Disusun oleh :
Rifqi Zahroni (134150198)
A. Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang telah lama
dikembangkan baik oleh masyarakat maupun lahan perkebunan yang dikelola
oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini berbagai produk
pangan yang berbahan biji kakao sangat digemari oleh berbagai kalangan
masyarakat. Oleh karena itu permintaan pasar akan tanaman ini terus meningkat
dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, baik
untuk pasar dalam negeri maupun ekspor ke berbagai negara yang merupakan
produsen makanan berbahan dasar kakao.
Permintaan biji kakao terus meningkat, terutama dari Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa Barat. Berbagai negara tersebut dikenal sebagai produsen
makanan yang menggunakan kakao sebagai bahan dasar utamanya. Indonesia
sebagai salah satu negara produsen perlu memanfaatkan peluang tersebut untuk
meningkatkan devisa negara dengan meningkatkan ekspor biji kakao (coklat).
Hal ini menyebabkan terbukanya peluang untuk pengembangan budi daya
tanaman ini secara lebih baik, apalagi mengingat Indonesia sebagai salah satu
produsen kakao terbesar di dunia (Drenth dan Sendall 2004). Di Indonesia
dibudidayakan dua tipe kakao, yaitu kakao lindak (bulk cocoa) dan kakao mulia
(fine flavour cocoa) yang mempunyai harga jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kakao lindak.
Salah satu usaha perbaikan suatu tanaman adalah dengan melakukan
seleksi pada suatu populasi dengan keragaman genetik cukup tinggi. Apabila
suatu karakter memiliki keragaman genetik cukup tinggi, maka setiap individu
dalam populasi hasilnya akan tinggi pula, sehingga seleksi akan lebih mudah
untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Oleh sebab itu, informasi
keragaman genetik sangat diperlukan untuk memperoleh varietas baru yang
diharapkan (Helyanto et al., 2000).
Metode seleksi merupakan proses yang efektif untuk memperoleh sifat–
sifat yang dianggap sangat penting dan tingkat keberhasilannya tinggi (Zasno,
1992). Untuk mencapai tujuan seleksi, harus diketahui antar karakter agronomi,
komponen hasil dan hasil, sehingga seleksi terhadap satu karakter atau lebih
dapat dilakukan (Zen, 1995).
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk mempelajari cara pemuliaan tanaman
Kakao tahan terhadap penyakit VSD.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Penyebaran
Penyakit pembuluh kayu VSD menular dari tanaman satu ke
tanaman lain melalui spora yang diterbangkan oleh angin pada tengah
malam. Kira-kira hanya 10 m dari sumbernya. Tetapi jika ada angin
kencang spora bias terbawa sampai 182 m. Spora jamur O. theobromae
peka terhadap cahaya menjadi tidak infektif setelah terkena sinar matahari
selama 30 menit.
Spora yang jatuh pada daun muda akan segera berkecambah apabila
tersedia air dan akan masuk dan berkembang kedalam jaringan xilem. Di
dalam xilem, jamur tumbuh kebatang pokok. Setelah 3-5 bulan muncul
gejala daun menguning dengan bercak hijau. Daun-daun tersebut mudah
rontok dan menyebabkan ranting mati.
Sporofor berupa benang-benang putih muncul pada malam hari dari
bekas duduk daun sakit yang telah gugur. Pada kondisi yang sesuai akan
terbentuk basidiospora. Bahkan ada yang melaporkan sporofor akan
muncul pada ranting sepanjang malam. Penyakit VSD lebih mudah
tersebar di daerah beriklim basah dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun dibandingkan dengan daerah yang beriklim kering.
Kerusakan
Tanaman kakao yang rentan terhadap VSD dapat menimbulkan
kerusakan yang berat. Jamur hidup dalam jaringan xylem dan berdampak
mengganggu dan mengurangi pengangkutan air dan unsur hara ke daun.
Gangguan ini menyebabkan gugur daun dan mati ranting. Apabila
serangan berlanjut, kematian jaringan dapat menjalar sampai ke cabang
atau bahkan ke batang pokok.
Pada tanaman yang toleran terhadap penyakit VSD tidak
menimbulkan kerusakan yang berarti. Meskipun ranting telah terinfeksi
namun masih mampu tumbuh baik dengan membentuk daun-daun
baru.jika serangan berlanjut dapat menimbulkan gugur daun dan mati
ranting.
C. Tahapan Pemuliaan
1. Koleksi Plasma Nutfah
Koleksi plasma nutfah merupakan sumber material genetis yang
penting dalam usaha pemuliaan tanaman untuk menghasilkan bahan tanam
unggul. Koleksi plasma nutfah kakao dibuat dalam bentuk pertanaman atau
kebun koleksi yang tersusun atas macam-macam klon kakao. Untuk
memperkaya sumber daya genetik, usaha koleksi dan eksplorasi plasma
nutfah kakao terus dilaksanakan dengan melakukan koleksi klon-klon
lokal, introduksi klon dari luar negeri, atau klon-klon baru dari hasil seleksi
pohon secara individu.
2. Pengujian Klon Kakao
Mendapatkan bahan tanam yang memiliki sifat sesuai dengan yang
diinginkan perlu dilakukan pengujian dan seleksi. Tindakan ini dapat
dilakukan dengan mengamati percobaan pengujian klon-klon kakao
sebagai berikut.
a. Pertumbuhan dan prekositasnya (sifat cepat atau lambat dalam
pembungaan dan pembuahan awal).
b. Daya hasil dan mutu hasilnya.
c. Ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit utama dari hasil
pengujian klon dapat diperoleh klon-klon terpilih yang dapat
digunakan sebagai bahan tanam atau bahan persilangan dalam
pembuatan kakao hibrida.
3. Persilangan Antar Klon dan Pengujian Kakao Hibrida
Tanaman kakao memiliki keragaman yang tinggi, baik bentuk buah,
warna buah, besar biji, maupun ketahanannya terhadap hama dan penyakit.
Menurut Wood (1975), jika dua tanaman hasil seleksi dari populasi yang
secara genetis berbeda akan muncul sifat hibrida kuat (hybrid vigor) dan
tanaman hibridanya memiliki sifat pertumbuhan yang pertumbuhannya
cepat (jagur) serta produktivitasnya tinggi. Karena itu, untuk mendapatkan
bahan tanam kakao unggul dapat dilakukan persilangan antar klon kakao
yang telah terseleksi dan memiliki sifat unggul tertentu. Contohnya,
persilangan antar klon DR, ICS, TSH, dan UIT yang memiliki biji besr
dengan klon Sca 6 atau Sca 12 yang memiliki biji kecil tetapi tahan
terhadap penyakit utama kakao seperti penyakit busuk buah Phytophtora
palmivora.
Pada persilangan tersebut, klon yang berbiji besar digunakan sebagai
pohon induk, sedangkan klon yang tahan terhadap penyakit digunakan
sebagai sumber pollen atau pohon pejantan. Dari hasil persilangan ini
diharapkan dapat dihasilkan tanaman hibrida yang memiliki daya hasil
tinggi, mutu baik (biji besar), serta tahan terhadap hama dan penyakit.
Dari hasil persilangan antar klon di atas, tanaman hibrida masih harus
melalui beberapa tahap pengujian seperti pengujian klon. Hibrida terpilih
dapat diperbanyak dikebun benih untuk menghasilkan bahan tanam kakao
hibrida unggul.
4. Seleksi Pohon Induk
Selain beberapa usaha di atas, untuk mendapatkan klon baru yang
memiliki daya hasil lebih tinggi perlu dilakukan seleksi individu pohon
untuk memperoleh pohon induk terpilih. Dari pengamatan secara invidual,
pohon kakao yang memiliki daya hasil lebih dari 200% dibandingkan
dengan rata-rata daya hasil populasinya dapat dipilih sebagai pohon induk.
Pohon kakao yang terpilih tadi dimasukkan ke dalam kebun koleksi dan
digunakan untuk pengujian lebih lanjut.
Alur Pemuliaan untuk menghasilkan Hibrida Unggul Kakao melalui
proses Introduksi Eksplorasi dan seleksi tanaman Kakao yang ada,
Pengumpulan atau koleksi plasma nutfah
1. Melakukan seleksi klonal tahap 1
2. Mendapatkan klon unggul harapan tahap 1
3. Melakukan persialangan lanjutan dari hasil klon unggul tahap 1
4. Melakukan seleksi klonal dan populasi Hibrida
5. Menghasilkan Klon dan Hibrida Unggul Harapan
Dari Klon Unggul Harapan di point 3, umumnya dilanjutkan dengan
proses uji Multi lokasi untuk mendapatkan bahan tanam unggul berikutnya,
baik dalam bentuk klon maupun hibrida. Selanjutnya dilakukan
persialangan kembali untuk kemudian diseleksi klonal dan hibrida.
Gambar Persemaian kakao
A. Kesimpulan
Bahan tanaman kakao unggul seperti ICCRI 06H yang tahan VSD
merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah penyakit VSD pada
pertanaman kakao. Penemuan bahan tanaman unggul tersebut dapat
dimanfaatkan dalam rangka pengembangan teknologi inovasi bioindustri
kakao, serta dapat dipertimbangkan sebagai tolok ukur dalam kegiatan
perakitan bahan tanam kakao tahan VSD di Indonesia. Meskipun demikian,
keberhasilan penanganan masalah VSD tersebut tidak hanya tergantung pada
bahan tanam saja, akan tetapi juga tergantung pada penerapan cara budidaya
yang baik. Keberhasilan pemuliaan ketahanan VSD selanjutnya akan
tergantung pada seberapa besar tingkat keragaman genetik yang dapat
terbentuk melalui persilangan dengan memanfaatkan klon-klon tahan tersebut
serta manajemen proses seleksi dalam kegiatan pemuliaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penyakit Vascular Streak Dieback (Vsd) pada Tanaman Kakao
(Theobroma Cacao L) dan Pengendaliannya. Balittri litbang
Susilo, A.W. (2012a). ICCRI 06H, hibrida unggul kakao tahan penyakit pembuluh
kayu (VSD, Vascular Streak Dieback). Warta Pusat Penelitian Kopi dan
Kako Indonesia, 24(1), 4.