Disusun Oleh :
DOSEN PENGAMPU :
Ir. SUPRIYADI, MM
TEKNISI: SYAHRUL
MUNIR, S. ST
1.2 Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan adalah ATK, pisau, lup,BKPM, dan kebun
koleksi Politeknik Negeri Jember.
Filum : Anthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Elaeidobius
Spesies : Elaeidobius kamerunicus
a. Telur, Satu ekor kumbang E. kamerunicus betina dapat meletakan telur rata-rata
57.64 butir pada bunga jantan kelapa sawit selama 59 hari masa hidupnya. Telur
berwarna keputih-putihan, berbentuk lonjong dan kulitnya licin dan ukuran
panjang telur 06,60 - 0,68 mm dan lebar 0,3 – 0,5 mm. Telur akan menetas
setelah 2 hari peletakan telur di spikelet bunga jantan dan akan berwarna lebih
gelap.
b. Larva, Larva berkembang dalam tiga instar. Larva instar pertama berwarna putih
kekuningan berada disekitar tempat peletakan telur. Setelah 1-2 hari, larva
menjadi larva instar kedua yang kemudian pindah ke pangkal bunga jantan yang
sama. Larva instar kedua berwarna kuning kekuningan dan bagian dalam tubuh
sedikit transparan dan adapun lama dari larva instar kedua ini berkisar 2 - 3 hari.
Larva pada tahap ini memakan bagian jaringan – jaringan bagian pangkal bunga
atas tersebut. Larva instar ketiga, berwarna kuning terang, dapat memakan lima
sampai enam bunga jantan. Ukuran rata-rata kepal larva berturut-turut mulai
larva instar pertama sampai instar ketiga dengan panjang berturut-turut 0,29
mm; 0,46 mm; dan 0,72 mm serta lebar 0,31 mm; 0,44 mm; dan 0,56 mm
c. Kepompong, Kepompong terbentuk didalam bunga jantan yang terakhir
dimakan. Sebelum menjadi kepompong, larva instar ketiga terlebih dahulu
menggigit bagian ujung bunga jantan sehingga lepas. Dengan demikian,
terjadilah lubang yang kemudian menjadi tempat keluarnya serangga. Sekitar 1
hari sebelum terbentuknya kepompong, larva instar ketiga menjadi tidak aktif.
Periode kepompong berlangsung dalam waktu 2-6 hari. Warna kepompong
kuning terang dengan sayap terbentuk dan berwarna putih.
d. Serangga, Serangga E. kamerunicus memakan tangkai sari bunga jantan yang
sudah mekar. Perkawinan (kopulasi) terjadi pada siang hari, antar 2-3 hari
sesudah serangga, menjadi dewasa, akan tetapi ada juga yang berkopulasi lebih
awal. Perbandingan jumlah serangga jantan dan betina dilapangan 1:2. Lama
hidup serangga betina dapat mencapai 65 hari dan kumbang jantan 46 hari.
Serangga jantan memiliki moncong lebih pendek 2 benjolan pada pangkal elitra
(sayap) dan bulu yang lebih banyak pada elitra. Serangga betina memiliki
moncong lebih panjang, tidak ada benjolan pada elitra dan bulu pada elitra lebih
sedikit Ukuran tubuh E. kamerunicus jantan : 3-4 mm. Ukuran tubuh E.
kamerunicus betina 2-3 mm. Serangga E. kamerunicus jantan dapat membawa
polen (serbuk sari ) lebih banyak dibandingkan serangga betina. Hal ini
disebabkan oleh ukuran tubuh jantan yang lebih besar daripada betina serta
banyaknya bulu pada sayap serangga jantan. Serangga E. kamerunicus tidak
pernah ditemukan pada bunga jantan yang belum anthesis, tetapi segera
mengunjungi bunga jantan begitu ada bunga yang anthesis,
jumlah E.kamerunicus pada tandan bunga jantan tergantung pada jumlah bunga
yang mekar pada bulir.Elaeidobius kamerunicus akan ditemukan dalam jumlah
yang sedikit pada hari pertama bunga anthesis, tetapi jumlahnya akan meningkat
pada hari kedua dan ketiga serta akan mencapai maksimun pada hari keempat,
bertepatan dengan waktu mekarnya semua bunga. Kemudian jumlah serangga
akan menurun dengan cepat pada hari kelima. Pada hari keenam sudah sedikit
serangga ditemukan pada tandan bunga jantan
Bunga kelapa sawit yang sedang mekar, baik itu bunga jantan maupun bunga betina
sama-sama mengeluarkan bau yang menyengat. Bunga jantan yang sedang anthesis
memiliki bau yang lebih kuat dibandingkan dengan bunga betina lebih banyak. Senyawa
volatil yang dihasilkan oleh bunga kelapa sawit pada umumnya diketahui sebagai
kairomon. Senyawa volatil yang diproduksi dan dilepaskan oleh bunga kelapa sawit
berfungsi untuk menarik serangga yang menguntungkan untuk reproduksi kelapa sawit,
yakni agar serangga penyerbuk berkunjung dan menyerbuki bunga kelapa sawit. Jumlah
dan jenis kairomon yang dikeluarkan oleh bunga jantan lebih banyak dibandingkan
dengan bunga betina. Jenis kairomon yang paling banyak menarik E.
kamerunicus adalah estragole. Kunjungan E. kamerunicus pada bunga jantan sekalian
mengambil sumber makan juga akan digunakan sebagai tempat berkembangbiak. Pada
bunga betina, serangga ini diduga hanya ‘tertipu’ oleh senyawa volatil yang dikeluarkan
sehingga secara tidak sengaja akan mengantarkan polen ke putik bunga yang sedang
reseptif. Populasi E. kamerunicus paling banyak ditemukan pada jam 10.00-11.00 WIB
di tandan bunga jantan, sedangkan di tandan bunga betina populasinya paling banyak
ditemukan jam 08.00-09.00 WIB. Populasi E. kamerunicus meningkat pada musim
kemarau dan relatif menurun pada musim penghujan.
BAB 5 PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Prasetyo AE. & Susanto A. 2013. Peningkatan fruit set kelapa sawit dengan teknik
penetasan dan pelepasan Elaeidobius kamerunicus. Jurnal Penelitian Kelapa
Sawit 21 (2): 82-90.
Prasetyo AE. & Susanto A. 2012. Serangga penyerbuk kelapa sawit Elaeidobius
kamerunicus Faust: agresivitas dan dinamika populasi di Kalimantan Tengah.
Penelitian Kelapa Sawit 20 (11): 10-13.
Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia, Edisi ke- 2. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Harun MH. & Noor MRMD. 2002. Fruit set and oil palm bunch components. Journal
of Oil Palm Research 14 (2): 24-33.