Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNOLOGI BENIH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH

Oleh :

KELOMPOK 9

Intan Prasetyarini

Monika Tasikkaraeng

Nina Astuti

Norhabibah

Sarmiah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Variasi Somaklonal

B. Faktor Yang Mempengaruhi Variasi Somaklonal

C. Contoh Pemanfaatan Variasi Somaklonal

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
BAB I

A.PENDAHULUAN

Penanganan benih perlu dilakukan secara khusus dan serius. Kelalaian atau

keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya kecambah

menurun atau bahkan benih mati. Penanganan benih mencakup kegiatan

pemanenan, pengeringan, pemilahan, pelakuan benih, pengemasan, penyimpanan,

dan pengujian.Penanganan benih perlu memperhatikan kelompok benih seperti

benih ortodoks atau rekalsitran (benih yang tidak tahan desikasi) atau intermediate

(semi-rekalsitran). Melalui cara panen dan penanganan benih yang optimal, mutu

fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Sukarman dan Maharani

Hasanah, 2003). Produksi benih sendiri bisa dengan cara persilangan pada

tanaman tersebut. Sama dg produksi biji, tetapi harus memenuhi persyaratan yang

ditentukan BPSB yang telah memberi persyaratan untuk kelas benih tertentu. Hal

ini sesuai dengan tujuan produksi benih adalah :

1. Menyebarkan varietas unggul baru hasil pemuliaan untuk produksi secara

komersial

2. Mempertahankan identitas genetik (mengenai kebenaran, kemurnian, dan

kemantapan) varietas unggul tersebut.

3. Menjaga dan memelihara produktivitas varietas unggul.

Produksi benih merupakan salah satu cara untuk mempertahankan atau

mewariskan kekuatan (viabilitas, vigor suatu benih) yang dimiliki tetua kepada

anaknya. atau menciptakan suatu kekuatan baru yang lebih baik dari yang sudah

ada baik dari segi kualitas maupun harga. Benih suatu tanaman atau varietas

tanaman tersebut.Sehingga setiap benih harus memiliki kualitas yang baik.


Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam produksi benih, kita perlu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih tersebut.Karena

selain nutrisi dan budidaya tanaman yang tepat pada suatu tanaman, faktor-faktor

ini pun perlu diketahui. Dengan ini maka kita dapat mengetahui pula proses

fisiologi tanaman tersebut.

BAB II
BAB II

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari eksternal dan

internal. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh

lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan

merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Perubahan

tanaman dari fase vegetative (terutama ketika tanaman menghasilkan daun-daun)

menjadi fase reproduktif (ketika tanaman menghasilkan kuncup bunga, bunga dan

benih) tergantung pada rangsangan eksternal. Kebanyakan spesies tidak akan

memasuki fase reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan

belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Oleh karena itu terdapat
beberapa rangsangan eksternal untuk menyebabkan perubahan itu terjadi. Berikut

adalah unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:

1. Iklim

a. Cahaya

Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses

fotosintesis dan pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam

proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman

mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman

terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman

yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering

disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam

kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.

Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses

metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya

sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat

produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui

2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan

metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang

dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang

ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas

cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil

aktivitas transpirasi.Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup

tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula,

dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang (Heru, 2009).

Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor
penting, meliputi sebagai berikut:

i. Intensitasnya

Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari ketinggian temapt

tersebut, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu tempat tersebut.

Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah

yang nantinya kan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai

untuk dataran tinggi atau dataran rendah.

Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal

dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi.Sedangkan dalam

perkeambahan cahaya berperan sebagai faktor pengontrol perkecambahan.Secara

alami suatu biji yang sudah masak makan terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah

dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda. Kebanyakan biji-biji atau

benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Pemberian cahaya

pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi Fim dan

benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas

radiasi yang terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting

karena di dalam kualitas radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang

menentukan sifat morfogenetik tanaman.Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui

alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah jika kanopi tanaman

menutupi sempurna.

ii. Kualitasnya

Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak

semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian

ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali.Kualitas cahaya matahari

ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya
tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta

perubahan komposisi udara di atmosfer. Pengertian cahaya berkaitan dengan

radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian kecil saja yang

diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang

bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek

(short wave radiation).Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi

ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar

inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah

yang digunakan untuk proses berlangsungnya fotosintesis.

Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya

cahaya tersebut tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan

kembali ke angkasa luar.Cahaya matahari gelombang pendek tersaring dan

diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang

tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya

dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas

permukaan bumi.

Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah

banyak diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible)

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada

cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batangnya akan

menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman

ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang

tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecil-kecil.

Hal tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang peranan

penting untuk fotosintesis.


iii. Fotoperiodesitasnya

Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan

lama waktu ber-cahaya.Di daerah tropis dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi

lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu foto respirasinya cepat.Hal

ini mengakibatkan sintesis protein berkurang (Campbell, NA. 2002).

Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda. Pada

pagi hari kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore panjang

gelombang pendek berkurang dan panjang gelombang panjang bertambah. Oleh

karena itu fotosintesis paling efektif sesudah siang hari (Anonimb, 2010).

Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari pada siang hari.Biasanya

dari daerah tropik semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin

panjang.Dalam hal ini kita mengenal tanaman hari panjang, dan tanaman hari

pendek.

Kini terdapat penggolongan tambahan sebanyak empat jebi, yaitu tanaman

yang berhari panjang-pendek (long short-day, yang memerlukan hari panjang

sebelum hari pendek), tanaman berhari pendek-panjang (short long day, yang

memerlukan hari pendek sebelum hai panjang), stenofotoperiodik (yang

memerlukan panjang hari medium) dan amfifotoperiodik (yang memerlukan hari

panjang atau hari pendek tetapi bukan hari medium) (Mugnisjah, 2004).

Kelompok tanaman hari pendek, tanaman hari panjang, tanaman hari netral seperti

sayuran kentang, ketela rambat, kacang-kacangan, bayam, lobak, selada tomat,

lombok, okra,

buah strawberry strawberry, bunga chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia

poinsetia China aster, gardenia, delphinium Carnation.


Meskipun sejumlah spesies terbukti tidak peka terhadap faktor panjang

penyinaran tetapi hal ini menentukan apakah tanaman-tanaman tersebut hanya

dapat membentuk bagian-bagian vegetatif saja. Di dalam tanaman hari pendek

panjnagnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk

bagian-bagian vegetatif yang bersifat gigas (besar) sedang pembungaannya

dikekang. Tanaman hari panjang jika tanaman pada daerah yang panjang

penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodia yang

lebih pendek dan cenderung membentuk roset dan pembungaan tanaman hari

panjang ini akan dikekang (Anonimb, 2010).

Cahaya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan tanaman dapat

mempunyai beberapa macam kegunaan antara lain :

a. Fotosintesis

b. Cahaya dalam hubungannya dengan klasifikasi tanaman

c. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam tubuh tanaman. Misalnya, sintesis

khlorofil, kelakuan stomata dan sebagainya

d. Transpirasi

Tanaman-tanaman dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan cahaya di dalam

proses hidupnya menjadi :

Heliophytes

Tanaman yang termasuk Heliophytes adalah tanaman-tanaman

yang dapat hidup baik pada keadaan yang penuh dengan sinar

matahari.

Sciophytes

Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas

cahaya yang lebih rendah.


Kebanyakan tanaman yang termasuk tanaman air, Ipomea repens, terate

dan sebagainya, faktor cahaya tidak merupakan faktor yang membatasi dalam

proses hidupnya. Tetapi pada tanaman-tanaman darat adanya faktor-faktor lain

selain cahaya, misalnya temperatur dan lembab relatif dapat mengadakan suatu

pengaruh bersamaan terhadap proses hidupnya. Dengan demikian pengaruh

tunggal cahaya tak dapat diketahui dengan pasti.Dengan penyelidikan didapat

kenyataan bahwa kerusakan seedlings biasanya disebabkan karena faktor

keteduhan dan lebih sedikit disebabkan oleh faktor cahaya.Pada tanaman

aciophytes membutuhkan cahaya yang lebih rendah daripada heliophytes. Sebagai

perbandingan adalah jika pada situasi yang sama heliophytes tahan pada intensitas

4.200 lux dan pada sciophytes pada 27 lux (Anonimb, 2010).

Panjang hari dilaporkan berkorelasi positif dengan nisbah bunga jantan/betina

dalam tanaman berhari pendek Heteropogon contortus. Hal ini sehubungan

dengan sistem pemuliaan tanaman yang bersangkutan menurut pergeseran latitude

dari tempat menumbuhkannya. Lamanya fotoperiode kritikal dapat berubah oleh

kondisi suhu. Dalam tanaman berhari pendek, suhu rendah dapat memperpanjang

fotoperiode kritikal sehingga membatasi pembungaan (Mugnisjah, 2004).

b. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga,

pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga,

munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih.Tanaman tropis

tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap

pembungaan menjadi efektif.Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup

kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode


yang berbeda.Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat

pembungaan dalam beberapa tanaman (Anonimb, 2010).

Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik.Tidak ada batas

suhu terendah bagi kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan

lumut daun tertentu pada kondisi kering.Batas suhu terendah untuk bertahan hidup

pada keadaan yang lebih normal sangat tergantung pada spesies dan sejauh mana

jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es. Tumbuhan yang sedang tumbuh

aktif sering dapat bertahan hidup hanya pada beberapa derajat di bawah 0C,

sedangkan banyak yang dapat bertahan pada sekitar 40C. Beberapa tumbuhan

tinggi dapat tumbuh dan berbunga di bawah salju.

Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran

tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal

es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi

pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada suhu rendah

terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel.

Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan

pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada

tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem

yang peka terhadap panas.Dengan demikian, faktor suhu sangat menentukan

penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb, 2010).

Sebagai contoh, padi hirida memerlukan suhu harian 20-30oC untuk

proses produksinya. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27C, pembentukan

buah terhambat pada temperatur >30C atau <10C (Anonima, 2010).

c. Curah Hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan

waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis.

Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak

panen.Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan

banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari

menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi.Kepala putik dapat busuk

karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).

Tipe iklim (jumlah bulan basah). Jumlah bulan kering Jenis bebuahan

yang sesuai 9, 10 - 12, 11, 11 - 12Gandaria, kapulasan, kemang, kesemek, duku,

durian, mundu, pepaya, pisang dan rambutan lebih dari 4 bulan. Jambu biji, jambu

monyet, nangka.

Selain itu, aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban

tinggi.apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala puti berarti

penyerbukan telah gagal. Hal ini juga berarti bahwa pembuahan dan

selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya. Pada

tanaman padi tidak memerlukan hujan selama masa berbunga. Sehingga terjadi

produksi benih pada tanaman padi.

d. Kelembaban Nisbi

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang

dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun

defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara

kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas

udara untuk menampung uap air.

Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah

uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung
pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%) (Anonimc,

2010). RH mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi

mempengaruhi respirasi benih RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T)

lingkungan

RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih:

Setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali, dan setiap

penurunan suhu ruang simpan 5oC akan menggandakan masa hidup benih dua

kali.

Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu

terhadap perkecambahan serbuk sari.Kelembaban nisbi atmosfer juga berpengaruh

juga terhadap populasi serangga dan pathogen.Disamping itu, rontok benih

berkorelasi negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang

rendah dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004).

