Anda di halaman 1dari 15

BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA ULAT

PENGGULUNG DAUN (Erionata tharax) PADA TANAMAN


PISANG (Musa pradisiaca L.)

PEPER

OLEH :
REO MAIWANDA SINGARIMBUN
220301280
AGROTEKNOLOGI 5

PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA TERPADU


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2024
DAFTAR ISI

TINJA
UANN
Hama Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata
tharax).............................................
Taksonomi Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)....................................
Gejala Serangan Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)............................
7 Teknik Pengendalian Hama Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax).......

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


TINJAUAN PUSTAKA

Hama Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)

Pisang merupakan merupakan salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan.

Budidaya pisang, tidak akan lepas dengan permasalahan hama. Salah satu hama

utama yang menyerang tanaman pisang adalah ulat penggulung daun pisang Erionota

tnrax L. (Lepidoptera: Hesperiidae).Kerusakan yang ditimbulkan hama ini pada

tanaman pisang bervariasi. Cock (2015).

Pisang merupakan komoditas hortiktura yang sangat popular, digemari

masyarakat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pisang banyak ditanam dekat

pekarangan rumah dan areal tanggul persawahan. Ada pula pisang yang ditanam

dengan rapi dan dirawat dengan baik, namun ada pula yang ditanam asal tanam,

sehingga buah yang dihasilkan tidak berkualitas.

Pisang mempunyai potensi dan nilai ekonomis yang cukup tinggi jika

diusahakan dengan baik. Pada tahun 2021 Sumatera Selatan sebagai pemasok

produksi pisang nasional tertinggi sekitar 354 143 ton (BPS, 2022). Namun, menurut

data dari Badan Pusat Statistik (2020), harga pisang di tingkat produsen cenderung

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya budidaya yang kurang baik, serta gangguan hama dan penyakit. Salah

satu hama yang menyebabkan menurunnya produksi pisang yaitu ulat penggulung

daun pisang Erionota thrax.

Salah satu penyebab penurunan produksi pisang adalah adanya serangan hama

dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman menjadi perhatian penting bagi

pelaku budidaya tanaman. Pengetahuan mengenai jenis hama dan penyakit akan
sangat dibutuhkan ketika menetapkan suatu upaya pengendalian hama dan penyakit

tersebut. Hama memiliki pengertian yaitu organisme pengganggu tumbuhan yang

merusak secara langsung tumbuhan tersebut dan dapat menurunkan produksi

tanaman. (Rahmiyah dkk., 2021)

E. thrax merupakan hama utama menyerang tanaman pisang yamg memiliki

tingkat serangan tertinggi dibandingkan hama lainnya. Hama tersebut juga paling

sering ditemukan di berbagai tempat di Indonesia (Setiawan, 2020).

Penelitian asosiasi parasitoid dengan E. thrax sudah banyak dilakukan, akan

tetapi penelitian tersebut belum pernah dilakukan di kebun plasma nutfah pisang

Yogyakarta. Hymenoptera parasitoid merupakan spesies kunci dalam menekan

populasi hama, maka penelitian ini menjadi penting dilakukan sebagai kajian awal

pemanfaatan parasitoid sebagai agens hayati. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui jenis parasitoid yang menjadi parasit ulat penggulung daun pisang di

kebun plasma nutfah pisang Yogyakarta. (Erniwati & Ubaidillah 2011; Wibowo, dkk.

2015; Sharanabasappa et. al. 2016).

Erionota thrax merupakan hama yang paling sering ditemukan keberadaannya

dan menjadi hama utama dengan tingkat serangan tertinggi dibandingkan hama

lainnya. Stadia yang merusak dari hama ini adalah stadia larva. Erionota thrax

menyerang bagian daun pisang dan apabila dibiarkan tanaman akan menjadi gundul

serta hanya tampak tulang daunnya. Larva ini begitu keluar dari telur akan memotong

lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya hingga akhirnya daun menjadi

kering, sobek-sobek serta mengakibatkan tanaman mati bila dibiarkan terus menerus

(Satuhu dan Supriyadi, 2007 dalam Yudi dkk, 2016).


Daerah penyebaran E. thrax adalah di seluruh Asia Tenggara dan Timur

termasuk Indonesia, Malaysia, Indocina, China dan Filipina. Hama ini juga tersebar

di wilayah India dan Mauritius . Di Malaysia, hama ini tidak dianggap penting karena

tidak menimbulkan kerugian pada produksi buah pisang. Daerah yang sering menjadi

sasaran serangan hama ini adalah daerah yang kering dan terlindung dari angin.

Penyebaran E. thrax kedaerah-daerah baru sangat cepat (hingga 500 km/tahun) .

Mekanisme penyebaran yang mungkin dari hama ini melalui, penerbangan imago,

transportasi telur atau larva muda melalui transportasi daun yang digunakan sebagai

pembungkus. Baru-baru ini beberapa telur ditemukan pada tandan dan ini juga bisa

menjadi mekanisme penyebaran potensial. Serangan E. thrax pada berbagai jenis

pisang di Kecamatan Ciampea didapatkan berturut-turut adalah pisang ambon sebesar

0,74 gulungan/tanaman; pisang asem sebesar 0,51 gulungan/tanaman; pisang kapas

sebesar 0,53 gulungan/tanaman; pisang lampeneng sebesar 0,75 gulungan/tanaman;

pisang lampung sebesar 1,76 gulungan/tanaman, pisang nangka sebesar 0,81

gulungan/tanaman, pisang raja sebesar 1,91 gulungan/tanaman, pisang raja sere

sebesar 0,95 gulungan/tanaman; pisang tanduk sebesar 0,63 gulungan/tanaman;

pisang uli 0,18 gulungan/tanaman. Apabila dilihat serangan E. thrax pada berbagai

jenis pisang, rata-rata serangan di Kecamatan Ciampea tertinggi terjadi pada pisang

raja yang memiliki jumlah gulungan paling banyak, yaitu 1,91 gulungan/tanaman.

Serangan E. thrax terendah terjadi pada pisang uli sebesar 0,18 gulungan/tanaman.

Taksonomi Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)

Klasifikasi ulat penggulung daun pisang yaitu: Kingdom : Animalia Filum :

Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Hesperidae Genus : Erionota

Spesies : Erionota thrax. (Direktorat perlindungan hortikultura, 2020).


Morfologi Erionota thrax. Pada fase larva, Erionota thrax tersegmentasi yang

terdiri dari kepala pada segmen pertama, toraks pada segmen 2-4 dan abdomen pada

segmen 5-14 (Wiyati, 2020).

Gambar 1. Morfologi Erionota thrax dari Samping (Sumber : Wiyati, 2020)

Siklus hidup Erionota thrax L. Erionota thrax berkopulasi pada pagi dan sore

hari dan bertelur pada malam hari. Telur Erionota thrax berdiameter sekitar 2 mm dan

berwarna kuning. Telur ini akan diletakan pada daun pisang yang masih utuh secara

bergerombol dengan jumlah 25 butir. Pada fase telur akan berlangsung sekitar 6

sampai 8 hari. (Irulandi, Manivannan, dan Kumar, 2018).

Telur membutuhkan waktu 6 hari untuk menjadi instar I dengan diletakkan di

tanaman pisang. 4 hari kemudian larva instar I akan memasuki instar II, 3 hari

berikutnya larva instar II memasuki instar III. 4 hari berikutnya larva memasuki

instar IV dan akan memasuki instar V setelah 5 hari berikutnya (Hasyim, Kamisar,

dan Nakamura, 2013).

Gambar 2. Larva Erionota thrax (Sumber : Direktorat perlindungan hortikultura, 2020)


Setelah stadium larva, Erionota thrax akan masuk ke stadium prapupa yang

berlangsung selama 3 hari, selanjutnya stadium pupa yang berlangsung selama 7 hari.

Pupa Erionota thrax berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Pupa akan berada di dalam

gulungan daun. Pupa memiliki belalai (probosis) dan panjang pupa kurang lebih 6 cm

dengan warna coklat muda yang ditutupi zat tepung putih. Pupa akan menjadi imago

yang berupa skipper dengan siklus hidup 5-6 minggu (Direktorat perlindungan

hortikultura, 2020)

Gambar 3. Skipper Erionota thrax (Sumber : Okolle dkk., 2017)

Skipper dewasa memiliki kepala besar yang dilengkapi antena dengan ujung

bengkok. Lebar sayap sekitar 3 inci atau 75 mm dengan warna depan coklat tua dan

tambalan tembus kuning yang menonjol. Sayap belakangnya berwarna coklat gelap.

Imago menghisap madu atau nektar bunga pisang dan biasanya aktif pada pagi atau

sore hari (Direktorat perlindungan hortikultura, 2020). Daun yang dikonsumsi oleh

ulat bisa mencapai 60% dari total daun tanaman (Okolle, Ahmad, dan Mansor, 2017).

Gejala Serangan Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)

Ulat akan menyerang daun pisang mulai dari pinggir dan menggulungnya

sehingga menyerupai tabung. Ulat dalam gulungan tersebut akan memakan daun

yang digulungnya. Apabila daun dalam gulungan sudah habis, ulat akan membuat
gulungan yang lebih besar, namun apabila gulungan daun tersebut cukup untuk

makan, ulat dapat hidup sampai membentuk pupa pada gulungan tersebut. Apabila

terjadi serangan berat, tanaman pisang akan dipenuhi dengan gulungan daun yang

kemudian bisa habis dan yang tersisa hanya tulang daunnya saja (Direktorat

perlindungan hortikultura, 2020). Daun yang dikonsumsi oleh ulat bisa mencapai

60% dari total daun tanaman (Okolle, Ahmad, dan Mansor, 2015).

Salah satu hama yang sering menyerang tanaman pisang adalah hama

penggulung daun pisang (E. thrax). Erionota thrax menyerang bagian daun pisang

dan apabila dibiarkan tanaman akan menjadi gundul serta hanya tampak tulang

daunnya. Larva dari hama penggulung daun pisang berwarna hijau muda dan ditutupi

lapisan tepung berwarna putih dengan panjang sekitar 7 cm. Larva ini begitu keluar

dari telur akan memotong lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya hingga

akhirnya daun menjadi kering, sobek-sobek serta mengakibatkan tanaman mati bila

dibiarkan terus menerus (Satuhu dan Supriyadi, 2021).

Serangan dari OPT ini mengakibatkan tanaman menjadi tidak lagi optimal

dalam menghasilkan buah pisang, Bahkan ada beberapa OPT yang mengakibatkan

tanaman pisang mati dan dapat menularkan pada tanaman pisang laing yang masih

sehat. Berdasarkan hasil observasi didapatkan beberapa serangan OPT yang cukup

parah di pertanaman pisang di Desa Burno, diantaranya adalah serangan hama ulat

penggulung daun, yang mengakibatkan daun pisang menggulung yang dapat

memengaruhi proses fotosistensis tanaman pisang, lambat laun akan memengaruhi

terhadap produksi yang terus menurun. Kepadatan populasi ulat penggulung daun

pisang sangat berpengaruh terhadap intensitas kerusakan yang disebabkan hama

tersebut. Selain itu, OPT lainnya yang cukup meresahkan petani pisang adalah
adanya gejala daun menguning dan mengalami layu dan lama kelamaan merana lalu

mati. Penyebab dari serangan ini adalah patogen fusarium yang termasuk ke dalam

kategori patogen jamur. Penyakit ganas ini mampu menyebabkan serangan gagal

panen hingga 91%. Serangan layu fusarium ini dapat tertular pada tanaman pisang

lain yang masih sehat sehingga apabila tidak segera dikendalikan akan merambah ke

tanaman pisang lainnya karena sifat patogen tular tanah. (Abidin, 2016).

7 Teknik Pengendalian Hama Ulat Penggulung Daun pisang (Erionata tharax)

Pestisida merupakan bahan kimia yang berbahaya bagi organisme pengganggu

tanaman, juga berbahaya bagi makhluk hidup lainnya serta dapat mencemari

lingkungan. Penggunaan pestisida organik dapat menjadi alternatif untuk

mengendalikan hama yang menyerang tanaman, salah satunya adalah hama ulat

penggulung daun pisang. Pestisida organik merupakan pestisida yang dibuat dari

bahan-bahan alami seperti tanaman, hewan dan mikroorganisme untuk

mengendalikan organisme pengganggu tanaman (Astuti dan Widyastuti 2016).

Pestisida organik memiliki kelebihan yaitu : penguraian atau degradasi oleh

sinar matahari yang cepat, dapat menghentikan nafsu makan serangga, relatif lebih

aman bagi lingkungan dan manusia, dapat berfungsi sebagai racun lambung dan saraf

yang bersifat selektif, dapat mengatasi hama serangga yang kebal pada pestisida

kimia, tidak merusak dan tidak meracuni tanaman, murah dan mudah pembuatannya.

Selain memiliki banyak kelebihan, pestisida organik juga memiliki kekurangan,

yaitu: mudah berubah atau terurai sehingga daya tahannya singkat, kesegaran bahan

baku sangat mempengaruhi konsentrasi kandungan senyawanya, sehingga standar

pengolahan tiap jenis tanaman dan standar aplikasi untuk pengendalian organisme
ulat pengganggu tanaman sangat diperlukan (Julaily, Mukarlina, dan Setyawati,

2013).

