TINJAUAN PUSTAKA
jeruk, anggur, durian, pir dan buah lainnya. Hal tersebut mempengaruhi iklim
adanya standar mutu buah-buah impor dan lokal (Setyabudi et al., 2008).
bebas membuka peluang masuknya pangan impor ke tanah air termasuk buah-
buahan baik dalam bentuk segar maupun olahan. Masuknya buah impor memberi
alternatif pilihan bagi konsumen. Tidak dipungkiri juga bahwa produk buah segar
lokal, selain daya tarik karena kualitas yang ditampilkannya. Apalagi impor
terbesar buah segar di Indonesia didominasi oleh buah jeruk, apel dan pir,
kekhawatiran timbul karena justru jenis buah yang merupakan buah lokal tropis
(pisang, jambu biji, mangga, pepaya dan durian) ternyata masih mempunyai nilai
impor yang cukup tinggi, padahal ketersediaan atau produksi buah tersebut cukup
dirasakan oleh petani yang tanamannya rusak oleh patogen. Penyakit pascapanen
biasanya didasarkan pada satu tahap dalam sistem penanganan pascapanen. Belum
ada seorang pun yang menghitung kehilangan hasil secara akumulatif pada buah-
menyebabkan pembusukan pada buah mangga, pepaya dan pisang. Ada pula
mikroorganisme yang hanya berada pada bagian permukaan produk namun belum
Salah satu cendawan yang sering masuk melalui luka antara lain Penicillium
diperkirakan mencapai lebih dari $ 4,4 juta tahun 1992 (Rosenberger et al., 2006).
pasca panen meskipun serangan sudah dimulai sejak di lapangan atau periode
patogen ini adalah bagian tanaman yang bernilai ekonomis yaitu buah. Penyakit
ini berakibat sangat menurunkan kualitas buah. Serangan pada buah ditandai
dengan adanya bercak coklat atau hitam, agak cekung. Seringkali bercak-bercak
tersebut mengumpul pada pangkal buah, dan buah terinfeksi tidak dapat
Siklus hidup jamur sangat sederhana, ascomycetes hanya memiliki dua jenis
perbedaan biologi dan jumlah mating type dari ke dua kelas jamur ini menjadi
semakin jelas bahwa banyak komponen dari jenis perkawinan jamur tersebut
sangat penting. Sel haploid memiliki satu dari dua jenis kawin. Setiap sel haploid
pada permukaan sel dari lawan jenis perkawinan. Feromon yang mengikat
membentuk sel diploid. Sel diploid tidak lagi mampu kawin tetapi mengingat
kawin yang sering berada di ujung untuk menghasilkan sel yang memulai
(Casselton, 2002)
di dalam Phytophthora yang menyerang lada yang diduga bukan dari jenis
P. capsici. Mereka juga menyatakan adanya dua mating type diantara isolat-isolat
P. capsici yaitu mating type A1 dan A2. Adanya dua mating type tersebut
virulensinya lebih ganas atau lebih lemah pada induknya.Wahyuno dan Manohora
jaringan daun, batang atau akar lada yang telah terinfeksi oleh dua mating type A1
dan A2. Adanya oospora hasil perkawinan P. capsici tipe A1 dan A2 juga
juga berfungsi struktur bertahan. Hasil penelitian Flier et al. (2003) menunjukkan
diambil dari isolasi dari pucuk kelapa dan batang karet, sedangkan tipe A2 berasal
dari isolasi dari buah kakao. Determinasi tipe kawin dilakukan dengan
P. capsisci yang sudah diketahui (tester) A1 dan A2 pada medium agar V8. Isolat
tersebut diamati 4-6 hari inkubasi pada suhu 22 0C di ruang gelap. Pengamatan
dilakukan terhadap ada tidaknya oospora pada zone interaksi kedua isolat
tester A1 dan tidak membentuk oospora dengan tester A2 berarti isolat tersebut
oospora dengan tester A2 dan tidak membentuk oospora dengan tester A1 berarti
cendawan (Gambar 1)
kawin-jenis gen dalam sel yang sama. Meiosis ini diikuti oleh pembentukan
ascospore. Jarang terjadi pertumbuhan zigot diploid (2n) dan hanya terjadi di
laboratorium.
Kjaerulff et al. (2005) menyatakan salah satu mating type ditentukan oleh
dua gen, yang terkait erat dalam kaset-mat yang disebut: M oleh tikar-tikar dan
Mc-Mm (alias Mi), P oleh mat-mat-Pc dan Pm (alias Pi). Mm dan Pm kawin-jenis
gen disebabkan oleh respon feromon, tetapi protein yang sesuai yang dapat
kaskade reaksi lebih lanjut yang mengarah ke meiosis dan sporulasi (F)
(Gambar 2).