Disusun Oleh :
NIP : 198408192008121003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
i
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN ................................................................................... 3
1. pare................................................................................. 12
2. Benalu mangga............................................................... 13
4. Cengkeh ......................................................................... 14
5. Daun Trembesi............................................................... 14
6. Temu ireng..................................................................... 14
7. Teh Hijau........................................................................ 15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
alamnya, yang mana memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dapat berkhasiat
sebagai obat. Oleh karena itu dilakukanlah berbagai macam penelitian dan pengujian
agar khasiat tumbuhan sebagai obat tersebut dapat bersifat lebih rasional dan
mengalami kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin
aromatic. Bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak
abad ke-19. Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang
dianggap sudah usang. Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh
seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan
ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita
menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum
subkutan.
Setiap senyawa memiliki keunggulan dari segi manfaat maupun sifat fisika dan
kimianya namun disisi lain juga memiliki kelemahan seperti flavonoid ini mempunyai
bioavaibilitas di dalam darah. Hal ini akan membuat kandungan senyawa dalam obat
menjadi kurang berefek bahkan tidak memiliki efek terapi lagi. Oleh karena itu,
4
Pengelolaan sediaan obat harus lebih dikaji dan disesuaikan dengan sifat fisik dan
kimia suatu senyawa obat. Salah satu contoh cara agar kandungan kuersetin dari
golongan senyawa flavonoid tetap dapat dimanfaatkan yaitu dibuat dalam bentuk
2011).
5
PEMBAHASAN
tersebar luas di alam, sekitar 5-10% metabolit sekunder adalah flavonoid, terdapat
pada semua bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji).
Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan warna kuning
Citrin. Flavonoid memiliki aktivitas anti oksidan didalam tubuh sehingga disebut
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon dimana 2 cincin Benzene (C6) terikat pada
senyawa flavonoid terdiridari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari
E., R.2018).
6
Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan tumbuhan telah
(dari bahasa Yunani anthos=bunga, kyanos, biru tua) adalah pigmen berwarna
yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini
juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain, misalnya buah tertentu, batang,
daun dan bahkan akar. Flavonoid sebagian besar terhimpun dalam vakuola sel
2018) :
7
Isoflavon Diadzein, formononetin, Soya bean dan legum
genistein, glycetein
dalam petal maupun dalam daun tumbuhan tingkat tinggi. Flavonol umumnya
terdapat dalam bentuk glikosida dalam bentuk umum seperti kaemferol, kuersetin
dan mirisetin. Rutin adalah jenis glikosida kuersetin yang paling banyak ditemui.
Perbedaan antara flavon dan flavonol adalah pada flavon tidak ditemukannya
gugus hidroksil pada atom C-3. Flavon yang sering dijumpai adalah apigenin dan
Struktur flavon sendiri terdiri dari ikatan rangkap antara posisi 2′dan 3′,
serta memiliki keton pada posisi 4. Sebagian besar flavon memiliki gugus hidroksil
seledri, kamomil, daun mint, dan ginkgo biloba (Panche et al., 2016).
tanaman seperti buah dan sayuran yang berperan sebagai neurotrophin dalam
8
glutathione seluler. Selanjutnya, 7,8-DHF terbukti memiliki sifat vasorelaxing dan
banyak buah dan sayuran tapi juga banyak terdapat pada bawang merah, apel
merah, anggur merah, teh, cranberry, kangkung, paprika dan brokoli. Studi pada
teh hijau dan hitam menunjukkan kandungannya sekitar 200 mg / cangkir teh.
Kuersetin, telah mendapat banyak perhatian dalam hal ini karena kuersetin juga
mewakili subkelas flavonol yang menunjukkan nutrisi dan sifat farmasinya. Struktur
satu dari flavonoid yang paling ampuh dalam hal kemampuan antioksidan.
lipoprotein (LDL) dengan menangkal radikal bebas dan ion-ion transisi sehingga
9
kuersetin membantu dalam pencegahan penyakit tertentu, seperti kanker,
ikatan rangkap pada flavon cincin aromatik pusat yang ditandai oleh struktur
planar.
b. Flavanon
Flavanon dan Calkon adalah dua jenis flavonoid yang isomerik dan jenis yang satu
mudah diubah menjadi jenis yang lain. Falvanon biasanya lebih mudah terbentuk
dalam suasana asam sedangkan calkon lebih mudah didapatkan dalam suasana
c. Isoflavon
secara signifikan pada kedelai dan tanaman polongan lainnya. Mereka ditemukan
biru muda dengan sinar UV bila diuapi amonia tapi genistein tampak seperti
bercak lembayung pudar yang dengan amonia berubah menjadi coklat pudar
(Arifin, 2018).
10
Gambar 5. Struktur Isoflavon
d. Khalkon
cincin aromatik Cyang merupakan basis rangka dari flavonoid itu sendiri.
e. Antosianidin
kacangan, madu, teh dan beri-berian (Brodowska, 2017; Panche et al., 2016).
11
Gambar 7. Struktur Antosianidin
pigmen berwarna kuning, merah, oranye, biru, dan warna ungu dari buah, bunga,
1. Pare
sayuran atau lalapan. Kandungan kimia daun pare yaitu alkaloid, flavonoid,
bahwa adanya kemampuan dari ekstrak flavonoid dari daun pare (Momordica
charantia L.) dalam menurunkan kadar glukosa dan konsentrasi maksimal dari
ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa serta variasi dari
adalah 160 ppm dengan penurunan 50,38%. Jenis flavonoid dalam daun pare
12
(Momordica charantia L.) yang dapat menurunkan kadar glukosaadalah 5, 3’,
2. Benalu Mangga
benalu mengandung senyawa flavonoid cukup tinggi 9,8 mg/g, 25,8 mg/g
hingga 39,8 mg/g (Sri et all. 2010). Benalu digunakan masyarakat sebagai
cacingan, cacar air, diare, liver, kencing nanah, mimisan, anti inflamasi,
bengkak, berak darah, reumatik (leukore), luka karena infeksi bakteri, diuretik,
memperbaiki kontraksi otot reumatik, penawar racun, ginjal, anti virus (Flu,
amorf sebanyak 267,14, dari hasil analisa kromatografi kertas dua dimensi, uji
reaksi warna dan hasil analisa spectrum UV diduga adalah golongan isoflavon
hasil bahwa kaya akan kandungan senyawa kimia golongan alkaloid, tanin,
dan flavonoid. Selain itu juga ditemukan 14 golongan flavonoid, dan gula pada
13
daun kembang bulan (Puspitasari,2011). Senyawa flavonoid yang diperoleh
dari hasil pemisahan ekstrak daun kembang bulan dengan kromatografi lapis
pentahidroksiflavonol (Zirconia,2015).
4. Cengkeh
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan di atas adalah bunga, tangkai bunga
sebagai bahan anestesi untuk ikan dan pemberantasan hama dan penyakit
daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry) memiliki kadar
(Wahyulianingsih, 2016).
5. Daun Trembesi
antijamur adalah daun trembesi. Analisis fitokimia pada ekstrak daun trembesi
6. Temu Ireng
14
Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) merupakan salah satu dari sekian
flavonoid. Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) merupakan salah satu dari
7. Teh hijau
International Tea Committee (ITC), dalam hal konsumsi teh hijau, Indonesia
radikal bebas dari teh yang kaya akan kandungan fenolik dan flavonoid
satu contohnya yaitu kuersetin dimana merupakan bagian dari flavonoid yang
ditinjau dari sifat fisikokimianya, senyawa ini praktis tidak larut dalam air. Kuersetn
tergolong obat yang bersifat narrow absorbtion windows (Kakran et.al, 2012).
Selain memiliki kelarutan yang rendah, flavonoid tidak stabil terhadap pengaruh
cahaya, oksidasi dan perubahan kimia. Karena itu, apabila teroksidasi, strukturnya
akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan berkurang dan bahkan
hilang (Ferdinal,2013).
rendah akibat kelarutan dan stabilitas yang jelek adalah dalam bentuk modifikasi
15
sediaan kuersetin menjadi bentuk sediaan tablet apung. Tujuannya untuk
window dan segera diserap masuk kedalam darah, kadar obat dalam plasma
dipertahankan tetap pada rentang terapetik, sehingga diharapkan efek terapi lebih
meningkat dan mengurangi obat yang terbuang sia-sia (Hanum, 2011). Jenis
(KLT). KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran20 cm x
16
20 cm GF254 (Merck). Plat KLT silika gel GF254 diaktifasi dengan cara
dioven pada suhu 100 ºC selama 1 jam untuk menghilangkan air yang
terdapat pada plat KLT. Ekstrak kental hasil ekstraksi dilarutkan dengan
pipet mikro pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cmdari garis atas.
hasil pemisahan terbaik pada KLT yaitu n-butanol :asam asetat: air (BAA)
diperiksa di bawah sinar UV pada panjangg elombang 366 nm. Noda yang
senyawa flavonoid.
UV-Vis. Isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifuge kemudian
bakumetanol.
17
sama digabung menjadi satu fraksi. Setiap fraksi yang diperoleh dianalisis
aktivitas antibakteri.
