Anda di halaman 1dari 7

MODUL 8

UJI BIOLOGIS (BIOASSAY)

TUJUAN
1. Mampu mengidentifikasi bahan aktif dalam pestisida yang dapat menyebabkan
mortalitas pada ikan
2. Mampu menganalisis pengaruh paparan pestisida terhadap lingkungan dan mortalitas
ikan.
3. Mampu menentukan konsentrasi pestisida yang aman bagi lingkungan berdasarkan
hasil pengujian

PEMBAHASAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pestisida secara umum, pestisida yang
digunakan (akodan), mode of action bahan aktif dalam akodan (endosulfan
35EC) dan jelaskan apa yang dimaksud dengan EC.
Catatan: tambahan tulis nama dagangnya apa, fungsi utamanya mensasar produk apa,
pestisida yang dibahas pestisida kel 1 dan 6 (langsung liat botol kemasana pestisida
aja)
*EC= emulsifiable concentrate
2. Jelaskan dampak positif dan negatif penggunaan pestisida terhadap lingkungan
dan organisme lain
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji bioassay dan hubungannya dengan
mortalitas ikan
4. Jelaskan pengaruh konsentrasi akodan yang diberikan terhadap mortalitas ikan
5. Tentukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan dari penggunaan pestisida
terhadap lingkungan dan organisme lain.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Pestisida secara umum dan pestisida yang digunakan
Pestisida adalah pembunuh hama. Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama
dan cida yang berarti pembunuh. Pestisida memiiliki jenis yang berbeda-berbeda tergantung
sasaran yang dituju. Jenis-jenis tersebut antara lain adalah insektisida (pembunuh serangga),
rodentisida (pembunuh tikus), acarisida (pembunuh tungau), dan nematisida (pembunuh
nematoda). Dalam konteks ini, pestisida adalah bahan atau senyawa kimia untuk membunuh
hama sehingga alat-alat yang umumnya digunakan oleh masyarakat untuk membunuh hama
tidak dikategorikan sebagai pestisida. Waktu yang paling efektif untuk mengaplikasikan
pestisida adalah pagi hari dan sore hari (Niken, 2017).
Akodan merupakan sebuah produk merek dagang pestisida. Kandungan utama yang
terkandung dalam akodan adalah endosulfan 35EC. Akodan adalah Insektisida yang berperan
sebagai racun lambung dari kontak dengan bentuk pekatan cairan yang dapat diemulsikan
yang berwarna coklat kekuningan. Cara pengaplikasiannya adalah cukup dengan
mencampurtkan 2 tutup botol cairan akodan dengan 14 liter air. Setelah itu, Semprotkan
kedaun saat pagi hari agar efek pestisida berlangsung secara maksimal dalam memberantas
hama.

2. Jelaskan Mode of action bahan aktif dalam akodan dan jelaskan apa yang dimaksud
dengan EC
Bahan aktif yang ada pada pestisida interpid adalah imidakloprid. Mode of action dari
imidakloprid yaitu mengganggu transmisi rangsangan pada saraf serangga yang
menyebabkan penyumbatan ireversibel reseptor asetilkolin, yang ditemukan dalam jenis jalur
saraf yang lebih berlimpah pada serangga dibandingkan pada hewan berdarah panas.
Reseptor ini tidak mampu menerima molekul asetilkolin (neurotransmier penting) dan
akumulasi asetilkolin sehingga mengakibatkan kelumpuhan dan akhirnya kematian pada
serangga. imidakloprid efektif melalui kontak langsung dan melalui tindakan perut seperti
racun (ABP Factsheet, 2011)
Emulsifiable Concentrate (EC) merupakan formulasi yang sangat populer di kalangan
pengendalian hama. Formulasi ini diharapkan dapat mengurangi jumlah pestisida yang
digunakan namun memberikan hasil maksimal terhadap OPT sasaran sehingga dapat
mengurangi residu pestisida deltametrin di tanaman maupun lingkungan. Deltametrin
memiliki spektum luas sebagai racun kontak dan racun perut. Formulasi Emulsifiable
Concentrate (EC) dibuat dengan menambahkan emulsifier pada campuran bahan aktif dan
pelarut agar dapat bercampur dengan air. Emulsifier dibutuhkan sebagai bahan penolong
untuk membentuk emulsi dan berfungsi menstabilkan bahan aktif dalam air atau minyak yang
diemulsikan (Kamali, 2018).

3. Jelaskan dampak positif dan negatif penggunaan pestisida terhadap lingkungan dan
organisme lain
Dampak positif pestisida telah cukup lama terlihat terutama dalam bidang kesehatan
dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting.
Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad
tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga
vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan
dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman
berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah,
typhus dan lain-lain. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan
manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Pada zaman sekarang, pestisida merupakan sarana
yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman,
ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Sebab
dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad
pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan
tersebut memicu jumlah penggunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat
(Kardinan, 2011).
Namun di sisi lain penggunaan pestisida dapat menimbulkan masalah ekologi yang
rawan. Keadaan ini mengakibatkan pencemaran tanah dan air, adanya resiko yang tinggi
keracunan bagi manusia yang memperlakukan pestisida dan tanaman, kemungkinan adanya
residu pestisida yang tinggi pada produk-produk yang dipasarkan dan biaya produksi yang
tinggi. Dampak negatif penggunaan pestisida selain disebut di atas, yaitu:

1. Menimbulkan resistensi pada hama pertanian.

2. Menurunkan populasi predator baik dari golongan serangga, burung maupun ikan
yang sebenarnya bukan sasaran.

3. Menurunkan populasi organisme yang berperan penting dalam menjaga kesuburan


tanah (cacing tanah, jamur, dan serangga tanah).

4. Menghambat aktivitas fiksasi nitrogen pada tanaman kacang-kacangan (bakteri


nitrat dan nitrit).

5. Tidak terdegradasi di lingkungan sehingga residunya akan terdistribusi melalui


rantai makanan.

6. Menimbulkan keracunan pada hewan ternak dan manusia.

7. Racun pestisida dapat terakumulasi melalui rantai makanan dan dapat


terkonsentrasi pada organisme tertentu. Cacing tanah, misalnya dapat
mengkonsentrasikan pestisida pada tubuhnya hingga mencapai 20 kali konsentrasi
pestisida pada tanah sekitarnya.

8. Karena peristiwa akumulasi tersebut (bioakumulasi) melalui rantai makanan,


pestisida cenderung untuk lebih terkonsentrasi pada organisme yang menempati
piramida makanan yang lebih tinggi. Salah satu organisme tersebut adalah manusia.
Hal ini menyebabkan manusia rawan untuk teracuni pestisida, yang menurut
penelitian diduga kuat termasuk bahan karsinogenik atau penyebab kanker
(Pamungkas, 2017).

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji bioassay dan hubungannya dengan
mortalitas ikan
Uji bioassay adalah suatu metode yang mengukur tanggap suatu organisme hidup
untuk menentukan keberadaan atau konsentrasi bahan kimia pada suatu lingkungan (Sriyani
dan Salam, 2008). Berdasarkan penelitian Witriani dkk. (2014) mengenai bioassay ekstrak
tumbuhan paku Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina atau hewan berspesies
udang, diperoleh hasil bahwa konsentrasi 2% menunjukkan nilai mortalitas terendah sebesar
14,28% dan pada konsentrasi 20% menunjukkan nilai tertinggi sebesar sebesar 26,78%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa bioassay menguji ketahanan hidup suatu organisme.
Keberadaan konsentrasi yang tinggi akan mengakibatkan mortalitas yang tinggi akibat
ketidaktahanan suatu organisme karena toksisitas suatu pestisida.

5. Jelaskan pengaruh konsentrasi akodan yang diberikan terhadap mortalitas ikan


(Akodan = pestisida punya kelompok kita dan kelompok 6)

Dari hasil pengamatan terlihat mortalitas ikan untuk konsentrasi kontrol dan konsentrasi
di bawah anjuran yaitu 0% artinya tidak ada ikan yang mengalami kematian. Sedangkan
untuk konsentrasi pestisida sesuai anjuran memiliki mortalitas 9% dan diatas anjuran
memiliki mortalitas 10%. Hasil pengamatan sesuai dengan Krisna (2019) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi konsentrasi insektisida yang diberikan maka semakin tinggi pula
persentase kematian ikan uji. Sebaliknya semakin rendah konsentrasi insektisida yang
diberikan maka semakin rendah pula persentase kematian ikan uji. Untuk hasil pengamatan
mortalitas ikan berdasarkan waktu terlihat pada menit ke 20, 40, dan 60 kosentrasi kontrol
dan kosentrasi di bawah anjuran memiliki nilai mortalitas 0% artinya tidak ada ikan yang
mengalami kematian. Sedangkan pengamatan untuk pestisida kosentrasi sesuai anjuran
terdapat nilai mortalitas 10% pada menit ke 20 hingga menit ke 60. Sedangkan pengamatan
mortalitas ikan kosentrasi di atas anjuran tidak ada kematian ikan pada menit ke 20 dan 40.
Namun, terdapat 1 kematian ikan pada menit ke 60 sehingga nilai moertalitasnya 9%.

Hasil pengamatan mortalitas ikan terhadap waktu sesuai dengan Sutamihardja et al (2015)
yang menyatakan semakin lama ikan terpapar bahan pencemar seperti insektisida maka akan
mengakibatkan hewan uji semakin rentan menyerap kandungan pencemar dan mengalami
kematian. Namun, untuk kosentrasi sesuai anjuran mortalitas berdasarkan waktu tidak sesuai
dengan pernyataan Sutamihardja et al (2015) yaitu waktu kematian lebih cepat dibanding
waktu kematian konsentrasi di atas anjuran. Hal ini dapat terjadi karena kondisi
aerator,kondisi ikan pada awal uji kurang sehat,dan kondisi air sehingga mempengaruhi hasil
pengamatan.

Dari hasil pengamatan kelompok 6 tidak ada ikan yang mengalami kematian pada
setiap kosentrasi yang digunakan dan setiap waktu pengamatan. Namun, terdapat perbedaan
perlakuan dari ikan yang diberi pestisid dengan yang tidka diberi pestisida. Ikan yang diberi
pestisida pergerakanya lebih pasif dibanding ikan yang tidak diberi pestisida gerakanyal ebih
aktif. Jika dibandingkan dengan kelompok 1 terdapat satu kematian ikan pada kosentrasi
sesuai anjuran dan di atas anjuran. Hasil pengamatan ini dapat berbeda karena kondisi aerator
yang digunakan oleh masing-masing kelompok, kondisi ikan yang digunakan seperti ikan
pada kelompok 6 memiliki tingkat resisten yang lebih tahan dibanding ikan kelompok 1.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh kondisi air yang digunakan.

6. Tentukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan dari penggunaan pestisida


terhadap lingkungan dan organisme lain
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menjadi salah satu masalah dalam usaha
budidaya tanaman. Hingga saat ini, petani mengandalkan penggunaan pestisida kimia sebagai
satu-satunya cara untuk mengendalikan OPT. Penggunaan Pestisida kimia secara membabi
buta, ternyata menimbulkan resistensi, resurgensi, munculnya hama sekunder, serta tidak
aman dan tidak ramah lingkungan. Biopestisida merupakan pilihan pengendalian yang aman
dan ramah lingkungan. Mazid dkk. (2011) mendefinisikan biopestisida sebagai pestisida
biokimia yang tersusun dari senyawa-senyawa alami dan bersifat tidak meracuni yang
digunakan untuk mengendalikan OPT. Biopestisida yang paling umum digunakan adalah
organisme hidup, yang bersifat OPT terhadap OPT sasaran. (a) tidak berbahaya dan aman
bagi lingkungan karena biopestisida tidak banyak menghasilkan racun dibanding pestisida
kimia, dan tidak menghasilkan residu terutama pada buah dan sayuran sehingga aman jika
digunakan dalam pertanian organic, (b) target spesifik, (c) efektif meski dalam jumlah
sedikit, (d) mengalami terurai secara alami dan cepat, dan (d) digunakan dalam komponen
IPM (Integrated Pest Management).
Salah satu contoh tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam mengendalikan hama dan
penyakit tanaman secara aman, murah dan ramah lingkungan: TUBA (Derris Elliptica).
Tanaman yang biasa tumbuh liar di pinggiran hutan ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan organic untuk memnegndalikan hama dan penyakit tanaman. Kandungan racun berupa
Rocetone, Deguelin dan Toxicarol dalam tanaman ini (khususnya bagian akar) sangat efektif
untuk mengendalikan berbagai hama tanaman seperti jenis serangga, berbagai jenis ulat,
tungau, lalat buah dan mollusca (jenis siput-siputan, keong mas dll) (Info Publik, 2021).

DAFTAR PUSTAKA
ABP Factsheet. (2011). Imidacloprid. Washington: Beyond Pesticides
Kamali, Siti. (2018). Karakterisasi formulasi emusifiable concentrate (EC) insektisida
deltametrin. J.Pijar MIPA, 3(1), 13-18.
Kardinan, A. (2011). Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam pengendalian
hama tanaman menuju sistem pertanian organik. Pengembangan Inovasi Pertanian,
4(4), 262-278.
Niken, M. A. (2017). Uji toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai
insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). [Skripsi].
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Singkoh, M., & Katili, D. Y. (2019). Bahaya pestisida sintetik (sosialisasi dan pelatihan bagi
wanita kaum ibu desa Koka Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa). JPAI: Jurnal
Perempuan dan Anak Indonesia, 1(1), 5-12.
Sutamihardja, H., I. Maulana dan M. Maslahat. (2018). Toksisisitas Insektisida Profenofos
dan Klorpirifos terhadap Ikan Nila (Oreochromis sp.). Jurnal Sains Natural Universitas
Nusa Bangsa, 5 (1), : 66 – 77.
Witriani, Wida, Widiastuti, Endang L., Kanedi, M., dan Nurcahyani, Nuning. (2014).
Bioassay ekstrak Selaginella willdenowi dengan brine shrimp lethality test (BSLT).
Jurnal Ilmiah: Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati, 2(1), 46-49.
Zai, K. E. (2019). Uji toksisitas akut (LC50-96jam) insektisida klorpirifos terhadap ikan lele
(Clarias sp.). [Skripsi], Universitas Sumatera Utara.

LAMPIRAN
(Cantumin perhitungan data mortalitas)
Perhitungan mortalitas ikan kelompok 1
1. Mortalitas kontrol
Jumlah ikan awal = 10
Jumlah ikan mati = 0

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

0
% Mortalitas = x 100 % = 0%
10

2. Mortalitas pestisida dibawah anjuran


Jumlah ikan awal = 10
Jumlah ikan mati = 0

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

0
% Mortalitas = x 100 % = 0%
10

3. Mortalitas sesuai anjuran


Jumlah ikan awal = 11
Jumlah ikan mati = 1

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

1
% Mortalitas = x 100 % = 9%
11

4. Mortalitas diatas anjuran


Jumlah ikan awal = 10
Jumlah ikan mati = 1

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

1
% Mortalitas = x 100 % = 10%
10

Perhitungan mortalitas ikan kelompok 6


1. Mortalitas kontrol
Jumlah ikan awal = 10
Jumlah ikan mati = 0

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

0
% Mortalitas = x 100 % = 0%
10

2. Mortalitas di bawah anjuran


Jumlah ikan awal = 10
Jumlah ikan mati = 0

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

0
% Mortalitas = x 100 % = 0%
10

3. Mortalitas sesuai anjuran


Jumlah ikan awal = 10
Jumlah ikan mati = 0

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

0
% Mortalitas = x 100 % = 0%
10

4. Mortalitas di atas anjuran


Jumlah ikan awal = 10
Jumlah ikan mati = 0

Jumlahikan mati
% Mortalitas = x 100%
Jumlah ikan awal

0
% Mortalitas = x 100 % = 0%
10

Anda mungkin juga menyukai