PENDAHULUAN
Latar Belakang
masyarakat bahkan menjadi komoditi ekspor. Selain harganya yang murah dan
sangat stabil, juga mudah diproduksi serta dapat digunakan untuk berbagai jenis
makanan, kosmetik, dan bahkan dapat digunakan sebagai sumber energi seperti
Biodiesel. (PDSIP,2016).
lahan yang tersedia juga adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT),
2015). Kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit tanaman sejak
di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Salah satu hama utama pada kelapa
Pengendalian kumbang tanduk ini tidak terlepas dari tujuan perusahaan, yaitu
Tujuan dari Makalah ini untuk mengetahui siklus hidup dan pengendalian
kumbang badak atau kumbang penggerek pucuk kelapa sawit, pada saat ini menjadi
hama utama di perkebunan kelapa sawit. Sebelumnya, hama ini lebih dikenal sebagai
hama pada tanaman kelapa dan palma lain (Jackson dan Klein,2006).
perkebunan kelapa sawit dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerugian secara tidak langsung adalah dengan rusaknya pelepah daun yang akan
produksi. Kerugian secara langsung adalah matinya tanaman kelapa sawit akibat
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian
kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu- bulu halus,
sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum
terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda diareal
peremajaan.
Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai
pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah.
Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan
kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri
produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan
Klasifikasi O. rhinoceros
Menurut Zaini (1991) Klasifikasi hama O. rhinoceros ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Species : Oryctes rhinoceros
Siklus hidup kumbang tanduk bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi
perkembangan larva, yang dapat bertahan selama 14 bulan dan menyebabkan ukuran
dewasa lebih kecil. Suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 27° C dengan
kelembapan relative 85-95%. Satu siklus hidup hama ini dari telur sampai dewasa
lapangan siklus hidup dari kumbang tanduk dan khususnya masa larva di dalam
telur, larva, kempompong dan imago. Lama proses metamorfosis pada kumbang
a) Telur
sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang, kompos, dan
lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4-7
Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman
(misalnya dalam pohon kelapa sawit yang melapuk), setelah 2 minggu telur-
telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61
butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70
butir. Pada tandan kosong yang belum terdekomposisi sempurna (baru diletakkan di
lapangan) biasanya dijumpai telur dan larva saja (Rahayuwati dkk, 2002).
b) Larva
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna
putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva
Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva
terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu- bulu tersebut tumbuh lebih
Larva O. rhinoceros berkaki 3 pasang, Tahap larva terdiri dari tiga instar,
masa larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari dan instar tiga 60-165 hari.
Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa berbentuk huruf C, kepala
dan kakinya berwarna coklat. Lundi-lundi yang telah dewasa masuk lebih dalam
kedalam tanah yang sedikit lembab (lebih kurang 30 cm) untuk berkepompong
(Mohan, 2006).
c) Prepupa
Prepupa terlihat menyerupai larva, hanya saja lebih kecil dari larva instar
terakhir menjadi berkerut serta aktif bergerak ketika diganggu. Lama stadia prepupa
d) Pupa
Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon
yang dibuat dari bahan-bahan organik di sekitar tempat hidupnya. Pupa jantan
berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13 hari. Masa
kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa
akan tetap tinggal di tempatnya antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar
Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah
kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang
berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan
perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon
(Setyamidjadja, 2006).
Gambar 2.4. Pupa O. rhinoceros (Setyamidjadja, 2006)
e) Imago
Pada waktu ganti kulit dari pupa ke imago dibutuhkan waktu 24 jam. Ganti
kulit dimulai dengan terbentuknya pupa dari bagian kepala kemudian imago
kemerahan, merah kehitaman dan hitam. Waktu yang dibutuhkan dari elytra berubah
dari warna keputihan sampai bewarna hitam antara lima sampai enam hari.
Walaupun elytra ini sudah bewarna hitam tetapi masih lunak jika ditekan Jika
dilakukan gangguan pada kokon dengan dilakukan perobekan maka imago akan
rhinoceros) yaitu :
peletakan telur
4. Larva berkembang sangat baik pada tandan kosong kelapa sawit yang
Menurut Lubis (2011) bagian yang diserang hama kumbang tanduk biasanya
pupus daun (daun tombak). Stadium hama yang merugikan saat menjadi kumbang.
Kumbang hanya meninggalkan tempat bertelurnya pada malam hari, lalu menyerang
Menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan
pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus dan
menyebabkan masalah. Hama ini sekarang juga dijumpai pada areal tanaman yang
dengan menggunakan kawat yang dilakukan dengan manual. Populasi larva hama
O.rhinoceros yang terlalu banyak pada tanaman TBM yang tidak memungkinkan
O.rhinoceros karena tidak semua yang ditarik feromon masuk dalam ferotrap. Oleh
digunakan untuk semua tanaman kelapa sawit. Karbofuran yang banyak digunakan
diaplikasikan dengan cara ditabur dengan dosis 5-10 gram per tanaman dengan
frekuensi tergantung pada musim. Pada musin kemarau frekuensi aplikasi berkisar 2-
aplikasi adalah 7-10 hari sekali. Aplikasi pada tanaman yang agak tinggi dengan
Oryctes. Untuk aplikasi virus saat ini belum digunakan secara luas di perkebunan
kelapa sawit. Jamur Metarhizium merupakan jamur parasit yang telah lama
kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi yang tampak 2-4 minggu
setelah aplikasi.
Perangkap Feromon
perangkap feromon. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) saat ini telah berhasil
Feromon agregat ini berguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai
PENUTUP
A. Kesimpulan
kumbang tanduk mulai dari secara mekanis, biologis dan kimiawi. Dan untuk masing
masing pengendalian tersebut diperlukan cara yang bijak untuk menentukan cara
mana yang akan pakai agar serangan hama dapat diatasi dengan maksimal.
B. Saran
dan tingkat serangan hama kumbang Oryctes rhinoceros, seperti pembersihan lahan
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2014. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit,
2009-2013 di Indonesia. [Diakses 3 Februari 2015].
Endro, D. S., D. Bakti., dan Marheni. 2013. Penggunaan Suspensi Baculovirus Terhadap
Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera; Scarabaeidae) di Laboratorium. Jurnal online
Agroekoteknologi 1 (4) : 2337-6597.
Fauzi, Y., S. Widyastuti., Y.E. Imam., dan H. Rudi. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Ginting E. N., dan S. Rahutomo. 2008. Pengaruh Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit dan Perubahan Sifat Kimia Tanah. Jurnal
Penelitian Kelapa Sawit, 16 (3) : 127-133.
Jackson T A and M G Klein, 2006,. Scarabs at. Pests : Continuing Problem,. Celeopteris,.
Society. Monograph
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. P.A. Van Der Laan. PT. Ichtiar
Baru-Van Hoeve. Jakarta.
Kamarudin, N., dan M. B. Wahid. 1997. Status of Rhinoceros Beetle, Oryctes rhinoceros
(Coleoptera: Scarabaeidae) as a Pest of Young Oil Palm in Malaysia. The Planters, 73
(850) : 5-20.
PDSIP [Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian]. 2016. Outlook komoditas Pertanian
Tanaman Pangan Kacang Tanah. Kementerian Pertanian : Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian.
PDSIP [Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian]. 2018. Outlook komoditas Pertanian
Tanaman Pangan Kacang Tanah. Kementerian Pertanian : Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian.