Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA PERTANIAN

ACARA III
UJI DAYA RACUN INSEKTISIDA

Disusun oleh :
Nama : Hesti Sefindy Adi
NIM : 16/394260/PN/14499
Golongan : C1
Asisten : Herika Gayuh P.
Valentina Erline F.

BAGIAN TOKSIKOLOGI PESTISIDA


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA III
UJI DAYA RACUN INSEKTISIDA

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Memberikan gambaran cara menguji toksisitas insektisida

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida memegang peran penting dalam bidang pertanian. Sebagian besar masih
menggunakan pestisida karena kemampuannya untuk memberantas hama sangat efektif.
Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tersebut akan
menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap
kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari
penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang
sering/ intensif menggunakan pestisida (Arif, 2015). Pestisida terdiri dari beberapa jenis
tergantung pada jenis hama yang dibunuh atau dikendalikan (Pandya, 2018). Pestisida adalah
satu-satunya zat beracun yang sengaja dilepaskan ke lingkungan kita untuk membunuh makhluk
hidup. Pestisida termasuk zat yang membunuh gulma (herbisida), serangga (insektisida), jamur
(fungisida), tikus (rodentisida), dan lainnya (Sarwar, 2015).
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan keberhasilan pengendalian hama. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan pestisida adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Hal-hal
teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan dosis.
Konsentrasi adalah perbandingan (persentase) antara bahan aktif dengan bahan pengencer,
pelarut, dan atau pembawa. Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang
digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang
dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih. Selain itu ada juga yang mengartikan dosis adalah
jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk
menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif
pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan (Sudarmo,
1991).
Ulat tepung (Tenebrio molitor L.) mempunyai taksonomi: Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae, Genus Tenebrio, Species
Tenebriomolitor (Frost, 1959). Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga-
serangga dan mengandung kira-kira 40% dari jenis yang terkenal yaitu Hexapoda dan famili
kelima yang terbesar dari kumbang-kumbang, dengan jenis Amerika Utara yang lebih dari 1000,
dan banyak dari anggota-anggotanya adalah serangga-serangga yang umum (Borror et al.,
1982).
Bentuk larva Tenebrio molitor sangat bervariasi, namun pada umumnya mempunyai
kepala yang mudah dibedakan dari toraks. Larva merupakan bentuk siklus hidup kedua dan
mempunyai 13-15 segmen berwarna coklat kekuning-kuningan pada bagian tubuh (Salem,
2002). Instar-instar awal seperti cacing, dan yang muda pada tahapan ini disebut larva. Instar.
instar larva yang berbeda tetapi sama dalam bentuk dan berbeda dalam ukuran (Borror et al,
1982).
III. METODE PRAKTIKUM

Praktikum Pestisida Pertanian Acara III yang berjudul Uji Daya Racun Insektisida
dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 22 Maret 2019 di Laboratorium Bagian Toksikologi
Pestisida, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu memberikan gambaran cara menguji
toksisitas insektisida. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu insektisida Decis 2,5 EC
dan Bassa 500 EC serta serangga uji. Serangga uji yang digunakan yaitu ulat hongkong
(Tenebrio molitor).
Cara kerja praktikum yaitu konsentrasi insektisida yang digunakan dibuat terlebih dahulu
dengan seri kepekatan setengah kali dosis (0,5 d), sesuai dosis (d), dua kali dosis (2d) dan
kontrol, kemudian pestisida tersebut diaplikasikan terhadap ulat hongkong. Tiap-tiap konsentrasi
menggunakan 5 ekor serangga dengan 4 ulangan. Ulat hongkong dimasukan ke dalam larutan
insektisida selama 20 detik dengan menggunakan metode insect dipping (metode pencelupan).
Jumlah ulat hongkong diamati setiap 4 jam. Bila terjadi kematian pada kontrol, maka dikoreksi
dengan menggunakan rumus abbot. Berikut ini rumus abbot:

% 𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 − % 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦


𝐴𝑏𝑏𝑜𝑡𝑡 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎 = 𝑥 100%
100 − % 𝑐𝑜𝑛𝑡 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pestisida merupakan salah satu bahan berbahaya dan beracun. Hal ini karena pestisida
bersifat racun atau toksik jika memasuki tubuh manusia. Toksisitas pestisida mengandung
pengertian yaitu kemampuan racun untuk menimbulkan kerusakan apabila memasuki tubuh dan
lokasi organ yang rentan terhadap racun tersebut. Toksisitas dinyatakan dalam nilai Lethal Dose
(LD) atau Lethal Concentration (LC). LD50 atau LC50 merupakan dosis atau konsentrasi
pestisida yang mematikan sebanyak 50% populasi hewan percobaan jika diberikan melalui mulut
(oral), kulit (dermal) atau pernafasan (inhalasi). Pada umumnya LD dinyatakan dalam mg / kg
berat badan, sedangkan nilai LC dinyatakan dalam mg/L atau mg/serangga. Semakin kecil nilai
LD50 maupun LC50 suatu pestisida, maka pestisida tersebut semakin beracun (Deptan, 2011).
Banyak metode yang digunakan untuk menguji daya racun insektisida. Menurut
Tattersfield (1939), bahwa untuk pengujian di laboratorium maka dibagi 3 cara kerja insektisida
yaitu :
1. Pestisida kontak : Teknik penyemprotan di permukaan serangga, teknik
penyemprotan lethal chamber method, dipping method (pencelupan), micropipette
drop method, dusting method
2. Stomach poisons (Racun perut) :Drop method, leaf sandwich method, cage method,
plug method
3. Fumigasi
Dalam praktikum ini dilakukan uji toksisitas insektisida. Adapun insektisida yang
digunakan adalah Decis 2,5 EC dan Bassa 500 EC yang dibuat dalam beberapa konsentrasi.
Serangga uji yang digunakan adalah larva Tenebrio molitor. Pengujian dilakukan dengan
mencelupkan sejumlah serangga uji ke dalam seri konsentrasi, kemudian diamati hingga 14 jam
setelah perlakuan. Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum ini kemudian dianalisis sebagai
berikut :
Gambar 1. Grafik regresi Bassa 500 EC
Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi sebanyak 2 kali dosis
memberikan mortalitas yang paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 0,5 kali dosis,
sesuai dosis dan kontrol. Semakin besar konsentrasi pestisida mempengaruhi nilai mortalitas
serangga tersebut. Akan tetapi pada control, 1 kali dosis dan 0,5 kali dosis memberikan hasil
mortalitas yang sama yaitu 0. Ketidak-sesuaian dengan teori tersebut dapat disebabkan karena
kurang tepatnya pada saat melakukan pecobaan seperti pada saat pencelupan serangga pada
larutan.
Gambar 2. Grafik regresi Decis 2,5 EC
Pada grafik regresi toksisitas Decis 2,5 EC, didapatkan hasil regresi mendekati 1. Apabila
nilai R mendekati 1 maka menunjukkan semakin erat hubungan atau keterkaitan antara variable
X dengan variable Y. Nilai R pada pengujian ini mendekati 1 sehingga menunjukkan bahwa
antara konsentrasi dan mortalitas memilik keterkaitan yang erat atau saling berpengaruh. Tetapi
sebaiknya percobaan dilakukan dengan minimal 5 seri konsentrasi agar hasil yang diberikan
lebih akurat. Berdasarkan hasil yang sudah didapatkan dari percobaan kali ini, dapat dilihat
bahwa Decis 2, 5 EC lebih efektif dalam mematikan larva Tenebrio molitor.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa banyak metode yang
digunakan untuk mengukur daya racun insektisida. Akan tetapi cara yang sederhana dan sering
digunakan ialah dipping method yaitu serangga dicelupkan pada insektisida yang sudah
diketahui konsentrasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 2015. Pengaruh bahan kimia terhadap penggunaan pestisida lingkungan. JF FIK
UINAM 3(4): 134 – 143

Borror, D.J., C.A. Triplehon dan N.F. Johnson. 1982. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi ke-6.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Deptan. 2011. Petunjuk Teknis Pengawasan Pupuk dan Pestisida Tahun 2011. Direktorat Pupuk
dan Pestisida, Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementrian Pertanian.

Pandya, I. Y. 2018. Pesticides and their application in agriculture. Asian Journal of Applied
Science and Technology 2(2): 894-900.

Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Kanisius. Jakarta.

Salem, R. 2002. The Lifecycle of the Tenebrio Beetle. www.javafinch.co.uk/feed/live.htm


Diakses pada 28 Maret 2019.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai