PEPER
OLEH :
REO MAIWANDA SINGARIMBUN
220301280
AGROTEKNOLOGI 5
TINJA
UANN
Hama Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata
tharax).............................................
Taksonomi Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)....................................
Gejala Serangan Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)............................
7 Teknik Pengendalian Hama Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax).......
Budidaya pisang, tidak akan lepas dengan permasalahan hama. Salah satu hama
utama yang menyerang tanaman pisang adalah ulat penggulung daun pisang Erionota
masyarakat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pisang banyak ditanam dekat
pekarangan rumah dan areal tanggul persawahan. Ada pula pisang yang ditanam
dengan rapi dan dirawat dengan baik, namun ada pula yang ditanam asal tanam,
Pisang mempunyai potensi dan nilai ekonomis yang cukup tinggi jika
diusahakan dengan baik. Pada tahun 2021 Sumatera Selatan sebagai pemasok
produksi pisang nasional tertinggi sekitar 354 143 ton (BPS, 2022). Namun, menurut
data dari Badan Pusat Statistik (2020), harga pisang di tingkat produsen cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya budidaya yang kurang baik, serta gangguan hama dan penyakit. Salah
satu hama yang menyebabkan menurunnya produksi pisang yaitu ulat penggulung
Salah satu penyebab penurunan produksi pisang adalah adanya serangan hama
dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman menjadi perhatian penting bagi
pelaku budidaya tanaman. Pengetahuan mengenai jenis hama dan penyakit akan
sangat dibutuhkan ketika menetapkan suatu upaya pengendalian hama dan penyakit
tingkat serangan tertinggi dibandingkan hama lainnya. Hama tersebut juga paling
tetapi penelitian tersebut belum pernah dilakukan di kebun plasma nutfah pisang
populasi hama, maka penelitian ini menjadi penting dilakukan sebagai kajian awal
mengetahui jenis parasitoid yang menjadi parasit ulat penggulung daun pisang di
kebun plasma nutfah pisang Yogyakarta. (Erniwati & Ubaidillah 2011; Wibowo, dkk.
dan menjadi hama utama dengan tingkat serangan tertinggi dibandingkan hama
lainnya. Stadia yang merusak dari hama ini adalah stadia larva. Erionota thrax
menyerang bagian daun pisang dan apabila dibiarkan tanaman akan menjadi gundul
serta hanya tampak tulang daunnya. Larva ini begitu keluar dari telur akan memotong
lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya hingga akhirnya daun menjadi
kering, sobek-sobek serta mengakibatkan tanaman mati bila dibiarkan terus menerus
termasuk Indonesia, Malaysia, Indocina, China dan Filipina. Hama ini juga tersebar
di wilayah India dan Mauritius . Di Malaysia, hama ini tidak dianggap penting karena
tidak menimbulkan kerugian pada produksi buah pisang. Daerah yang sering menjadi
sasaran serangan hama ini adalah daerah yang kering dan terlindung dari angin.
Mekanisme penyebaran yang mungkin dari hama ini melalui, penerbangan imago,
transportasi telur atau larva muda melalui transportasi daun yang digunakan sebagai
pembungkus. Baru-baru ini beberapa telur ditemukan pada tandan dan ini juga bisa
pisang uli 0,18 gulungan/tanaman. Apabila dilihat serangan E. thrax pada berbagai
jenis pisang, rata-rata serangan di Kecamatan Ciampea tertinggi terjadi pada pisang
raja yang memiliki jumlah gulungan paling banyak, yaitu 1,91 gulungan/tanaman.
Serangan E. thrax terendah terjadi pada pisang uli sebesar 0,18 gulungan/tanaman.
terdiri dari kepala pada segmen pertama, toraks pada segmen 2-4 dan abdomen pada
Siklus hidup Erionota thrax L. Erionota thrax berkopulasi pada pagi dan sore
hari dan bertelur pada malam hari. Telur Erionota thrax berdiameter sekitar 2 mm dan
berwarna kuning. Telur ini akan diletakan pada daun pisang yang masih utuh secara
bergerombol dengan jumlah 25 butir. Pada fase telur akan berlangsung sekitar 6
tanaman pisang. 4 hari kemudian larva instar I akan memasuki instar II, 3 hari
berikutnya larva instar II memasuki instar III. 4 hari berikutnya larva memasuki
instar IV dan akan memasuki instar V setelah 5 hari berikutnya (Hasyim, Kamisar,
berlangsung selama 3 hari, selanjutnya stadium pupa yang berlangsung selama 7 hari.
Pupa Erionota thrax berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Pupa akan berada di dalam
gulungan daun. Pupa memiliki belalai (probosis) dan panjang pupa kurang lebih 6 cm
dengan warna coklat muda yang ditutupi zat tepung putih. Pupa akan menjadi imago
yang berupa skipper dengan siklus hidup 5-6 minggu (Direktorat perlindungan
hortikultura, 2020)
Skipper dewasa memiliki kepala besar yang dilengkapi antena dengan ujung
bengkok. Lebar sayap sekitar 3 inci atau 75 mm dengan warna depan coklat tua dan
tambalan tembus kuning yang menonjol. Sayap belakangnya berwarna coklat gelap.
Imago menghisap madu atau nektar bunga pisang dan biasanya aktif pada pagi atau
sore hari (Direktorat perlindungan hortikultura, 2020). Daun yang dikonsumsi oleh
ulat bisa mencapai 60% dari total daun tanaman (Okolle, Ahmad, dan Mansor, 2017).
Ulat akan menyerang daun pisang mulai dari pinggir dan menggulungnya
sehingga menyerupai tabung. Ulat dalam gulungan tersebut akan memakan daun
yang digulungnya. Apabila daun dalam gulungan sudah habis, ulat akan membuat
gulungan yang lebih besar, namun apabila gulungan daun tersebut cukup untuk
makan, ulat dapat hidup sampai membentuk pupa pada gulungan tersebut. Apabila
terjadi serangan berat, tanaman pisang akan dipenuhi dengan gulungan daun yang
kemudian bisa habis dan yang tersisa hanya tulang daunnya saja (Direktorat
perlindungan hortikultura, 2020). Daun yang dikonsumsi oleh ulat bisa mencapai
60% dari total daun tanaman (Okolle, Ahmad, dan Mansor, 2015).
Salah satu hama yang sering menyerang tanaman pisang adalah hama
penggulung daun pisang (E. thrax). Erionota thrax menyerang bagian daun pisang
dan apabila dibiarkan tanaman akan menjadi gundul serta hanya tampak tulang
daunnya. Larva dari hama penggulung daun pisang berwarna hijau muda dan ditutupi
lapisan tepung berwarna putih dengan panjang sekitar 7 cm. Larva ini begitu keluar
dari telur akan memotong lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya hingga
akhirnya daun menjadi kering, sobek-sobek serta mengakibatkan tanaman mati bila
Serangan dari OPT ini mengakibatkan tanaman menjadi tidak lagi optimal
dalam menghasilkan buah pisang, Bahkan ada beberapa OPT yang mengakibatkan
tanaman pisang mati dan dapat menularkan pada tanaman pisang laing yang masih
sehat. Berdasarkan hasil observasi didapatkan beberapa serangan OPT yang cukup
parah di pertanaman pisang di Desa Burno, diantaranya adalah serangan hama ulat
terhadap produksi yang terus menurun. Kepadatan populasi ulat penggulung daun
tersebut. Selain itu, OPT lainnya yang cukup meresahkan petani pisang adalah
adanya gejala daun menguning dan mengalami layu dan lama kelamaan merana lalu
mati. Penyebab dari serangan ini adalah patogen fusarium yang termasuk ke dalam
kategori patogen jamur. Penyakit ganas ini mampu menyebabkan serangan gagal
panen hingga 91%. Serangan layu fusarium ini dapat tertular pada tanaman pisang
lain yang masih sehat sehingga apabila tidak segera dikendalikan akan merambah ke
tanaman pisang lainnya karena sifat patogen tular tanah. (Abidin, 2016).
tanaman, juga berbahaya bagi makhluk hidup lainnya serta dapat mencemari
mengendalikan hama yang menyerang tanaman, salah satunya adalah hama ulat
penggulung daun pisang. Pestisida organik merupakan pestisida yang dibuat dari
sinar matahari yang cepat, dapat menghentikan nafsu makan serangga, relatif lebih
aman bagi lingkungan dan manusia, dapat berfungsi sebagai racun lambung dan saraf
yang bersifat selektif, dapat mengatasi hama serangga yang kebal pada pestisida
kimia, tidak merusak dan tidak meracuni tanaman, murah dan mudah pembuatannya.
yaitu: mudah berubah atau terurai sehingga daya tahannya singkat, kesegaran bahan
pengolahan tiap jenis tanaman dan standar aplikasi untuk pengendalian organisme
ulat pengganggu tanaman sangat diperlukan (Julaily, Mukarlina, dan Setyawati,
2013).
diperkirakan terdapat 2400 jenis tanaman yang termasuk kedalam 235 famili.
Pestisida organik juga dapat berasal dari limbah yang mudah ditemukan misalnya
Kulit bawang merah merupakan bagian terluar dari bawang merah. Biasanya
daging bawang merah saja yang diambil, sedangkan kulitnya langsung dibuang dan
jarang dimanfaatkan. Kulit bawang merah mengandung zat dan senyawa yang
berpotensi melawan hama ulat, sehingga kulit bawang merah dapat digunakan
sebagai pestisida. Kulit bawang merah mengandung senyawa squamosin yang dapat
yang dibutuhkan oleh tubuh, hal ini dikarenakan squamosin mampu menghambat
transpor elektron pada sistem respirasi sel hama tersebut. Apabila serangga
mengkonsumsi daun yang telah ditambahkan zat squamosin, serangga tersebut seperti
tidak mengkonsumsi makanan apapun karena nutrisi pada daun tidak dapat
disalurkan keseluruh tubuh serangga, yang pada akhirnya serangga akan mati secara
pestisida nabati seperti nimba, tuba dan pyrethrum. (Astuti Y dan Fajar H. 2013).
Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama dengan memanfaatkan
musuh alami yang berada di alam. Salah satu musuh alami yang dapat dimanfaatkan
hidup menjadi parasit di dalam atau pada tubuh serangga inang, dan membunuhnya
kesulitan karena umumnya tanaman pisang yang terserang hama penggulung daun
berada di daun atas sehingga cukup sulit dalam melakukan aplikasi penyemprotan.
diakibatkan oleh jamur, bakteri atau virus. Ketidaktahuan dalam membedakan jenis
Pemahaman tentang bioekologi OPT tanaman pisang juga belum banyak dimiliki
oleh para petani sehingga permasalahan terkait bentuk pencegahan dan penularan
tidak begitu diperhatikan dalam budidaya tanaman pisang selama ini. Karena patogen
seperti Fusarium oxysporum f. sp. cubense memiliki beberapa ras. Permasalahan ini
perlu segera ditindaklanjut dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat solutif dan bisa
langsung diimplementasikan oleh para petani. Solusi yang diambil juga harus tetap
mendukung program eduwisata tanaman pisang yang telah ada dengan beberapa
pendekatan pengelolaan OPT terpadu yang berbasis pada konservasi dan manipulasi
kelompok tani yang ada di Desa Burno dan melibatkan perangkat desa terutama
peran anak muda termasuk karang taruna sebagai pengelola eduwisata pisang di Desa
Burno.
Namun pestisida kimia dapat berdampak negatif terhadap lingkungan baik melalui
udara, air, maupun tanah yang dapat merugikan komunitas hewan, tumbuhan, dan
juga manusia. Pestisida organik dapat dijadikan alternatif untuk mengendalikan hama
ulat penggulung daun pisang, hal ini dikarenakan pestisida organik lebih ramah
lingkungan karena sifat material organik mudah terurai sehingga racun yang
ditimbulkan tidak menetap dalam waktu yang lama di alam (Wibawa, 2018).
Hal itu disebabkan oleh larva yang aktif makan daun dapat merusak
berbagai cara satu diantaranya ialah memanfaatkan musuh alami serangga yang
dikenal dengan istilah parasitoid. Parasitoid adalah serangga yang hidup menjadi
parasit di dalam tubuh serangga lain sebagai inangnya parasitoid bisa membunuh
Abidin, Z. 2016. Intensitas Serangan Hama Ulat Penggulung Daun Pisang (Erionota
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/82068/Zaenal
%20Abidin%20- %20091510501027_1.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Jakarta.
Cock, M.J.W. 2015. A critical review of the literature on the pest Erionota spp.
Jakarta.
Drastinawati dan R.S. Irianty. 2013. Pemanfaatan ekstrak nikotin limbah puntung
Irulandi S., M.I Manivannan, dan A.R. Kumar. 2018. Bio-ecology and management
Kurniawati, D., R. Rustam dan J.H. Laoh. 2015. Pemberian beberapa konsentrasi
(Pomacea sp.) pada tanaman padi (Oryza sativa L.). Jurnal Online
Okolle, J.N., A.H. Ahmad, dan M. Mansor. 2017. Bioecology and management of
the banana skipper (Erionota thrax). Tree and Forestry Science and
1(1): 1-9.