Anda di halaman 1dari 16

Critical Review

Kimia Organik Bahan Alam

BIOSINTESIS FLAVONOID DAN MANFAATNYA DI BIDANG


KESEHATAN

KELOMPOK VII

SITI AISYAH ALI H031181005


NADILA H031181018
SYAFIQAH ULFAH H031181303
MARLINA H031181307
TRI CHANDRA SAPUTRA H031181328
M.ILHAM ADI PUTRA H031181506

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah Biosintesis Flavonoid dan
Manfaatnya dibidang Kesehatan ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada
mata kuliah Kimia Organik Bahan Alam Benua Maritim. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang senyawa flavonoid bagi
pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
Kimia Organik Bahan Alam Benua Maritim yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 1 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ....................................................................................


2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan ..................................................................................... 5

BAB II ISI ………………..……………………………………………….

A. Pengertian Flavonoid............................................................... 6
B. Struktur Flavonoid dan Klarifikasinya..................................... 9
C. Biosintesis Flavonoid............................................................... 10
D. Manfaat Flavonoid................................................................... 12

BAB III PENUTUP .....................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki berbagai jenis tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebanyak sebanyaknya untuk kepentingan manusia.
masyarakat indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang
mempunyai khasiat sebagai obat herbal untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Tanaman berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman
tradisional, tentunya tanaman tersebut mengandung senyawa senyawa kimia yang
berguna dan salah satunya adalah senyawa flavonoid yang merupakan
senyawa organik .
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa
aromatic. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang
menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang
dan lumut termasuk zat alizarin. Senyawa aromatik ini mengandung cincin
karboaromatik yaitu cincin aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon seperti
benzene, naftalen dan antrasen.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna
kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang,
biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari
tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang pengertian flavonoid, Struktur dan
klasifikasi flavonoid, biosintesis flavonoid serta manfaat flavonoid.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan flavonoid?
2. Bagaimana struktur dan klasifikasinya flavonoid?
3. Bagaimana Biosintesis flavonoid?
4. Apa saja manfaat dari flavonoid?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian senyawa flavonoid
2. Untuk mengetahui struktur dan klasifikasinya flavonoid
3. Untuk mengetahui biosintesis flavonoid.
4. Untuk mengetahui manfaat senyawa flavonoid.

5
BAB II
ISI

A. Pengertian Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom
karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu
oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Flavonoid terdapat dalam
semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak
tumbuhan (Andayani, 2013).
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin
hetero siklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola
yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga
karbon dengan salah satu dari cincin benzene.

Agar mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C, atom karbon dinomori menurut
sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta
angka “beraksen” untuk cincin B. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
struktur, yaitu flavonoid (1,3-diarilpropana), isoflavonoid (1,2-diarilpropana),
neoflavonoid (1,1-diarilpropana) (Andayani,2013). Modifikasi flavonoid lebih

6
lanjut dapat mungkin terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan
atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid,
isoprenilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, metilenasi gugus orto-dihidroksil,
dimerisasi (pembentukan biflavonoid), pembentukan bisulfat, dan yang terpenting
adalah glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti
flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida) (Hakim, 2011).
Hakim (2011) menyatakan bahwa flavonoid pertama yang dihasilkan
pada alur biosintesis flavonoid ialah khalkon, dan semua turunan flavon
diturunkan darinya melalui berbagai alur. Semua golongan flavonoid saling
berkaitan, karena berasal dari alur biosintesis yang sama. Cincin A terbentuk
karena kondensasi ekor-kepala dari tiga unit asam asetat-malonat atau berasal
dari jalur poliketida. Cincin B serta satuan tiga atom karbon dari rantai
propan yang merupakan kerangka dasar C6–C3 berasal dari jalur asam
sikimat (Ikawati, 2004).
Flavonoid merupakan salah satu produk metabolisme sekunder yang
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi dan mikroorganisme. Senyawa ini
terdapat pada semua bagian tumbuhan tingkat tinggi termasuk daun, akar, kulit,
kayu, bunga, buah dan biji Flavonoid bagian komponen yang mempunyai berat
molekul rendah, dan pada dasarnya merupakan phenylbenzopyrones
(phenylchromones) dengan berbagai variasi pada struktur dasarnya, yaitu tiga
cincin utama yang saling melekat (Joko, 2013).
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang
Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan
ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati
penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan.
Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak
dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan
pendarahan kapiler subkutan (Sudarma, 2009).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan
mengecualikan alga. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah, dan biji.
Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang terbesar, yaitu

