Anda di halaman 1dari 23

BUDIDAYA TANAMAN SAWI

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

OLEH :
MUHAMMAD ANDRI
NPM : 134110121

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
TA. 2014/2015

ii

BUDIDAYA TANAMAN SAWI


DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

LAPORAN PRATIKUM
NAMA

: MUHAMMAD ANDRI

NPM

: 134110121

JURUSAN : AGROTEKNOLOGI
KELAS

:C

MENYETUJUI

Dosen Pengasuh

Asisten Dosen

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan mata kuliah
Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman yang berjudul Budidaya Tanaman Sawi
Laporan ini saya susun untuk memenuhi tugas Dasar - Dasar Perlindungan
Tanaman, dengan terselesaikannya laporan ini, saya ucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr.Ir.Saripah Ulpah selaku dosen mata kuliah Dasar - Dasar Perlindungan
Tanaman.
Penulis sudah berusaha dengan semaksimal mungkin melaksanakan
penulisan laporan ini dengan baik, Jika menurut Bapak/Ibu dan saudara masih
ditemukan kekurangan dan kelemahannya, mohon kritikan dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan ini. Atas bantuan semua pihak,
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Pekanbaru, 09 Mei 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
a. Latar Belakang.....................................................................................................1
b. Tujuan..................................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
III. BAHAN DAN METODE..................................................................................6
IV. PEMBAHASAN................................................................................................9
V. PENUTUP.........................................................................................................13
a. Kesimpulan.........................................................................................................13
b. Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................15
DESKRIPSI...........................................................................................................18

iii

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Tanaman Sawi {Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, jenis sayuran ini mempunyai prospek
yang baik untuk dikembangkan karena mempunyai kandungan gizi yang cukup
tinggi. Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan
berbagai jenis tanaman sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar
negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis
sangat potensial dalam usaha bisnis sayur-sayuran (Haryanto dkk, 2000).
Produksi sawi di daerah Riau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
dengan disertai luas penanaman yang juga meningkat. Pada tahun 2007 dengan
luas panen 454 ha produktivitasnya 4,03 ton/ha, sedangkan pada tahun 2008 luas
panen 403 ha produktivitasnya 4,05 ton/ha. Daerah penghasil sawi yaitu Indragiri
Hilir, Bengkalis, Rokan Hilir, Kepulauan Riau dan Pekanbaru (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009).
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan
dalam kegiatan sehari-hari manusia, selain itu hama juga merupakan pengganggu
tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, menurunkan kualitas dan
kuantitas yang menyebabkan kerusakan mutu hasil tanaman serta kerugian dalam
pertanian (Alvegas, 2012).

iv

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang


dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada
tumbuhan. Organisme pengganggu tanaman meliputi hama tanaman dan
organisme lain yang dapat menyebabkan ataupun membawa hama penyakit bagi
tanaman. Organisme pengganggu tanaman (OPT), terdiri atas binatang, mikroorganisme, dan tumbuhan liar (gulma). Organisme penganggu tanaman mikroorganisme dapat berupa jamur patogen tanaman, bakteri, virus, mikoplasma,
protozoa (Pradjo, 2012).

b. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami hama
dan penyakit yang terjadi pada tanaman sawi dengan perlakuan yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman sawi diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi: Spermathophyta,


Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rhoedales, Famili:
Cruciferae (Brassicaceae), Genus: Brassica, Species: Brassica juncea L (Haryanto
dkk, 2000).
Tanaman sawi mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, tidak
berkrop, berdaun tegak, berwarna hijau tua dengan ukuran lebih kurang 20-25 cm,
batang berbentuk kurus dan berwarna hijau, berdaun lebar dan tangkainya agak
pipih (Haryanto dkk, 2000). Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar
tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya silindris menyebar ke semua
arah. Ukuran kuntum bunganya kecil dan berwarna kuning pucat, bijinya kecil
dan berwarna hitam kecoklatan (Sunarjono, 2003).
Syarat-syarat penting bertanam sawi ialah tanah gembur, banyak
mengandung humus atau subur, drainase baik dan pH tanah antara 6-7. Waktu
tanam yang baik ialah pada akhir musim hujan walaupun demikian tanaman dapat
pula ditanam pada musim kemarau asalkan airnya tersedia dengan baik
(Sunarjono, 2003). Kondisi iklim yang dikehendaki tanaman sawi adalah suhu
15,6C-21,1C, meskipun demikian tanaman sawi juga toleran terhadap suhu
panas, yang mana dapat tumbuh dan berproduksi di daerah yang bersuhu 27C32C, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam/hari (Rukmana, 2000).
Budidaya tanaman sawi tidak luput dari serangan hama yang dapat
mengakibatkan kerugian pada hasil produksi. Hama yang menyerang tanaman

vi

sawi

ini

diantaranya

ulat

krop

kubis

atau

lebih

dikenal

dengan

Crocidolomiabinotalis, Zell. Serangga ini dikenal juga sebagai hama yang sangat
rakus dan secara berkelompok dapat menghabiskan semua daun dan hanya
meninggalkan tulang daun saja. Kerusakan yang ditimbulkannya dengan cara
memakan daun, terutama daun yang masih muda dan menuju ke bagian titik
tumbuh sehingga titik tumbuh habis dan tanaman dapat mati (Kalshoven 1981).
Sistematika ulat krop kubis menurut Kalshoven (1981) adalah: Filum:
Arthropoda; Kelas: Insecta; Ordo: Lepidoptera; Famili: Pyralidae; Genus:
Crocidolomia; Spesies: C. binotalis Zell. Crocidolomia binotalis Zell merupakan
hama yang menyerang tanaman dari famili Brassicacea (Cruciferae) seperti kol,
sawi, lobak petsai dan radish (Suyanto, 1994).
Daerah sebaran Crocidolomia binotalis adalah meliputi Afrika selatan,
Australia, Kepulauan Pasifik, Asia Tenggara (Kalshoven, 1981). Sedangkan
menurut Sastrosiswojo (1983) hama ini terdapat di daerah-daerah beriklim tropik
seperti Philipina, Guam, Australia bagian Utara, Afrika Selatan, Malaysia dan
Indonesia (Suyanto, 1994).
Crocidolomia binotalis Zell merupakan serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa dan imago
(Suyanto, 1994). Sastrosiswojo (1983) mengemukakan bahwa telur serangga ini
umumnya diletakkan berkelompok pada bagian bawah daun sawi. Pada awalnya
telur berwarna hijau muda, jernih dan mengkilap namun pada saat akan menetas

vii

warna telur berubah menjadi coklat muda dengan bintik hitam ditengahnya
(Suyanto, 1994).
Seekor betina dapat meletakkan 11 sampai 18 kelompok telur dan setiap
kelompok telur terdapat 30 sampai 80 butir. Jadi selama hidupnya ngengat dapat
bertelur sampai 1460 butir. Diameter telur 2,5 mm x 3 mm sampai 4 mm x 5 mm
(Pracaya, 2007). Stadia telur berlangsung selama 3 hari, 4 sampai 5 hari (Suyanto,
1994).
Phyllotreta vittata merupakan hama yang berasal dari filum arthropoda,
kelas insect, ordo Coleoptera dan termasuk dalam family Chrysomelidae.
Serangga yang termasuk dalam family Chrysomelidae pada fase larva maupun
imago umumnya bersifat fitofag, namun banyak dari anggotanya yang termasuk
dalam spesies hama serius. Perilaku yang umum dari serangga Chrysomelidae
adalah mengumpulkan dedaunan. Kutu anjing (Phyllotreta vittata) umumnya
dikenal dengan kumbang anjing atau leaf beetle, dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia.

III. BAHAN DAN METODE

viii

A. Tempat dan Waktu


Praktikum ini akan dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution KM 11 No. 113 Marpoyan
Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya Perhentian Marpoyan
Pekanbaru. Praktiukum ini dilaksanakan dari tanggal 16 Febuari sampai 20 April
2015.

B. Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman sawi
pupuk puradant, pestisida, seng plat. Sedangkan alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah cangkul, martil, polybag, gembor, garu, kamera, dan alat
tulis.

C. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Islam Riau menggunakan polybag cara pelaksanan praktikum :
1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah diperlukan dalam pengisian tanah kedalam polybag
sebanyak 6 polybag per tanaman.
2. Pemasangan Lebel
Pemasangan lebel dilakukan 1 hari sebelum penanaman, lebel diberi
nama dan npm.

3. Penanaman
Benih sawi di tanam kedalam polybag yang telah disiapkan. Benih yang

ix

di tanam kisaran 2 atau 3 biji/polybag. Penanaman diusahakan jangan terlalu


dalam kerana akar tidak akan keluar dan saat bisa terjadi pembusukan pada benih.
Setelah proses penanaman selesai dilakukan penyiraman.

D. Pemeliharaan
1. Pemupukan
Pemberian pupuk yang dilakukan dalam tanaman sawi yaitu pemberian
puradant, puradant di berikan agar daun pada sawi tidak diserang hama.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan seminggu sekali dengan cara mencabut gulma
yang tumbuh disekitar tanaman menggunakan tangan.
3. Penyiraman
Penyiraman dilakuakan setiap hari pada sore hari, jika turun hujan
penyiraman tidak dilakukan.
4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati/sakit dengan
mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang baru. Hal ini dilakukan agar
produksi dari suatu lahan tetap maksimal walaupun akan mengurangi
keseragaman umur tanaman.

5. Pengelolaan hama dan penyakit


Hama yang menyerang pada tanaman sawi ini sungguh diperlukan
perawatan yang extra karena hama yang menyerang sawi memakan semua daun

yang ada, dan pengendalian cukup di berikan pestisida yang sesuai dengan
ketentuan.

IV. PEMBAHASAN

Jenis
Serangga/Pathogen
1. Hama
Crocidolomia
binotalis. Zell
2. Phyllotreta
vittata

Peran

Hama

Hama

Bagian yang
diserang
Menghabiskan
seluuh daun
Merusak bagian
dasar daun

Gambar

xi

(melubangi daun)

Sawi merupakan famili Cruciferae yang mempunyai banyak kandungan


yang sangat bagus untuk tubuh manusia yang mampu hidup pada daerah
ketinggian 500-1000 m dpl. Yang memiliki banyak jenis yang banyak
dibudidayakan ,batang sawi ramping dan lebih hijau yang ciri khasnya ialah
berdaun lonjong , halus tidak berbulu dan tidak berkrop (Puput, 2010).
Pada dasarnya tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur
disebut penyakit yang merusak tumbuhan dengan mengganggu proses proses
dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Selain itu tumbuhan juga
mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau
jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan
memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan
beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Selain merusak
tanaman hama juga dapat mempengaruhi mutu hasil tanaman tersebut.
1. Hama Crocidolomia binotalis. Zell
Ulat Crop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.) sering menyerang titik
tumbuh sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau
lebih besar dari ulat tritip,jika sudah besar garis-garis coklat,jika diganggu agak
malas untuk bergerak. Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis
dan meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan.Larva instar ketiga
sampai kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga

xii

menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis


membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Ulat krop dikenal sebagai
hama yang sangat rakus secara berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun
dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Pada populasi tinggi terdapat kotoran
berwarna hijau bercampur dengan benang-benang sutera. Ulat krop juga masuk
dan memakan krop sehingga tidak dapat dipanen sama sekali. (Ahmad, 2007).
Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang
kemudian berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar
ketiga larva memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke
dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh sehingga tanaman akan segera mati
(http://web.entomology.cornell.edu/).
Ulat ini biasanya ditandai dengan adanya kumpulan kotoran pada daun
kubis dan krop menjadi berlubang-lubang yang menyebabkan kualitas hasil
panennya menurun. Serangan utama C. binotalis yaitu pada bagian dalam yang
terlindungi daun hingga mencapai titik tumbuh. Kalau serangan ini ditambah lagi
dengan serangan penyebab penyakit, tanaman bisa mati karena bagian dalamnya
menjadi busuk meskipun dari luar kelihatannya masih baik (Santosa dan Sartono,
2007).
Menurut Ahmad (2007) Pengendalian yang dapat dilakukan adalah (1)
Melakukan sanitasi Kebersihan kebun, yaitu dengan membersihkan kebun dari
bahan-bahan organic yang bisa membusuk yang dapat menjadi sarang tempat
hama ini bertelur. (2) Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam, jangan

xiii

menanam dua jenis tanaman yang disukai ulat crop berdekatan. (3) Secara
biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini, (4) Secara
mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di musnahkan. (5)
Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun. (6)
Melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang terserang berat. (7) Dengan
menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap cahaya. (8) Membuat
persemaian di tempat yang tidak terlindung atau mengurangi naungan. (9) Secara
kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida alami seperti akar tuba, daun pucung
tembakau dan lengkuas dan disemprotkan pada pada daun, batang dan bagian
lainnya yang belum terserang.
2. Hama Phyllotreta vittata
Phyllotreta vittata merupakan hama yang berasal dari filum arthropoda,
kelas insect, ordo Coleoptera dan termasuk dalam family Chrysomelidae.
Serangga yang termasuk dalam family Chrysomelidae pada fase larva maupun
imago umumnya bersifat fitofag, namun banyak dari anggotanya yang termasuk
dalam spesies hama serius. Perilaku yang umum dari serangga Chrysomelidae
adalah mengumpulkan dedaunan. Kutu anjing (Phyllotreta vittata) umumnya
dikenal dengan kumbang anjing atau leaf beetle, dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia.
Daun sawi yang terserang P. vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya
seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan. Tanaman
inang P. vittata adalah petsai, lobak, dan sawi. Untuk pengendaliannya dapat
dilakukan secara kultura dan secara kimia.

xiv

Pengendalian Phyllotreta vittata dapat dilakukan dengan secara kultura dan


secara kimia, pemusnahan tanarnan yang terserang dan penggunaan insektisida
bila ditemukan gejala serangan dan saat tanaman masih muda (Yudianur, 2010).

V. PENUTUP

a. Kesimpulan
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan
dalam kegiatan sehari-hari manusia, selain itu hama juga merupakan pengganggu
tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, menurunkan kualitas dan
kuantitas yang menyebabkan kerusakan mutu hasil tanaman serta kerugian dalam
pertanian.
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang
dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada
tumbuhan. Organisme pengganggu tanaman meliputi hama tanaman dan
organisme lain yang dapat menyebabkan ataupun membawa hama penyakit bagi
tanaman. Organisme pengganggu tanaman (OPT), terdiri atas binatang, mikroorganisme, dan tumbuhan liar (gulma). Organisme penganggu tanaman mikroorganisme dapat berupa jamur patogen tanaman, bakteri, virus, mikoplasma,
protozoa.
Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan pemberantasan secara
biologi, kimiawi, dan mekanik.

b. Saran
Dalam kegiatan praktikum perlu adanya keseriusan karena pengendalian
hama dan penyakit merupakan salah satu hal yang utama di bidang pertanian.

DAFTAR PUSTAKA
Alvegas. 2009. Abstrak penelitian Efektifitas Penggunaan Cendawan
Entomopatogen Metarrhizium anisopliae Sorokin dan Nomuraea rileyi
Samson Terhadap Hama Kubis Plutella xylostella Curt, dan Crocidolomia
pavonana. http://library.unib.ac.id: Bengkulu.(Online 05 Mei 2015).

Haryanto, E,T. Suhartini dan E. Rahayu.2000. Sawi dan Selada. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Daerah Tingkat 1 Riau. 2009.
Data Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2003-2008. Dinas tanaman
pangan dan hortikultura: Pekanbaru.

Sunarjono, Hendro. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, 2000. Bertanam Petsai dan Sawi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of crops in Indonesia. Revised and translated by


P.A. van der Laan, Univ. of Amsterdam with the assistance of G.H.L.
Rothschild, Jakarta: P. T. Ichtiar Baru - van Hoeve, 701 p.
Suyanto, A. 1994. Hama Sayur dan Buah, Seri PHT.Veneb&r Swadaya. Jakarta.

Pradjo. 2012. http://www.Hama dan Penyakit Utama serta Penanganan Panen dan
Pasca Panen Tanaman Sawi Caisim dan Pakcoy.htm. (Online 05 Mei 2015).

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Jadwal Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman


(Febuari-Mei)
Kegiatan
Persiapan lahan
Penanaman bibit
Penyiraman
Peyiangan gulma
Pemupukan
Pengamatan
Laporan

Febuari
1 2 3 4

Maret
1 2 3 4

April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4

lampiran.2

Gambar.1 ulat yang menyerang


tanaman sawi (ulat crops)

Gambar.2 Ulat crops sedang memakan daun

Gambar.3 Tanaman sawi 21 HST

Gambar.4 tanaman sawi 45 HST

DESKRIPSI

Sawi

adalah

sekelompok

tumbuhan

dari

marga

Brassica

yang

dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar
maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang
mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi
hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso,
caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok
pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.
Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sawi sayur
(untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok
alboglabra) adalah sejenis sayuran lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih
tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy)
merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal dalam dunia boga
Indonesia (Wikipedia Indonesia).
Sedangkan petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa
dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma.

1. Sawi putih (Brassica rugosa)


Sawi putih (Brassica rapa convar. pekinensis; suku sawi-sawian atau
Brassicaceae ) dikenal sebagai sayuran olahan dalam masakan Tionghoa; karena
itu disebut juga sawi cina. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung
kuning pucat dan tangkai daunnya putih. Sawi putih dapat dilihat penggunaannya
pada asinan (diawetkan dalam cairan gula dan garam), dalam capcay, atau pada
sup bening. Sawi putih beraroma khas namun netral.

2. Sawi hijau (Brassica juncca)


Varietas berdaun besar dan hidup di tanah kering dari tanaman yang sama
ini rasanya agak tajam. Biasanya sawi hijau banyak dijadikan asinan untuk
konsumsi penduduk golongan Cina.

3. Sawi huma (Brassica juncea)


Ini adalah suatu varietas berbatang panjang dan berdaun sempit. Tanaman
ini tak tahan terhadap hujan, tak mudah diserang oleh ulat. Sawi ini berbulu dan
rasanya tajam. Biasanya banyak ditemukan di sawah-sawah dan hanya dimakan
di pedalaman.
Dalam budidaya sawi perlunya pengolahan tanah, pemberian pupuk,
penyiangan, perawatan seperti pembersihan gulma dan pemberantasan hama dan
penyakit, lalu panen dan pasca panen.
Dimana pada laporan ini yang kita bahas adalah tentang perllindungan
tanaman, maka hama dan penyakit perlu diperhatikan. Pengendalian hama harus
cepat dan tepat agar tanaman yang kita budidayakan tidak menyebarkan penyakit
kepada tanaman lainnya, dan bisa menyebabkan mati pada tanaman tersebut.

Anda mungkin juga menyukai