al.,2008).
memperkirakan produksi kakao dunia akan mencapai 4,05 juta ton, sementara
konsumsi akan mencapai 4,1 juta ton, sehingga akan terjadi defisit sekitar 50 ribu
ton per tahun (Suryani, 2007). Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik
detention) karena sering ditemukan jamur, kotoran, serangga dan benda asing
lainnya (Rahmadi, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi mutu biji kakao
berperan dalam menentukan mutu hasil. Biji kakao rentan terhadap pembusukan
jamur. Minifie (1999) menyatakan produk biji kakao dapat ditumbuhi jamur dan
jamur yang sering ditemui pada biji kakao yang proses penanganan dan
pengolahan yang tidak tepat adalah jamur dari genera Aspergillus, Mucorsp,
dapat menghasilkan mikotoksin pada biji kakao kering (Rahmadi dan Fleet,
Toksik Aleukia (ATA) (Siagian, 2002).Jamur yang ada pada bahan pangan dapat
dan okratoksin pada bahan makanan merupakan masalah ekonomi yang utama
bagi negara eksportir, dan ini akan diperburuk oleh peraturan yang ketat dari
salah satu dari puluhan pulau di Propinsi NTT, yang memiliki aneka komoditi
dengan aneka jenis tanaman komoditi perkebunan dan yang paling dominan
dibudidayakan oleh para petani di Flores adalah kakao. Adapun produksi biji
kakao yang dihasilkan oleh masing- masing kabupaten di Flores pada tahun 2007
Timur sebanyak 311 ton, Kabupaten Ngada sebanyak 161 ton dan Kabupaten
Nagekeo sebanyak 579 ton. Sedangkan produksi biji kakao di Kabupaten Ende
Timursebanyak 651 ton dan Kabupaten Lembata sebanyak 49 ton (BPS NTT,
2011).
Kabupaten Ende.
dihilangkan atau dieradikasi, yang ada pada komuditas pertanian dan ternak.
mauoun pasca panen dan memiliki sifat beracun Ketika di cerna, dihirup atau
diserap melalui kulit oleh manusia dan hewan. Penyakit ini dikenal sebagai
Satu spesies cendawan dapat menghasilkan banyak mikotoksin yang berbeda dan
2000). Saat ini sebanyak 100 jenis cendawan telah diidentifikasi dan di antaranya
lebih dari 500 mikotoksin telah dilaporkan berpotensi toksigenik. Selain itu,
(CT), dan ergot alkaloid (EAs) (grenier & Oswald; Horky 2018;Ukwuru et
al.2018).
2.1. 1. Jenis Cendawan Penghasil Mikotoksin Pada Komoditas
Pertanian
diantaranya adalah :
koloni fusarium tumbuh dengan cepat seperti kapas berwarna pucat atau
cerah, warna talus bervariasi dari keputihan hingga kuning, kecoklatan, merah
keasaman dan gula yang tinggi, yang merupakan substrat ideal bagi
akar bonarius dan aniger umum terjadi pada anggur yang baru dipanen
(hocking et al 2003).
(pitt et al.1993). aflafus sebagai hasil kolonisasi biji bijian yang tidak
( giorni et al.2012) .
kelembapan yang tinggi, kadar air biji yang tinggi, kerusakan oleh
serangga dan infeksi cendawan. Kerusakan semakin tinggi jika biji
bermutu.
2.2 Gejala Kerusakan biji kakao yang di akibatkan oleh jamur Mikotoksin
Kerusakan pada biji kakao terjadi pada saat prapanen, panen dan pasca
pada biji kakao dapat berpotensi sebagai mikotoksin. Jamur dapat terbawa
oleh biji dan ditemukan di permukaan biji atau telh menginfekai ke dalam
mengkontaminasi produk pangan kakao antara lain field fungi, storage fungi
, kontaminan fungi dan invasif fungi. Populasi jamur biasanya baru terlihat
pada saat biji akan di fermentasi dan saat penjemuran, akan semakin
2.3 Hipotesis
Dari rumusan masalah dan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya,
diduga bahwa jamur yang dominan ditemukan pada biji kakao selama
proses penanganan pasca panen terdapat 9 jenis jamur yang menginfeksi biji
Ende.
Alat yang digunakan adalah Tupperware dan bahan yang digunakan adalah 15 biji kakao
Penelitian ini adalah penelitian isolasi dan identifikasi jenis jamur Mikotoksin pada biji
Kakao kering.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kakao kering terfermentasi dan
tidak terfermentasi yang dihasilkan di Flores.Sampel biji kakao kering tersebut merupakan biji
kakao kering yang sudah diolah petani selama 3-5 hari dan lama penyimpanannya di gudang 2
(dua) minggu.