Anda di halaman 1dari 24

PATOLOGI PASCA PANEN

Pengertian Patologi

 Patologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit dan bagaimana suatu


penyakit terjadi.

 Beberapa penyakit pasca panen yang menyerang komoditas buah


tropika di Indonesia, diantaranya : a). Jeruk (busuk pangkal, busuk
aspergillus, busuk pangkal buah / kapang penicillium); b). Mangga
(lalat buah, antraknosa, dan busuk pangkal buah (stem – end rot); c).
Pisang (lalat buah, antraknosa, busuk buah (finger rot); d) Nanas
(busuk pangkal (butt rotm black rot); e). Pepaya (Antraknosa, busuk
Rhizopus, bercak buah Alternaria, busuk pangkal batang busuk kering
(dry rot), papaya ring spot virus; f). Alpukat (antraknosa).
Penyakit Pascapanen
 Penyakit pascapanen adalah penyakit yang muncul dan
berkembang selama periode pascapanen, tanpa
memperdulikan kapan terjadinya inokulasi, penetrasi dan
infeksinya.
 Penyakit yang terjadi selama periode pascapanen adalah
busuk asam (source rot) pada buah jeruk yang disebebkan
oleh Geotrichum candidum.
Penyakit Antraknosa pada Mangga
dan Cabai
 Antraknosa adalah jenis penyakit tumbuhan yang
ditemukan pada berbagai tanaman pohon dan semak, awal
gejala yang ditunjukan berupa bercak pada daun atau
bagian lain berbentuk bulat panjang berwana hitam yang
akan berlanjut hingga kematian jaringan.

• Penyebab : cendawan Colletotrichum


Lalat Buah
Bactrocera spp.
 Gejala awal pada permukaan kulit buah ditandai dengan adanya
noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina
saat meletakkan telurnya ke dalam buah. Selanjutnya akibat
gangguan larva yang menetas dari telur di dalam buah, maka noda-
noda tersebut berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik
tersebut. Larva memakan daging buah, dan akhirnya buah menjadi
busuk dan gugur sebelum matang.
 Tanaman Inang : Cabai, mangga, pisang, belimbing, kopi, cengkeh
 Cara pengendalian : Karantina, Sanitasi Kebun, Buah yang jatuh
dikumpulkan kemudian dimusnahkan dan dibakar atau dikubur.
Pengasapan kebun dengan membakar jerami di kebun.
Busuk Buah Pada Pisang
Serangan Larva Amorbia Curneana pada
Alpukat
Penyakit Antarknosa pada Alpukat
Busuk Buah Alpukat
Gejala Busuk Buah
 Jika terjadi gejala busuk pada buah di dalam tempat
penyimpanan setelah panen, buah yang busuk tersebut
akan menghasilkan C2H4 yang cukup banyak dan akan
mengakibatkan pematangan sebelum waktunya pada buah
yang sama dalam ruang penyimpanan tersebut. Proses
penularan (infeksi) dimulai dari buah yang masih terdapat
dalam pohon yang dapat tertular dari penetrasi langsung
jamur patogen yang menembus kutikula yang masih utuh,
melalui luka – luka atau melalui lubang – lubang alami
pada permukaan tubuh buah.
 Juga dapat terjadi gejala penyakit pasca panen yang
dimulai dari luka – luka pada komoditi buah selama dan
sesudah pemanenan, seperti batang dari pohon buah yang
dipotong dan juga kerusakan mekanik pada sel – sel
permukaan selama penanganan dan pengangkutan.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
 Pengendalian OPT, merupakan hal yang sangat penting
untuk komoditas buah – buahan tujuan ekspor, mengingat
perdagangan dunia telah mensyaratkan ketentuan tentang
kesehatan tumbuhan. Penyakit pascapanen dapat
menyerang buah ketika masih berada di tanaman atau
setelah dilakukan pemanenan. Serangan OPT yang
menyerang buah ketika masih berada di pohon,biasanya
berupa infeksi laten yaitu gejala penyakit baru terlihat
setelah buah matang. Infeksi yang terjadi karena luka
pada saat penanganan pascapanen yang tidak sesuai
antara lain dapat berupa tangkai buah yang dipatahkan
sewaktu dipanen, memar, lecet dan pecah karena
terjatuh. Luka tersebut merupakan gerbang masuknya
patogen penyebab penyakit.
 Mikroba penyebab infeksi laten penyakit antraknosa
(Colletotrichum gloeosporiodes Penz.). Gejala penyakit
berupa noda warna cokelat di permukaan kulit buah
dengan intensitas warna cokelat meningkat serta meluas,
dan masuk ke dalam daging buah kemudian terjadi
pembusukan pada buah. Penyakit pascapanen lain yang
mungkin timbul diantaranya busuk pangkal buah yang
ditimbulkan oleh Botryodiplodia theobromae atau
Dithorella dominica Petrack. B. theobromae masuk ke
dalam buah melalui luka pada tangkai ditandai dengan
noda warna hitam pada kulit di sekitar pangkal buah. Bila
buah dibelah terlihat daging buah dan kulit biji yang
menghitam dan membusuk.
ETIOLOGI PENYAKIT-PENYAKIT PASCAPANEN

