Disusun Oleh :
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya Laporan Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi
indikator mata kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi program studi Agroeknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Tanjungpura.
Selama penyusunan laporan praktikum ini kami mendapat banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada pembimbing praktikum dan dosen matakuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi, yang
senantiasa mengajar dan membantu kami dalam melaksanakan praktikum hingga kami dapat
menulis laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi ini perlu
adanya evaluasi lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan laporan praktikum Pestisida dan
Teknik Aplikasi ini. Kami juga berharap agar laporan praktikum ini dapat berguna bagi orang
lain yang membacanya
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keefektifan insektisida curacron bahan aktif profenofos dan
mengetahui dosis konsentrasi yang efektif untuk menekan perkembangan ulat
hongkong.
2. Untuk mengetahui mortalitas serangga ulat hongkong Tenebrio Molitor
3. Untuk mengetahui pengaruh kehilangan makan akibat insektisida terhadap ulat
hongkong.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
a. Menambah pengetahuan mengenai keefektifan suatu insektisida dengan dosis
konsentrasi yang berbeda - beda untuk menekan perkembangan serangga
b. Dapat mengetahui dosis konsentrasi yang tepat dalam pengaplikasian
insektisida pada target yang akan dikendalikan
c. Dapat menambah pengetahuan bahwa toksisitas residu insektisida terhadap
perlakuan pakan bisa memberikan pengaruh pada ulat hongkong, baik
berpengaruh pada ketahanan resistensi maupun mematikan sasaran, yakni ulat
hongkong dengan residu dari insektisida berbahan aktif profenofos
2. Bagi masyarakat
a. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai penggunaan insektisida
dengan dosis dan konsentrasi yang tepat dan efektif untuk mengendalikan OPT
tanaman
3. Bagi bidang pendidikan
a. Sebagai sumber informasi terkait uji insektisida pada ulat hongkong dan bisa
menjadi bahan acuan dalam referensi ilmu pengetahuan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 (yang dikutip oleh Djojosumarto,
2008) Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad
renik dan virus.
Pestisida berdasarkan cara masuknya digolongkan menjadi racun kontak, racun
pernafasan, dan racun lambung, atau racun perut. Racun kontak merupakan pestisida yang
bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) dan
ditransportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja. Racun pernafasan
(fumigan) merupakan pestisida yang dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem
pernapasan.
Curacron adalah salah satu merek dagang pestisida dari golongan organofosfat yang
mempunyai bahan aktif profenofos. Profenofos ini termasuk dalam kategori racun kontak
lambung dan berspektrum luas, yang mampu bereaksi cepat untuk mengendalikan serangan
berbagai hama.
Racun lambung atau perut adalah pestisida yang membunuh serangga sasaran dengan
cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Mekanismenya adalah
pestisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian
ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif
insektisida. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot
insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh (Ditjenbun
2013). Pada praktikum kali ini kami mengujikan efektivitas pestisida racun lambung pada
serangga melalui pakannya.
Persiapan insektisida
Curacron konsentrasi 0.1
- Hasil
- Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan 6 perlakuan dengan 5 ulangan yang dilakukan selama 6
hari yang dimana masing masing untuk tiap ulangan diisi dengan 30 ulat hongkong, dan
untuk Insektisida yang digunakan yaitu insektisida Curacron 500 EC dengan bahan aktif
Profenofor 500 gr/L. Insektisida Curacron 500 EC digolongkan kedalam golongan pestisida
yang masuk sebagai racun perut atau racun lambung. Perusakan sistem pencernaan jika bahan
aktif tersebut tertelan merupakan mekanisme dari racun perut atau racun lambung (Hudayya
dan Jayanti, 2012).
Berdasarkan tabel diatas pada perlakuan kontrol tidak ada terjadinya kematian pada
ulat hongkong yang dikarenakan untuk perlakuan kontrol tidak mengandung atau tidak
terdapat campuran insektisida, untuk perlakuan konsentrasi 0,5 ppm ditemukan ada ulat yang
mati yaitu berjumlah 2 ulat, untuk perlakuan konsentrasi 1 ditemukan ada ulat yang mati
yaitu berjumlah 3 ulat, untuk perlakuan konsentrasi 1,5 ppm ditemukan ada ulat yang mati
yaitu sebanyak 15 ulat, untuk perlakuan konsentrasi 2,0 ppm ditemukan ada ulat yang mati
yaitu berjumlah 15 ulat, untuk perlakuan konsentrasi 2,5 ppm ditemukan ada ulat yang mati
yaitu berjumlah 10 ulat. Untuk perlakuan selain kontrol merupakan perlakuan yang
mengandung atau terdapat insektisida dengan kandungan yang berbeda beda untuk tiap
ulangan yang dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula daya racun perut
membunuh ulat hongkong.
Berdasarkan data diatas, insektisida pada konsentrasi 1,5 ppm dan 2,0 ppm memiliki
kemampuan letal yang tinggi. Berdasarkan data diatas, kematian terkoreksi tinggi terdapat
pada konsentrasi 1,5 dan 2,0 ppm sebesar 23.33%. Namun dikategorikan sedikit beracun
karena P < 30 % (Reflinaldo, dkk. 2018). Konsentrasi yang digunakan, semakin tinggi maka
peningkatan efek racun juga semakin tinggi. Dengan kata lain semakin tinggi konsentrasi
yang digunakan maka semakin tinggi mortalitas ulat hongkong (Safirah, dkk. 2016). Namun
pada konsentrasi 2,5 ppm, mortalitas lebih rendah dibanding konsentrasi 2,0 ppm. Hal ini
mungkin dikarenakan cara aplikasi insektisida yang kurang tepat, perbedaan fase
perkembangan dan umur ulat hongkong serta faktor lingkungan dapat mempengaruhi tingkat
mortalitas (Sairah, dkk. 2016).
4.2 Acara 2 (Kemampuan Makan )
- Hasil
- Pembahasan
Pengujian kehilangan makan dilakukan dengan 2 taraf yaitu kontrol dan dengan
insektisida curacron konsentrasi 0,1 ppm. Hasil yang didapat menunjukkan pada konsentrasi
0,1 ppm memiliki efek penghambat makan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Komponen penghambatan makan Insektisida Curacron mempunyai mekanisme racun perut
dan racun kontak. Racun perut adalah efek yang ditimbulkan ketika suatu senyawa masuk ke
dalam tubuh serangga menuju saluran pencernaan dan dapat mengganggu kinerja saluran
pencernaan. Tingginya penghambatan aktivitas makan ini dapat memberikan pengaruh yang
sinergis antara insektisida. dimana aktivitas makan akan memperlambat atau mengurangi
jumlah makanan yang dimakan oleh serangga uji yang dapat melemahkan kondisi tubuh
serangga tersebut dan jika serangga uji memakan pakan perlakuan yang mengandung racun
maka serangga akan mengalami kematian yang lebih cepat.
BAB 5
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa insektisida Curacron memiliki tingkat
mortalitas lebih besar pada konsentrasi 1,5 pm dan 2,0 ppm namun dikategorikan sedikit
beracun dikarenakan hasil uji menunjukkan mortalitas terkoreksi kurang dari 30% (P<30%).
Sedangkan pada uji kehilangan makan, menunjukkan perlakuan dengan konsentrasi 0,1 ppm
memiliki tingkat penghambatan makan yang lebih besar dibanding kontrol. Efek racun
insektisida tersebut mengurangi aktivitas makan ulat hongkong.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN