Anda di halaman 1dari 5

ISSN : 1907-039X Jurnal AGROTEK Vol 9, Nomor 2 (2021)

E-ISSN : 2620-8385 https://faperta.unipa.ac.id/

Morfologi cendawan yang berasosiasi dengan gejala busuk buah kakao

Adelin Elsina Tanati, Simson Joap Hukubun, Besse Amriati

Fakultas Pertanian Universitas Papua


Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari – Papua Barat
adelinadelin821@gmail.com

ABSTRACT:
The purpose of this study was to determine the types of fungi associated with rotten cacao
pods. The results of this study can be used as additional information in controlling not only
the main pathogen, but also other associated microorganisms. The method used in this study
is a descriptive method through observation or direct observation. The variables observed in
this study were the types of fungi associated with the symptoms of cocoa pod rot. The results
found five (5) types of fungi associated with symptoms of cocoa pod rot disease, namely
Aspergillus aculeatus, Fusarium sp., Mucor sp., Rhizopus sp. and one (1) type of fungus was
not identified. All types of fungi have different macroscopic and microscopic morphology.
In general, 4 types of fungi were identified as fungi that cause rot in plants.
Keywords: cocoa pod rot, fungi, association

PENDAHULUAN % dan 50 %. Penyakit busuk buah kakao


Kakao (Theobroma cacao L.) disebabkan oleh jamur Phytophthora
merupakan salah satu komuditi hasil palmivora Butl. (Semangun, 2008). Selain
perkebunan Indonesia yang dapat diolah P. palmivora Bult. yang mengakibatkan
menjadi produk kokoa dan cokelat yang busuk buah kakao, ada juga jenis-jenis
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi cendawan lain yang menginfeksi buah
(Osakabe et al., 1998). Tanaman kakao kakao antara lain Colletotrichum sp.,
merupakan salah satu tanaman yang Moniliophthora roreri, Lasiodiplodia
pertama kali di perkenalkan oleh bangsa theobromae (Pat.), Macrophomina
Spanyol di Indonesia. Menurut Wahyudi phaseolina, (Tassi) Pestalotiopsis sp.,
dkk., (2008), tahun 1560 kakao mulai nectria cacaoicola dan lain-lain yang
diperkenalkan oleh orang-orang Spanyol menimbulkan gejala dan penyakit
ke Indonesia di Minahasa, Sulawesi Utara. bervariasi. Cendawan yang hidup pada
Menurut Karmawati dkk. (2010), buah kakao akan berkembang dengan
Indonesia termasuk salah satu negara baik, jika lingkungannya mendukung.
terbesar ketiga yang membudidayakan Ketika lebih dari satu jenis cendawan
tanaman kakao, setelah Pantai Gading dan berkembang di tempat yang sama, maka
Ghana. akan meningkatkan gejala penyakit yang
Dalam budidaya tanaman kakao, telah muncul. Dengan demikian,
salah satu faktor penghambat adalah dibutuhkan upaya pencegahan dan
penyakit busuk buah kakao. Busuk buah pengendalian secara dini agar mutu atau
adalah penyakit yang terpenting dalam hasil tetap terjaga sampai siap panen.
budidaya kakao di Indonesia (Ferayanti Penyakit busuk buah kakao
dkk., 2016). Besarnya kerugian sangat merupakan salah satu penyakit utama yang
berbeda antarkebun, bervariasi antara 26 mengakibatkan kerugian paling besar bagi
petani kakao di Indonesia, yang

| 9
ISSN : 1907-039X Jurnal AGROTEK Vol 9, Nomor 2 (2021)
E-ISSN : 2620-8385 https://faperta.unipa.ac.id/