Kulit Bawang Merah Seb agai Antioksidan Alami” Yang Ditulis Oleh Rahayu,S,
1. Uji Wilstatter
ditambahkan dengan serbuk magnesium dan 2-4 tetes HCl pekat. Kemudian
2. Uji Bate-Smith
fenol.
18
Pemisahan senyawa flavonoid kulit bawang merah dilakukandengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). KLT yang digunakanterbuat dari silika
yang akan digunakan diaktifasi terlebihdahulu dengan cara dioven pada suhu
sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm dari garis atas.
1. Antiinflamasi
terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Saat zat asing masuk ke
yang berkaitan dengan inflamasi seperti limfosit, monosit, natural killer sel,
2. Antioksidan
proses donor hidrogen. Hal ini juga didukung oleh penelitian Korkina &
3. Antibakteri
19
Flavonoid disintesis pada tanaman salah satunya untuk melindungi diri dari
infeksi bakteri. Aktivitas antibakteri flavonoid telah banyak diuji secara invitro
dan menunjukan aktivitas terhadap banyak bakteri (Kumar and Pandey, 2013).
20
DAFTAR PUSTAKA
Alfaridz, F. (2018). Review jurnal: Klasifikasi dan aktivitas farmakologi dari senyawa aktif
flavonoid. Farmaka, 16(3).
Arifin, B., & Ibrahim, S. (2018). Struktur, bioaktivitas dan antioksidan flavonoid. Jurnal
Zarah, 6(1), 21-29.
Brodowska, K.M., 2017. Natural flavonoids: classification, potential role, and application of
flavonoid analogues. Eur. J. Bioological Res. 7, 108–123.
Ferdinal, N., Sulistyo, J., & Nazir, N. (2013). Sintesis Enzimatis Flavonoid-glikosida dari
Gambir (Uncaria gambir) menggunakan Enzim CGT-ase dari Bacillus
Licheniformis. Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1).
Komes, D., D.H.Horzik, A. Belscak, K.K. Ganik, and I. Vulic. 2010. Green tea preparation
and its influence on the content of bioactive compounds. Food Research
International. 43:167–176
Koirala, N., Pandey, R.P., Parajuli, P., Jung, H.J., Sohng, J.K. (2014). Methylation And
Subsequent Glycosylation of 7,8-dihydroxyflavone. Journal of Biotechnology.
184, 128–37.
Koirewoa, Y. A., Fatimawali, F., & Wiyono, W. (2012). Isolasi dan identifikasi senyawa
flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.). Pharmacon, 1(1).
Kumar, S., Pandey, A.K., 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
Overview. Sci. World J. 1–16.
Mutiara, E. V., & Wildan, A. (2014). Ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica
charantia L.) berbantu gelombang mikro sebagai penurun kadar glukosa secara
in vitro. Metana, 10(01), 1-11.
Panche, A.N., Diwan, A.D., Chandra, S.R., 2016. Flavonoids: an overview. J. Nutr. Sci. 5,
e47.
Parubak, A. S. (2019). Senyawa flavonoid yang bersifat antibakteri dari akway (Drimys
becariana. Gibbs). Chemistry Progress, 6(1).
Rahayu,S, Dkk .(2015). Ekstraksi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid DariLimbah Kulit
Bawang Merah Sebagai Antioksidan Alami. Fakultas Sainsdan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati: Bandung.
Sangeetha, S.K.., Umamaheswari, S., Reddy, M., Kalkura, N.S., 2016. Flavonoids :
Therapeutic Potential of Natural Pharmacological Agents. Int. J. Pharm. Sci. Res.
7, 3924–3930.
21
Sari, A. M., & Cikta, E. V. (2016). Ekstraksi flavonoid dari temu ireng (Curcuma
aeruginosa Roxb) dan aplikasinya pada sabun transparan. JURNAL
KONVERSI, 5(1), 17-23.
Sariningsih, P., Rita, W. S., & Puspawati, N. M. (2015). Identifikasi dan Uji Aktivitas
Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr)
sebagai Pengendali Jamur Fusarium sp. pada Tanaman Buah Naga. Jurnal
Kimia (Journal of Chemistry).
Wahyulianingsih, W., Handayani, S., & Malik, A. (2016). Penetapan kadar flavonoid total
ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry). Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 188-193.
Wang, T., Li, Q., Bi, K., 2018. Bioactive flavonoids in medicinal plants: Structure, activity
and biological fate. Asian J. Pharm. Sci. 13, 12–23.
Zirconia, A., Kurniasih, N., & Amalia, V. (2015). Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun
Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia) dengan Metode Pereaksi Geser. al-
Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, 2(1), 9-17.
22