Sebagai contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses

produksinya. Interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan, kelemababan nisbi

dan periode simpan berpengaruh pada tumbuh serempak benih tersebut.

e. Angin

Angin sebenarnya dapat bersifat menguntungkan serta merugikan dalam

usaha produksi benih yang dihasilkan, hal ini tergantung pada kencang tidaknya

angin. Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan

beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman

maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan

bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang

dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang

telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih


dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang

dihasilkan.

Pada saat penyebaran serbuk sari dengan adanya bantuan angin sangat

diharapkan akan menghasilkan produksi benih yang lebih bervariasai sehingga

akan mendapatkan varietas tanaman yang lebih beraneka ragam. Agar dalam

penyebaranya pun tidak akan merugikan sehingga menghasilkan benih yang

kurang baik maka dalam menghasilkan benih yang bermutu ada beberapa hal yang

harus diperhatikan, yaitu memperhatikan cuaca yang terjadi, suhu udara karena

jika suhu udara lembab dengan angin yang ada maka akan mengakibatkan angin

membawa kandungan air di dalamnya. Sehingga jika terdapat kandungan air

dalam angin akan mengakibatkan benih yang dihasilkan juga terdapat kandungan

airnya dan itu akan mengakibatkan kualitas benih menurun karena benih tidak

murni.

2. Biologis

Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan

maupun yang menguntungkan.Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan

produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya.Sebagai

contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas

lebah.Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang

memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada

hari yang sangat cerah adalah rendah. Perhatian harus diberikan untuk mengurangi

kompetisi pasokan makanan, misalnya dengan memindahkan atau menghilangkan

bunga dari pohon, perdu atau tanaman lainnya yang berbunga puncak pada waktu

yang sama dengan pertanaman untuk menghasilkan benih. Sebaliknya, untuk

mempertahankan populasi lebah yang tinggi, pasokan makanan alternative juga


perlu ditingkatkan jika pertanaman untuk menghasilkan benih tidak berbunga

lebat (Mugnisjah, 2004).

Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca

yang sangat basah (Sanusi, 2009). Tempat untuk pertanaman benih karenanya

harus dipilih yang dapat menjamin penyerbukan berlangsung dengan

optimum.angin yang terlalu cepat tidak disenangi lebah penyerbuk sehingga dapat

berakibat pada rendahnya hasil pula.

Resistensi terhadap hama merupakan faktor umum untuk dapat

menghasilkan produksi yang maksimum. Jika tanaman memiliki kemampuan

berproduksi tinggi, namun tidak disertai dengan mekanisme resistensi terhadap

hama, maka jika terjadi serangan hama, tanaman tersebut tidak mampu

berproduksi secara maksimum. Kualitas produksi juga yang diserang juga dapat

diserang oleh bermacam-macam hama.

3. Tanah

Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur.

Tanah yang subur disini diartikan sebagai tanah yang memiliki sifat fisika, kimia

maupun biologi yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman sehingga menghasilkan benih yang bermutu dan optimum. Sehingga

tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki drainase baik

agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak

kekeringan.Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial. Pokok-pokok

dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak

yang ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang

tersedia 4) Oksigen yang tersedia didalam tanah.


Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal

musim, dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya

berikutnya.Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik,

dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Persiapan tanah dan

pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi terutama

kandungan phosfor. Pemberian biasanya setengah dari pemberian kalium untuk

memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetative

(Anonima, 2010).

Faktor internal meliputi:

1. Genetik

Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik

seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap

kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas

adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Hal ini disebabkan, dengan mengetahui

kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas yang

diinginkan.Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih

mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih.Keragaman genetik

mungkin lebar ataupun sempit tergantung pada tujuan penanaman.

Pada biji, biasanya embrio terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel

jantan. Sel jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom

atau inti DNA. Betina dan jantan masing-masing memberikan sitoplasma yang

mengandung organel yang memiliki sistim genetiknya sendiri khususnya

mitokondria dan plastida.Kloroplast (Chloroplast) DNA pada tanaman

angiosperma biasanya diturunkan melalui sel induknya, sementara dalam jenis

tanaman daun jarum (coniferous) khususnya diturunkan oleh sel jantan.


Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan

tidak terjadi sampai benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang

paling penting berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan

lingkungan. Pada kebanyakan biji angiosperma dimana embrio berkembang

bersamaan dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan berpengaruh.

Sebagai contoh pada tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri

menghasilkan buah yang lebih kecil daripada pembuahan silang (crossing).Pada

angiosperm kemungkinan keadaannya lebih rumit dari pada conifers.

Adanya perbedaan masa hidup benih yang diturunkan pada turunannya tidak

terbatas hanya pada tingkat spesies saja, namun juga dijumpai pada tingkat

kultivar. Pada penelitian yang membandingkan masa hidup beberapa kultivar dari

spesies yang sama menunjukkan adanya perbedaan masa hidup yang nyata. Pada

penelitian terhadap delapan kultivar kedelai, Burgess (1938) menemukan adanya

perbedaan pada daya kecambah setelah empat tahun disimpan, yakni dari 21

hingga 99 %, padahal sewaktu disimpan lima bulan daya kecambahnya berkisar

antara 95 sampai 99 %.

2. Vigor dan Viabilitas

Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang

mempengaruhi umur simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat

dibedakan terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Terlepas dari

masalah tersebut,beberapa peneliti menunjukkan bahwa lot-lot benih yang

mengalami kemunduran cepat mengandung benih yang bervigor rendah dan benih

yang masih bervigor. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan

semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih

yang baru dan vigor mempunyai daya simpan lebih lama dibanding dengan lot
benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran secara

cepat. Semakin lama benih di simpan, maka benih mengalami penurunan

viabilitas dan vigornya.

Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa

faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih,

kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, biar kondisi

penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya. Penurunan vigor dan viabilitas

kadang digambarkan dengan suatu kurva kelansungan hidup sigmoid.Kurva

kelansungan hidup benih kering yang disimpan pada kondisi yang

menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian yang berbeda.Bagian pertama

mewakili benih pada waktu masih vigor dan kemunduran fungsi kehidupannya

berlangsung lambat.Bagian ini berakhir pada tingkat daya kecambah 90-75%.

Bagian kedua yang kemundurannya berlangsung dengan cepat,bagian kedua ini

berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%. Akhirnya bagian ketiga yang proses

kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung terus sampai semua

benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas hanya saja

kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.

Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman

induknya.Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor

benih yang maksimal, demikian pula dengan berat keringnya.Pertumbuhan

tanaman induk yang baik merupakan syarat yang mantap sewaktu kematangan

benihnya.Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut.

Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik

pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada


waktu pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh

terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003).

Viabilitas daya kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah

tuanya biji dan mencapai maximum germination jauh sebelum masak fisiologis

atau berat maksimum tercapai.Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan.

Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek

dilapangan (Jurnalis Kamil, 1979).

Vigor dihubungkan dengan bobot benih .Dalam hal ini dihubungkan

dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan

pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari

serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di tanam bila benih menurun maka

kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih saat

dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang

rendah (Oren L.Justice dan Louis N.Bass).

Uji kedalaman tanam tergolong uji kekuatan benih dengan lingkungan sub

optimal.Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih

dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat hujan atau

traktor.Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat

dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai

(favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai

(unfavourable).Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai

termasuk kedalam pengujian vigor benih.

Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan

viabilitas benih kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan

memiliki vigor awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air
yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan

beniholeh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis

(Purwantoro, 2009).

PENUTUP

Berdasarkan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi produksi benih adalah
1. Faktor Eksternal terdiri dari:
a. Iklim, meliputi
1) Cahaya
2) Suhu
3) Curah Hujan
4) Kelembaban Nisbi
5) Angin
b. Biologis
c. Tanah
2. Faktor Internal terdiri dari
a. Genetika
b. Vigor dan Viabilitas Benih

Anda mungkin juga menyukai