Disusun Oleh:
Anisa Putri Rahayu
A41201689/ Golongan C
Dosen Pengampu :
Maria ‘Azizah, S.P., M.Si.
Dr. Ir. Suharjono, M.P
Teknisi :
Rina Sofiana, S.ST
Prayitno, SP
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Menurut FAO (1974) dalam Manueke (1993) kerusakan bahan pascapanen
atau bahan mempunyai nilai penting dalam arti ekonomi. Hal tersebut karena: (1)
bahan tersebut siap dikonsumsi, (2) menghabiskan biaya yang cukup banyak yaitu
mulai dari pembenihan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen.
Jadi, kerusakan yang sedikit pada bahan pascapanen sudah merupakan kerugian
yang besar dibandingkan dengan serangan organisme pengganggu pada tanaman
dipertanaman. Selain itu akibat lain dari adanya infestasi yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pada bahan pascapanen seperti perubahan warna dan rasa
serta bau yang tidak enak atau terkontaminasi dengan penyakit yang terbawa oleh
organisme tersebut. Rimbing (2015), melaporkan bahwa bahan atau material yang
disimpan dalam tempat penyimpanan tidak luput dari serangan hama dan
penyakit. Organisme yang menyerang komoditi dalam penyimpanan pada
umumya terdiri dari golongan serangga, tikus, dan burung. Serangga merupakan
organisme yang paling banyak merusak pada material yang disimpan. Identifikasi
serangga hama pasca panen dilakukan berdasarkan karakter morfologisnya.
(Warna, bentuk tubuh, antenna, ukuran bentuk sayap, dan jumlah tarsi)
Strategi pengendalian hama yang dilakukan yaitu dengan melakukan yakni
sanitasi tempat penyimpanan dan pemeriksaan secara rutin. Kedua pengendalian
yang dilakukan yaitu melakukan pembersihan tempat penyimpanan secara rutin
kurang lebih tiga bulan sekali. Pengendalian yang dilakukan yaitu menyimpan
benih di tempat yang kedap air. Melakukan pengendalian dengan cara melakukan
pembersihan tempat penyimpanan secara rutin. menambahkan bahwa dalam
melakukan penyimpanan jagung, penyimpanan jagung lebih baik disimpan dalam
bentuk tongkol berkelobot daripada dalam bentuk yang sudah dipipil. Menurut
Tandiabang et al. (1996) dalam Nonci et.al (2015), melaporkan bahwa kerusakan
biji oleh S. zeamais pada jagung yang disimpan dalam bentuk kelobot lebih
rendah dibandingkan yang disimpan dalam bentuk pipilan.
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi hama gudang dan benih yang
terserang. Dimana dapat korelasikan antara hama dan benih yang terserang mulai
dari ciri ciri warna, bentuk serta jumlah benih yang terserang. Lalu dalam
praktikum ini dapat membedakan antara benih yang terserang hama Sitophilus sp
maupun hama Callosobruchus sp. Selanjutnya kita dapat membedakan hama
dengan melihat ciri fisik dari kedua hama tersebut.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Laporan ini dapat di simpulkan dalam praktikum dilakukan pengamatan
hama Callosobruchus chinensis menyerang kacang-kacangan benih yang disimpan
menjadi rusak dan benih kacang-kacangan yang diserang menjadi bolong-bolong
serta kulit kacang terkelupas yang menyebabkan mutu benih berkurang dan benih
tidak dapat digunakan lagi untuk ditanam.
5.2 Saran
1.Bagi Mahasiswa
Mahasiswa harus fokus, teliti, dan menyimak arahan dari teknisi
laboratorium dengan harapan agar tidak terjadi kekeliruan Ketika praktikum
dilaksanakan.
2.Bagi Teknisi
Dapat dilakukan evaluasi atau penyegaran materi pada mahasiswa
mengenai matri atau praktikum sebelumnya. Penyegaran materi dapat berupa
evaluasi serta kendala dari praktikum sebelumnya dengan harapan mahasiswa
dapat melakukan evluasi dengan cara praktikum secara mandiri dirumah.
3.Bagi Dosen
Dosen dapat melakukan pendampingan secara intensif pada saat
mahasiswa melakukan praktikum, dengan harapan metodologi praktikum dapat
dijelaskan dengan materi pada saat kuliah sehingga mahasiswa dapat memahami
alur dan tujuan dari semua yang dilakukan pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pets Of Crops in Indonesia. Jakarta; Ikhtiar baru Van
hoeve.
Kartasaputra. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi
Aksara Ikhtiar,
Nonci, N. and Muis, A., 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama
Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculionidae).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 34(2), pp.61-70.
Rahman, M.D., Dien, M.F. and Mamahit, J.E., 2012. Komunitas Serangga Hama
pada Komoditi Jagung di Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo
Provinsi Gorontalo. Eugenia, 18(3).
Rimbing, S.C., 2015. Keanekaragaman Jenis Serangga Hama Pasca Panen pada
Beberapa Makanan Ternak di Kabupaten Bolaang Mongondow. ZOOTEC,
35(1), pp.164-177.
Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera:
Curculionidae) dan Strategi pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian
23(4).