Pendahuluan
Alunan lagu nyiur hijau menggambarkan betapa indahnya tanaman kelapa
yang berbuah lebat dan melambaikan nyiurnya menyapa kita. Sungguh, betapa
suburnya tanah Indonesia. Tak salah jika ada pepatah gemah ripah loh jinawi.
Tapi.....nyiur sekarang apa akan tetap melambai sementara nyiur sekarang mulai
banyak yang dirusak.....dipotong....dan mati akibat diserang hama kwangwung.
Padahal dilihat dari segi ekonomisnya, tanaman kelapa punya banyak arti
penting bagi ekonomi manusia. Tak ada yang sia-sia dari bagian tanaman kelapa
karena semuanya bisa dimanfaatkan mulai dari akar sampai lidipun laku dijual.
Sebagai bahan dasar kopra, komoditi ini sangat menjanjikan sebagai bahan
industri dan perdagangan yang memberikan hasil cukup besar bagi masyarakat
dan pemerintah. Peremajaan dan perluasan areal tanam menjadi perhatian besar
pemerintah mengingat tanaman kelapa sekarang sudah banyak yang gundul
akibat serangan hama kwangwung salah satunya. Tapi apalah arti usaha
peremajaan dan perluasan areal tanaman kelapa kalau sarang hama kwangwung
masih tetap ada. Miris jika melihat tanaman kelapa daunnya terpotong akibat
hama kwangwung apalagi yang gundul tak satupun daun tersisa mirip sekali
tanaman kelapa seperti tiang listrik yang tak berkabel.
Kalau dibiarkan terus menerus, tidak menutup kemungkinan sentra
penghasil kelapa menjadi daerah endemis hama kwangwung. Dan akan semakin
sulit dikendalikan. Haruskah dibiarkan tunggul kelapa yang mati tetap berdiri?
Oo......menunggu pembeli batang kelapa, kapan lakunya? Sementara ancaman
bahwa tunggul kelapa akan menjadi sarang berkembangnya hama kwangwung.
Kwangwung itu suka tinggal ditempat yang lapuk dan cukup makanan untuk
hidupnya, seperti di tunggul kelapa yang mati.
Bioekologi Kwangwung
Menurut
Pracaya
(2003)
kumbang
kwangwung
pada
umumnya
menyerang daun kelapa, sering juga disebut kumbang badak karena memiliki
tonjolan semacam cula badak. Daun yang terserang kwangwung nampak seakan-
akan tergunting, akan lebih jelas terlihat sesudah pelepah daun terbuka dan
bentuk guntingan membentuk huruf V, hal ini merupakan ciri khas dari serangan
kumbang ini. Stadia yang membahayakan adalah pada stadia dewasa (kumbang).
Kumbang dewasa
akan terbang ke atas
menuju
bagian
tajuk
dalam
melalui
atas
tajuk.
tempat
keempat
atau
merupakan
masuk
yang
paling disukai.
Kumbang yang muncul akan mulai berterbangan pada waktu senja hari
atau malam hari menuju mahkota daun tanaman kelapa dan menuju ujung batang
kemudian menggerek sampai ke titik tumbuh.
Kumbang kwangwung (Oryctes rhinoceros) menurut Kartasapoetra (1993)
diklasifikasikan dalam ordo Coleoptera, famili Dynastidae, genus Oryctes dan
species Oryctes rhinoceros.
Selanjutnya, Kartasapoetra (1987) menjelskan bahwa siklus hidup hama
O. rhinoceros melewati empat stadia, yaitu stadia telur, larva, pupa (kepompong)
dan imago (dewasa/kumbang) yang lamanya mencapai 293 hari.
Kumbang betina yang telah kawin bertelur pada bahan organik yang telah
lapuk dengan kemampuan bertelur 35 70 butir. Telur berbentuk lonjong,
berwarna putih, panjang 3 3,5 mm, terbungkus media tempat telur diletakkkan,
masa telur berlangsung 9 12 hari. Larva yang baru keluar dari telur berwarna
putih dengan panjang 7 8 mm, pada perkembangan selanjutnya panjang 60
105 mm, lebar 25 mm, masa larva berlangsung 3 4 bulan dipengaruhi
lingkungan, yaitu pakan dan iklim mikro. Pakan larva berupa kotoran atau bahan
organik yang telah lapuk. Kepompong berukuran panjang 50 mm terbungkus
hancuran medianya, masa kepompong rata-rata 20 hari. Kumbang berwarna
hitam, bagian bawah badan berwarna coklat. Kumbang jantan bercula dan
umumnya lebih panjang dari cula betina dan kumbang betina mempunyai bulubulu pada bagian pasterior abdomen (Lever, 1969 dalam Kartasapoetra, 1987).
Kumbang O. rhinoceros mempunyai tipe alat mulut mengigit-mengunyah,
digunakan untuk menggerek pelepah daun muda yang belum membuka.
Kerusakan yang diakibatkannya baru terlihat jelas setelah daun membuka 1 2
bulan kemudian, berupa guntingan-guntingan mirip seperti kipas. Sifat memakan
ini selalu berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya, 5 ekor
kumbang kelapa ini dalam satu hektar dapat menurunkan produksi 38 %.
Berdasarkan pengalaman pribadi dalam mengamati perkembangan
serangan hama kwangwung, dicirikan bahwa cukup mengamati 3 5 janur utama
saja. Jika janur utama tersebut masih terdapat guntingan akibat serangan
kwangwung, berarti kwangwung dewasa (imago) masih tetap berada di pohon
kelapa tersebut sampai pada akhirnya kelapa tidak tumbuh daun lagi. Akibat
pelukaan yang diakibatkan oleh hama kwangwung mengakibatkan hama lain juga
ikut menyerang seperti hama kumbang sagu (Rhynchophorus sp), sehingga
memudahkan Rhynchophorus menembus titik tumbuh (umbut jawa). Jika titik
tumbuh mati, tanaman kelapa akan menjadi sarang kwangwung berkembang biak.
Tunggul Kelapa Mati Sarang Aktif Kwangwung
Stadium yang aktif menyerang adalah imago (kumbang dewasa),
sedangkan stadia telur, larva dan pupa berada pada bahan organik seperti tunggul
kelapa yang mati untuk dijadikan sarang hidupnya. Imago yang masih mudapun
juga berada dalam sarang tersebut.
Berbagai cara untuk mengatasi hama kwangwung sudah banyak
dilakukan mulai dari pemasangan perangkap sampai menebar obat. Tapi selama
sarang kwangwung masih ada otomatis keberadaan kwangwung akan terus ada.
Ibarat ketersediaan bahan makanan dan tempat tinggal yang nyaman bagi
kwangwung selalu ada, maka hama ini akan tetap jadi ancaman bagi tanaman
kelapa.
petani
membiarkan
berdiri
biasanya
tunggul
lantaran
tetap
masih
lain
kwangwung.
dari
ancaman
Tunggul kelapa yang mati sarang kwangwung (Foto : Ratmawati, 2014)
satu
yang
harus
tunggul
dipotong
atau
sarang
kwangwung
untuk
berkembang
biak
tunggul
terus
kelapa
akan
terus
melanjutkan
keturunannya
segera
potong
Daftar Pustaka
Kartasapoetra AG, 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara.
Jakarta. Halaman 165-170.
Lever, R.J.A.W, 1969. Pest of the Coconut Palm Food and Agriculture Organisation of
United Nation. 188 hal.
Mulyono, 2007. Kajian Potogenesitas Cendawan Metarhizium anisopliae terhadap Hama
Oryctes rhinoceros L. Tanaman Kelapa pada Berbagai Waktu Aplikasi. Tesis.
Unversitas Sebelas Maret. Surakarta.
Pracaya, 2003. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Depok. 72 halaman.