Tumbuhan penghasil pestisida organik di Indonesia sangat melimpah dan

diperkirakan terdapat 2400 jenis tanaman yang termasuk kedalam 235 famili.

Pestisida organik juga dapat berasal dari limbah yang mudah ditemukan misalnya

puntung rokok dan kulit bawang merah.

Kulit bawang merah merupakan bagian terluar dari bawang merah. Biasanya

daging bawang merah saja yang diambil, sedangkan kulitnya langsung dibuang dan

jarang dimanfaatkan. Kulit bawang merah mengandung zat dan senyawa yang

berpotensi melawan hama ulat, sehingga kulit bawang merah dapat digunakan

sebagai pestisida. Kulit bawang merah mengandung senyawa squamosin yang dapat

menyebabkan hama yang mengonsumsinya tidak dapat menerima nutrisi makanan

yang dibutuhkan oleh tubuh, hal ini dikarenakan squamosin mampu menghambat

transpor elektron pada sistem respirasi sel hama tersebut. Apabila serangga

mengkonsumsi daun yang telah ditambahkan zat squamosin, serangga tersebut seperti

tidak mengkonsumsi makanan apapun karena nutrisi pada daun tidak dapat

disalurkan keseluruh tubuh serangga, yang pada akhirnya serangga akan mati secara

perlahan (Mulyati, 2020).

Pengendalian menggunakan perangkap lampu untuk ngengat jantan dan betina.

Menambah pupuk P dan K (sejumlah 5-10% di atas dosis rekomendasi).

Menggunakan agens pengendali hayati seperti jamur Paecilomyces fumoso dan

parasitoid/tabuhan parasit (Apanteles taragamae, Elasmus homonae). Menggunakan

pestisida nabati seperti nimba, tuba dan pyrethrum. (Astuti Y dan Fajar H. 2013).
Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama dengan memanfaatkan

musuh alami yang berada di alam. Salah satu musuh alami yang dapat dimanfaatkan

untuk mengendalikan hama adalah parasitoid. Parasitoid merupakan serangga yang

hidup menjadi parasit di dalam atau pada tubuh serangga inang, dan membunuhnya

secara pelan-pelan. (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2022).

Selama ini, dalam mengendalikan hama E. thrax masih menggunakan

pengendalian dengan insektisida sintetis yang dalam aplikasinya menemukan

kesulitan karena umumnya tanaman pisang yang terserang hama penggulung daun

berada di daun atas sehingga cukup sulit dalam melakukan aplikasi penyemprotan.

Penerapan pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami dapat digunakan

sebagai alternative pengendalian dalam mencegah serangan E. thrax (Yulian , 2016).

Sedangkan untuk serangan beberapa patogen penyakit tanaman pisang,

umumnya petani masih belum bisa membedakan penyebab serangannya, apakah

diakibatkan oleh jamur, bakteri atau virus. Ketidaktahuan dalam membedakan jenis

patogen berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam pengendalian.

Pemahaman tentang bioekologi OPT tanaman pisang juga belum banyak dimiliki

oleh para petani sehingga permasalahan terkait bentuk pencegahan dan penularan

tidak begitu diperhatikan dalam budidaya tanaman pisang selama ini. Karena patogen

seperti Fusarium oxysporum f. sp. cubense memiliki beberapa ras. Permasalahan ini

perlu segera ditindaklanjut dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat solutif dan bisa

langsung diimplementasikan oleh para petani. Solusi yang diambil juga harus tetap

mendukung program eduwisata tanaman pisang yang telah ada dengan beberapa

pendekatan pengelolaan OPT terpadu yang berbasis pada konservasi dan manipulasi

agroekosistem yang sehat. Bentuk strategi pengembangan yang harus ditempuh


adalah kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan dengan melibatkan

kelompok tani yang ada di Desa Burno dan melibatkan perangkat desa terutama

peran anak muda termasuk karang taruna sebagai pengelola eduwisata pisang di Desa

Burno.

Pengendalian ulat penggulung daun pisang masih menggunakan pestisida kimia.

Namun pestisida kimia dapat berdampak negatif terhadap lingkungan baik melalui

udara, air, maupun tanah yang dapat merugikan komunitas hewan, tumbuhan, dan

juga manusia. Pestisida organik dapat dijadikan alternatif untuk mengendalikan hama

ulat penggulung daun pisang, hal ini dikarenakan pestisida organik lebih ramah

lingkungan karena sifat material organik mudah terurai sehingga racun yang

ditimbulkan tidak menetap dalam waktu yang lama di alam (Wibawa, 2018).

Hal itu disebabkan oleh larva yang aktif makan daun dapat merusak

pertumbuhan tanaman pisang. Pengendalian E. thrax dapat dilakukan dengan

berbagai cara satu diantaranya ialah memanfaatkan musuh alami serangga yang

dikenal dengan istilah parasitoid. Parasitoid adalah serangga yang hidup menjadi

parasit di dalam tubuh serangga lain sebagai inangnya parasitoid bisa membunuh

inangnya secara pelan-pelan.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2016. Intensitas Serangan Hama Ulat Penggulung Daun Pisang (Erionota

thrax (L.)) pada Tanaman Pisang di Kabupaten Jember. (Skripsi).

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/82068/Zaenal

%20Abidin%20- %20091510501027_1.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Diakses 14 Maret 2021.

Astuti Y dan Fajar H. 2013. Buku Pedoman Pengenalan dan Pengendalian

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Teh, Pala dan Cengkeh.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan.

Jakarta.

Cock, M.J.W. 2015. A critical review of the literature on the pest Erionota spp.

(Lepidoptera, Hesperiidae): taxonomy, distribution, food plants, early stages,

natural enemies and biological control. CAB Reviews. 10(007): 1-30.

Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi

Perkebunan Departemen Pertanian. 2022. Musuh Alami, Hama dan Penyakit

Tanaman Lada. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat.

Jakarta.

Drastinawati dan R.S. Irianty. 2013. Pemanfaatan ekstrak nikotin limbah puntung

rokok sebagai inhibitor korosi. Jurnal Teknobiologi. 4(2): 91-97.

Erniwati, Ubaidillah, R. 2011. Hymenopteran parasitoid associated with the banana-

skipper Erionota thrax L. (Insecta: Lepidoptera, Hesperiidae) in Java,

Indonesia. Biodiversitas. 12(2): 76-85.


Hasyim, A., Kamisar, dan K. Nakamura. 2013. Mortalitas stadia pradewasa hama

penggulung daun pisang, Erionota thrax (L.) yang disebabkan oleh

parasitoid. Jurnal Hortikultura. 13(1): 1-7.

Irulandi S., M.I Manivannan, dan A.R. Kumar. 2018. Bio-ecology and management

of the banana skipper, Erionota thrax L. (Hesperiidae: Lepidoptera). Journal

Entomology and Zoology Studies. 6(2): 262-265.

Kurniawati, D., R. Rustam dan J.H. Laoh. 2015. Pemberian beberapa konsentrasi

ekstrak brotowali (Tinospoa crispa L.) untuk mengendalikan keong mas

(Pomacea sp.) pada tanaman padi (Oryza sativa L.). Jurnal Online

Mahasiswa Fakultas Pertanian. 2(1).

Mairawita, T. Habazar, A. Hasyim, N. Nasir, & Suswati. 2012. Potensi serangga

pengunjung bunga sebagai vektor penyakit darah bakteri (Ralstonia

solanacearum Phylotipe IV) pada pisang di Sumatera Barat. Jurnal

Entomologi Indonesia. 9(1): 38–47.

Okolle, J.N., A.H. Ahmad, dan M. Mansor. 2017. Bioecology and management of

the banana skipper (Erionota thrax). Tree and Forestry Science and

Biotechnology. 4 (1): 22-31.

Satuhu, S. dan A. Supriyadi. 2021. Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek

Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, Maimunah & Suswati. (2020). Keragaman Parasitoid Erionota thrax L.

pada Dua Jenis Tanaman Pisang Bermikoriza di Kabupaten Deli Serdang.

Jurnal Ilmiah Pertanian 1(1):106-111.


Wibawa, I.P.A.H. 2018. Perbandingan efektivitas beberapa pestisida organik pada

budidaya brokoli (Brassica rapa L.) di Bedugul Bali. Agricultural Journal.

1(1): 1-9.

Yulian, Y. D., L. Wibowo dan Indriyati. 2016. Inventarisasi Parasitoid Hama

Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax L.) di Kota Metro dan

Sekitarnya Provinsi Lampung. Jurnal Agrotek Tropika 4 (1): 11-15

Anda mungkin juga menyukai