Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM

FLAVONOID

Nama : Annisa Siregar

Nim : 19050006

Mata kuliah : Kimia bahan alam

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah Swt. yang mana telah memberikan kita
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
tanpa suatu halangan dan rintangan yang cukup berarti.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari
jalan kegelapan menuju jalan Islami.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang telah turut membantu hingga terselesaikannya makalah dengan judul
Flavonoid

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah sederhana ini, masih


banyak kekurangan yang ada didalamnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi teman- teman sekalian . Amin

DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………

A. Latar Belakang …………………………………………………………1


B. Rumusan Masalah………………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..

A. Pengertian Flavonoid……………………………………………………3
B. Struktur Flavonoid dan Klasifikasinya………………………………….6
C. Biosintesis Flavonoid…………………………………………………...14
D. Reaksi Reaksi Flavonoid………………………………………………..16
E. Penentuan Struktur Flavonoid ………………………………………….17
F. Manfaat Flavonoid………………………………………………………23

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………………26
B. Saran……………………………………………………………………..26

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN
ii

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki berbagai jenis tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebanyak sebanyaknya untuk kepentingan manusia.
masyarakat indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang
mempunyai khasiat sebagai obat herbal untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit .tanaman berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman
tradisional. tentunya tanaman tersebut mengandung senyawa senyawa kimia yang
berguna dan salah satunya adalah senyawa flavonoid yang merupakan senyawa
organik .
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa
aromatic. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang
menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang
dan lumut termasuk zat alizarin .Senyawa aromatik ini mengandung cincin
karboaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari atom karbon seperti
benzene, naftalen dan antrasen.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan
di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan
sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.Flavonoid
merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah
dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-
rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh,
cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang flavonoid, Struktur flavonoid,
reaksi- reaksi flavonoid, biosintesis flavonoid, sifat-sifat flavonoid, serta manfaat
flavonoid dan penentuan struktur dari flavonoid.

B. Rumusan Masalah 1
1. Apa yang di maksud dengan flavonoid?
2. Bagaimana struktur dan klasifikasinya flavonoid?
3. Bagaimana Biosintesis flavonoid?
4. Bagaimanakah reaksi-reaksi pada flavonoid?
5. Bagaimanakah Penentuan struktur dan manfaat dari flavonoid?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian senyawa flavonoid
2. Untuk mengetahui struktur dan klasifikasinya flavonoid
3. Untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang mengandung flavonoid.
4. Untuk mengetahui penetuan struktur senyawa flavonoid.

BAB II
PEMBAHASAN 2

A. Pengertian Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom
karbon yang tersusun dalam konfigurasi C 6 -C 3 -C 6 , yaitu dua cincin aromatik
yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh
rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Flavonoid terdapat dalam semua
tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan
(Markham, 1988).
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin
hetero siklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola
yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga
karbon dengan salah satu dari cincin benzene.

Agar mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut
sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta
angka “beraksen” untuk cincin B.Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
struktur, yaitu flavonoid (1,3-diarilpropana), isoflavonoid(1,2-diarilpropana),
neoflavonoid (1,1-diarilpropanaModifikasi flavonoid lebih lanjut
(Andayani,2013).

dapat mungkin terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan


atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid,
isoprenilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, metilenasi gugus orto-dihidroksil,
3
dimerisasi (pembentukan biflavonoid), pembentukan bisulfat, dan yang terpenting
adalah glikosilasi gugus hidroksil(pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti
flavonoid (pembentukanflavonoid C-glikosida) (Markham, 1988).

Markham (1988) menyatakan bahwa flavonoid pertama yang dihasilkan


pada alur biosintesis flavonoid ialah khalkon, dan semua turunan flavon
diturunkan darinya melalui berbagai alur. Semua golonganflavonoid saling
berkaitan, karena berasal dari alur biosintesis yangsama. Cincin A terbentuk
karena kondensasi ekor-kepala dari tiga unit asam asetat-malonat atau berasal dari
jalur poliketida. Cincin B serta satuan tiga atom karbon dari rantai propan yang
merupakan kerangka dasar C6 – C3 berasal dari jalurasam sikimat (Manitto,
1981).
Flavonoid merupakan salah satu produk metabolisme sekunder yang
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggidan mikroorganisme. Senyawa ini
terdapat pada semua bagian tumbuhan tingkat tinggi termasuk daun, akar, kulit,
kayu, bunga, buah dan biji Flavonoid bagian komponen yang mempunyai berat
molekul rendah, dan pada dasarnya merupakan phenylbenzopyrones
(phenylchromones) dengan berbagai variasi pada struktur dasarnya, yaitu tiga
cincin utama yang saling melekat(Markham, 1988).
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang
Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan
ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati
penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan.
Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak
dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan
pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat
dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses
interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses
metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif
(menghambat) maupun bersifat positif menstimulasi (Sudarma,2009).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan
mengecualikanalga. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan
4
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah, dan biji.
Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang terbesar, yaitu
angiospermae ()
Segi penting dari penyebaran flavonoid dalam tumbuhan ialah adanya
kecenderungan kuat bahwa tetumbuhan yang secara taksonomi berkaitan akan
menghasilkan flavonoid yang jenisnya serupa. Jadi, informasi yang berguna
tentang jenis flavonoid yang mungkin ditemukan pada tumbuhan yang sedang
ditelaah sering kali dapat diperoleh dengan melihat pustaka mengenai telaah
flavonoid terdahulu dalam tumbuhan yang berkaitan, misalnya dari marga atau
suku yang sama (Markham, 1988).
Flavonoid termaksuk dalam senyawa polifenol sehingga bersifat kimia
senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan
senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat
larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil
sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida
yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid
mudah larut dalam air (Sudarma,2010).
Aglikon flavonoid adalah flavonoid yang tidak mengikat gugus gula dan
bersifatkurang polar. Contoh flavonoid ini adalah isoflavon, flavonon, flavon,
serta flavonol yang termetoksi. Karena sifatnya yang kurang polar maka aglikon
cenderung mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform. Flavonoid glikosida
adalah flavonoid yang mengikat gugus gula. Pada senyawa ini satu gugus
hidroksil terikat pada satu gugus gula, flavonoid ini disebut flavonoid O-glikosida.
Selain itu juga terdapat flavonoid C-glikosida dimana gula terikat langsung pada
inti benzena dengan ikatan karbon - karbon. Pengaruh glikosida menyebabkan
flavonoid mudah larut dalam air (Markham, 1988).
Salah satu bagian dari struktur flavonoid adalah Glikosida yang
merupakan kombinasi antara gula dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui
ikatan glikosida.
Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari
alcohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alcohol
5
kepada aldehid yang dikatalis oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-
komponennya menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan alcohol yang
dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah
glukosa tersebut masinbg-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan
gentiobiosida. Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida
dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh
gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic seperti
eter, benzene, kloroform dan aseton (Sonya,2015).
Struktur berbagai tipe atau golongan flavonoid bervariasi sesuai dengan
kerangka dasar heterosiklik beroksigen yang dapat berupa gama piron, piran atau
pirilium. Kecuali pada auron dan khalkon, siklisasi terjadi antara atom karbon
didekat cincin benzen (B) dan satu gugus hidroksil cincin A. Kelas-kelas yang
berlainan di flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik oksigen dan juga
hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan (Robinson, 1991).

B. Struktur dan Klasifikasi Flavonoid


Senyawa-senyawa flavonoid ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman,
dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin
B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga
membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon,
flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam
sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa
flavonoida ini disebabkan oleh berbagi. Flavonoid mempunyai struktur dasar
yang dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini
disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan
sebagai astringen (turunan tanin).
6
2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini
disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid
yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3.  Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid
ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan
sebagai

Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur


sikhimat dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis
cincin aromatik. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida
(jalur asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan
cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid
(jalur sikhimat) (Sofia,2006).
C. Klasifikasi Flavonoid
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar
luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan
struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari
jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis.
Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya
tumbuhan berpembuluh.

Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun,


akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari
7
seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi
flavonoid. Klasifikasinya berdasarkan struktur senyawa flavonoid yaitu:
1) Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah sebagai
berikut:
1. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling
tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan
turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya
terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau
pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Sebagian besar
antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu atau dua
unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika
monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada
posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya
disebut antosianidin.

Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk


kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin.
Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru.
Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman
yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum
adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari
pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen
dari bunga.
Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin.
Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan
8
merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan
oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru
bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh
antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah,
sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin
berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari
salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan
indikator asam-basa(Sjahid,2008).
2. Flavonol
flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat
dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling
sederhana adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang
paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon.
Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A)
adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-
dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu
kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi
flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol
kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun flavon, flavonol,
dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi
tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope
mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus
mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-
pentametoksiflavon(Redha,2010).
3. Flavanon

4. Flavon

9
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau
tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari
cincin A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah
didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium
klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi tata
ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan
pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-
dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6
dihidroksiflavon.(Rahmat,2009).

5. Khalkon
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon
cepat mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan
keseimbangan. Bila khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon
mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan
hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan
khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang
terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2-hidroksil-
6-glikosilasi.Struktur Khalkon

10
Beberapa khalkon misalnya merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang
terdapat dalam tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna
kuning, kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae
subtribe, dan family Compositea (Marliana,2006).

6. Dihidrokhalkon
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu
senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum
family Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel
dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia
memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.

Phlorizin merupakan β-D-glukosida phloretin. Phloretin mudah


terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusional dan asam p-
hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah dengan alkali
dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas
dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.
7. Auron
Auron berupa pigmen kuning yang terdapat pada bunga tertentu dan
Bryofita. Auron ditandai dengan adanya struktur 2-
benzilidenekumaranon.

1. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana.


Isoflavon merupakan golongan flavonoida yang jumlahnya sangat
sedikit, dan sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi
warna manapun.
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami
disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik
11
fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap
dan melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat,
calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka
isoflvon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon
termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan
kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon
merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba
seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon,
karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk
mensintesanya. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi.

2. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana


Neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin
Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan yaitu:
a. Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau
lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh
glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah
larut dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa
disamping galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-
kadang glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat
pada flavonoid misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain
(Matsjeh,2004).

b.  Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan
12
karbon-karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada
atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat
lebih sedikit dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum
adalah galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.
c. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang
terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate
karena terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa
glikosida bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang
masih bebas atau pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada
Angiospermae yang mempunyai ekologi dengan habitat air.
d.  Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G.
biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’,
I-7-dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon).
Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid
yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon
dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-
dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan
interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon.
Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada.
Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan
lainnya.. Hingga kini jumlah biflavonoid yang diisolasi dan
dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun yang diketahui
bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak diteliti
adalah ginkgetin, isoginkgetin, amentoflavon, morelloflavon,
robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini
memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid,
tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan antar flavanoid.
D. Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada
awalnya para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan
hasil dari fenil propanoid. Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua
jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini
merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau
malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat
(Markham,K.R 1988).
A. Jalur Poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi
antaraasetilCoA dengan CO yang akan menghasilan malonat CoA.
Setelah itu malonatCoA akanbereaksi dengan asetilCoA menjadi
asetoasetilCoA. AsetoaseilCoA yang terbentuk akan bereaksi dengan
malonatCoA dan reaksiini akan berlanjut sehingga membentuk
poliasetil. Poliasetil yang terbentukakan berkondensasi dan berekasi
dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akanmembentuk suatu
flavonoid. Jenis flavonoid yang terbentuk dipengaruhi daribahan
fenilpropanoid.
B. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak
memperolehsuatu asam piruvat melainkan memperoleh asam
shikimat. Reaksi inimelibatkan eritrosa dan fosfo enol piruvat. Asam
shikimat yang terbentukakan ditransformasikan menjadi suatu asam
amino yaitu fenilalanin dantirosin. Fenilalanin akan melepas NH3
dan membentukasam sinamatsedangkan tirosin akan membentuk
senyawa turunan asam sinamat karenaadanya subtitusi pada gugus
benzennya
Jalur biosintesis fenilpropanoid

Flavonoid memiliki 2 cincin benzene yang dihubungkan oleh 3 buah atom karbon
(C6-C3-C6). Cincin benzene B dan jembatan C3 pada flavonoid berasal dari p-
koumaril CoA yang merupakan produk turunan dari asam 3-dehidrosikimat dari
jalur shikimate .produk jalur melonat (Poliketida) yaitu malonil –CoA ,
digunakan sebagai cincin A Flavonoid. Malonil –CoA dari jalur asam malonate
di dapat dari asetil CoA. Perubahan asetil-CoA karboksilase.sebenarnya asetil
CoA dapat terbentuk di berbagai bagian sel tumbuhan , seperti
mitokondria,plastid,peroksisom, dan sitosol. Namun demkian , asetil –CoA untuk
sintesis malonil-CoA pada biosintesis flavonoid dan Stibilen terbentuk di sitosol.
Di sitosol, enzim ATP-sitrat liase mengonversi sitrat, ATP, dan CoA menjadi
asetil-CoA, oksaloasetat,ADP, dan inoorganik fosfat (Davies dan Schwinn,2006).
Tahap biosintesis flavonoid terdapat Kalkons sintase yang merupakan
enzim dan dapat mengkatalisis reaksi antara 1 molekul p-koumaril-CoA dengan 3
molekul malonil-CoA yang membentuk narigenin-kalkon. Pada beberapa
tanaman, meskipun sangat jarang , malonil-CoA yang digunakan untuk
mensintesis kalkon ini dapat digantikan oleh kafeoil-CoA atau feruloil-CoA
(Davies dan Schwinn,2006).

Jika enzim kalkon sintase berinteraksi dengan enzim kalkon reductase,


maka produk yang di hasilkan 2-isoliquiritigenin perbedaan antara kedua senyawa
15
tersebut yaitu tidak terdapatnya gugus 2-hidroksi pada 2-isoliquiritinigen.
Narigenin-kalkon dikonversi menjadi Narigenin oleh enzim kalkon isomerase
(CHI) tipe 1. Terdapat 2 jenis kalkon isomerase (CHI) pada tanaman , yaitu CHI
tipe 1 dan CHI tipe 2 . CHI tipe 1adalah enzim yang terdapat di semua jenis
tanaman,baik itu kacang –kacangan. Enzim ini hanya dapat mengonversi
narigenin-kalkon menjadi narigenin .sedangkan CHI tipe 2 tidak hanya dapat
mengonversi narigenin –kalkon menjadi narigenin tapi juga dapat mengonversi 2
isoliquiritigenin menjadi liquiritigenin( Ersham,2001)

Enzim- enzim yang terlibat dalam biosintesis flavonoid pada umumnya


merupakan enzim yang berlokasi di sitosol tanaman. Produk akhir dari biosintesis
flavonoid tersebut kemudian di angkut menuju subseluler atau extraseluler.
Flavonoid yang terlibat sebagai pigmen dalam tanaman kebanyakan di angkut
menuju vakuola(Joko,2003 ).

E. Reaksi- reaksi senyawa Flavonoid


 Reaksi Flavon dan Flavonol
Sebagaimana telah dikemukakan, flavon dan flavonol adalah dua jenis
flavonoid yang banyak ditemukan di alam. Flavon memunyai struktur dari 2-
fenilbenzopiran-4-on, sedangkan flavonol dapat dianggap sebagai 3-
hidroksiflavon. Flavon : R = H Flavonol : R = OH Oleh karena flavon adalah juga
benzopiranon, maka flavon dan flavonol dengan asam mineral menghasilkan
garam benzopirilium yang berwarna, yang disebut juga garam flavilium. Garam
ini bila diperlakukan dengan basa menghasilkan kembali senyawa flavon semula.
Dengan adanya gugus hidroksil (atau metoksil) pada posisi 5, 7, atau 4’ yang
mampu menampung muatan positif pada posisi-posisi ini, maka struktur yang
terlibat dalam resonansi dari garam flavilium akan bertambah .Dengan kata lain,
dengan adanya gugus O O R hidroksil (atau metoksil) pada posisi-posisi tersebut,
maka ion flavilium akan menjadi stabil, yang berarti pula bahwa kebasaan flavon
tersebut akan bertambah. Reaksi pembentukannya yaitu:

Bila flavon (atau flavonol) direduksi menjadi senyawa 4-hidroksi yang


sebanding, dan selanjutnya diperlakukan dengan asam mineral, dihasilkan garam
flavilium atau antosianidin. Flavon yang mengandung gugus metoksil (atau
hidroksil) pada posisi 5, bila dipanaskan dengan asam iodide akan mengalami
demetilasi, diikuti oleh penataan ulang sebagai akibat terbukanya cincin flavon
dan resiklisasi. Proses ini disebut penataan ulang Wessley-Moser. Selanjutnya bila
cincin B dari flavon mengandung gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 2’,
maka penataan ulang wessley-moser dari senyawa flavon ini akan menghasilkan
suatu flavon, dimana cincin B dari flavon semula berubah menjadi cincin A dari
flavon yang baru terbentuk (Robinson,1955).

F. Penentuan Struktur Senyawa Flavonoid


1. Isolasi Flavonoid
Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi,
yakni dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang
dapatmelarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam
pelarutpolar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon,
flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut
semipolar.
Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk tujuanskrining
maupun isolasi, umumnya menggunakan pelarut methanol atauetanol.17Hal
ini disebabkan karena pelarut ini bersifat melarutkan senyawa–senyawa
mulai dari yang kurang polar sampai dengan polar. Ekstrak methanol atau
etanol yang kental, selanjutnya dipisahkankandungan senyawanya dengan
tekhnik fraksinasi, yang biasanyaberdasarkan kenaikan polaritas pelarut ().
Glikosida meningkatkan kelarutan ke air dan alkohol-air. Flavonoid dapat
dideteksi dengan berbagai pereaksi, antara lain:
a. Sitroborat
b. AlCl3
c. NH3
a) Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses atau metode pemisahan dua atau lebih
komponendengan menambahkan suatu pelarut yang hanya dapat
melarutkan salahsatu komponennya saja. Dalam prosedur ekstraksi,
larutan berair biasanya dikocok dengan pelarutorganik yang tak dapat larut
dalam sebuah corong pemisah. Zat – zatyang dapt larut akan terdistribusi
diantara lapisan air dan lapisanorganik sesuai dengan (perbedaan)
kelarutannya. Padaekstraksi senyawa – senyawa organik dari larutan
berair, selain airatau eter, biasanya digunakan pula etil asetat, benzena,
kloroform dan sebagainya. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang
kali dengan jumlah pelarut yanglebih kecil dari pada bila jumlah
pelarutnya banyak tapi ekstraknyahanya sekali (Markham, 1988).
Metode ekstraksi terdiri atas dua jenis yakni ekstraksi panas dan ekstraksi
dingin. Ekstraksi panas menggunakan cara refluks dan destilasi uap sedangkan
ekstraksi secara dingin menggunakan cara maserasi,perkolasi dan soxhletasi.

1. Ekstraksi Secara Panas


a) Ekstraksi Secara Refluks.
Ekstraksi secara refluks adalah cara berkesinambungan dimana
cairan penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam sampel.
b) Ekstraksi Secara Destilasi Uap
Ekstraksi secara destilasi uap adalah cara yang digunakan untuk
18
menyaring saampel yang mangandung minyak yang mudah menguap
ataumengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi
padatekanan udara normal.Destilasi merupakan metode ekstraksi yang
memanfaatkan perbedaan titik didih dari senyawa. Biasa digunakan untuk
mengisolasi minyak atsiri (Hakim,2011).
2. Ekstraksi Secara Dingin
a. Ekstraksi Secara Maserasi
Secara harfiah berarti merendam. Ekstraksi secara maserasi
merupakan cara penyarian yang palingsederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk sampel dalamcairan penyari. Metode ini merupakan
metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini.
Jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika
tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses
maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan
perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya
ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman
sama dengan warna pelarut.
b. Ekstraksi Secara Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penarikan dengan memakai alat yang yang
disebut perkolator, dimana simplisia terendam dalam cairan penyari sehingga
zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar
sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Ekstraksi secara
perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk sampel yang telah dibasahi.

c. Ekstraksi Secara Soxhletasi


Merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan pemanasan untuk
destilasi pelurut sehingga terjadi sirkulasi pelarut melalui serbuk simplisia.
Metode ini efisiensi dalam pemanfaatan pelarut tetapi berisiko pembentukan
artefak akibat penggunaaan panas. Ekstraksi secara soxhletasi merupakan
carapenyarian sampel secaraberkesinambungan, cairan penyari dipanaskan
19
sehingga menguap, uapcairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul
cairan oleh pendingin balik dan turun menyari sampel di dalam klonson dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa
siphon. 

b) Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada
gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Kromatografi secara garis besar dapat
dibedakan menjadi kromatografi kolom dankromatografi planar. Kromatografi
kolom terdiri atas kromatografi gas dan kromatografi cair, sedangkan
kromatografi planar terdiri ataskromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas
(Hostettemann,1995).

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang
menggunakan plat atau lempeng kaca yang sudah dilapiskan adsorben yang
bertindak sebagaifasa diam. Fase bergerak ke atas sepanjang fase diam
danterbentuklah kromatogram. Metode ini sederhana, cepat dalam
pemisahandan sensitif (Khopkar, 1990). Kromatografi lapis tipis adalah
metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan
berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,
logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan,
ditotolkan berupa bercak atau pita (awal), kemudian pelat dimasukkan di
dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase
gerak). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) dan
selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Hostettemann
1995).

a.   KLT Preparatif
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen
oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka20
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang
menyebabkan pemisahan.

b. KLT 2 Dimensi
KLT 2 arah atau 2 dimensi bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel
ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang
hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-
asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat
digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan
pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda .

2. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan dan pemurnian
senyawa dalam skalapreparative. Kromatografi kolom dapat dilakukan pada
tekanan atmosferatau dengan tekanan lebih besar dengan menggunakan bantuan
tekananluar (Khopkar, 1990).  Kromatografikolom prinsipnya mudah memilih
ukuran, kemasan (packing), dan isikolom sesuai jenis serta jumlah cuplikan yang
akan dipisahkan. Kolomyang digunakan dan kromatografi ini dapat berupa
gelas, plastik ataunilom. Ukuran kolom yang lazim digunakan mempunyai
diameter 2 cm danpanjang 45 cm. Untuk memilih kemasan (Packing) yang akan
digunakandalam kolom biasanya menggunakan selulosa, silika gel, alumina,
arang(charcoal) (Hostettemann, 1995).
Adapun cara kerja dari kromatografi kolom yakni langkah pertama
mengemas kolom(packing) dilakukan dengan hati-hati agar dihasilkan kolom
kemas yangserba sama. Selanjutnya kemasan kolom dijadikan bubur dalam
gelaspiala memakai pelarut yang sama, lalu dituangkan hati-hati ke dalamkolom.
(Markham, 1988).
3. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)
High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia.
KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan
fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini
21
jika dibandingkan dengan metode lainnya (Done dkk, 1974; Snyder dan
Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978).

c.   Metode Spektroskopi
    Spektroskopi merupakan suatu metode untuk penentuan rumus struktur
dari suatu senyawa. Menurut Anwar (1994) bahwa spektroskopi bila
dibandingkandengan metode kimia konvensional (metode basah), spektroskopi
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : Jumlah zat yang diperlukan untuk
analisis relatif kecil dan zat tersebut sering kali dapat diperoleh kembali dan
waktu pengerjaannya relatif cepat (Ikawati,2004).

1). Spektrofotometri Ultra Lembayung (UV)


            Spektrofotometri UV adalah suatu alat yang menggambarkan antara
panjang gelombang atau frekuensi lawan intensitas serapan (absorbansi).
Spektrosfotometri UV ini menghasilkan radiasi (cahaya) dengan panjang
gelombang 200– 400 nm (Anwar, 1994). Pada umumnya spektrofotometri UV
umumnyahanya menunjukkan jumlah peak (puncak ) yang kecil
jumlahnya.Puncak-puncak dilaporkan sebagai panjang gelombang.
            Spektrofotometri ini biasanya juga digunakan untuk mendeteksi konjugasi.
Molekul-molekul yang tidak mempunyai ikatan rangkap atau hanya mempunyai
satu ikatan tidak menyerap sinar 200-800 nm. Lainhalnya dengan senyawa-
senyawa yang mempunyai sistem konyugasi yang dapat menyerap sinar pada
daerah ini, semakin panjang sistem konyugasinya maka makin besar panjang
gelombang absorpsi (Robinson,1955).
3. Spektroskopi FT
Spektroskopi FT suatu senyawa memberikan gambaran mengenai berbagai
gugus fungsional dalam molekul organik berdasarkan bilangan gelombang,
misalnya O-H, C-H dan N-H menyerap di daerah 3.800 - 2700 cm-1, C=O, C=C,
C=N dan N=O menyerap pada daerah 1.900 - 1.500 cm-1 dan C-C, C-O dan C-
N menyerap pada daerah 130 - 800 cm-1. Daerah antara 4000 - 1.300 cm-1
merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus fungsional.
daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah
22
antara 1.300-900 cm-1 adalah daerah sidik jari, sering kali sangat rumit karena
menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan. Daerah
sidik jari merupakan daerah frekuensi spesifik untuk pengenalan suatu senyawa.

4. Spektrofotometer inframerah (IR)


Intensitas serapan infra merah menurut Justik, 2010 bahwa daerah puncak
serapan yang tinggi dan transmitannya berkisar antara 0-35% , maka
intensitasnya kuat. Sedangkan puncak serapan yang sedang dan transmitanna
berkisar pada 75-35% intensitas serapanya sedang. Sertadaerah serapan dengan
puncak yang pendek dan transmitannya berkisar pada 90-75% intensitasnya
lemah. Serapan uluran C-H alifatik yang tajam dan lemahmuncul pada daerah
bilangan gelombang 2947,22 cm-1 dan 2832,89 cm-

F. Manfaat Flavonoid

1. Flavonoid sebagai antioksidan


Stavric dan Matula(1992) melaporkan bahwa di negara-negara Barat,
konsumsi komponen flavonoid bervariasi dari 50 mg sampai 1 g per hari dengan 2
jenis flavonoid terbesar berupa quersetin dan kaempferol. Flavonoid dikatakan
antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom
hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya
berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai
sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas
yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh
manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan
dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi
melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.
2. Flavonoid sebagai bahan obat herbal
Flavonoid dapat menghambat fosfodiesterase, aldureduktase, monoamino
reduktase, protein kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase.Beberapa contoh
senyawa flavonoid yang diisolasi dari tumbuhan dapat berkhasiat sebagai obat,
seperti silimarin dari Silybum marianum dapat berfungsi mengobati gangguan
hati serta menghambat sintesis prostaglandin. Kuersetin 3-rutinosida bermanfaat
23
untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia (Andayani,2013).

3. Senyawa Flovonoid sebagai Antikanker


Senyawa bioaktif flavonoid yang merupakan ekstrak metanol ini dikatakan
sebagai antikanker karena dapat menghambat tumbuhnya sel-sel kanker itu
sendiri. Sebagai antioksidan, senyawa flavonoid dapat mencegah reaksi
bergabungnya molekul karsinogen dengan DNA sel sehingga mencegah
kerusakan DNA sel. Di sini lah komponen bioaktif flavonoid dapat mencegah
terjadinya proses awal pembentukan sel kanker. Bahkan flavonoid dapat
merangsang proses perbaikan DNA sel yang telah termutasi sehingga sel
menjadi normal kembali. Selain itu, dapat mencegah pembentukan pembuluh
darah buatan sel kanker (proses angiogenesis) sehingga sel-sel kanker tidak
dapat tumbuh menjadi besar karena saluran untuk pertumbuhannya terhambat
(Sonya.2015)

4. Mencegah penyakit kardiovaskuler


Beberapa studi epidemiologis menunjukan bahwa konsumsi flavonoid dapat
menurunkan resiko . Namun penelitian ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Namun,
secara biologis flavonoid dapat mencegah penyakit jantung koroner dengan
berbagai cara yaitu sebagai berikut: 1). Mengurangi peradangan 2). Penurunan
ekspresi molekul adhesi sel vaskular 3). Meningkatkan aktivitas oksida nitrat
sintase endotel untuk menjaga relaksasi arteri (vasodilatasi) 4). Penurunan
agregasi platelet atau bekuan darah yang dapat menyumbat arteri koroner, yang
menyebabkan infark miokard atau stroke (Ersham,2001).

5. Mencegah penyakit degenerasi syaraf


Asupan kaya flavonoid telah ditemukan dapat mencegah kerusakan kognitif
yang terkait dengan penuaan dan peradangan pada beberapa studi hewan.
Peradangan, stres oksidatif, dan transisi akumulasi logam tampaknya
memainkan peran dalam patologi beberapa penyakit neurodegeneratif termasuk
penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer. Karena flavonoid memiliki ,
antioksidan, dan sifat pengikat logam, para ilmuwan tertarik pada potensi
neuroprotektif flavonoid. Meskipun para ilmuwan tertarik pada potensi
flavonoid untuk melindungi otak penuaan, masih belum jelas bagaimana
24
flavonoid konsumsi mempengaruhi risiko penyakit neurodegenerative pada
manusia.