7
angiospermae. Segi penting dari penyebaran flavonoid dalam tumbuhan ialah
adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan yang secara taksonomi berkaitan
akan menghasilkan flavonoid yang jenisnya serupa. Jadi, informasi yang berguna
tentang jenis flavonoid yang mungkin ditemukan pada tumbuhan yang sedang
ditelaah sering kali dapat diperoleh dengan melihat pustaka mengenai telah
flavonoid terdahulu dalam tumbuhan yang berkaitan, misalnya dari marga atau
suku yang sama (Matsjeh, 2004).
Flavonoid termaksud dalam senyawa polifenol sehingga bersifat kimia
senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan
senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat
larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil
sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida
yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid
mudah larut dalam air (Sudarma, 2009).
Aglikon flavonoid adalah flavonoid yang tidak mengikat gugus gula dan
bersifatkurang polar. Contoh flavonoid ini adalah isoflavon, flavonon, flavon,
serta flavonol yang termetoksi. Karena sifatnya yang kurang polar maka aglikon
cenderung mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform. Flavonoid glikosida
adalah flavonoid yang mengikat gugus gula. Pada senyawa ini satu gugus
hidroksil terikat pada satu gugus gula, flavonoid ini disebut flavonoid O-glikosida.
Selain itu juga terdapat flavonoid C-glikosida dimana gula terikat langsung pada
inti benzena dengan ikatan karbon - karbon. Pengaruh glikosida menyebabkan
flavonoid mudah larut dalam air (Sudarma, 2009).
Salah satu bagian dari struktur flavonoid adalah Glikosida yang merupakan
kombinasi antara gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan
glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil
dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi
alkohol kepada aldehid yang dikatalis oleh asam menghasilkan suatu
asetal. Pada hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas
komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan
alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoid
alam adalah glukosa tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida,

8
galaktosida dan gentiobiosida. Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di-
atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul
flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam
pelarut organik seperti eter, benzene, kloroform dan aseton (Sonya, 2015).

B. Struktur dan Klasifikasi Flavonoid


Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar
luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan
struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam. Senyawa ini dibentuk dari
jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis.
Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya
tumbuhan berpembuluh (Sofia, 2006).
Senyawa-senyawa flavonoid ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana
posisi orto dari dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3
diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin
heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari
beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari system
1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak
ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya
senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagi. Flavonoid mempunyai struktur
dasar yang dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini
disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan
sebagai astringen (turunan tanin).
2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini
disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid
yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3.  Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid
ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan
sebagai kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi
antara jalur sikhimat dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur
utama biosintesis cincin aromatik. Cincin A dari struktur flavonoid berasal
dari jalur poliketida (jalur asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit asetat

9
atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan
berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat) (Sofia, 2006).

C. Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya
para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari fenil
propanoid. Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu jalur
poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini merupakan serangkaian
reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur
fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat (Rahmat, 2009).
1. Jalur Poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antara
asetilCoA dengan CO yang akan menghasilan malonatCoA. Setelah itu
malonatCoA akan bereaksi dengan asetilCoA menjadi asetoasetilCoA.
AsetoaseilCoA yang terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan
reaksiini akan berlanjut sehingga membentuk poliasetil. Poliasetil yang
terbentuk akan berkondensasi dan berekasi dengan hasil dari jalur
fenilpropanoid akan membentuk suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang
terbentuk dipengaruhi dari bahan fenilpropanoid.

10
2. Jalur Fenilpropanoid
Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak memperoleh suatu
asam piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini melibatkan
eritrosa dan fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentuk akan
ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dantirosin.
Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentuk asam sinamat sedangkan
tirosin akan membentuk senyawa turunan asam sinamat karena adanya
subtitusi pada gugus benzennya,

Flavonoid memiliki 2 cincin benzene yang dihubungkan oleh 3 buah atom


karbon (C6-C3-C6). Cincin benzene B dan jembatan C3 pada flavonoid berasal dari
p-koumaril CoA yang merupakan produk turunan dari asam 3-dehidrosikimat dari
jalur shikimate. Produk jalur melonat (Poliketida) yaitu malonil –CoA, digunakan
sebagai cincin A Flavonoid. Malonil –CoA dari jalur asam malonate di dapat dari
asetil CoA. Perubahan asetil-CoA karboksilase. Sebenarnya asetil CoA dapat
terbentuk di berbagai bagian sel tumbuhan, seperti mitokondria, plastid,
peroksisom, dan sitosol. Namun demkian, asetil –CoA untuk sintesis malonil-CoA
pada biosintesis flavonoid dan Stibilen terbentuk di sitosol. Di sitosol,
enzim ATP-sitrat liase mengonversi sitrat, ATP, dan CoA menjadi
asetil-CoA, oksaloasetat, ADP, dan inoorganik fosfat (Redha, 2010).

11
Tahap biosintesis flavonoid terdapat Kalkons sintase yang merupakan
enzim dan dapat mengkatalisis reaksi antara 1 molekul p-koumaril-CoA
dengan 3 molekul malonil-CoA yang membentuk narigenin-kalkon.
Pada beberapa tanaman, meskipun sangat jarang, malonil-CoA yang digunakan
untuk mensintesis kalkon ini dapat digantikan oleh kafeoil-CoA
atau feruloil-CoA (Sjahid, 2008).
Jika enzim kalkon sintase berinteraksi dengan enzim kalkon reduktase, maka
produk yang di hasilkan 2-isoliquiritigenin perbedaan antara kedua senyawa
tersebut yaitu tidak terdapatnya gugus 2-hidroksi pada 2-isoliquiritinigen.
Narigenin-kalkon dikonversi menjadi Narigenin oleh enzim kalkon isomerase
(CHI) tipe 1. Terdapat 2 jenis kalkon isomerase (CHI) pada tanaman , yaitu CHI
tipe 1 dan CHI tipe 2. CHI tipe 1adalah enzim yang terdapat di semua jenis
tanaman,baik itu kacang–kacangan. Enzim ini hanya dapat mengonversi
narigenin-kalkon menjadi narigenin. Sedangkan CHI tipe 2 tidak hanya dapat
mengonversi narigenin–kalkon menjadi narigenin tapi juga dapat mengonversi
2 isoliquiritigenin menjadi liquiritigenin( Ersham, 2001)
Enzim- enzim yang terlibat dalam biosintesis flavonoid pada umumnya
merupakan enzim yang berlokasi di sitosol tanaman. Produk akhir dari biosintesis
flavonoid tersebut kemudian di angkut menuju subseluler atau extraseluler.
Flavonoid yang terlibat sebagai pigmen dalam tanaman kebanyakan di angkut
menuju vakuola (Joko, 2013).

D. Manfaat Flavonoid
1. Flavonoid sebagai antioksidan
Sonya (2015) melaporkan bahwa di negara-negara Barat, konsumsi
komponen flavonoid bervariasi dari 50 mg sampai 1 g per hari dengan 2 jenis
flavonoid terbesar berupa quersetin dan kaempferol. Flavonoid dikatakan
antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom
hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya
berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai
sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas
yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh
manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan

12
dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi
melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.
2. Flavonoid sebagai bahan obat herbal
Flavonoid dapat menghambat fosfodiesterase, aldureduktase, monoamino
reduktase, protein kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase.Beberapa contoh
senyawa flavonoid yang diisolasi dari tumbuhan dapat berkhasiat sebagai obat,
seperti silimarin dari Silybum marianum dapat berfungsi mengobati gangguan hati
serta menghambat sintesis prostaglandin. Kuersetin 3-rutinosida bermanfaat untuk
mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia (Andayani, 2013).
3. Senyawa Flovonoid sebagai Antikanker
Senyawa bioaktif flavonoid yang merupakan ekstrak metanol ini dikatakan
sebagai antikanker karena dapat menghambat tumbuhnya sel-sel kanker itu
sendiri. Sebagai antioksidan, senyawa flavonoid dapat mencegah reaksi
bergabungnya molekul karsinogen dengan DNA sel sehingga mencegah
kerusakan DNA sel. Di sini lah komponen bioaktif flavonoid dapat mencegah
terjadinya proses awal pembentukan sel kanker. Bahkan flavonoid dapat
merangsang proses perbaikan DNA sel yang telah termutasi sehingga sel menjadi
normal kembali. Selain itu, dapat mencegah pembentukan pembuluh darah buatan
sel kanker (proses angiogenesis) sehingga sel-sel kanker tidak dapat tumbuh
menjadi besar karena saluran untuk pertumbuhannya terhambat (Sonya, 2015)
4. Mencegah penyakit kardiovaskuler
Beberapa studi epidemiologis menunjukan bahwa konsumsi flavonoid dapat
menurunkan resiko . Namun penelitian ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Namun,
secara biologis flavonoid dapat mencegah penyakit jantung koroner dengan
berbagai cara yaitu sebagai berikut: 1). Mengurangi peradangan 2). Penurunan
ekspresi molekul adhesi sel vaskular 3). Meningkatkan aktivitas oksida nitrat
sintase endotel untuk menjaga relaksasi arteri (vasodilatasi) 4). Penurunan
agregasi platelet atau bekuan darah yang dapat menyumbat arteri koroner, yang
menyebabkan infark miokard atau stroke (Ersham, 2001).
5. Mencegah penyakit degenerasi syaraf
Asupan kaya flavonoid telah ditemukan dapat mencegah kerusakan kognitif
yang terkait dengan penuaan dan peradangan pada beberapa studi hewan.

13
Peradangan, stres oksidatif, dan transisi akumulasi logam tampaknya memainkan
peran dalam patologi beberapa penyakit neurodegeneratif termasuk penyakit
Parkinson dan penyakit Alzheimer. Karena flavonoid memiliki , antioksidan, dan
sifat pengikat logam, para ilmuwan tertarik pada potensi neuroprotektif flavonoid.
Meskipun para ilmuwan tertarik pada potensi flavonoid untuk melindungi otak
penuaan, masih belum jelas bagaimana flavonoid konsumsi mempengaruhi risiko
penyakit neurodegenerative pada manusia (Ikawati, 2004).
6. Anti-virus dan anti-alergi
Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut
berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh
rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit
hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih terus
berlangsung (Rahmat, 2009).
7. Anti-kolestrol
Dapat dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme sel lemak
untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan
kolesterol (Rahmat, 2009).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam.
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa
fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. lavonoid
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C 3)
sehingga bentuk susunan C6-C3-C6. susunan ini dapat menghasilkan
tiga jenis struktur senyawa yaitu:

a. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

b. Isoflavonoid atau 1,2- diarilpropana

c. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana


2. Biosintesis dari flavonoid terdiri dari 2 jalur yaitu jalur poliketida dan
jalur fenilpropanoid.
3. Manfaat dari senyawa flavonoid yaitu sebagai anti kanker, anti alergi,
antivirus, antioksidan , sebagai bahan obat herbal, dan sebagai
pencegah penyakit degenerasi syaraf serta mencegah penyakit
kardiovaskuler.

B. Saran
1. Untuk lebih memahami meteri ini, golongan yang termasuk di
dalamnya dan manfaatnya, perlu dilakukan pembelajaran lanjutan
tentang materi ini.
2. Sebaiknya menambah referensi berupa buku-buku yang relevan,
jurnal penelitian, gambar, atau referensi lain dari internet

15
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, 2013. Analisis Senyawa Flavonoid Hasil Fraksinasi Ekstrak


Diklometana Daun Keluwih (A. Camansi). Program Studi Magister IPA:
Universitas Mataram.
Ersam T. 2001. Senyawa kimia mikromolekul beberapa tumbuhan Artocarpus
hutan tropika Sumatera Barat [Disertasi]. Institut Teknologi Bandung.

Hakim, Alifman. 2011. Keanekaragaman metabolit sekunder Genus Artocarpus


(Moraceae). 8 (2):86-9.

Ikawati M dkk. 2004. Pemanfaatan Benalu Sebagai Agen Anti Kanker. Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Joko, Ferdinal. 2013. Sintesis Enzimatis Flavonoid-glikosida dari Gambir


(Uncaria gambir) menggunakan Enzim CGT-ase dari Bacillus
Licheniformis. FMIPA: Universitas Lampung.

Matsjeh S. 2004. Sintesis Flavonoid: Potensi Metabolit Sekunder Aromatik Dari


Sumber Daya Alam Nabati Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rahmat, Ardiansah. 2009. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran


Indigenous Jawa Barat . Fakultas Teknologi Pertanian IPB: Bogor.
Redha, Abdi. 2010. Flavonoid Struktur serta Sifat Antioksidatif dan Perananya
dalam Sistem Biologis. Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri
Pontianak : Pontianak.
Sjahid, 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewaru (Eugenia
uniflora. L). Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah : Surakarta.
Sofia, Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid. Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara : Medan.
Sonya, Wina. 2015. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun
Tumbuhan Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz&Puv). Prodi Farmasi
FMIPA UNISBA: Bandung.
Sudarma, Made. 2009. Kimia Bahan Alam. Fakultas MIPA Universitas Mataram.

16

Anda mungkin juga menyukai