1. Proses Penularan
2. Penularan sebelum pemanenan
3. Infeksi buah-buah selama dan sesudah pemanenan
Proses Penularan (Infeksi)

 Penularan penyakit pascapanen pada komoditas buah


sebelum dilakukan pemanenan, spora dari jamur patogen
berkecambah di permukaan buah yang sedang berkembang
dan setelah beberapa jam ujung bukuh hifa jamur
membengkak untuk membentuk alat pelekat. Setelah 24–
72 jam, bergantung pada suhu sekitar dan tingkat
kemasakan buah, terjadi infeksi laten. Pada saat buah
matang beberapa minggu atau bukan kemudian, hifa
menjadi aktif kemudian membentuk luka–luka
pembusukan yang khas pada buah yang matang.
Penularan Sebelum Pemanenan

 Jamur patogen Colletotrichum, Gleosporium, Guignardia,


Diplodia, Phomopsis, Dothiorella dan Alternaria
membentuk banyak spora pada luka-luka batang, daun dan
bagian bunga tanaman buah tropika.
 Serangga, lalat buah (Pterandrus rosa dan Ceratites
capitaia, ngengat, kupu-kupu penggerek buah (Serrodes
spp, Othreis spp dan Achaea spp) tidak saja menumbulkan
luka-luka dipermukaan buah jeruk dan buah tropika
lainnya tetapi juga terkontaminasi oleh spora jamur.
Infeksi buah selama dan sesudah
penyimpanan
 Buah dan sayur bersifat rentan terhadap penyakit
pascapanen yang dimulai pada batang yang terpotong.
Contoh : busuk ujung pada sisir-sisir pisang, busuk hitam
pada buah nenas, busuk ujung batang pada buah papaya
dan mangga, luka karena penanganan kasar, kerusakan
karena pendinginan.
PENGENDALIAN PENYAKIT PASCA PANEN

 Perlakuan Panas
 Pestisida Sintetik
 Kombinasi Penyimpanan Dingin
Vapor Heat Treatment

 Penggunaan panas merupakan salah satu teknologi


pengendalian OPT yang banyak digunakan berkaitan
dengan pelarangan penggunaan senyawa berbahan dasar
kimia sintetis seperti etilen dibromida. Metode perlakuan
panas dalam pengendalian OPT antara lain menggunakan
air panas (Hot Water Treatment, HWT); uap panas (Vapor
Heat Treatment, VHT) dan udara panas (Hot Air
Treatment, HAT). Proses disinfestasi pada buah dilakukan
dengan cara memanaskan buah pada suhu tertentu selama
periode waktu tertentu dengan tujuan membunuh hama
lalat buah atau mengendalikan penyakit seperti
antraknosa dan penyakit busuk pangkal buah (stem end
rot) tanpa menyebabkan kerusakan pada buah.
Perlakuan Panas

 Hasil – hasil penelitian terkait aplikasi perlakuan panas


yang telah dilakukan, diantaranya telah dilakukan pada
buah mangga. Aplikasi perendaman mangga dalam air
panas (53–550C) selama 5 menit dapat menunda timbulnya
gejala penyakit antraknosa dan busuk pangkal buah
masing – masing 9,4 hari dan 9,2 hari lebih lama dibanding
tanpa perlakuan (Sulusi et al., 1994). Mangga varietas
Irwin dari Okinawa dengan metode VHT pada suhu 46,5 0C
selama 30 menit telah cukup efektif dalam menekan
perkembangan penyakit antraknosa dan busuk pangkal
buah (stem end rot) serta dapat mempertahankan mutu
buah hingga 21 hari selama penyimpanan pada 13 0C
(Rokhani, 2002).
Pestisida Sintetik

 Pestisida sintetik dengan bahan aktif benomyl dapat


digunakan sebagai bahan pengendali untuk mengendalikan
serangan patogen penyebab penyakit pascapanen pada
buah. Aplikasi 500 ppm benomyl dalam emulsi lilin 6%
terhadap mangga Gedong Gincu mampu membatasi
pertumbuhan penyakit antraknosa dan busuk pangkal buah
hingga minggu ke tiga pada penyimpanan suhu 8-100C
(Setyabudi et al., 2007). Penggunaan 1.000 ppm benomyl
dalam emulsi lilin 6% pada buah manggis mampu
mempertahankan kesegaran buah hingga minggu ke 4
dengan suhu penyimpanan 9 0C (Setyabudi et al., 2009).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai