Anda di halaman 1dari 9

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pada Tanaman Padi

I. Hama

1. Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Gambar 1. Hama Keong Mas


(Sumber : Manueke, et al. 2018)

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan Animalia

Filum Mollusca

Kelas Gastropoda

Superfamili Ampullarioidea

Famili Ampullariidae

Genus Pomacea

Subgenus Pomacea

Spesies Pomacea canaliculata

Keong mas merupakan herbivor polifag dan bersifat rakus, yang menjadi
salah satu hama penyerang tanaman padi yang ber usia muda yaitu sejak dari
pesemaian hingga umur satu bulan setelah tanam. Gejala serangan ditandai
dengan adanya bagian-bagian daun yang hilang pada anakan dan sebagian
tercecer disekitar rumpun. Serangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan
terhambat sehingga produksi menurun. Serangan tertinggi terjadi sejak tanaman
padi sawah umur 7 hari hingga 21 hari setelah tanam.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara:

a. Induk keong dan kelompok telur yang tampak dilihat semuanya harus
diambil dan dikumpulkan untuk dimusnahkan.
b. Pasang saringan dari kawat di pintu air masuk ke lahan sawah
sehingga keong dapat terjaring dan tertahan di kawat tersebut.
c. Pasang ajir dari kayu untuk tempat meletakkan kelompok telur keong
sehingga mudah diambil dan dibuang.
d. Dalam parit yang dibuat diberi umpan perangkap berupa daun papaya
atau kulit pisang sehingga keong tertarik dan berkumpul sehingga
mudah diambil serta dimusnahkaN
(Manueke et al., 2018).

2. Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)

Gambar 2. Hama Walang Sangit


(Sumber : Manueke, et al. 2018)

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan Animalia

Filum Arthropoda

Kelas Insecta

Ordo Hemiptera

Famili Alydidae

Genus Leptocorisa

Spesies Leptocorisa oratorius

Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase
pemasakan, fase penumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan
walang sangit adalah dari keluarnya malai sampai matang susu. Kerusakan yang
ditimbu1lkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapung, serta
hampa. Ambang ekonomi walang sangit adalah lebih dari satu ekor walang sangit
per dua rumpun pada masa keluar malai sampai fase pembungaan.
Cara pengendaliannya adalah:

a. Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.


b. Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam. 3.
Tangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia
pembungaan.
c. Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging
yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
d. Apabila serangan sedang mencapai ambang ekonomi, lakukan
penyemprotan insektisida.
e. Lakukan penyemprotan pada pagi sekali atau sore hari ketika walang sangit
berada di kanopi.

Pengendalian hama walang sangit juga dapat dengan cara pembuatan perangkap
keong mas.
(Manueke, et al., 2018)

II. Penyakit

1. Penyakit Hawar Daun Bakteri

Gambar 3. Penyakit Hawar daun


bakteri
(Sumber : BBPadi, 2015)

Klasifikasi ilmiah

Kingdom Prokaryoteae

Filum Bacteria

Kelas Proteobacteria

Famili Pseudomonadaceae

Genus Xanthomonas
Spesies Xanthomonas oryzae

Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv


oryzae. Gejala kresek dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama
lama daun menjadi kering. Bagian yang kering ini akan semakin meluas ke arah
tulang daun hingga seluruh daun akan tampak mengering. Pada tanaman dewasa
umur lebih dari 4 minggu setelah tanam, penyakit HDB menimbulkan gejala hawar
(blight), gejala ini diawali berupa bercak kebasahan berwarna keabu-abuan pada
satu atau kedua sisi daun, biasanya dimulai dari pucuk daun atau beberapa
sentimeter dari pucuk daun. Bercak ini kemudian berkembang meluas ke ujung
dan pangkal daun dan melebar. Bagian daun yang terinfeksi berwarna hijau
keabu-abuan dan agak menggulung. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses
pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh
atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil bisa mencapai 50-
70 persen

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah:

a. Penggunaan benih dan bibit sehat.


b. Penggunaan agen hayati Corynebacterium atau Paenybacillus polymyxa
pada benih umur 14, 28, dan 42 HST dengan dosis 5 cc per liter. c.
Pemupukan berimbang, hindari pemupukan N berlebihan, sedangkan P dan
K yang cukup.
c. Hindari pemupukan saat tanaman memasuki fase bunting
d. Sanitasi lingkungan dan gulma inang
e. Pengairan berselang (satu hari digenangi, tiga hari
dikeringkan).
(Sudir, et al. 2012)

2. Penyakit Blas

Gambar 4. Penyakit Blas


(Sumber : Sudir et al. 2014)
Klasifikasi ilmiah

Kingdom Fungi

Filum Ascomycota

Divisi Eumycota

Subdivisi Ascomycotina

Kelas Pyrenomycetes

Subkelas Pterygota

Ordo Magnaporthales

Famili Magnaporthaceae

Genus Magnaporthe

Spesies Magnaporthe grisea

Penyakit blas merupakan penyakit penting tanaman padi yang disebabkan


oleh jamur Pyricularia grisea. Blas dapat menginfeksi tanaman padi pada semua
stadia pertumbuhan. Bentuk khas dari bercak blas adalah elips dengan ujungnya
agak runcing seperti belah ketupat. Bercak yang telah berkembang, bagian tepi
berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabu-abuan yang mencapai
1-1,5 cm dan lebar 0,3-0,5 cm. Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai
(neck black) akan merubah leher malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman
dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang

Cara pengendaliannya adalah:


a. Gunakan varietas tahan blast secara bergantian
b. Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
c. Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak
banyak embun dan hujan terus-menerus.
d. Gunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan
kaugamisin.
(Sudir, et al. 2014)
III. Gulma

1. Rumput Menderong (Cyperus iria)

Gambar 5. Rumput menderong


(Sumber : agrikan.id 2012)

Klasifikasi ilmiah

Kingdom Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Liliopsida

Ordo Cyperales

Famili Cyperaceae

Genus Cyperus

Spesies Cyperus iria

Cyperus iria merupakan gulma pada sawah golongan teki yang masuk ke
dalam famili Cyperaceae. Gulma ini banyak ditemukan pada lahan padi yang
ditanam secara tabela (tanaman benih langsung) kering atau basah. Juga
ditemukan pada pertanaman padi dengan cara pindah tanam. Gulma ini senang
tumbuh pada lahan lembab sampai basah. Waktu munculnya dalam waktu 7 hari.
Masa tanaman dewasa paling sedikit 30 hari. Cyperus iria memiliki tinggi tanaman
5-90 cm dengan akar berserabut dan berumbi. Panjang akar gulma tersebut 10-
70 cm. Daya saing atau potensi rumput menderong ini mengurangi hasil panen
padi pada kerapatan gulma tinggi adalah sedang. Kehilangan hasil berkisar 20%
sampai 50%.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan:
a. Penggenangan lebih awal.
b. Penyiangan dengan tangan.
(Aprilia, et al., 2021)

2. Rumput Teki (Cyperus rotundus L. )

Gambar 6. Rumput
(Sumber : Sari 2013)

Klasifikasi ilmiah

Kingdom Plantae

Subkingdom Tracheobionta

Superdivisi Spermatophyta

Divisi Magnoliophyta

Kelas Liliopsida

Subkelas Commelinidae

Ordo Cyperales

Famili Cyperaceae

Genus Cyperus L.

Species Cyperus rotundus L.

Rumput teki dikatakan gulma karena pertumbuhannya yang cepat,


kemampuannya bertahan hidup, bahkan sulit untuk dimatikan meskipun telah
dibajak ataupun digaru. Karena memiliki struktur bawah tanah, yaitu umbi,
rimpang, basal bulb, dan akar adventif yang membuatnya berkembang dengan
cepat. Maka dari itu jika tumbuh pada lahan pertanian maka akan menjadi gulma
yang cukup merepotkan dalam pengendaliannya

Pengendalian gulma ini dapat dilakukan dengan cara berikut :

a. Pencabutan gulma.
b. Pembabatan gulma.
c. Melakukan pengolahan tanah.
d. Pembakaran gulma
e. Pemakaian mulsa.
(Aprilia, et al., 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, I., Widiarti, W., Wijaya, I. (2021). IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN


DAN DOMINASI GULMA PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa
L) DI KABUPATEN JEMBER. Jurusan Agroteknologi Universitas
Muhammadiyah Jember
Manueke, J., Assa, B. H., & Pelealu, E. A. (2018). HAMA-HAMA PADA TANAMAN
PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KELURAHAN MAKALONSOW
KECAMATAN TONDANO TIMUR KABUPATEN MINAHASA. Eugenia,
23(3), 120–127
Sudir, Nasution, A., Santoso, & Nuryanto, B. (2014). Penyakit Blas Pyricular
grisea pada Tanaman Padi dan Strategi Pengendaliannya. 85–96.
Sudir, Nuryanto, B., & Kadir, T. S. (2012). Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi
Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi. Iptek
Tanaman Pangan, 7(2).

Anda mungkin juga menyukai