Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HAMA TUMBUHAN


PENGAMATAN SIKLUS HIDUP SERANGGA

Oleh :
Kelompok 2
1. Lusy Triani 05081182126002
2. Sarah Dean Agustinne 05081182126004
3. Zuceu Uary 05081282126040
4. M. Ibrahim Zahir 05082382126067
5. Miftah Afifah 05081282025055

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN
INDRALAYA
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman jagung (zea mays) merupakan salah satu dari tanaman pangan yang
banyak di tanam di Indonesia, dengan nilai ekonomi yang menjanjikan banyak
petani membudidayakan tanaman jagung. Namun, budidaya tanaman jagung di
Indonesia tidak terlepas dari resiko serangan hama dan penyakit. Serangan hama
dan penyakit pada tanaman jagung dapat mengakibatkan produksi tanaman jagung
mengalami penurunan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pada tanaman
jagung hama utamanya adalah ulat grayak Spodoptera frugiperda (Indra Putra and
Wulanda, 2021)
Ulat grayak atau dikenal juga sebagai Spodoptera frugiperda merupakan
serangga hama yang cukup sulit dikendalikan karena inang dari serangga ini
sangat luas. Hama ini sering menyerang tanaman jagung, sorgum, dan berbagai
jenis tanaman lainnya dengan cara memakan bagian-bagian tanaman seperti daun,
batang, bunga dan buah. Serangga ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
sehingga mampu beradaptasi pada berbagai macam jenis tanaman. Spodoptera
frugiperda juga memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat dan
menghasilkan keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat (Indra Putra and
Dwi Martina, 2021).
Siklus hidup Spodoptera frugiperda terdiri dari empat tahap yaitu telu, larva,
pupa dan imago. Tahap pertama dari siklus hidup Spodoptera frugiperda adalah
telur. Telur Spodoptera frugiperda memiliki bentuk bulat dengan ukuran kecil,
berwarna putih kekuningan, dan biasanya diletakkan di bawah daun atau di bagian
atas daun tanaman jagung. Telur sehat biasa diselebungi oleh benang-benang
halus berwarna putih yang melindungi telur. Setelah sekitar 2-4 hari, telur akan
menetas menjadi larva. Kemudian memasuki tahap kedua yaitu larva. Larva
Spodoptera frugiperda memiliki ciri khas berupa warna tubuh yang hijau dengan
bintik-bintik hitam di sepanjang punggungnya. Terdapat huruf Y terbalik dan di
bagian ujung abdomen terdapat 4 titik pinicula. Larva hidup dengan memakan
daun dan batang tanaman jagung dan dapat merusak tanaman hingga mengalami
kerusakan yang signifikan. Setelah sekitar 2-3 minggu, larva akan berubah

2
menjadi pupa. Tahap selanjutnya adalah Pupa, bentuk dari pupa Spodoptera
frugiperda berbentuk seperti kapsul dan berwarna cokelat kehitaman. Pupa
biasanya diletakkan di tanah, dan setelah sekitar 7-10 hari, pupa akan menetas
menjadi dewasa. Setelah menjadi dewasa, Spodoptera frugiperda akan kembali ke
tanaman jagung dan memulai siklus hidupnya lagi dengan bertelur. Sifat imago
merupakan serangga nocturnal (Arfan et al., 2020).
Dalam pengendalian serangga Spodoptera frugiperda, penggunaan
insektisida sintetis sering kali dilakukan oleh petani. Namun, penggunaan
insektisida yang tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan. Insektisida yang berlebihan dapat mencemari tanah dan air, dan juga
dapat membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Oleh karena itu, penggunaan
insektisida harus dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya dilakukan oleh tenaga
ahli yang terlatih dalam penggunaannya. Selain itu, penggunaan insektisida juga
harus disesuaikan dengan dosis yang tepat dan waktu yang tepat agar dapat
memberikan efek yang maksimal dalam pengendalian serangga Spodoptera
frugiperda (Dita Megasari, 2021).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk :
1. Melihat perkembangan dari serangga Spodo ptera frugiperda
2. Mengetahui morfologi dari setiap fase Spodoptera frugiperda
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan siklus
hidup serangga.

3
II. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larva Spodoptera
frugiperda dan daun jagung sebagai pakan yang diperoleh dari lahan tanaman
jagung petani. Alat yang digunakan untuk praktikum ini yaitu Alat tulis, buku,
box plastik ukuran 200 ml sebanyak 10 buah, kamera, kuas, kertas hvs dan
penggaris.

B. Prosedur Kerja
1. Pemilik kebun atau tanaman dimintai izin sebelum masuk ke lahan tanaman
jagung.
2. Mencari larva Spodoptera frugiperda di lahan tanaman jagung.
3. Mengambil larva dengan menggunakan pinset dan emmasukannya ke dalam
box plastik.
4. Membersihkan larva yang telah berhasil didapatkan.
5. Mempersiapkan pakan larva yaitu berupa daun jagung.
6. Mempersiapkan box plastik sebanyak 10 buah dan memberi label pada
masing-masing box plastik.

4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Ilmu Hama Tumbuhan dengan judul
pengamatan siklus hidup serangga adalah sebagai berikut.
No Gambar Keterangan
1. Telur Spodoptera frugiperda.

2. Larva instar 1 Spodoptera


frugiperda.

Sumber : https://youtu.be/QxbUzlxlB-M

3. Larva instar 2 Spodoptera


frugiperda.

4. Larva Instar 3 Spodoptera


frugiperda.

5
5, Larva Instar 4 Spodoptera
frugiperda.

6, Larva Instar 5 Spodoptera


frugiperda.

7. Larva Instar 6 Spodoptera


frugiperda.

8. Pupa Spodoptera frugiperda.

9. Imago Spodoptera frugiperda.

6
B. Pembahasan
Adapun praktikum kali ini akan membahas mengenai siklus hidp serangga.
Dalam praktikum ini dibutuhkan 10 larva Spodoptera frugiperda, penulis berhasil
memperoleh larva di lahan tanaman jagung yang berlokasi di Kecamatan
Indralaya Utara. Untuk mengambil larva Spodoptera frugiperda digunakan alat
bantu berupa pinset sehingga dapat mempermudah dalam pengambilan larva.
Setelah jumlah larva cukup larva akan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
menempel pada bagian tubuhnya. Kemudian larva akan dimasukkan dalam box
plastik, masing-masing larva akan ditempatkan dalam box pengamatan yang
berbeda.
Larva Spodoptera frugiperda diamati perkembangan, aktivitas makan, dan
siklus hidupnya. Pada pengamatan hari pertama larva di sepuluh box yang telah
disiapkan masih melakukan aktivitas makan dengan normal, begitupun
perkembangannya. Tetapi pada hari kelima pengamatan terdapat beberapa larva
yang mati diakibatkan oleh parasitoid larva yang kemungkinan adalah dari ordo
Hymenoptera:Ichneumoni-dae (Rohmatullah et al., 2019). Hymenoptera
parasitoid mempunyai inang berupa telur, larva, prepupa, pupa, dan imago
serangga Spodoptera frugiperda. ndoparasitoid larva merupakan parasitoid yang
hidup pada inang pada fase larva awal atau akhir. Endoparasitoid atau
ektoparasitoid ditemukan juga pada inang fase telur-prepupa dan larva-prepupa
(Supeno et al., 2021).
Pengamatan pada hari ke 10, telah terjadi perubahan fase pada beberapa
larvanya, yaitu memasuki fase pupa. Larva instar 6 yang berwarna coklat tua
selanjutnya akan menjadi kurang aktif dan tidak bergerak, hal ini karena larva
telah mencapai perkembangan maksumum dan memasuki fase pra pupa. Larva
akan terjatuh ketanah dan masuk untuk berkembang menjadi pupa, namun larva
bisa memasuki fase pupa dalam keadaan tanpa tanah dan mengikat partikel-
partikel yang ada disekitarnya dengan sutra. Panjang pupa lebih pendek
dibandingkan larva instar 6 dengan panjang 1,3- 1,5 cm pada jantan dan 1,6-1,7
cm pada betina, dan berwarna coklat mengkilap. Perkembangan pupa dapat
berlangsung selama 12-14 hari (Sari, 2020).

7
Selanjutnya pada pengamatan hari ke 13, pupa yang diamati telah menjadi
imago. Dimana imago Spodoptera frugiperda jantan dan betina memiliki
perbedaan, Imago jantan memiliki panjang tubuh 1,6 cm dan lebar sayap 3,7 cm
dengan sayap depan memiliki bercak berwarna coklat pada tiga perempat area dan
berwarna abu-abu pada seperempat area sayap serta memiliki spot berbentuk oval.
Sedangkan pada Imago betina memiliki panjang tubuh 1,7 cm dan lebar sayap 3,8
cm dengan sayap depan berbintik-bintik berwarna abu-abu dengar margin coklat
gelap. Dalam berkopulasi ( mengadakan perkawinan) dan meletakkan telur, Imago
S. frugiperda aktif di malam hingga pagi hari. Dalam hal meletakkan telur , imago
betina dapat meletakkan telur diberbagai tanaman inang yang tersedia. Sehingga
mengakibatkan keberlangsungan hidup hapa ini akan berjangka panjang dan
mempu meningkatkan kisaran inang bagi hama ini (Ramadhan and Nurhidayah,
2022).

8
B. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
1) Klinik tanaman adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengali
informasi tentang permasalahan opt dilapangan serta untuk mencari aau
memberikan solusi pengendaliannya kepada petani.
2) Fungsi dari klinik tanaman yaitu untuk mendiagnosis, deteksi dan
identifikasi.
3) Varietas mentimun yang telah di diagnosa yaitu mentimun varietas bagos
4) OPT yang menyerang mentimun berasal dari golongan serangga dan
cendawan.
2. Saran
Pengamatan ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan untuk dapat
mengetahui dan memahami tentang siklus hidup, pertumbuhan dan perkembangan
Spodoptera Frugiperda dengan menggunakan instar larva yang sama yaitu
dengan mengumpulkan dan mencari spodeptera pada satu waktu dan pada instar
yang sama

9
DAFTAR PUSTAKA
Arfan et al. (2020) ‘Populasi Dan Tingkat Serangan Spodoptera Frugiperda Pada
Tanaman Jagung Di Desa Tulo Kabupaten Sigi’, Jurnal Agrotech, 10(2),
pp. 66–68. Available at: https://doi.org/10.31970/agrotech.v10i2.54.
Dita Megasari, S.K. (2021) ‘Tingkat serangan ulat grayak tentara Spodoptera
frugiperda J. E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae) pada pertanaman jagung
di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Indonesia’, Agrovigor: Jurnal
Agroekoteknologi, 47(4), pp. 124–134. Available at:
https://doi.org/10.31857/s013116462104007x.
Indra Putra, I.L. and Dwi Martina, N. (2021) ‘Siklus Hidup Spodoptera frugiperda
Dengan Pemberian Pakan Kangkung dan Daun Bawang di Laboratorium’,
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 26(3), pp. 386–391. Available at:
https://doi.org/10.18343/jipi.26.3.386.
Indra Putra, I.L. and Wulanda, A. (2021) ‘Siklus hidup Spodoptera frugiperda J.E.
Smith dengan pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau di
laboratorium’, Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi, 10(2), pp. 201–216.
Available at: https://doi.org/10.26877/bioma.v10i2.7928.
Ramadhan, R.A.M. and Nurhidayah, S. (2022) ‘Bioaktivitas Ekstrak Biji Anonna
muricata L. terhadap Spodoptera frugiperda J. E. Smith
(Lepidoptera:Noctuidae)’, Agrikultura, 33(1), p. 97. Available at:
https://doi.org/10.24198/agrikultura.v33i1.36627.
Rohmatullah, A., Suryobroto, B. and Atmowidi, T. (2019) ‘Serangga Parasitoid
Pada Kupu Troides Helena Dan Papilio Aristolocia’, Saintis, 1(2), pp. 97–
106.
Sari, K.K. (2020) ‘Invasive Pest Armyworm (Spodoptera frugiperda) Threatens

10
Corn Harvest in South Kalimantan Regency’, Journal of Tropical Plant
Protection, 3(03), pp. 244–247.
Supeno, B. et al. (2021) ‘Keragaman parasitoid yang berasosiasi dengan telur
hama baru Spodoptera frugiperda di pulau Lombok’, Prosiding SAINTEK
LPPM Universitas mataram, 3(1), pp. 9–10.

11
LAMPIRAN
Hari 1 (09/03)

Hari 2 (10/03)
Hari 5 (13/03)

13
Hari 6 (14/03)

Hari 7 (15/03)

14
Hari 9 (17/03)

15
Hari 10 (18/03)

Hari 11 (19/03)

16
Hari 12 (20/03)

17
Hari 13 (21//03)

Hari 14 (22/03)

18
Hari 15 (23/03)

19
Hari 16 (24/03)

Hari 17 (25/03)

20
Hari 18 (26/03)

Hari 19 (27/03)

21
Hari 23 (03/04)

22

Anda mungkin juga menyukai