6. Anti-virus dan anti-alergi


Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut
berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh
rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit
hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih
terus berlangsung.
7. Anti-kolestrol
Dapat dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme sel lemak untuk
pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol

BAB III
PENUTUP
25

A. Kesimpulan
o Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam.
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa
fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. lavonoid
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3)
sehingga bentuk susunan C6-C3-C6. susunan ini dapat menghasilkan
tiga jenis struktur senyawa yaitu:
a. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
b. Isoflavonoid atau 1,2- diarilpropana
c. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
o Biosintesis dari flavonoid terdiri dari 2 jalur yaitu jalur poliketida dan
jalur fenilpropanoid
o Penentuan struktur dengan beberapa cara yaitu berupa ekstraksi,
kromatografi, dan spektografi
o Manfaat dari senyawa flavonoid yaitu sebagai anti kanker,anti alergi,
antivirus, antioksidan , sebagai bahan obat herbal,dan sebagai
pencegah penyakit degenerasi syaraf serta mencegah penyakit
kardiovaskuler.

B. Saran
1. Untuk lebih memahami meteri ini, golongan yang termasuk di
dalamnya dan manfaatnya, perlu dilakukan pembelajaran lanjutan
tentang materi ini.
2. Sebaiknya menambah referensi berupa buku-buku yang relevan,
jurnal penelitian, gambar, atau referensi lain dari internet

DAFTAR PUSTAKA

26
Andayani,2013. Analisis Senyawa Flavonoid Hasil Fraksinasi Ekstrak
Diklometana Daun Keluwih (A. Camansi). Program Studi Magister IPA:
Universitas Mataram
Anonim.2010.Biflavonoid.Online:http://www.scribd.com/doc/12754372/
D090115AHMBifavonoidxxx, diakses tanggal 30 Maret 2016.

Davies .Schwinn ,2006. Kimia Anorganik Dasar.UI pres. Universitas Indonesia

Ersam T. 2001. Senyawa kimia mikromolekul beberapatumbuhan Artocarpus


hutan tropika Sumatera Barat [Disertasi]. Institut Teknologi Bandung

Hakim,Alifman.2011.Keanekaragaman metabolit sekunder Genus Artocarpus


(Moraceae). 8 (2):86-90

Hostettemann, K., Hostettemann, M., Maston, A., 1995. Cara


KromatografiPreparatif, Bandung : Institut Teknologi Bandung

Ikawati M dkk. 2004. Pemanfaatan Benalu Sebagai Agen Anti Kanker. Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Joko,Ferdinal.2013. Sintesis Enzimatis Flavonoid-glikosida dari Gambir


(Uncaria gambir) menggunakan Enzim CGT-ase dari Bacillus
Licheniformis. FMIPA :Universitas Lampung

Marliana, Soerya Dewi., Venty Suryanti., Suyono. 2006.Skrining Fitokimia Dan


Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam
(Sechium Edule Jacq. Swartz.) Dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3 (1):
26-31.Musthapa, I., Lia, D., Juliawati, Euis.

Markham,K.R 1988.Cara Mengidentifikasi Flavonoid.Terjemahan Padmawinata


Penerbit ITB:Bandung

Matsjeh S. 2004. Sintesis Flavonoid: Potensi Metabolit Sekunder Aromatik Dari


Sumber Daya Alam Nabati Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Manitto,1981.Biosyntesis of Natural Product. Terjemahan

Rahmat,Ardiansah.2009.Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran


IndigenousJawa Barat .Fakultas Teknologi Pertanian IPB: Bogor

Redha,Abdi 2010. Flavonoid Struktur serta Sifat Antioksidatif dan Perananya


dalam Sistem Biologis. Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri
27
Pontianak : Pontianak
Robinson, Trevor, diterjemahkan Kosasih Padmawinata, 1995.
KandunganOrganik Tumbuhan Tinggi, Edisi ke-6, Bandung : Institut
TeknologiBandung.

Sjahid,2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewaru (Eugenia


uniflora.L).Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah : Surakarta

Sofia,Lenny.2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid.Jurusan


Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara : Medan

Sonya,Wina.2015.Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun


Tumbuhan Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz&Puv).Prodi Farmasi
FMIPA UNISBA: Bandung

Sudarma, Made. 2009. Kimia Bahan Alam. Fakultas MIPAUniversitas Mataram

Sudarma, Made. 2010. Uji Fitokimia, Ekstraksi, Isolasi dan Transpormasi


Senyawa Bahan Alam. FakultasMIPA. Universitas Mataram.

28

Anda mungkin juga menyukai