Anda di halaman 1dari 11

Vivin Herina

05081281823017
HPTU

Hama pada Tanaman Cengkeh

Hama yang menyerang cengkeh :

1. Penggerek Batang Cengkeh (Nothopeus hemipterus), (N. fasciatipennis),


(Hexamitodera semivelutina)
2. Penggerek Cabang (Xyleborus sp., dan Ardela sp.)
3. Kutu daun (Coccus viridis)

4 hama penting cengkeh :


1. Penggerek Batang Cengkeh (Nothopeus spp.)
2. Penggerek Cabang (Xyleborus sp.,)
3. Penggerek Cabang (Ardela sp.)
4. Perusak pucuk kutu tempurung (Coccus viridis)

Penggerek Batang Cengkeh (Nothopeus spp.)

a b c

Gambar 1. Metamorfosis Nothopeus spp. : a) larva, b) pupa, c) imago

Klasifikasi :

Filum        : Arthropoda

Kelas        : Insekta

Ordo         : Coleoptera

Famili       : Cerambycidae


Genus       : Nothopeus

Spesies     : Nothopeus spp.

Morfologi :
a. Telur
Telur PBC berukuran ± 3 mm dan berbentuk bulat hingga lonjong, tertutup substansi
padat, berwarna hijau muda mengkilat dan tembus cahaya. Lama stadia telur 13 - 15
hari.
b. Larva
Larva PBC yang telah berkembang sempurna berukuran panjang ± 15 mm. Larva
berbentuk silindris, berwarna putih pucat, dan pada thorax terdapat 3 (tiga) pasang
tungkai yang tidak berkembang dengan baik. Lama stadia larva Nothopeus spp. di
dalam batang 130 - 350 hari. Sebelum menjadi pupa, larva mengalami stadia prepupa
± 20 hari.
c. Pupa
Pupa PBC berukuran 2,5 - 3,0 cm, pada mulanya berwarna putih, lalu akan berubah
menjadi coklat kehitaman menjelang keluarnya imago. Lama stadia pupa 22 - 26 hari.
d. Imago
Imago PBC berwujud kumbang memiliki ukuran tubuh 3,5 cm x 0,8 cm, berwarna
cokelat, panjang antena melebihi panjang tubuh, mempunyai antena dan tungkai
belakang yang panjang dengan sayap perisai pendek. Lama stadia imago betina 10 -
18 hari, sedangkan jantan 5 - 22 hari.

Bioekologi :
Telur ini diletakkan pada bagian celah/lekukan kulit batang bawah tanaman cengkeh,
dekat permukaan tanah.

Karakteristik :
Larva merupakan stadia yang paling berbahaya. Hama penggerek ini menyerang
tanaman yang telah berumur lebih dari 6 tahun. Makin tua umur tanaman, tingkat serangan
makin tinggi. Setelah 3 minggu imago baru keluar dari dalam lubang gerek/pohon. Lubang
keluar umumnya berdiameter lebih besar dari lubang gerek aktif. Setelah imago keluar dapat
terjadi perkawinan dan satu hari kemudian sudah meletakkan telur 14 - 90 butir.
Perkembangan populasi PBC di lapang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
ketersediaan inang, perubahan iklim, dan lingkungan hayati. Pada umumnya tanaman
cengkeh yang diserang PBC berumur diatas 10 tahun, dan pada tanaman muda tidak
ditemukan serangan hama ini. Pertanaman yang diserang umumnya individu yang tumbuh
rimbun dan sedikit terlindung di lembah-lembah perbukitan. Hal ini diduga terkait dengan
kelembaban udara dan batang cengkeh yang relatif tinggi sehingga sesuai bagi kebutuhan
nutrisi dan perilaku PBC sebagai umumnya serangga penggerek yang membutuhkan
substansi keras namun memiliki kadar air tinggi. Curah hujan yang tinggi diduga mendukung
perkembangan populasi PBC. Lingkungan hayati PBC adalah keberadaan musuh alami yang
mengendalikan laju populasi. Musuh alami yang ditemukan yaitu laba-laba pembuat jaring,
semut hitam dan semut rangrang.

Gejala Serangan :

Gambar 2. Tanaman cengkeh yang terserang penggerek batang, a) daun mengering dan
rontok, b) lubang gerek aktif, c) lubang keluar imago, d) irisan melintang batang.