disebabkan oleh cendawan Phytophtora 2) Ciri mikroskopis cendawan yang


palmivora. Di Manokwari, patogen ini berasosiasi pada buah kakao bergejala
cukup merugikan pertanaman kakao, busuk.
karena mengakibatkan kehilangan hasil
yang cukup besar. Terdapat jenis HASIL DAN PEMBAHASAN
cendawan lain yang disebut sebagai Gejala busuk buah pada kakao
cendawan sekunder yang dapat tumbuh disebabkan oleh patogen penyebab
pada buah kakao yang bergejala busuk. penyakit. Patogen banyak jenisnya, dan
Jenis-jenis cendawan ini perlu diketahui, dapat menginfeksi seluruh bagian
agar pengendalian dapat dilakukan secara
tanaman, termasuk buah kakao.
menyeluruh pada semua patogen yang
menginfeksi buah kakao.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis cendawan yang
berasosiasi pada buah kakao yang
bergejala busuk, di Manokwari. Hasil
penenelitian dapat digunakan sebagai
informasi bagi petani dan instansi terkait
tentang jenis - jenis cendawan lain yang
berasosiasi pada buah kako yang bergejala Gambar 1. Gejala Busuk pada Buah Kakao
busuk, sehingga dapat dilakukan Gejala penyakit busuk buah pada
pengendalian yang tepat dan menyeluruh. Gambar 1 adalah timbulnya bercak-bercak
hitam pada bagian kulit luar buah. Bercak-
BAHAN DAN METODE bercak hitam akan meluas sampai
Bahan yang digunakan dalam menutupi semua bagian kulit buah jika
penelitian ini adalah buah kakao yang tidak segera melakukan pengendalian.
bergejala busuk, aquades, kentang, gula Gejala timbul pada buah dengan berbagai
(dextrose), agar, alkohol 70%, tissue, tingkatan umur mulai dari buah masih
kapas, aluminium foil, plastic wrap, kecil sampai buah menjelang masak.
spirtus, dan asam laktat. Sedangkan alat Warna buah berubah menjadi coklat
yang digunakan dalam penelitian ini kehitaman, mulai dari bagian ujung atau
adalah timbangan Analitik, laminar air dekat dengan tangkai buah. Buah akhirnya
flow, bunsen, autoclave, jarum preparat, menjadi hitam dan sering diselimuti jamur
gelas ukur, erlenmeyer, cawan petri, sekunder berwarna putih. Serangan jamur
tabung reaksi, kamera, mikroskop, paper sampai di bagian biji.
glass, cover glass dan alat tulis buku. Menurut Sinaga (2004), penyakit
Metode yang digunakan adalah busuk buah dapat menyerang semua fase
metode deskriptif dengan teknik pertumbuhan buah, mulai dari buah pentil
observasi. Sampel buah kakao bergejala hingga buah dalam fase kemasakan. Buah
busuk diambil secara acak pada Kebun yang terserang penyakit busuk buah akan
Kakao Anggori-Amban. Sampel tampak hitam arang dan jika disentuh akan
ditempatkan di kantong plastik dan dibawa terasa basah membusuk. Penyakit ini dapat
ke Laboratorium untuk diuji. menyebar dari satu buah yang terinfeksi ke
Variabel pengamatan dalam buah lainnya melalui beberapa media
penelitian ini adalah: seperti sentuhan langsung antar buah,
1) Ciri makroskopis cendawan yang percikan air, dibawa oleh hewan (semut
berasosiasi pada buah kakao bergejala atau tupai), bahkan oleh tiupan angin.
busuk. Penyebaran busuk buah akan semakin
cepat jika kondisi kebun terlalu lembab

| 10
ISSN : 1907-039X Jurnal AGROTEK Vol 9, Nomor 2 (2021)
E-ISSN : 2620-8385 https://faperta.unipa.ac.id/

karena cendawan Phythoptora palmivora Spora yang dihasilkan berwarna hialin,


dapat tumbuh subur pada daerah yang ukuran (diameter) spora kecil dan bentuk
lembab (Semangun, 1990). melengkung (Gambar 3).
Berdasarkan hasil isolasi, terdapat 5
jenis cendawan yang tumbuh pada pada
buah kakao yang bergejala busuk.
Cendawan tersebut diidentifikasi
menggunakan buku identifikasi cendawan.

1. Aspergillus aculeatus
Miselium dari cendawan ini
berwarna hitam kecoklatan, tebal dengan Gambar 3. Ciri Morofologi Fusarium sp.;
bentuk pertumbuhan menyebar ke (a). Miselium (Koloni); (b). Hifa dan
samping. Memiliki spora berbentuk bulat, Spora (perbesaran 1000x).
dengan tangkai spora yang berwarna hialin
(bening) (Gambar 2). Menurut Barnett&Hunter (1999),
Fusarium sp., memiliki miselium dominan
berwarna putih, meskipun ada juga spesies
yang berwarna merah muda, ungu dan
salem. Cendawan ini memiliki tipe hifa
yang bersekat. Spora yang dihasilkan antar
spesies Fusarium juga berbeda. Ada yang
berbentuk seperti bulan sabit, berujung
runcing, berujung tumpul, melengkung.
Gambar 2. Ciri Morfologi A. aculeatus; 3. Mucor sp.
(a). Miselium (Koloni); b). Spora dan
Tangkai Spora (perbesaran 1000x). Miselium cendawan ini berwarna
putih dengan cara pertumbuhan yang
Menurut Barnett&Hunter (1999), cepat, merata dan padat sehingga
koloni dari A. aculeatus berwarna coklat memenuhi seluruh petri. Menghasilkan
kehitaman, bentuk pertumbuhan spora berbentuk bulat lonjong berwarna
konsentris. Memiliki miselium yang tebal hitam dan didukung oleh struktur seperti
tetapi pertumbuhannya rata. Menghasilkan tangkai yang memanjang dan transparan
spora yang dinamakan konidia yang (Gambar 4).
berbentuk bulat lonjong dan memiliki
tangkai konidia (konidiofor) yang
panjang. Cendawan ini merupakan salah a
satu spesies yang mudah ditemukan di
tanah serta pada buah busuk (Gandjar dkk.,
2006).
2. Fusarium sp.
Gambar 4. Ciri Morfologi Mucor sp.; (a).
Miseliumnya berwarna putih Miselium; (b). Hifa, Spora, Collumela
keabuan pada permukaan bawah, tipis (perbesaran 1000x).
serta membentuk garis melingkar seperti
cincin terpusat, cara penyebarannya Gandjar et al., (2006) menjelaskan bahwa
merata. Secara mikroskopis, memiliki hifa Mucor sp., memiliki koloni berwarna
yang bersekat dan kelabu dan agak kasar. putih krem dan putih keabuan, dengan

| 11
ISSN : 1907-039X Jurnal AGROTEK Vol 9, Nomor 2 (2021)
E-ISSN : 2620-8385 https://faperta.unipa.ac.id/

pertumbuhan yang sangat cepat pada 6b). Cendawan ini belum dapat diketahui
cawan petri. Memiliki hifa yang tidak spesiesnya secara pasti karena ciri-ciri
bersekat, spora berbentuk bulat dan yang dihasilkan belum cukup untuk
didukung oleh massa kompak yang diidentikasi.
disebut collumela. Cendawan ini banyak
ditemukan di tanah, permukaan tanaman
serta bahan pangan yang busuk.

4. Rhizopus sp.
Memiliki miselium berwarna keabu-
abuan di bagian tengah hingga berwarna
putih di bagian tepi, penyebarannya b
merata dan padat. Menghasilkan spora Gambar 6. Ciri Morfologi; (a). Miselium;
ukuran dewasa dan bentuknya bulat utuh, (b). Hifa (perbesaran 1000x).
berwarna hitam serta memiliki tangkai
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
yang berwarna hialin (Gambar 5).
diatas, diketahui tidak hanya satu jenis
cendawan yang tumbuh pada gejala busuk
buah kakao. Cendawan yang tumbuh lebih
dari satu jenis dan memiliki ciri
morofologi yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa,
busuk buah pada umumnya disebabkan
oleh satu jenis cendawan patogen utama
dan diikuti oleh jenis cendawan lain
Gambar 5. Ciri Morfologi Rhizopus sp.; sebagai patogen sekunder. Dari segi
(a). Miselium; (b). Sporangium dan patogenesis, umunya gejala penyakit yang
Sporangiosfor (perbesaran 1000x). telah terjadi, dapat menjadi jalan masuk
atau tempat infeksi bagi cendawan lain
Berdasarkan ciri di atas, cendawan (Agrios, 2005). Cendawan hasil isolasi
ini adalah Rhizopus sp., sesuai menunjukkan hubungan atau asosiasi
dengan deskripsi Barnett&Hunter (1999), dengan gejala busuk buah kakao. Asosiasi
yaitu : koloni berwarna putih. Hifa tidak yang dihasilkan biasanya berdampak
bersekat dan memiliki filamen. Spora negatif, karena akan terus menginfeksi
terkumpul dalam struktur yang berbentuk buah kakao, menambah luasan gejala
bulat hitam yang dinamakan sporangium. busuk yang sudah ada bahkan dapat
Sporangium didukung oleh tangkai yang menghasilkan gejala penyakit lain selain
disebut sporangiosfor. Pada dasarnya busuk buah (Rojas et.al., 2010).
Rhizopus sp., merupakan cendawan yang Morfologi yang berbeda-beda
bersifat saprofit, meskipun hidup pada menunjukkan banyaknya aneka ragam
buah atau sayuran (Gandjar dkk., 2006). cendawan yang ada dan tumbuh dengan
5. Cendawan tidak teridentifikasi baik jika lingkungan mendukung. Hal ini
juga didukung dengan ditemukannya
Ciri-ciri dari cendawan ini adalah: spora pada pengamatan mikroskopis; di
miselium berwarna, berbentuk padat, tebal mana spora merupakan alat
dengan penyebarannya ke arah samping perkembangbiakan cendawan. Dengan
hingga memenuhi seluruh ruang petri demikian, dapat dibuktikan bahwa
(Gambar 6a.). Cendawan ini juga memiliki cendawan ini dapat berkembang dengan
hifa yang bersekat,panjang dan berwarna baik. Lingkungan yang mendukung
gelap namun tidak nampak spora (Gambar

| 12
ISSN : 1907-039X Jurnal AGROTEK Vol 9, Nomor 2 (2021)
E-ISSN : 2620-8385 https://faperta.unipa.ac.id/

perkembangan cendawan adalah Karmawati, E., Mahmud, Z., Syakir, M.,


lingkungan yang lembab; jika kebun Munarso, S. J., Ardana, I. K., &
lembab, maka cendawan (bukan hanya Rubiyo. (2010). Budidaya &
satu jenis saja) dapat berkembang dengan Pascapanen Kakao. Bogor: Pusat
baik (Sinaga, 2004). Untuk itu, perlu Penelitian dan Pengembangan
dijaga kebersihan kebun agar suhu dan Perkebunan
kelembaban tidak tinggi. Osakabe, N., R., Landge, C., Natsume, M.,
Takaziwa, T., Gomi, S., Osawa, T.
KESIMPULAN 1998 Antioxidative polyphenol
Terdapat 5 jenis cendawan yang isolated from Theobroma cacao, J.
berasosiasi pada gejala busuk buah kakao Agric. Food Chemistry,46, 454-457.
yaitu Aspergillus aculeatus, Fusarium sp.,
Rojas E.I., S.A. Rehner, G.J. Samuels,
Mucor sp., Rhizpous sp., dan 1 jenis yang S.A. van Bael, E.A. Herre, P.
belum teridentfikasi. 5 jenis cendawan Cannon, R. Chen,J. Pang, R. Wang,
memiliki ciri makroskopis dan and Y. Zhang. 2010. Colletotrichum
mikroskopis yang berbeda, pada warna gloeosporioides s.I. associated with
koloni, struktur miselium, bentuk Theobroma cacao and otherplants in
pertumbuhan miselium serta hifa dan Panama: multilocus phylogenies
spora yang berbeda warna, ukuran dan distinguish host-associated pathogen
bentuk. Cendawan yang berasosiasi from asymptomatic endophytes.
tersebut merupakan patogen sekunder Mycologia 102(6) :1318-1338.
yang dapat meningkatkan infeksi dari
DOI:10.3852/09-244.
patogen penyakit utama buah kakao.
Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit
DAFTAR PUSTAKA Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada University Press,
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th
Yogyakarta.808 p.
edition. New York: Academic Press.
Semangun, H. 1990. Penyakit-Penyakit
Barnett HL, Hunter BB. 1999. Illustrated Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Genera of Imperfect Fungi. 2nd Gajah Mada University Press
edition. Minnesota: APS Press. Jogyakarta.
Evans, H.C., K.A. Holmes and A.P Reid. Sinaga, M. 2004. Dasar-dasar Ilmu
2003. Phylogeny of the frosty pod Penyakit Tumbuhan. Penebaran
rot pathogen of cocoa. Plant
Swadaya Jakarta.
Pathology 52: 476-485. DOI:
10.1046/j.1365-3059.2003.00867.x. Wahyudi, T., Panggabean, T.R. dan
Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap
Ferayanti F., Rina S., Essy H. 2016. Kakao: Manajemen Agribisnis dari
Pengaruh Kombinasi Spesies Hulu hingga Hilir. Penebar
Trichoderma dan Frekuensi
Swadaya, Jakarta.
Penyemprotan Terhadap Intensitas
Penyakit Busuk Buah (Phytophtora
palmivora) dan Hasil Panen Kakao.
J. Floratek 11(2) :143-151.
Gandjar I., W. Sjamsuridzal, A. Oetari.
2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.

| 13

Anda mungkin juga menyukai