atau Desain

Sediaan yang cocok untuk mengatasi masalah berupa bioavaibilitas

rendah akibat kelarutan dan stabilitas yang jelek adalah dalam bentuk modifikasi

15
sediaan kuersetin menjadi bentuk sediaan tablet apung. Tujuannya untuk

mempertahankan agar kuersetin tetap berada di lambung dan mencegah proses

penguraian karena pengaruh pH medium basa terhadap kuersetin, menjamin

kuersetin terlepasan dari sediaan di lambung karena sifatnya narrow absorption

window dan segera diserap masuk kedalam darah, kadar obat dalam plasma

dipertahankan tetap pada rentang terapetik, sehingga diharapkan efek terapi lebih

panjang. Salah satu pengembangan bentuk sediaannya adalah Gastro Retentive

Drug Delivery System (GRDDS) dimana obat dipertahankan di lambung untuk

beberapa waktu sehingga absorpsi dapat berlangsung lebih lama, bioavabilitas

meningkat dan mengurangi obat yang terbuang sia-sia (Hanum, 2011). Jenis

penghantaran obat tertahan di lambung antara lain sistem mengapung (floating),

sistem mengembang (swelling), sistem pengendapan (sedimentation), dan sistem

mukoadhesif (Rathod et al., 2010).

e. Standarisasi Golongan Senyawa Flavonoid

1. Metode Ekstraksi Senyawa flavonoid

Menurut Koirewoa, A, Y,dkk ( 2015) :

a. Metode ekstraksi yang digunakan dalam identifikasi senyawa flavonoid

yaitu ekstraksi maserasi. Hasil maserasi yang di dapat dipisahkan dari

pelarutnya dengan menggunakan vacum rotary evaporator dengan

suhu70°C. Filtrat hasil penyaringan difraksinasi dengan metode ekstraksi

cair-cair menggunakan corong pisah dengan pelarut n-heksana. Untuk

mengetahui kandungan kimia dalam tanaman dilakukan skrining fitokimia.

Dari skrining fitokimia dapat dlihat bahwa hasil identifikasi simplisia

mengandung senyawa flavonoid atau tidak.

b. Isolasi dengan KLT

Isolasi senyawa flavonoid dilakukan dengan metode kromatografi lapistipis

(KLT). KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran20 cm x

16
20 cm GF254 (Merck). Plat KLT silika gel GF254 diaktifasi dengan cara

dioven pada suhu 100 ºC selama 1 jam untuk menghilangkan air yang

terdapat pada plat KLT. Ekstrak kental hasil ekstraksi dilarutkan dengan

etanol 96% p.a, kemudian ditotolkan sepanjang plat dengan menggunakan

pipet mikro pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cmdari garis atas.

Selanjutnya dielusi dengan menggunakan eluen yang yangmemberikan

hasil pemisahan terbaik pada KLT yaitu n-butanol :asam asetat: air (BAA)

dengan perbandingan (4:1:5). Hasil KLTkemudian diangin-anginkan dan

diperiksa di bawah sinar UV pada panjangg elombang 366 nm. Noda yang

terbentuk yaitu sebanyak 3 noda, noda-noda tersebut lalu dilingkari dan

dihitung nilai Rfnya. Setelah disinari dengan lampu UV panjang gelombang

366, kemudian diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Pembanding rutin yang dipakai dalam mengisolasi ialah kuersetin, yang

merupakan pembandingrutin yang biasanya di pakai untuk mengisolasi

senyawa flavonoid.

c. Metode yang digunakan untuk identifikasi ialah metode spektrofotometer

UV-Vis. Isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifuge kemudian

dibaca pada alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut

bakumetanol.

Menurut Parubak, A. S.,(2013 ) Ekstraksi flavonoid Sebanyak 1kg

serbuk daun diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut

etanol sampai diperoleh ekstrak etanol. Ekstrak etanol diuapkandengan

menggunakan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kentaletanol.

Selanjutnya difraksinasi dengan menggunakan kromatografikolom berturut-

turut dielusi dengan pelarut n- heksana, kloroform, danetil asetat. Fraksi

yang diperoleh diuapkan dengan evaporator, kemudiandianalisa dengan

menggunakan KLT, dan diamati dengan UV, vial yangmempunyai harga Rf

17
sama digabung menjadi satu fraksi. Setiap fraksi yang diperoleh dianalisis

dengan KLT preparative dan difraksinasidengan KVC sampai

menghasilkan komponen yang murni. Komponenyang murni kemudian

dikarakterisasi dengan menggunakan UV-Vis, danselanjutnya dilakukan uji

aktivitas antibakteri.

2. Metode Identifikasi Senyawa Flavonoid

Menurut Jurnal “ Ekstraksi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid DariLimbah

Kulit Bawang Merah Seb agai Antioksidan Alami” Yang Ditulis Oleh Rahayu,S,

Dkk (2015) menyatakan bahwa identifikasi flavonoidmenggunakan pereaksi kimia

dan kromatografi lapis tipis sebagai berikut :

a. Uji Flavonoid menggunakan pereaksi kimia

1. Uji Wilstatter

Sebanyak 1 mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditambahkan dengan serbuk magnesium dan 2-4 tetes HCl pekat. Kemudian

campuran dikocok. Terbentuknya warna jingga menunjukkan adanya

flavonoid golongan flavonol dan flavanon.

2. Uji Bate-Smith

Sebanyak 1 mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditambahkan dengan HCl pekat beberapa tetes. Kemudian campuran

dipanaskan selama 15 menit di atas penangas. Terbentuknya warna merah

menunjukkan adanya flavonoid golongan antosianidin.

3. Uji NaOH 10%

Sebanyak 1 mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi , lalu

ditambahkan dengan larutan NaOH 10% beberapa tetes. Terjadinya

perubahan warna menunjukkan adanya flavonoid karena tergolong senyawa

fenol.

b. Uji Flavonoid Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

18
Pemisahan senyawa flavonoid kulit bawang merah dilakukandengan

metode kromatografi lapis tipis (KLT). KLT yang digunakanterbuat dari silika

gel dengan ukuran 20 cm x 20 cm GF254, sedangkaneluen yang digunakan

adalah campuran n -heksana : etil asetat dengan perbandingan 6 : 4. Plat KLT

yang akan digunakan diaktifasi terlebihdahulu dengan cara dioven pada suhu

100°C selama 1 jam untukmenghilangkan kandungan air yang terdapat pada

plat KLT. Ekstrak yangmenunjukkan positif flavonoid kemudian ditotolkan

sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm dari garis atas.

Selanjutnya dielusidengan menggunakan eluen.

f. Aktivitas farmakologis Flavonoid

1. Antiinflamasi

Inflamasi adalah peradangan sebagai akibat mekanisme perlindungan diri

terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Saat zat asing masuk ke

dalam tubuh, tubuh bereaksi dengan melepaskan senyawa prostaglandin,

leukotriene, interleuin, nitrit oksida, dan proinflamatori sitokin (Wang et al.,

2018). Menurut Sangeetha et al. (2016) flavonoid sebagai anti-inflamasi

bekerja dengan cara memproduksi pro inflamatori mediator menstimulasi sel

yang berkaitan dengan inflamasi seperti limfosit, monosit, natural killer sel,

neutrophil, makrofaga, dan sel mastosit.

2. Antioksidan

Menurut Sangeetha et al. (2016) gugus hidroksil diyakini yang paling

berperan dalam proses pemecahan radikal bebas karena dapat melakukan

proses donor hidrogen. Hal ini juga didukung oleh penelitian Korkina &

Afanasev (1996) yang menyatakan gugus hidroksi pada flavonoid memiliki

reaktivitas yang tinggi sebagai donor hidrogen akan menstabilkan radikal

bebas (Alfaridz, 2018).

3. Antibakteri

19
Flavonoid disintesis pada tanaman salah satunya untuk melindungi diri dari

infeksi bakteri. Aktivitas antibakteri flavonoid telah banyak diuji secara invitro

dan menunjukan aktivitas terhadap banyak bakteri (Kumar and Pandey, 2013).

20
DAFTAR PUSTAKA

Alfaridz, F. (2018). Review jurnal: Klasifikasi dan aktivitas farmakologi dari senyawa aktif
flavonoid. Farmaka, 16(3).

Arifin, B., & Ibrahim, S. (2018). Struktur, bioaktivitas dan antioksidan flavonoid. Jurnal
Zarah, 6(1), 21-29.

Brodowska, K.M., 2017. Natural flavonoids: classification, potential role, and application of
flavonoid analogues. Eur. J. Bioological Res. 7, 108–123.

Djamal, R. 2009. Prinsif-prinsif Dasar Isolasi dan Identifikasi. Universitas Baiturahmah.


Sumatra Barat.

Ferdinal, N., Sulistyo, J., & Nazir, N. (2013). Sintesis Enzimatis Flavonoid-glikosida dari
Gambir (Uncaria gambir) menggunakan Enzim CGT-ase dari Bacillus
Licheniformis. Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1).

Julianto, T. S. (2019). Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining


Fitokimia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Komes, D., D.H.Horzik, A. Belscak, K.K. Ganik, and I. Vulic. 2010. Green tea preparation
and its influence on the content of bioactive compounds. Food Research
International. 43:167–176

Koirala, N., Pandey, R.P., Parajuli, P., Jung, H.J., Sohng, J.K. (2014). Methylation And
Subsequent Glycosylation of 7,8-dihydroxyflavone. Journal of Biotechnology.
184, 128–37.

Koirewoa, Y. A., Fatimawali, F., & Wiyono, W. (2012). Isolasi dan identifikasi senyawa
flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.). Pharmacon, 1(1).

Kumar, S., Pandey, A.K., 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
Overview. Sci. World J. 1–16.

Mutiara, E. V., & Wildan, A. (2014). Ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica
charantia L.) berbantu gelombang mikro sebagai penurun kadar glukosa secara
in vitro. Metana, 10(01), 1-11.

Panche, A.N., Diwan, A.D., Chandra, S.R., 2016. Flavonoids: an overview. J. Nutr. Sci. 5,
e47.

Parubak, A. S. (2019). Senyawa flavonoid yang bersifat antibakteri dari akway (Drimys
becariana. Gibbs). Chemistry Progress, 6(1).

Rahayu,S, Dkk .(2015). Ekstraksi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid DariLimbah Kulit
Bawang Merah Sebagai Antioksidan Alami. Fakultas Sainsdan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati: Bandung.

Sangeetha, S.K.., Umamaheswari, S., Reddy, M., Kalkura, N.S., 2016. Flavonoids :
Therapeutic Potential of Natural Pharmacological Agents. Int. J. Pharm. Sci. Res.
7, 3924–3930.

21
Sari, A. M., & Cikta, E. V. (2016). Ekstraksi flavonoid dari temu ireng (Curcuma
aeruginosa Roxb) dan aplikasinya pada sabun transparan. JURNAL
KONVERSI, 5(1), 17-23.

Sari, ER. 2016. ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID TUMBUHAN


BENALU MANGGA (Dendropthoe petandra Miq). Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi : I
(2), hal. 15-24

Sariningsih, P., Rita, W. S., & Puspawati, N. M. (2015). Identifikasi dan Uji Aktivitas
Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr)
sebagai Pengendali Jamur Fusarium sp. pada Tanaman Buah Naga. Jurnal
Kimia (Journal of Chemistry).

Wahyulianingsih, W., Handayani, S., & Malik, A. (2016). Penetapan kadar flavonoid total
ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry). Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 188-193.

Wang, T., Li, Q., Bi, K., 2018. Bioactive flavonoids in medicinal plants: Structure, activity
and biological fate. Asian J. Pharm. Sci. 13, 12–23.

Yuslianti, R, E. 2018. Pengantar Radikal Bebas Dan Antioksidan. Deepublish :


Yogyakarta.

Zirconia, A., Kurniasih, N., & Amalia, V. (2015). Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun
Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia) dengan Metode Pereaksi Geser. al-
Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, 2(1), 9-17.

22

Anda mungkin juga menyukai