Gejala serangan yang tampak pada pohon yaitu adanya lubang-lubang berukuran 3 - 5
mm yang ditutupi serbuk kayu hasil gerekan. Dari dalam lubang gerekan tersebut keluar
cairan kental bercampur kotoran hama. Jumlah lubang gerekan dapat mencapai 20 - 70
buah/pohon. Lubang gerek tersebut menembus ke dalam batang tanaman cengkeh, bisa
mengarah ke bagian atas atau ke bagian bawah tanaman. Jika batang cengkeh dipotong
dengan irisan melintang maka lubang gerek akan terlihat menyebar di bagian dalam tanaman
dengan pola yang tidak beraturan. Jika jaringan xylem yang diserang maka transportasi air
dari akar kebagian atas tanaman terganggu. Namun jika serangan PBC merusak jaringan
phloem maka transportasi asimilat dari daun ke bagian tanaman yang lain juga terganggu.
Kerusakan tersebut mengakibatkan mahkota daun cengkeh berubah dari hijau menjadi
kekuning-kuningan, daun menguning dan gugur sehingga tanaman meranggas, dan jika
serangan berat maka tanaman akan mati dan mengering.

Musuh alami :
Laba-laba, semut hitam dan semut rangrang, dan Beauveria bassiana.

Pengendalian :
Pengendalian secara fisik dengan sanitasi bagian tanaman yang terserang, aplikasi
minyak atsiri (seraiwangi dan cengkeh), atau kombinasi antara pestisida nabati minyak
mimba dengan agensia hayati Beauveria bassiana dan pupuk organik cair (POC). Bahan-
bahan tersebut dalam bentuk cairan, disemprotkan ke lubang gerek aktif, kemudian ditutup
dengan lilin (plastisin). Aplikasi sebaiknya dilakukan dalam interval 2 minggu sekali selama
2 bulan.

Penggerek Cabang (Xyleborus sp.)

a b

c d

Gambar 2. Metamorfosis Xyleborus sp. : a) telur, b) larva, c) pupa, d) imago


Klasifikasi :

Filum        : Arthropoda

Kelas        : Insekta

Ordo         : Coleoptera

Famili       : Curculionidae

Genus       : Xyleborus

Spesies     : Xyleborus morstatti

Morfologi :
a. Telur
Telur berukuran sangat kecil, kurang dari 0,1 cm, berbentuk oval, berwarna putih,
tembus cahaya, dan memiliki ukuran yang bervariasi. Telur dapat diletakkan secara
tunggal pada relung atau berkelompok pada satu sisi. Telur tersebut akan menetas dalam
waktu tujuh sampai dengan sepuluh hari setelah diletakkan. Telur yang telah menetas
akan berubah menjadi larva.
b. Larva
Larva berwarna putih, berbentuk seperti huruf C, tidak bertungkai, dan biasanya
memiliki warna kepala cokelat. Larva terdiri dari dua sampai dengan lima instar.
c. Pupa
Pupa mula-mula berwarna putih, tetapi kemudian menjadi cokelat cerah dengan
sayap hitam (betina). Pada kondisi ideal, rata-rata stadia pupa berkisar antara enam
sampai dengan sembilan hari untuk menjadi imago.
d. Imago
Imago betina berukuran panjang 0,16-0,18 cm, mula-mula berwarna cokelat
cerah tetapi dalam 3-4 hari berubah warna menjadi hitam mengkilap. Imago jantan
berukuran panjang kira-kira setengah panjang imago betina, tidak dapat terbang, mula
mula berwarna cokelat cerah tetapi dalam 3-4 hari menjadi cokelat kemerah-merahan.
Bioekologi :
Faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan populasi dan serangan
penggerek cabang hitam adalah kelembaban udara. Kelembaban udara yang selalu tinggi
rjadi pada musim hujan di daerah dengan curah hujan tinggi.

Karakteristik :
Kumbang betina meletakkan telur di dalam lubang gerekan. Larva yang telah
membesar akan membersihkan diri dari frass dan kemudian membentuk pupa. Frass
merupakan serbuk yang dihasilkan dari aktivitas penggerekan dan terdiri dari campuran
kotoran kumbang serta kayu yang telah dicerna atau belum. Kumbang jantan tidak
mempunyai sayap dan ukurannya lebih kecil daripada serangga betina. Setelah menjadi
imago, kumbang akan meninggalkan inang untuk mencari inang baru. Akan tetapi,
terdapat beberapa spesies yang tetap berada di dalam inang lama hingga membentuk
beberapa generasi kemudian mencari inang baru.

Gejala Serangan :

Gejala serangan yang tampak adalah adanya lubang-lubang gerekan berukuran kira-
kira 1 mm pada permukaan kulit cabang. Akibat serangan hama ini, cabang-cabang tanaman
menjadi lemah, mudah patah, tunas-tunas mati, daun dan ranting mengering dan akhirnya
cabang mati.

Musuh alami : Tetrastichus xylebororumn

Pengendalian :
Teknik Pengendalian yang dapat dilakukan :
1. Fisik
Cabang dan ranting terserang dipangkas dan kemudian dibakar.
2. Pemanfaatan musuh alami atau hayati
Adapun pengendalian hayati yaitu pengendalian dengan pemanfaatan dan
penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang
dilandasi oleh pengetahuan ekologi terutama teori pengaturan populasi oleh
pengendalian alami dan keseimbangan dinamis ekosistem. Mengembangkan musuh
alami Tetrastichus xylebororumn Dom. yang merupakan endoparasit pada larva
kumbang bubuk.

Kutu Tempurung (Coccus viridis)

a b

Gambar 2. Metamorfosis Xyleborus sp. : a) telur, b) larva, c) pupa, d) imago


Klasifikasi :

Filum        : Arthropoda

Kelas        : Insekta

Ordo         :

Famili       :

Genus       :

Spesies     :

Morfologi :
Alat mulut menusuk menghisap. Sayap depan menebal atau seperti selaput, sayap
belakang seperti selaput. Pada waktu istirahat letak sayap dalam posisi seperti atap rumah di
atas tubuhnya. Antena pendek, seperti benang atau rambut kaku, namun pada beberapa famili
antena relatif panjang. Metamorfosis: Paurometabola. Banyak spesies, yang selain menjadi
hama, juga menjadi vektor virus. Banyak spesies yang menghasilkan embun madu.
Kutu tempurung (Coccus viridis) merupakan salah satu jenis hama perusak pucuk
tanaman cengkeh. Serangga berbentuk kutu kecil berwarna hijau dan umumnya terdapat
dipermukaan bawah daun. Menyerang ranting muda dan daun tanaman cengkeh dengan cara
menghisap cairan yang terdapat di dalamnya.

Bioekologi :
Kutu hijau ini ovivipar. Telur yang dihasilkan diletakkan dibawah betinanya. Setelah
beberapa jam kemudian, telur akan menetas. Jumlah telur bisa mencapai 500 butir. Setelah
menetas nimfa tetap tinggal beberapa dibawah badan induknya. Selanjutnya nimfa menetap
dibawah permukaan daun, tunas, dan buah. Sesudah mulai bertelur, kutu betina tetap tinggal
di tempat sampai mati. Perkembangan dari telur didataran rendah ± 45 hari, sedangkan
didaerah lebih sejuk sekurang – kurangnya 65 hari. Walaupun yang menetas banyak, nimfa
yang dapat terus hidup tidak banyak. Kutu jantan jarang atau tidak ada sehingga
reproduksinya dilakukan secara parthenogenesis. Kutu hijau ini selalu dikunjungi semut yang
dapat melindunginya dari predator. Dengan perlindungan semut tertentu, perkembangannya
lebih pesat. Kutu akan mencapai jumlah yang terbanyak pada akhir musim kering. Jumlahnya
akan berkurang saat mulai musim hujan karena timbulnya cendawan patogen.
Karakteristik :
Kutu tempurung (Coccus viridis) merupakan salah satu jenis hama perusak pucuk
tanaman cengkeh. Serangga berbentuk kutu kecil berwarna hijau dan umumnya terdapat
dipermukaan bawah daun. Menyerang ranting muda dan daun tanaman cengkeh dengan cara
menghisap cairan yang terdapat di dalamnya.

Gejala Serangan :
Daun yang terserang hama ini berubah warna dari hijau menjadi kuning kemudian
mengering dan akhirnya gugur. kutu-kutu ini juga menghasilkan embun madu yang dapat
mengundang kehadiran cendawan jelaga. Kutu tempurung hijau dapat menghambat proses
fotosintesis karena hidup menutupi permukaan daun dan batang. Hama ini dapat menyerang
tanaman muda maupun yang produktif. Penyebaran kutu ini dapat dinantu oleh semut hitam.

Musuh alami :

Pengendalian :

Hama pada Tanaman Pala


Hama utama :

1. Penggerek Batang Pala (Batocera hercules)

2. Rayap (Cryptothermes sp.)

Penggerek Batang Pala (Batocera hercules)

Klasifikasi :

Filum        : Arthropoda

Kelas        : Insekta

Ordo         :

Famili       :
Genus       :

Spesies     :

Morfologi :
a. Telur
Telur berukuran 5-6 mm, diletakkan pada kulit kambium. Lama stadia + 7-13 hari.
b. Larva

Bioekologi :

Karakteristik :
Larva menggerek ke dalam batang pala, membuat rongga/terowongan di dalam
batang. Kedalaman gerekan 1,5-2 cm dan panjang 5-15 cm dengan arah gerekan
memanjang dan kadang melingkar. Batang pala yang terserang, akan lapuk, sehingga
mempercepat matinya tanaman.

Gejala Serangan :
Ujung ranting atau kanopi mengering dan apabila dirunut ke bawah akan ditemukan
lubang gerekan. Diameter gerekan 0,5–1 cm, Larva menggerek batang di bawah lapisan
kulit. Pada permukaan lubang bekas gerekan atau di bagian bawah terdapat serbuk kayu
bekas gerekan.

Musuh alami :
Pengendalian :

Anda mungkin juga menyukai