Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

PERLINDUNGAN TANAMAN
Semester I Tahun 2021/2022

Nama : Farhan rizqullah


No. Mhs. : 20/455573/PN/16473
Gol. Praktikum : B1
Hari Praktikum : Senin, 18 Oktober 2021

DEPARTEMAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021

0
LEMBAR KERJA ACARA I
MORFOLOGI DAN BIOLOGI HAMA

A. NEMATODA

Gambar 1. Nematoda perusak akar

Morfologi Nematoda:
a. Bentuk
Berbentuk seperti cacing kecil yang bilateral simetris, memanjang, seperti tabung
terkadang seperti kumparan yang bergerak seperti ular. Memiliki ciri memiliki
khas pada bagian posterior, yaitu ujung ekor terlihat runcing, bergelombang,
bulat, serta terdapat bagian hyaline tail terminus. Bagian anterior ditandai dengan
set off dan datar. Bagian rongga mulut dilengkapi dengan stilet dengan tipe
stomatostylet yang dilengkapi dengan knob (Mirsam & Kurniawati, 2018).
b. Ukuran : Berukuran sangat kecil sekitar 300-1000 mikron. Memiliki Panjang
sampai 4 mm dan lebar 15 – 35 mikron (Nugrohorini, 2012)

Biologi Nematoda:
a. Habitat : Dapat ditemukan di dalam tanah, pada tunas daun, di dalam buah jambu,
di dalam jaringan tanaman atau di antara daun-daun disekitar batang, atau di
bagian tanaman lainnya.
b. Contoh tanaman inang: tomat dan kentang terkadang menyerang daun, terkadang
makan dan merusak parenkim
c. Bagian tanaman inang yang diserang: akar, kemudian diikuti pada bagian daun
(Khotimah, 2020)
d. Reproduksi dan siklus hidup:
Laju reproduksi sangat cepat (bertelur), karena tersedianya makanan yang cukup
dan tertariknya nematoda oleh zat yang dilepaskan dalam rizosfir awalnya, telur-
telur nematoda diletakan pada akar - akar tumbuhan di dalam tanah yang
kemudian telur akan berkembang menjadi larva dan nematoda dewasa.
Berkumpulnya populasi nematoda disekitar perakaran ini mendorong nematoda
menyerang akar dengan jalan menusuk dinding sel. Nematoda dewasa terus-
menerus bergerak tiap detik, tiap jam, tiap hari dan menetap di sekitar akar, dalam
gerakan - gerakan tersebut nematoda menggigit dan menginjeksikan air ludah
pada bagian akar tumbuhan, menyebabkan sel tumbuhan menjadi rusak.

1
Gambar 2. Bekicot (Acatina fulica)

Morfologi Bekicot:
a. Bentuk: Berlendir, memiliki cangkang berbentuk kerucut, tubuh luna
b. Ukuran: Panjang bekicot sekitar 50-120 mm
c. Warna: Cangkang berwarna coklat dan tubuh berwarna kehitaman
Biologi Bekicot:
a. Habitat: Bekicot Hidup di daerah yang lembab, seperti hutan dan sawah.
b. Contoh tanaman inang: Selada, kubis, mentimun, dan padi
c. Bagian tanaman inang yang diserang: Bekicot sering meyerang bagian
tanaman terutama daun, tetapi terkadang juga mneyerang bagian tanaman yang
lain seperti batang padi.
d. Reproduksi dan siklus hidup: Bekicot merupakan salah satu hewan
yang mempunyai sel kelamin ganda atau disebut dengan hermaprodit. Bekecot
bertelur dengan masa inkubasi 7-14 hari. Meskipun berkelamin ganda, namun
perkawinan tidak dapat dilakukan oleh satu individu saja melainkan tetap
membutuhkan individu lain pada proses kawinnya.

