Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN

“HAMA LALAT BUAH”

Disusun Oleh:
Nama : Zumrotul Maulidaturrohmah
NIM : 195040200111257
Kelas :J
Asisten : Medyanti Suraningwulan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Lalat Buah (Bactrocera spp)

Gambar lalat buah (Pracaya, 2008).

Klasifikasi lalat buah menurut Hidayat dan Siwi (2014) yaitu:


Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Cycloorhapha
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera spp

Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan hama pengganggu yang dapat


menurunkan kualitas hasil panen khususnya pada tanaman holtikultura baik yang
dibudidayakan secara luas maupun tanaman pekarangan seperti mangga,
belimbing, jambu, nangka, semangka, melon, cabai dan sebagainya. Lalat buah
merupakan hama dengan persebaran yang cepat dimana secara keseluruhan, 1 ekor
lalat buah betina mampu menghasilkan 1200 – 1500 butir telur. Lalat buah
menyebabkan kerusakan pada buah baik secara kuantitatif berupa penurunan
jumlah hasil panen, maupun kualitatif berupa kerusakan tertentu pada buah
sehingga menurunkan kualitas panen (Pracaya, 2018).

Siklus Hidup Lalat Buah


Lalat buah tergolong Holometabola, yang artinya memiliki periode istirahat
yaitu pada fase pupa. Dalam perkembangannya lalat buah mengalami metamorfosis
sempurna yaitu melalui fase telur, larva, pupa dan lalat buah dewasa. Lalat betina
setelah perkawinan menyimpan sperma di dalam organ yang disebut spermatheca
atau kantong sperma (Siwi et al., 2016).
1. Telur
Memiliki panjang kira-kira setengah millimeter. Bagian struktur punggung telur
ini lebih datar dibandingkan dengan bagian perut. Telur lalat akan nampak di
permukaan media makanan setelah 24 jam dari perkawinan.
2. Larva
Sekitar satu hari setelah fertilisasi, embrio berkembang dan menetas menjadi
larva. Larva yang baru menetas disebut sebagai larva fase pertama dan hanya
nampak jelas bila diamati dengan menggunakan alat pembesar. Larva makan dan
tumbuh dengan cepat kemudian berganti kulit mejadi larva fase kedua dan
ketiga.
3. Pupa
Pupa yang baru terbentuk awalnya bertekstur lembut dan putih seperti kulit larva
tahap akhir, tetapi secara perlahan akan mengeras dan warnanya gelap.
4. Imago
Lalat buah dewasa akan muncul melalui anterior end dari pembungkus pupa.
Lalat dewasa yang baru muncul ini berukuran sangat panjang dengan sayap yang
belum berkembang. Dalam waktu yang singkat, sayap mulai berkembang dan
tubuhnya berangsur menjadi bulat.

Gambar siklus hidup lalat (Siwi et al., 2016).

Gejala Serangan Lalat Buah


Gejala serangan lalat buah bisa dilihat dari struktur buah yang diserang oleh
hama. Lalat buah ini biasanya menyerang pada buah yang berkulit tipis, mempunyai
daging yang lunak. Gejala serangan pada daging buah membusuk dan terdapat
larva. Serangan lalat buah sering ditemukan pada buah yang hampir masak. Gejala
awal ditandai dengan terlihatnya noda–noda kecil berwarna hitam bekas tusukan
ovipositor. Kemudian karena perkembangan hama di dalam buah noda tersebut
berkembang menjadi meluas. Larva lalat memakan daging buah, sehingga buah
busuk sebelum masak. Stadium lalat buah yang paling merusak adalah stadium
larva (Suputa et al., 2017). Apabila daging buah dibelah terdapat larva-larva kecil.
Pada daging buah terjadi perubahan warna dan pada bagian yang terserang menjadi
lunak dan buah akan gugur sebelum masak jika terserang lalat ini.
Gambar kerusakan akibat lalat buah (Suputa et al., 2017)

Kerugian Akibat Serangan Lalat Buah Secara Ekonomi


Menurut jurnal yang ditulis oleh Wijaya et al. (2018), menyatakan bahwa
kerugian akibat serangan lalat buah mengakibatkan buah jeruk berguguran antara
58 – 130 buah per pohon. Rata-rata bobot buah jeruk perkilo berisikan 6 buah dan
harga buah jeruk per kg di kebun Rp.3.000,00.

Pengendalian Lalat Buah


Pengendalian dapat dilakukan dengan pemasangan perangkap lalat buah
menggunakan atraktan berjenis methil eugenol di mana aktraktan ini dapat menarik
lalat jantan dari ketiga spesies lalat buah yang telah teridentifikasi. Disamping itu
pengendalian yang ramah lingkungan lainnya seperti pengasapan,
penggerondongan buah untuk buah belimbing, sanitasi kebun dan pengumpulan
buah terserang yang jatuh untuk dimusnahkan. Penggunaan pestisida kimia dengan
racun kontak tidak dianjurkan karena tidak efektif bahkan bisa merusak mutu hasil
dengan adanya residu pestisida.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, P., dan S Siwi. (2014). Taksonomi dan Bioekologi Bactrocera spp.
(Diptera: Tephritidae) di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
Pracaya. (2018). Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Organik. Yogyakarta:
Kanisius.
Pujiastuti. 2009. Penggunaan Atraktan dalam Monitoring Keanekaragaman Spesies
dan Sebaran Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) pada Tanaman Buah di
Berbagai Ketinggian Tempat
Siwi, SS., P Hidayat, dan Suputa. (2016). Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
Penting di Indonesia (Diptera: Tephritidae). Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
Suputa, Cahyaniati, Arminudin, A. T., Kustaryati, A., Railan, M., &
Issusilaningtyas. (2017). Pedoman Koleksi dan Preservasi Lalat Buah (
Diptera : Tephritidae ). November 2017, 1–32.
https://www.researchgate.net/publication/321184130%0APedoman
Wijaya, I. N., Adiartayasa, W., & Dwipananda, B. I. G. (2018). Kerusakan dan
kerugian akibat serangan Lalat buah ( Diptera : Tephritidae ) pada pertanaman
jeruk. Agrottrop, 8(1), 65–70.

Anda mungkin juga menyukai