Anda di halaman 1dari 9

KATALOG SERANGGA

PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN


KOMODITAS TERUNG

DISUSUN OLEH
KELAS U

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Anggota Kelompok: 1. Anis Nur Afifah
2. Batari Melyapuri . W
KUTU DAUN PERSIK
(Myzus persicae Sulzer)

a. Nama umum (nama latin)


Kutu Daun Persik
(Myzus persicae Sulzer, 1776)

b. Klasifikasi (kingdom s/d spesies)


1. Kingdom : Animalia
2. Filum : Arthropoda
3. Kelas : Insecta
4. Ordo : Hemiptera
5. Subordo : Sternorrhyncha
6. Superfamili : Aphidoidea
7. Famili : Aphididae

c. Siklus hidup
M. persicae adalah kutu daun yang
berwarna kuning kehijauan atau kemerahan. Baik
kutu muda (nimfa atau aptera) maupun dewasa
(Imago atau alatae) mempunyai antena yang
relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya.
Panjang tubuh ± 2 mm, tubuh lunak seperti buah
pir. (Tarumingkeng 2001)
M. persicae ada yang bersayap dan ada
yang tidak bersayap.
Siklus hidup serangga ini adalah ± 18
hari. Kutu daun dewasa dapat menghasilkan
keturunan (nimfa) tanpa melalui perkawinan.
Sifat ini disebut partenogenesis. Satu ekor
dewasa dapat menghasilkan kira-kira 40 ekor
nimfa. Selama tidak mengalami gangguan dan
makanan cukup tersedia, kejadian tersebut
berlangsung terus menerus sampai populasi
menjadi padat. (Tarumingkeng 2001)
Nimfa yang dihasilkan ketika usia 7-10
hari akan menjadi dewasa sehingga dapat
menghasilkan keturunan lagi. Lama stadium
tersebut tergantung pada suhu udara, yaitu pada
suhu 25°C dan 3 minggu pada suhu 15°C (Ditlin
2008).
Hidup M. persicae berkelompok pada
bagian bawah helaian daun atau pada pucuk
tanaman. Nimfa dan imago mempunyai sepasang
tonjolan pada ujung abdomen yang disebut
kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun
berwarna hitam.
Perkembangan M. persicae dapat tumbuh
secara optimal pada saat tanaman bertunas.
(Ditlin 2008)
d. Peranan
Menurut Pracaya (2007), keberadaan
hama M. persicae dapat mengakibatkan kualitas
daun mejadi rendah karena ada embun madu
beserta embun jelaga. Kutu daun ini menyerang
tunas dan daun muda dengan cara menghisap
cairan tanaman sehingga helaian daun
menggulung. Koloni kutu mengeluarkan toksin
melalui air ludahnya sehingga timbul gejala
kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian
daun. (Deptan, 2009)

e. Gejala serangan*
Melalui angin kutu ini menyebar ke areal
kebun. Kutu daun yang berada pada permukaan
bawah daun mengisap cairan daun muda dan
bagian tanaman yang masih muda. Pada bagian
tanaman yang terserang akan didapati kutu yang
bergerombol. Secara tidak langsung, kutu ini
merupakan vektor lebih dari 150 strain virus
terutama penyakit virus CMV, PVY. Bila terjadi
serangan berat daun akan berkerut-kerut (menjadi
keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan,
daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian
layu dan mati, karena kutu ini mengeluarkan
eksudat/cairan mengandung madu sehingga
mendorong tumbuhnya cendawan embun jelaga
pada daun yang dapat menghambat proses
fotosintesa. (Tarumingkeng 2001)

Hama ini bersifat polifag, diketahui lebih


dari 400 jenis tanaman inang. Selain inang utama
yaitu kentang dan tomat, tanaman inang lain yaitu
tembakau, petsai, kubis, sawi, ketimun,
semangka, ubi jalar, terung, buncis, kapri, jagung,
jenis kacang-kacangan, bit, tebu dan jeruk.

f. Pengendalian*
 Kultur teknis
 Sanitasi dan pemusnahan gulma dan
bagian tanaman yang terserang dengan
cara di bakar.
 Fisik mekanis
 Penggunaan kain kassa / kelambu baik di
bedengan pesemaian maupun di
lapangan.
 Penggunaan perangkap air berwarna
kuning sebanyak 40 buah per hektar atau
2 buah per 500 m2 dipasang ditengah
pertanaman sejak tanaman berumur 2
minggu.

 Hayati
 Pemanfaatan musuh alami parasitoid
Aphidius sp., predator kumbang
(Coccinella transversalis), Menochillus
sexmaculata, Chrysopa sp., larva
syrphidae, Harmonia octomaculata,
Microphis lineata, Veranius sp. dan
patogen Entomophthora sp., Verticillium
sp.

 Kimiawi
 Dalam hal cara lain tidak dapat menekan
populasi hama, dapat digunakan
insektisida yang efektif (pada
prinsipnya agar mengikuti ketentuan
seperti yang diuraikan pada halaman 32
butir d), terdaftar dan diizinkan Menteri
Pertanian, apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, jumlah
kutu daun lebih dari 7 ekor per 10 daun
contoh atau serangan mencapai lebih
atau sama dengan 15 % per tanaman.
contoh pengendalian dengan cara
menanam tanaman perangkap (trap crop)
di sekeliling kebun cabai seperti jagung.
 Pengendalian dengan kimia seperti
Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC,
Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene
75 SP. Mesurol 50 WP, atau Dicarzol 25
SP.
 Memasang perangkap kutu daun persik
yang berwarna kuning dan berperekat,
misalnya Insect Adhesive Trap Paper
(IATP).
g. Daftar Pustaka :
- http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/in
dex.php?
option=com_content&view=article&id=6
6&Itemid=184
- http://www.petanihebat.com/2013/11/kutu
-daun-persik.html
- http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/1
23456789/52844/4/BAB%20II
%20Tiinjauan%20Pustaka.pdf

Anda mungkin juga menyukai