Gambar 3. Keong mas (Pamacea canicullata)


Morfologi Keong mas:
a. Bentuk: Tubuh lunak, berlendir, cangkang bulat asimetris terpilin dengan
letak puncak pada bagian dorsal.
b. Ukuran: keong mas berukuran antara 29,9 – 32,2 mm dan memiliki kemampuan
mengkonsumsi makanan paling tinggi (Isnaningsih dan Ristiyanti, 2011)
c. Warna: Coklat kekuningan
Biologi Keong mas:
a. Habitat: Keong mas dapat dijumpai hidup di berbagai tipe habitat perairan darat
(sawah, danau, sungai, rawa) (Isnaningsih dan Ristiyanti, 2011).
b. Contoh tanaman inang: tanaman padi
c. Bagian tanaman inang yang diserang: daun, akar-akar muda, dan kuncup
bunga

2
d. Reproduksi dan siklus hidup: Keong mas dewasa meletakkan telur pada tempat-
tempat yang tidak tergenang air (tempat yang kering) dan melakukan
bertelur pada malam hari pada rumpun tanaman, tonggak, saluran pengairan
bagian atas dan rumput-rumputan. Telur keong mas diletakkan secara
berkelompok berwarna merah jambu seperti buah murbei sehingga disebut juga
keong murbei. Keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan telur
sebanyak15-20 kelompok, yang tiap kelompok berjumlah kurang lebih 500 butir,
dengan persentase penetasan lebih dari 85%. Waktu yang dibutuhkan pada fase
telur yaitu 1 – 2 minggu, pada pertumbuhan awal membutuhkan waktu 2 – 4
minggu lalu menjadi siap kawin pada umur 2 bulan. Keong mas dewasa berwarna
kuning kemasan. Dalam satu kali siklus hidupnya memerlukan waktu antara 2 –
2,5 bulan. Keong mas dapat mencapai umur kurang lebih 3 tahun. Cara
menyerang keong mas pada tanaman padi yaitu tanaman padi yang baru ditanam
sampai 15 hari setelah tanam mudah dirusak keong mas, untuk padi tanam benih
langsung (tabela) ketika 4 sampai 30 hari setelah tebar.
C. Arthropoda
1. Kelas Arachnida

Gambar 4. Acarina, Tungau merah

Morfologi Acarina:
a. Tubuh dibagi menjadi menjadi 2 bagian, yaitu gnathosoma dan idiosoma
b. Ukuran tubuh: 0,08 – 20 mm
c. Jumlah kaki: tungau dewasa 8 kaki (Pracaya, 2008)

Biologi Acarina:
a. Habitat: Dapat hidup di semua tempat, terkadang juga dapat dijumpai pada daerah
yang berair.
b. Contoh tanaman inang: Tomat dan jeruk
c. Bagian tanaman inang yang diserang: Daun sehingga merusak klorofil.
d. Reproduksi dan siklus hidup: Bereproduksi secara seksual. Siklus hidup
berawal dari induk yang meletakkan telur pada daerah yang aman dan
tersembunyi. Kemudian telur menetas. Telur yang sudah menetas akan menjadi
larva. Setelah itu larva akan berkembang dan mengalami pergantian kulit, lalu
larva ini akan berubah menjadi nimfa. Nimfa ini sangat mirip dengan dewasa tapi
belum mempunyai organ kelamin. Terakhir, nimfa akan mengalami pergantian
kulit dan berubah menjadi acarina dewasa.
3
2. Kelas Insekta / Heksapoda / Serangga

a. Ordo Orthoptera - belalang

Gambar 5. Belalang

Morfologi Orthoptera (belalang) (Note: mewakili morfologi umum serangga)

a. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yakni kepala, perut (abdomen) , dan
thorax (dada)
b. Jumlah kaki enam
c. Pada kepala terdapat tiga organ utama yaitu dua mata majemuk dan tiga buah mata
tunggal, sepasang antena, dan mulut
d. Pada dada terdapat dua macam alat gerak yakni 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap

Biologi belalang

a. Habitat: Daerah yang terdapat banyak daun seperti padang rumput, hutan
belantara, dan dekat sungai untuk menaruh telur
b. Contoh tanaman inang: Padi

4
c. Bagian tanaman inang yang diserang: daun
d. Reproduksi dan siklus hidup: Belalang melakukan reproduksi secara
vegetatif atau dengan perkawinan, siklus hidupnya yaitu telur, nimfa,
kemudian belalang dewasa (Syahlan, 2016).

b. Ordo Hemiptera – kepik, wereng, kutu

Gambar 6. Hama kepik hijau (Nezara viridula)

