Anda di halaman 1dari 12

Keanekaragaman Jamur Makroskopis Di Gunung Bulusaraung

Sulawesi Selatan
Diversity of Macroscopic Fungi in Mount Bulusaraung
Rahmawati1, Muh. Yusyir Yatalattaf2, Aulia Dzalzabila3, Rahmawati4
Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar
E-mail: chimmadonk90@gmail.com

Abstrak
Gunung Bulusaraung merupakan salah satu hutan yang kondisinya masih bagus serta pepohonan
masih rapat melindungi lantai hutan sehingga memungkinkan banyak terdapat jamur makroskopis.
Jamur merupakan jenis organisme yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan
kelestarian alam karena kemampuannya mendegradasi bahan organik pada ekosistem. Penelitian
jamur makrokopis di kawasan Gunung Bulusaraung bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis jamur makroskopis. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode jelajah
dengan melakukan pengamatan langsung atau secara morfologi pada kawasan Gunung
Bulusaraung, khususnya pada pos 4 sampai pos 7. Hasil dari penjelajahan dan pendataan diperoleh
10 spesies teridentifikasi, yaitu Trametes versicolor, Stereum complicatum, Xylaria polymorpha,
Fomitopsis pinicola, Coltricia perennis, Stereum ostrea, Stereum striatum, Fuscoporia torulosa,
Ganoderma sp., Microporus xanthopus dari 6 famili yang memiliki warna,bentuk, dan ukuran
yang berbeda-beda. Hal ini menunjukan bahwa keanekaragaman jenis jamur makroskopis di
kawasan Gunung Bulusaraung sangat beragam.

Kata kunci: Gunung Bulusaraung , Jamur, Makroskopis

PENDAHULUAN ditemukan di dalam hutan (Carlile dan


Jamur adalah salah satu komponen Watkinson 1995).
ekosistem yang seringkali terabaikan pada Berdasarkan klasifikasi terbaru, terdapat
saat dilakukan inventarisasi keragaman lima kelompok jamur yaitu
hayati baik di daerah wisata ataupun non Chytridiomycota, Zgyomucota,
wisata. Jamur termasuk komponen penting Glomeromycota, Ascomycota, dan
untuk keberlangsungan sebuah ekosistem Basidiomycota. Berdasarkan bentuk badan
(Deacon, 2006). Jamur merupakan satu buahnya, jamur dibedakan menjadi jamur
diantara berbagai jenis organisme yang makro dan mikro. Jamur makro adalah
berperan penting dalam menjaga jamur yang badan buahnya bisa terlihat jelas
keseimbangan dan kelestarian alam dan tanpa alat bantu (mikroskop), sedangkan
salah satu dekomposer utama pada jamur mikro untuk melihat bentuk fisiknya
ekosistem selain bakteri dan protozoa, menggunakan alat bantu (Pratama dkk,
sehingga jamur banyak membantu proses 2017). Tubuh buah dari makrofungi
dekomposisi bahan organik untuk memiliki bentuk dan warna yang mencolok
mempercepat siklus materi dalam ekosistem seperti merah cerah, coklat cerah, orange,
hutan (Suharna, 1993). Jamur merupakan putih, kuning, krem bahkan berwarna
organisme heterotrof yang mempunyai hitam, selain itu makrofungi bisa dilihat
kemampuan sangat baik dalam dengan kasat mata (Gandjar, et al., 2006).
mendegradasi bahan organik pada sebuah Jamur makroskopis memiliki struktur umum
ekosistem (Steffen et al., 2002; Osono & yang terdiri atas bagian tubuh yaitu bilah,
Hiroshi, 2006). Jamur mendapatkan nutrisi tudung, tangkai, cincin, dan volva. Beberapa
dengan mendegradasi bahan organik di jamur makroskopis ada yang tidak memiliki
sekitarnya (saprofit) atau mendapatkan salah satu bagian seperti tidak bercincin
nutrisi dari inangnya (mikoriza atau parasit). (Alexopoulus et al., 1996). Jamur
Jamur membutuhkan kelembapan untuk makroskopis memiliki perbedaan tipe
pertumbuhannya, yaitu berkisar antara 80%- himenofor, yakni lamela, pori, dan gerigi
85%, sehingga banyak jenis jamur yang (Ivan dkk, 2018).
Salah satu kelompok jamur makroskopis menjelajah daerah penelitian yaitu di
yang sering ditemui dalam kehidupan sehari- Bulusaraung, Kabupaten Pangkajene dan
hari adalah kelompok Basidiomycetes. Kepulauan, Sulawesi Selatan. Pengumpulan
Basidiomycota hidup sebagai dekomposer data jenis jamur makro dilakukan dengan
pada kayu atau bagian lain tumbuhan. metode ekplorasi yaitu jelajah secara acak.
Basiodiomycota memiliki tubuh buah Pengukuran kelembapan, suhu, dan tinggi
(basidiokarp) yang besar sehingga mudah dilakukan pada setiap tempat koleksi jamur
untuk diamati. Bentuk jamur ini ada yang makro dengan menggunakan RAL warna,
seperti payung, kuping, dan setengah penggaris, GPS, termometer, dan termo
lingkaran. Tubuh buah Basidiomycota terdiri hygro. Parameter identifikasi makroskopik
atas tudung (pileus), bilah (lamella), dan meliputi bentuk tubuh buah, warna cap,
tangkai (stipe). Jamur bereproduksi dengan diameter cap, bentuk atas dan bawah pada
cara seksual dan aseksual (spora), keduanya cap, permukaan cap, tepian cap pada cap,
biasanya dilakukan dengan skala yang besar tipe himenofor (meliputi cara menempel
(Pratama dkk, 2017). pada stipe, panjang) serta informasi
Indonesia adalah negara beriklim tropis penggunaannya melalui studi literatur untuk
dan memiliki hutan hujan yang besar mendapatkan data mengenai pengetahuan
sehingga mendorong keanekaragaman jamur lokal yang berhubungan dengan manfaat
makrokopis yang tinggi. Namun, di jamur tersebut.
Indonesia penelitian mengenai jamur
makroskopis masih sangat kurang dilakukan HASIL PENGAMATAN
(Dewi bornok, Santa et al., 2015). Selain itu, Sebanyak 10 spesies jamur makroskopis
kita dihadapkan pada cepatnya laju yang berhasil ditemukan di kawasan Gunung
penurunan keanekaragaman hayati baik oleh Bulusaraung, Kabupaten Pangkep, Sulawesi
proses alamiah maupun oleh ulah manusia. Selatan, khususnya pada pos 4-7. Jamur
Jika hal ini terus berlanjut, maka banyak makroskopis banyak tumbuh di batang kayu
spesies jamur makroskopis yang belum dan ranting pohon yang telah mati. Menurut
teridentifikasi mungkin akan segera punah. Suharna, (1993) faktor lingkungan yang
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini berbeda di setiap tempat serta lingkungan
adalah menyediakan informasi mengenai biotik dan abiotik berpengaruh terhadap
keanekaragaman jamur makroskopis di kehidupan jamur. Suhu optimum untuk
Gunung Bulusaraung sebagai upaya pertumbuhan jamur berkisar 20˚C-35˚C,
pelestarian keanekaragaman hayati, serta kelembaban udara 70%-100%. Kondisi
ekosistem dan pemanfaatan potensinya di kelembaban pada pos 4-7 berkisar antara
masa yang akan datang. 89%-90%, suhu udara sekitar 19˚C -24˚C.
Namun, pada suhu 19˚C dan ketinggian
METODE PENELITIAN 1041 meter dari permukaan laut (mdpl),
Metode penelitian yang dilakukan yaitu jamur paling banyak ditemukan.
survei langsung di lapangan dengan

Tabel 1. Karakteristik Makroskopis Jamur


No Nama Tinggi Diameter Ral
Warna
1. Trametes Mahago
versicolor ny
brown

2,2 cm
1,2 cm
2. Stereum Dahli
complicatum yellow

2,9 cm
3. Xylaria Signal
polymorpha black

3,3 cm
4. Fomitopsis Pastel
pinicola violet

6,5 cm
5. Coltricia Red
perennis brown

5,6 cm

6. Stereum Pastel
ostrea yellow

5,4 cm
7. Stereum Pebble
striatum Grey

8. Fuscoporia Orange-
torulosa coklat

6 cm

Tabel 2. Klasifikasi dan Gambar


No Klasifikasi Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1. Kingdom: Fungi
Division : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Polyporales
Family :
Ganodermataceae
Genus : Trametes
Species : Trametes
versicolor (www.inaturalist.org)

2. Kingdom: Fungi
Divisio : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Russulales
Family : Stereaceae
Genus : Stereum
Species : Stereum
complicatum
(www.inaturalist.org)
3. Kingdom: Fungi
Division : Ascomycota
Class :
Sordariomyecetes
Order : Xylariales
Family : Xylariaceae
Genus : Xylaria
Species : Xylaria (www.inaturalist.org)
polymorpha
4. Kingdom: Fungi
Divisio : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family :
Fomitopsidaceae
Genus : Fomitopsis
Species : Fomitopsis
pinicola (www.inaturalist.org)

5. Kingdom: Fungi
Division : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order :
Hymenochaetales
Family :
Hymenochaetaceae
Genus : Coltricia
Species : Coltricia
perennis
(www.inaturalist.org)

6. Kingdom: Fungi
Division : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Russulales
Family : Stereaceae
Genus : Stereum
Species : Stereum ostrea

(www.inaturalist.org)

7. Kingdom: Fungi
Division : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Russulales
Family : Stereaceae
Genus : Stereum
Species : Stereum
striatum
(www.inaturalist.org)
8. Kingdom: Fungi
Division : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order :
Hymenochaetales
Family :
Hymenochaetaceae
Genus : Fuscoporia
Species : Fuscoporia
torulosa

(www.inaturalist.org)
9. Kingdom: Fungi
Division : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Polyporales
Family :
Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Species : Ganoderma sp.

(www.inaturalist.org)
10. Kingdom: Fungi
Division : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Polyporales
Family : Polyporaceae
Genus : Microporus
Species : Microporus
xanthopus (www.inaturalist.org)

1. Trametes versicolor 4. Fomitopsis pinicola


Trametes versicolor ditemukan pada Fomitopsis pinicola merupakan jamur
ketinggian 1045 mdpl, hidup pada suhu yang ditemukan pada ketinggian 1045 mdpl,
24,5˚C dan kelembaban udara 90%. Jamur hidup pada suhu 20,5˚C serta kelembaban
ini ditemukan di atas batang kayu, berwarna udara 89%. Jamur ini menempel langsung
mahagong brown, memiliki bentuk cap yang pada substrat, berwana pastel violet,
terpusat dengan tepi yang terbelah. Tekstur memiliki bentuk cap datar, berdiameter 6,5
bagian tudungnya halus dan bagian bawah cm dengan tepi yang halus, tekstur bagian
bergerigi, diameter tudungnya 2,2 cm. atasnya halus dan bagian bawahnya
Tangkainya berbentuk bulat seperti umbi bergerigi.
dengan permukaannya yang bersisik dengan 5. Coltricia perennis
tinggi sebesar 0,3 cm. Tinggi jamur ini Coltricia perennis ditemukan pada
adalah 1,2 cm. ketinggian 1041 mdpl, hidup pada suhu
2. Stereum complicatum 19˚C serta kelembaban udara 89%. Jamur ini
Stereum complicatum ditemukan pada ditemukan pada substrat, yaitu kayu yang
ketinggian 1035 mdpl, hidup pada suhu telah mati atau lapuk, berwarna red brown
19,5˚C serta kelembaban udara 89%. Jamur dengan tinggi 6,2 cm. Bentuk cap terpusat,
ini menempel langsung pada substrat, berdiameter 5,6 cm dengan tepi yang beralur
berwarna dahli yellow, memiliki bentuk cap (bergulung keluar dan bergaris), bagian
datar, berdiameter 2,9 cm dengan tepi yang atasnya halus dan permukaan lamellanya
berpisah atau terbelah, tekstur bagian bergaris pendek menyerupai insang. Tangkai
atasnya halus dan bagian bawahnya tumbuh dengan arah eksentrik dengan ujung
bergerigi. membesar dan permukaannya lembut
3. Xylaria polymorpha dengan tinggi 2,0 cm.
Xylaria polymorpha ditemukan pada 6. Stereum ostrea
ketinggian 1090 mdpl, hidup pada suhu Stereum ostrea ditemukan pada
19˚C serta kelembaban udara 89%. Jamur ini ketinggian 1070 mdpl, hidup pada suhu
berwana sigral black dengan tinggi 3,3 cm 20˚C serta kelembaban udara 89%. Jamur ini
dan tumbuh di batang kayu, permukaannya menempel langsung pada substrat, yaitu
berserat dan bergaris pendek. Tangkainya kayu, berwana pastel yellow, memiliki
berada di tengah, berbentuk runcing dan bentuk cap datar, berdiameter 5,4 cm dengan
permukaannya halus dengan tinggi 0,2 cm. tepi yang terpisah atau terbelah, tekstur
bagian atasnya halus serta bagian bawahnya kisaran temperatur antara 22˚C – 35˚C.
bergerigi. Adanya perbedaan penemuan kelompok
7. Stereum striatum Polyporales ini kemungkinan karena faktor
Stereum striatum ditemukan pada lingkungan biotik dan abiotik setiap daerah
ketinggian 1115 mdpl, hidup pada suhu yang berbeda-beda. Trametes versicolor
19˚C serta kelembaban udara 89%. Jamur ini termasuk ke dalam jenis jamur White rot
menempel langsung pada substrat, yaitu yang merombak lignin dan sebagian selulosa
kayu, berwana pebble grey. Bentuk cap sehingga akan menyebabkan warna kayu
datar, berdiameter 2,0 cm dengan tepi yang lebih muda dari warna normal. T.versicolor
terpisah atau terbelah, permukaannya adalah jamur pelapuk putih yang dapat
berbercak dan permukaan lamellanya mendegradasi lignin pada lignoselulosa
bergaris pendek menyerupai insang. (Akhtar et al. 1996;Hossain & Ananthraman
8. Fuscoporia torulosa 2006; Irawati et al. 2009). Pendegradasi
Fuscoporia torulosa ditemukan pada lignin oleh jamur T.versicolor dapat
ketinggian 1064 mdpl, hidup pada suhu digunakan dalam industri yang lebih ramah
20˚C serta kelembaban udara 89%. Jamur ini lingkungan, murah dan hemat energi seperti
menempel langsung pada substrat, yaitu pembuatan pulp (Azmi dkk, 2014). Selain
kayu, berwana cream, memiliki bentuk cap itu, menurut Aritson dkk (2016),
datar, berdiameter 6 cm dengan tepi yang Polisakarida ekstraseluler dan intraseluler
halus, tekstur bagian atasnya halus serta T.versicolor aktif secara fisiologis sebagai
bagian bawahnya bergerigi. senyawa bioaktif. Dua polisakarida,
polysaccharopeptide (PSP) dan
PEMBAHASAN polysaccharopeptide Krestin (PSK) diisolasi
Hasil yang paing banyak ditemukan dari T.versicolor dan digunakan sebagai
adalah ordo Polyporales yang terdiri dari 4 suplemen untuk mendukung kemoterapi dan
spesies. Menurut Suhardiman (1995), ordo radioterapi kanker yang bersifat
Polyporales dari Kelas Basidiomycetes imunostimulan serta biomassa T.versicolor
merupakan kelompok jamur yang memiliki mengandung berbagai enzim yang relevan
banyak spesies dan sering ditemukan karena dengan aktivitas yang berbeda seperti
jamur ini tumbuh pada substrat serasah superoksida dismutase, peroksidase,
maupun kayu di hutan serta mampu glukoamilase, protease, dan lakase.
beradaptasi pada kondisi lingkungan yang Stereum complicatum atau yang dikenal
kurang mendukung untuk pertumbuhanya. juga Stereum rameale adalah patogen
Trametes versicolor. Jamur jenis ini tanaman yang menginfeksi pohon. Stereum
merupakan salah satu jamur yang paling rameale sebagian besar didistribusikan di
banyak dijumpai di dunia. Oleh karena itu, daerah tropis atau subtropis dan sering
banyak para ahli yang melakukan penelitian ditemukan tumbuh di puing-puing kayu,
tentang jamur tersebut. Berdasarkan hasil batang busuk dan kadang-kadang kayu mati
penelitian yang dilakukan oleh Budiarsi yang terkubur. Menurut Deacon (1984),
(2017), Trametes versicolor hidup pada jamur ini bersifat mesofilik, tumbuh pada
substrat kayu yang telah lapuk dengan temperatur sedang pada rentang 10-40˚C.
ketinggian 500-600 mdpl, kelembaban 63% Hidup pada kelembaban udara sekitar 80-
dan suhu 30,1 ˚C. Jadi, habitat dari Trametes 90%. Jadi, habitat Stereum rameale yang
versicolor yang kami temukan di kawasan kami temukan sesuai dengan teori karena
Gunung Bulusaraung tidak jauh berbeda dari jamur tersebut ditemukan pada kayu mati
Trametes versicolor yang ditemukan oleh dengan suhu 19,5˚C dan kelembaban udara
Budiarsi pada kawasan hutan Gunung 89%. Stereum rameale memiliki kapasitas
Giribangun, Karang anyar. Menurut Lisna penghambat yang kuat melawan bakteri
dan Hadi (2016), ordo Polyporales banyak patogen sehingga banyak yang mengolahnya
tumbuh di dataran tinggi antara 500-2000 ke dalam media cair . Ekstrak dan murni
mdpl, kelembaban antara 80-90% dan
senyawa dari S. rameale dapat dijadikan kurang baik. Jamur ini memiliki peranan
alternatif yang baik sebagai antimikrobiotik penting dalam proses pelapukan kayu jenis
(Pedro dkk, 2015). conifer dan dikenal sebagai perusak kayu.
Xylaria polymorpha atau yang lebih Salah satunya yaitu Kayu Franco yang
dikenal dengan istilah Dead man’s fingers membusuk karena jamur Fomitopsis
yang berarti “jari orang mati”, banyak (Larsen dkk, 1978). Selain itu, F. pinicola
ditemukan di atas tanah di sekitar pohon dapat mendegradasi metilen biru (MB) pada
yang telah mati. Menurut Annisa (2017), media PDA (Potato Dextrose Agar ) dan
faktor lingkungan yang sangat media cair PDB (Potato Dextrose Broth)
mempengaruhi pertumbuhan Xylaria sp. (Aulia dkk, 2014). Metilen Biru (MB)
adalah suhu. pertumbuhan Xylaria sp. merupakan pewarna sintetik yang sangat
dapat terhenti pada suhu di bawah 10˚C. sulit terdegradasi di alam yang dapat
Namun, kembali dapat tumbuh normal pada menyebabkan seseorang menjadi mual,
suhu 20-30˚C. Jamur karamu (Xylaria sp.) muntah, anemia hemolitik, hiperpireksia,
kami temukan hidup pada suhu 19˚C. hipotensi dan kulit menjadi kebiru-biruan.
Adanya perbedaan kemungkinan disebabkan Pada tahun 2008, Purnomo dkk.,
karena pada saat pengambilan data, cuaca melaporkan bahwa jamur F. pinicola mampu
sedang mendung. Jamur karamu (Xylaria mendegradasi 50 μL dari DDT 5mM sebesar
sp.) bermanfaat sebagai obat tradisional 84% yang diinkubasi selama 28 hari dalam
untuk mengobati penyakit kanker payudara kultur murni. Akata dan kawan-kawan
dan polip yang dapat menjadi alternatif (2010) juga melaporkan bahwa badan buah
pengobatan yang lebih efektif. Hasil jamur Fomitopsis pinicola mampu
penelitian Gunawan dkk (2016) berdasarkan mengabsorpsi pewarna MB sebanyak 24,68
hasil analisis fitokimia jamur karamu mg/g selama 12 jam, akan tetapi setelah
menunjukkan kandungan lentinan yang lebih mencapai kesetimbangan selama 12 jam,
tinggi yaitu (0,74 μg/mg) dibanding kecepatan absorbansi jamur F. pinicola
kandungan lentinan pada jamur Shiitake menurun dan cenderung konstan.
(Lentinula edodes) mengandung 0,54 μg/mg Coltricia perennis. Jamur ini ditemukan
lentinan dan jamur Tiram dan (0,11 μg/mg). pada kayu lapuk dengan suhu 19˚C dan
Lentinan diduga merupakan senyawa anti kelemababan 89%. Hal ini sesuai dengan
kanker yang terkandung dalam tubuh buah pendapat yang dikemukakan oleh Achmad
jamur. Lentinan pada jamur berperan untuk dkk (2013), bahwa jamur yang hidup pada
meningkatkan sistem pertahanan tubuh kayu lapuk memliki kisaran suhu sekitar
terhadap serangan kanker melalui sistem 16˚C-36˚C, serta pendapat oleh Martawijaya
yang kompleks, termasuk produksi sitokin dan Nurjayadi (2010), bahwa jamur yang
dari immunosit telah direkomendasikan tumbuh pada kayu lapuk memiliki
sebagai salah satu obat antikanker di Jepang kelembaban tanah sekitar 80-90%. Jamur ini
(Frantika & Purnaningsih, 2016). dikenal sebagai tinja peri dapat digunakan
Fomitopsis pinicola merupakan jamur sebagai antibakteri (Fauzi dkk, 2018).
yang tidak dapat dimakan karena tubuhnya Stereum ostrea merupakan jamur yang
berkayu sehingga terlalu keras untuk ditemukan pada kayu mati dengan suhu
dijadikan makanan. Berdasarkan peneletian 20˚C dan kelemababan 89%. Tempat
yang telah dilakukan oleh Elvira (2017) di pertumbuhan jamur harus memiliki sumber
kawasan hutan Sekipan, Jawa Tengah, makanan, misalnya nutirien berupa lemak,
Fomitopsis pinicola ditemukan pada protein, karbohidrat, dan senyawa lainnya
ketinggian 1400 mdpl. Jamur ini tidak dapat sehingga habitat dan substrat tidak dapat
dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian dipisahkan dari kehidupan jamurt. Hal tidak
1300-1350 mdpl karena masih terdapat dapat dimakan karena teksturnya yang keras
aktivitas manusia yang menyebabkan polusi dan kasar. Jamur ini telah lama digunakan
sehingga kualitas udara di daerah tersebut untuk pengobatan tradisional. Penggunaan
etnobotani jamur ini u ntuk menyembuhkan ganoderik, lusiderik, ganodermik,
penyakit tanaman dan manusia. Ekstrak ganoderenik, ganolusidik, asam aplanosidik,
kasar dan metanol S. ostrea berpengaruh polisakarida, protein, asam amino,
terhadap seleksi strain bakteri. Jadi, jamur nukleotida, alkaloid, steroid, lakton, asam
basidiomycetes busuk putih yang baru lemak, dan enzim (Boh, et al., 2000).
diisolasi dapat dimanfaatkan untuk aktivitas Microporus xanthopus. Jamur yang
antibakteri terhadap bakteri yang penting dapat dimanfaatkan sebagai hiasan atau
secara klinis (Praveen dkk, 2012). souvenir hanya ditemukan pada jenis jamur
Fuscoporia torulosa adalah jamur yang M. xanthopus dari fami li Polyporaceae.
ditemukan hidup pada kayu yang lapuk Jamur ini biasanya dalam bentuk hiasan
dengan suhu 20˚C dan kelemababan udara bunga atau pelengkap hiasan yang berbentuk
89%. Suhu dan kelemababn tersebut sesuai souvenir. juga mampu bertahan lama karna
dengan pendapat yang dikemukakan oleh tubuh buahnya keras dan kering.
Achmad dkk (2013), bahwa jamur yang
hidup pada kayu lapuk memliki kisaran suhu SIMPULAN
sekitar 16˚C-36˚C, serta pendapat oleh Sebanyak 10 spesies jamur makroskopis
Martawijaya dan Nurjayadi (2010), bahwa yang berhasil ditemukan. Jamur
jamur yang tumbuh pada kayu lapuk makroskopis tersebut berasal dari 2 divisi, 2
memiliki kelembaban tanah sekitar 80-90%. kelas, 4 ordo dan 6 famili. Kelas
F. torulosa adalah agen penyebab peluruhan basidiomycota ditemukan paling banyak dari
kayu alveolar putih pada beberapa spesies Ordo Polyporales serta divisi Ascomycota
termasuk sejumlah besar pohon di hutan. ditemukan dari ordo Sordariomyecetes.
Jamur ini sangat penting diketahui untuk Jamur banyak ditemukan pada batang kayu
mengidentifikasi pohon yang sakit sebelum dan ranting pohon yang telah mati.
penyebaran terjadi pada tanaman yang sehat
UCAPAN TERIMA KASIH
(Campanile dkk, 2008). Selain itu, F.
Penulis mengucapkan terima kasih
torulosa dapat digunakan sebagai salah satu
kepada pengurus Himpunan Mahasiswa
sumber antioksidan alami yang berharga
Jurusan Biologi FMIPA UNM Tahun 2019
untuk industri farmasi (Deveci dkk, 2019).
dan biro kegiatan mahasiswa biologi MPA
Ganoderma sp. merupakan jamur yang
Gloeocapsa HIMABIO FMIPA UNM Tahun
tumbuh pada kayu. Ganoderma sp.
2019 atas bantuannya dalam pengambilan
Menginfeksi pada jaringan akar tanaman
sampel di lapangan.
yang kemudian tumbuh dan berkembang di
bawah permukaan tanah (Hidayati dkk, DAFTAR PUSTAKA
2015). Selain itu, genus ganoderma Achmad. Mugioni. Arlianti, T. & Azmi, C.
merupakan jamur yang berkhasiat untuk 2013. Panduan Lengkap Jamur. Bogor:
obat. Ganoderma, dikenal sebagai Ling Zhi Penerbit Swadaya.
di Cina dan Reishi di Jepang, telah
digunakan sejak abad keempat masehi Akata I., Sinag A. and Islek C. (2010) Dye
sebagai salah satu komponen obat dalam Biosorption from Aqueous
obat-obatan tradisional Cina. Berbagai Solutions by Fomitopsis Pinicola
senyawa aktif terkandung dalam jamur (Sw.) P. Karst. GU J Sci.
Ganoderma. Senyawa aktif tersebut
Akhtar M, Blanchette RA, Kirk TK. 1997.
memiliki potensi sebagai antitumor dan
Fungal delignification and
antikanker, penurun tekanan darah, penurun biomechanical pulping of wood.
kadar kolesterol dalam darah, inhibitor Adv in Biochem
penggumpalan platelet, protein Engineering/Biotech 57: 159-
imunomodulator, pencegah pelepasan 195.
histamin, dan anti HIV (Dunham, 2000).
Senyawa aktif tersebut antara lain: Alexopoulus, C. J., Blackwall, M., & Mims,
C. W. (1996). Introductory
mycology fourth edition. New Quercus ile. Plant Pathology 57,
York (US): John Wiley and Sons, 76–83.
Inc.
Carlile, M J. dan SC. Watkinson. 1994. The
Annissa, Iin., Ekamawanti, Hanna Artuti dan Fungi. Academic Press. London.
Wahdina. 2017. Keanekaragaman Deacon, J. W. (2006). Fungal biology 4th
Jenis Jamur Makroskopis Di
edition. British (UK): Blackwell
Arboretum Sylva Universitas
Tanjungpura. Jurnal Hutan publishing Ltd.
Lestari. Vol. 5 (4) : 969 – 977.
Deveci, Ebru., Tel-Çayan,Gülsen and Duru,
Aqueveque, Pedro., Cespedes, Carlos Mehmet Emin. 2019. Evaluation
Leonardo., Becerra, Jose., Davila, of phenolic profile, antioxidant
Marcelo and Sterner, Olov. 2015. and anticholinesterase effects of
Bioactive compounds isolated Fuscoporia torulosa. International
from submerged fermentations of Journal of Secondary Metabolite.
the Chilean fungus Stereum Vol. 6, No. 1, 79-89.
rameale. De Gruyter.
Fauzi, Ridwa., Hidayat, Muhamad Yusup
Annisa, Rachmawati. 2017. Skrining Jamur dan Saragih, Grace Serepina.
Antagonis Terhadap Jamur Jenis-Jenis Jamur Makroskopis Di
Xylaria sp. Penyebab Penyakit Taman Nasional Kelimutu, Nusa
Lapuk Akar dan Pangkal Batang Tenggara Timur. Jurnal WASIAN.
Tebu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Vol.5 No.2.
Bandar Lampung: Universitas
Lampung. Frantika, Siti Sunariyati Arya dan
Purnaningsih, Titin. 2016. Studi
Azhari, Azmi., Falah, Syamsul., Nurjannah, Etnomikologi Pemanfaatan Jamur
Laita., Suryani dan Bintang Karamu (Xylaria Sp.) sebagai
Maria. 2014. Delignifikasi Batang Obat Tradisional Suku Dayak
Kayu Sengon oleh Trametes Ngaju di Desa Lamunti.
versicolor. Current Biochemistry. Proceeding Biology Education
Vol. 1 (1): 1-10. Conference. Vol 13(1) 2016: 633-
636.
Budiarsi. 2017. Inventarisasi Fungi
Makroskopis Di Kawasan Hutan Dunham, M. 2000. Potential of fungi used in
Gunung Giribangun Kelurahan traditional Chinese medicine: II
Girilayu Kecamatan Matesih Ganoderma.
Kabupaten Karanganyar. Skrpsi. http://www.oldkingdom/UGproje
Program Studi Pendidikan Biologi cts/Mark-Dunham/Mark-
Fakultas Keguruan dan Ilmu Dunhamhtml. 02/04/2004.
Pendidikan. Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., dan Oetari, A.
Yogyakarta. 2006. Mikologi Dasar dan
Terapan. Yayasan Obor Indonesia
Boh, B., D.Hodžar, D. Dolničar, M. Berovič : Jakarta.
and F. Pohleven. 2000. Isolation
and quantification of triterpenoid Gunawan, Y.E., Sunariyati, S., Wulandari,
acids from Ganoderma D.F. 2016. Analisis Fitokimia
applanatum of Istrian origin. Kandungan Lentinan pada Jamur
Food Technol. Biotechnol. 38: Karamu (Xylaria sp.) Sebagai
11–18. Senyawa Antikanker untuk
Menunjang Materi Jamur di SMA
Campanile, G., Schena, L and Luisi, N. Palangka Raya. Universitas
2008. Real-time PCR Palangka Raya. (Sripsi tidak
identification and detection of diterbitkan).
Fuscoporia torulosa in
Hidayati, Nur dan Nurrohmah, Siti Husna. Hardhaka, Tri., Fuadi, Bakhtiar
2015. Karakteristik Morfologi Fahmi., R , Akhamd Saikhu, Ar
Ganoderma steyaertanum Yang Rouf , M Solakhudin., Laily,
Menyerang Kebun Benih Acacia Zainul., Adi, Arfiayansyah dan P,
mangium DAN Acacia M Haris Yugo. 2017.
auriculiformis Di Wonogiri, Jawa Inventarisasi Jmur Makroskopis
Tengah. Jurnal Pemuliaan di Cagar Alam Nusakambangan
Tanaman Hutan. Vol. 9 No. 2, Timur Kabupaten Cilacap Jawa
117-130. Tengah. Proceeding Biology
Education Conferenc. Vol. 14 (1):
Hossain SM, Anantharaman N. 2006. 79-82.
Activity enhancement of
ligninolyitic enzymes of Trametes Purnomo A. S., Mori, T., Takagi, K. dan
versicolor with bagasse powder. Kondo, R. (2011) Bioremediation
Afri.J. Biotechnol. 5(1): 189-194. of DDT contaminated soil using
brown-rot fungi. International
Irawati D, Azwar NR, Syafii W, Artika IM. Biodeterioration &
2009. Pemanfaan serbuk kayu Biodegradation 65, 691–695.
untuk produksi etanol dengan
perlakuan pendahuluan Putra, Ivan Permana., Sitompul, Rahmadi
delignifikasi menggunakan jamur dan Chalisya, Nadiah. 2018.
Phanerochaete chrysosporium. Ragam dan Potensi Jamur Makro
Jurnal Ilmu Kehutanan 3(1) 13- Asal Taman Wisata Mekarsari
22. Jawa Barat. Journal of Biology,.
Vol. 11(2).
Khayati, Lisna dan Warsito, Hadi. 2016.
Keanekaragaman Jamur Kelas Suharna, N. 1993. Keberadaan
Basiodiomycetes Di Kawasan Basidiomycetes di Cagar Alam
Lindung KPHP Sorong Selatan. Bantimurung, Karaentadan
Prosiding Symbio (Symposium on Sekitarnya, Maros, Sulawesi
Biology Education): 129. 27 Selatan. Balitbang Mikrobiologi,
Agustus 2016 Balai Penelitian Puslitbang Biologi. LIPI. Bogor.
dan Pengembangan Liungkungan
Hidup dan Kehutanan Steffen, K. T., Hatakka, A., & Hofrichter,
Manokwari. M. (2002). Degradation of humic
acids by the litter-decomposing
Larsen, M. J" M. F. Jurgensen, and A. E, Basidiomycetes, Collybia
Harvey. 1978. N2 fixation dryophila. Applied and
associated with wood decayed by Environmental Microbiology,
some common fungi in western 68(7), 3442-3448.,
Montana. Can. J. For. Res, 8: 341-
345. Tampubolon, Santa Dewi Bornok Mariana.,
Utomo, Budi dan Yunasfi,
Martawijaya, I. E. & Nurjayadi, Y. M. 2010. Yunasfi. 2012. (The Diversity of
Bisnis Jamur tiram di Rumah Macroscopic Fungi in The
Sendiri. Bogor: IPB Press.b Education Forest of University of
Sumatera Utara, Tongkoh Village,
Praveen, K., Usha, K.Y., Naveen, M and Karo District, North Sumatra
Reddy, B. Rajasekhar. 2012. Province). Jurnal Universitas
Antibacterial Activity of a Sumatera Utara: Medan.
Mushroom - Stereum ostrea.
Journal of Biology, Agriculture Ulfi, Aulia., Purnomo, Adi Setyo dan Putri,
and Healthcare. Vol 2, No.1. Endah Mutiara Marhaeni. 2014.
Biodegradasi Metilen Biru Oleh
Purwanto, Pratama Bimo., Zaman, Jamur Pelapuk Cokelat
Mokhammad Nur., Yusuf, Formitopsis pinicola. Jurnal Seni
Muhammad., Romli, dan Sains. Vol. 2 (1).
Mochammad., Syafi’i, Imam.,

Anda mungkin juga menyukai