Gambar 7. Hama wereng batang padi coklat (Nilaparvata lugens)

5
Gambar 8. Hama kutu afis (Aphis craccivora)

Serangga hama yang termasuk Ordo Hemiptera meliputi hama kepik (Gambar 6), hama
wereng (Gambar 7), dan hama kutu (Gambar 8)

Morfologi serangga hama Ordo Hemiptera


Tipe sayap depan hama Kepik disebut hemelytra sedangkan tipe sayap depan
hama wereng dan kutu adalah membranus

Biologi hama kepik, wereng, kutu


a. Habitat: sawah dan perkebunan
b. Contoh tanaman inang:
• Kepik tanaman inangnya antara lain jagung, jeruk,
tembakau, dan kentang. - Wereng tanaman inangnya adalah
padi.
• Kutu tanaman inangnya adalah kacang-kacangan, tomat,
dan tembakau. (Megasari, 2013)

c. Bagian tanaman inang yang diserang


- Kepik menyerang bagian daun
- Wereng menyerang bagian batang
- Kutu menyerang daun dan batang

d. Reproduksi dan siklus hidup: Kepik dan wereng bereproduksi secara seksual.
Kutu bereproduksi secara parthenogenesis. Siklus metamorphosis terjadi seperti
berikut, telur menetas, kemudian muncul individu muda yang disebut nimfa dan
setelah fase ini menjadi dewasa.

c. Ordo Thysanoptera - Thrips

6
Gambar 8. Hama Thrips
Morfologi hama Thrips
a. Ukuran tubuh 0,99-1,35 mm
b. Bentuk sayap Memanjang, kecil, merumbai

Biologi hama Thrips


a. Habitat: Kebun
b. Contoh tanaman inang: Pohon beringin, tembakau, ubi jalar.
c. Bagian tanaman inang yang diserang: daun, kuncup, bunga, dan buah
yang masih muda.
d. Reproduksi dan siklus hidup: kawin maupun secara partenogenesis
(Najoan, A.V.H. dkk., 2017). Siklus hidupnya termasuk intermediete
metamorphosis yaitu telur-larva-nimfa-imago.

d. Ordo Coleoptera - kumbang

Gambar 9. Hama wangwung (Oryctes rhinoceros)

Morfologi hama Coleoptera


a. Ukuran tubuh 50-60 mm
b. Tipe sayap depan Elytra

Biologi hama wangwung


a. Habitat: Hutan dan kebun
b. Contoh tanaman inang: Palm dan kelapa
c. Bagian tanaman inang yang diserang: Daun

7
d. Reproduksi dan siklus hidup: Kumbang betina bertelur dengan masa telur
berlangsung sekitar 9 - 12 hari. Telur yang menetas berubah menjadi larva dengan
masa larva berlangsung 3 – 4 bulan. Setelah itu larva berubah menjadi pupa lalu
menjadi kumbang dewasa.

e. Ordo Lepidoptera – kupu-kupu dan ngengat

Gambar 10. Hama ulat jeruk (Papilio memnon) contoh kupu-kupu


Morfologi kupu-kupu
Posisi sayap pada saat hingga menutup (vertikal)

Biologi hama ulat jeruk


a. Habitat: perkebunan
b. Contoh tanaman inang: jeruk, anggur, kemuning
c. Bagian tanaman inang yang diserang: daun muda
d. Reproduksi dan siklus hidup: mempunyai sistem reproduksi seksual dan bertelur.
Siklus hidup hama ulat jeruk dimulai dari telur – larva – pupa - kupu kupu.

Gambar 11. Hama ulat nonol beras (Corcyra cephalonica) contoh ngengat

Morfologi ngengat
Posisi sayap pada saat hinggap yaitu sayap terbuka menghadap ke atas

Biologi hama ulat nonol beras


a. Habitat: gudang penyimpanan beras
8
b. Contoh inang: Beras
c. Reproduksi dan siklus hidup: melakukan reproduksi secara seksual dan siklus
hidupnya dimulai dari fase telur-larva-kepompong-dewasa. Hewan ini merupakan
hewan ovipar.

f. Ordo Diptera - Lalat

Gambar 12. Hama lalat buah (Bactrocera dorsalis)

Morfologi lalat buah


Jumlah sayap 1 pasang yaitu sayap depan, sedangkan sayap belakang berjumlah 1
pasangdan berukuran lebih kecil (menjadi alat keseimbangan)
Biologi hama lalat buah
a. Habitat: hutan dan perkebunan
b. Contoh tanaman inang: tanaman hortikultura, tanaman hutan
c. Bagian tanaman inang yang diserang: buah
d. Reproduksi dan siklus hidup: lalat buah melakukan reproduksi dengan cara
seksual. Lalat buah merupakan hewan ovipar. Metamorfosis pada lalat buah
termasuk metamorfosis sempurna, yaitu telur – larva – pupa – imago.

D. Chordata

Tikus sawah (Ratus-ratus argentiventer) Tikus pohon (Ratus tiomaticus)

Gambar 13. Hama tikus

9
Morfologi hama tikus
Warna tubuh tikus sawah coklat kekuningan.
Waran tubuh tikus pohon coklat keabu-abuan.
Biologi hama tikus sawah
a. Habitat: Sawah
b. Contoh tanaman inang: Padi
c. Bagian tanaman inang yang diserang: Batang dan kulit padi
d. Reproduksi dan siklus hidup: cara seksual dan siklus hidupnya mulai dari betina
melahirkan (vivipar), kemudian bayi tikus sawah tumbuh dan berkembang
menjadi tikus sawah muda, lalu tikus sawah dewasa.
Biologi hama tikus pohon
a. Habitat: Sawah dan perkebunan
b. Contoh tanaman inang: pohon kakao, kopi, kelapa, dan kelapa sawit dll
c. Bagian tanaman inang yang diserang: daging buah dan biji
d. Reproduksi dan siklus hidup : cara seksual dan siklus hidupnya mulai dari betina
melahirkan (vivipar), kemudian bayi tikus sawah tumbuh dan berkembang
menjadi tikus sawah muda, lalu tikus sawah dewasa.

Gambar 14. Hama bajing kelapa (Callosciurus notatus)

10
Morfologi hama bajing
Warna tubuh bajing cokelat
Bentuk ekor tebal, dan kasar

Biologi hama bajing kelapa


a. Habitat: Perkebunan pohon kelapa
b. Contoh tanaman inang: Pohon kelapa
c. Bagian tanaman inang yang diserang: Buah kelapa
d. Reproduksi dan siklus hidup: Seksual dan siklus hidupnya mulai dari betina
melahirkan (vivipar), kemudian bayi bajing kelapa tumbuh dan berkembang
menjadi bajing kelapa muda, lalu bajing kelapa dewasa.

Gambar 15. Hama musang (Paradoxurus hermaphrodites)

Morfologi hama musang


Warna tubuh musang: abu-abu gelap (abu-abu kehitaman)

Biologi hama musang


a. Habitat: Hutan dan kebun
b. Contoh tanaman inang: Pepaya dan kopi
c. Bagian tanaman inang yang diserang: Biji-bijian dan buah-buahan
d. Reproduksi dan siklus hidup: Reproduksi seksual dengan vivipar. Siklus
hidup berawal dari anakan musang, musang muda, dan musang dewasa.

11
Gambar 16. Hama kelelawar (Pteropus livingstonii)

Morfologi hama kelelawar


Tubuh bagian atas tertutup bulu pendek coklat tua, bagian bawah lebih pucat
dengan ujung bulu abu-abu. Bibir atas sangan keriput, telinga, bersambung di atas
kepala dengan tutup kulit sempit berat rerata 14.35 gram, panjang tubuh 62.64 mm, ekor
44.17 mm, telinga 20.52 mm, kaki belakang 10.31 mm, lengan bawah 48.02 mm, dan
betis 37.4 mm. (Qaanitah et al., 2018)

Biologi hama kelelawar


a. Habitat: Kelelawar hidup pada berbagai tipe habitat dan memilih alternatif tempat
bergelantung. Jenis-jenis kelelawar tertentu seperti kalong, codot dan beberapa
jenis dari sub ordo Megachiroptera memilih tempat bergelantung untuk tidur pada
pohon-pohon besar, sedangkan beberapa jenis kelelawar dari sub
ordo Microchiroptera lebih memilih tempat berlindung pada gua, lubang-
lubang batang pohon, celah bambu, pohon mati, jalinan rotan hingga langit-
langit rumah pada pemukiman penduduk. Beberapa jenis hidup secara
berkoloni, berkelompok kecil, berpasangan, dan bahkan hidup secara soliter.
b. Contoh tanaman inang: Pepaya
c. Bagian tanaman inang yang diserang: Buah
d. Reproduksi dan siklus hidup: Kelelawar Mencari pasangan padamusim gugur,
tepat sebelum hibernasi, tetapi sel telur betina tidak dibuahi sampai musim semi.
Setelah embrio mulai kehamilan adalah antara 6 dan 7 minggu dengan biasanya
hanya satu bayi yang lahir di musim panas. Bayi kelelawar kecil, buta selama
sekitar satu minggu dan tak berbulu. Mereka mengandalkan kehangatan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Kehidupan kelelawar muda hidup di punggung
ibunya dan makan melalui air susunya sampai bisa terbang dan mencari makan
sendiri biasanya antara tiga dan enam minggu. Kelelawar dapat hidup sampai 16
tahun (Yuliadi et al., 2014).

12
Gambar 17. Hama burung pipit

Morfologi hama burung pipit


Burung pipit memiliki ukuran tubuh yang kecil, paruhnya pendek, dan warna
tubuhnya adalah coklat dan di bagian sayap berwarna coklat kehitam-hitaman. Pada
bagian perut burung pipit berwarna coklat mendekati putih.

Biologi hama burung pipit


a. Habitat: sawah, perkebunan, dan hutan
b. Contoh tanaman inang: padi dan hortikultura terutama buah-buahan
c. Bagian tanaman inang yang diserang: buah dan biji padi
d. Reproduksi dan siklus hidup: Burung pipit merupakan hewan ovipar. Burung pipit
mempunyai siklus hidup mulai dari telur – burung pipit muda – burung pipit
dewasa

*)
Nilai laporan Acara I, setelah Pengesahan oleh Koasisten
dilengkapi dengan data atau keterangan

......................................................... ……………………………..
Nama dan tanda tangan Koasisten
*)
Nilai Cukup (60), Sedang (70), Baik (80), Sangat Baik (90)

13
Daftar Pustaka

Mirsam, H., & Kurniawati, F. 2018. Laporan Pertama di Sulawesi Selatan:


Karakter Morfologi dan Molekuler Nematoda Puru Akar yang Berasosiasi dengan
Akar Padi di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia, 22(1):58-65.
Nugrohorini. 2012. Nematoda parasit tanaman. UPN Press:Surabaya. Nurcahyo, R.,
Khotimah, Nurul. 2020. Perkembangan populasi Nematoda Puru Akar (Meliodogyne spp.)
dan tingkat kerusakan pada beberapa tanaman Familia Solanaceae. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 9 (1): 23 – 31.
Isnaningsih, N. R. dan Ristiyanti M. M. 2011. Keong hama Pomacea di Indonesia:
karakter morfologi dan sebarannya (Molusca, Gastropoda: Ampullariidae). Berita
Biologi, 10 (4): 441 – 447.
Syahlan, S. (2016). Jenis-Jenis Belalang (Orthoptera: Ensifera di dusun III desa
Rambah Hilir Tengah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FKIP Prodi Biologi, 2(1).
Najoan, A.V.H., J.M.E. Mamahit, dan B.A.N. Pinaria. 2017. Populasi dan serangan hama
Thrips spp. (thysanoptera: thripidae) pada beberapa varietas tanaman krisan di
kelurahan kakaskasen ii kecamatan tomohon utara. COCOS 1(2).
Qaanitah, I., Yustian, I., & Kamal, M. (2018). Identifikasi kelelawar berdasarkan
morfologi dan morfometri di kawasan kampus universitas sriwijaya, indralaya.
Jurnal Penelitian Sains, 20(3):71-76.
Yuliadi, B., Tika, F. S., & Farida, D. H., 2014. Kelelawar Sulawesi jenis dan peranannya
dalam Kesehatan. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai