Anda di halaman 1dari 14

BIOLOGI Corcyra cephalonica STAINTON (Lepidoptera: Pyralidae) PADA

BEBERAPA JENIS MEDIA PAKAN

PROPOSAL PENELITIAN

YULIO YOHANES RUNTU

17031109025

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini pemanfaatan musuh alami parasitoid telur dari famili

Trichogrammatidae berpotensi sebagai agen pengendali hayati yang efektif.

Parasitoid telur memiliki keuntungan dibanding parasitoid larva, karena

memarasit telur hama, sehingga dapat mengendalikan hama pada fase paling awal

sebelum hama merusak tanaman (Hasriyanty, 2007).

Agar pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid telur

Trichogramma sp. dapat berhasil maka perlu dilakukan perbanyakan parasitoid

tersebut sebelum dilepas ke lapangan. Pembiakan massal parasitoid telur

umumnya dilakukan di laboratorium dalam dua tahap, yaitu produksi massal

inang pengganti, lalu dilanjutkan dengan produksi massal parasitoid. Inang

pengganti yang umum digunakan untuk produksi masal parasitoid telur adalah

serangga yang hidup di gudang, seperti Corcyra cephalonica (Laoh et al, 2017).

Dalam perbanyakan C. cephalonica, tahap yang paling kritis adalah pada

stadium larva, sedangkan kualitas dari larva sangat dipengaruhi oleh makanannya.

Jenis makanan yang berbeda akan memiliki sifat struktur, tekstur dan kandungan

materi yang berbeda pula (Minarni dan Wiyantono, 2007).

Untuk jumlah telur tertinggi yang dihasilkan oleh sepasang imago C.

cephalonica rata-rata adalah 514,75 butir pada media beras utuh (Minarni dan

Wiyantono, 2007).
Penggunaan jenis media pakan seperti dedak padi dan dedak jagung

memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan dan

perkembangan serangga C. cephalonica.

Untuk umur imago tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini

disebabkan karena media yang digunakan mengandung nutrisi berupa protein dan

karbohidrat yang cukup. Sedangkan untuk waktu kemunculan imago C.

cephalonica pada jenis media pakan dedak padi dan dedak jagung memiliki

perbedaan yang nyata. Perbedaan waktu munculnya imago ini disebabkan oleh

perbedaan nutrisi yang terdapat pada media (Rajagukguk, et al, 2013).

Jenis pakan yang berbeda pada saat fase larva akan memberikan perbedaan

persentase munculnya imago C. cephalonica (Herlinda, 2005). Dengan adanya

perbedaan ini maka perlu adanya penelitian untuk melihat biologi dari C.

cephalonica pada jenis media pakan yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun fokus rumusan masalah dari proposal ini, yakni apakah adanya

perbedaan biologi dari C. cephalonica pada beberapa jenis media pakan yang

berbeda?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan pada biologi C.

cephalonica dengan menggunakan beberapa jenis media pakan yang berbeda.


1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yakni untuk memberikan informasi tentang

biologi C. cephalonica pada beberapa jenis media pakan yang berbeda.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Corcyra cephalonica Stainton

Klasifikasi C. cephalonica Stainton (Beccaloni et al, 2020) adalah sebagai

berikut:

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Lepidoptera

Superfamili: Pyraloidea

Famili: Pyralidae

Genus: Corcyra

Spesies: Corcyra cephalonica Stainton, 1866

2.1.1 Bioekologi Corcyra cephalonica

Ngengat C. cephalonica merupakan ngengat yang menyerang komoditas

pangan seperti beras, tepung terigu, gabah, kopra, gandum, jagung, kacang tanah,

kelapa sawit, biji kakao, kacang hijau dan lain-lain (Sembel et al., 1991).

a. Telur

Telur dari ngengat ini diletakan diantara dan pada bahan yang diserangnya.

Jumlah telur yang diletakkan dapat mencapai 400 butir. Telur berbentuk lonjong

dengan panjang 0.5 mm. Telur menetas setelah 10 hari dan akan menjadi ulat

(Pracaya, 2007).

b. Larva
Larva berwarna putih kekuningan dengan panjang kurang lebih 17 mm.

Larva membuat pintalan yang mengandung kotoran dan sisa-sisa makanan, ini

berfungsi sebagai pelindung dari berbagai musuhnya dan juga untuk melindungi

dirinya dari suhu tinggi sehingga evapotranspirasi dari tubuhnya dapat di tekan

seminimal mungkin. Larva akan menjadi pupa setelah 9 hari. (Pracaya, 2007;

Sembel et al., 1991).

c. Pupa

Pupa berwarna kuning cokelat, dengan panjang sekitar 8 mm. Pupa

terbungkus di dalam kokon yang berwarna putih. Pupa akan menjadi

imago/serangga dewasa setelah 7 hari. (Pracaya, 2007; Sembel et al, 1991).

d. Imago

Imago C. cephalonica memiliki bentang sayap 14-24 mm dan berwarna

keabuan. Perkembangan Ngengat C. cephalonica mulai dari telur sampai imago

adalah 40-50 hari (Pracaya, 2007; Sembel et al, 1991).

2.2 Media Pakan Perbanyakan C. cephalonica

2.2.1 Media Pakan Dedak Padi

Dedak padi merupakan salah satu hasil sampingan daripada beras atau

hasil dari penggilingan padi. Bahan ini dihasilkan dalam tahapan-tahapan proses

pengupasan kulit gabah dan penyosohan beras pecah kulit (Akbarillah et al,

2007). Pada proses penggilingan dan penyosohan beras ini akan menghasilkan

dedak sebesar 6-11 % (Astawan dan Febrinda, 2010).

Komponen utama pada dedak padi adalah protein, minyak, karbohidrat

dan mineral. Nilai gizi protein dedak beras relatif tinggi akibat kandungan lisinnya
yang tinggi. Lisin merupakan salah satu asam amino esensial. Nilai gizi protein

yang terdapat pada dedak padi yakni sebesar 11,3 – 14,9 gram dedak. (Astawan

dan Febrinda, 2010; Champagne et al 1992 dalam Astawan dan Leomitro, 2009).

Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam bahan

kering adalah 12.4%, lemak 13.6%, dan serat kasar 11.6%.

Kandungan minyak dedak relatif cukup besar dibandingkan komponen

kimia lainnya yaitu 19,97% dengan kandungan karbohidrat yaitu 22,04%

(Hadipernata et al, 2012).

Gizi dari mineral yang terdapat pada dedak padi yakni Kalsium sebesar

30-120 mg, Magnesium 500 -1300 mg, Fosfor 1100 – 2500 mg dan Silika 300 –

500 mg per 100 gram dedak padi (Champagne et al 1992 dalam Astawan dan

Leomitro, 2009).

Dedak padi yang telah mengalami proses stabilisasi dapat menjadi sumber

yang baik untuk energi, asam lemak esensial, tokoferol dan turunan asam ferulat.

Hal ini merupakan peluang pasar yang luas bagi industri penggilingan padi untuk

menyediakan bahan pangan sehat bagi konsumen (Astawan dan Febrinda, 2010)

2.2.2 Media Pakan Dedak Jagung

Dedak jagung (corn bran) merupakan hasil samping dari industri tepung

jagung atau “semolina”. Terdiri dari bagian luar biji jagung sebagai komponen

utama yang tercampur dengan beberapa fragmen germ dan partikel endosperm

(Umiyasih dan Wina, 2008).

Dedak jagung memiliki beberapa komponen bahan dengan kandungan

nutrisi yang terkandung di dalamnya. Komposisi bahan pada berbagai komponen


bahan dedak jagung berbeda, seperti bahan kering dari dedak jagung yakni 87,8

%, abu 3,5 % protein kasar 10 % lemak kasar 7,7 % serat kasar 4,52 Beta N 74,2

% TDN 82,3 % kalsium 0,09 % pospor 1,39 % (Anonim, 2020)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini di laksanakan mulai dari bulan April sampai Juni 2021.

Tempat pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Balai Perlindungan

dan Pengujian Mutu Tanaman Pangan dan Hortikultura (BP2MTPH) Kalasey,

Sulawesi Utara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wadah plastik,

kertas label, kain tile, timbangan, tabung reaksi, tabung silinder, loop/mikroskop,

kamera digital dan alat tulis menulis.

Sedangkan untuk bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni

media pakan dedak padi, dedak jagung dan telur serangga Corcyra cephalonica.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa jenis media pakan, yakni media

pakan dedak padi, media pakan dedak jagung, campuran media pakan dedak padi

dan jagung sebagai perlakuannya untuk serangga C. cephalonica dan disusun

menggunakan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap).

Pada percobaan ini dilakukan dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan yang

terdiri dari:

1. Media pakan dedak padi, 500 gram


2. Media pakan dedak jagung, 500 gram

3. Media pakan campuran, 500 gram

A2 B1 C2 B3

C1 B2 A1 A3

A4 C3 B4 C4

Gambar 3.1. Tata letak perlakuan

Keterangan

A : Media pakan dedak padi, 500 gram

B : Media pakan dedak jagung, 500 gram

C : Campuran media pakan dedak padi dan jagung, 500 gram

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Penyediaan bahan uji perlakuan

Untuk telur serangga C. cephalonica diperoleh dari laboratorium Balai

Perlindungan dan Pengujian Mutu Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BP2MTPH) Kalasey. Sedangkan untuk media pakan dedak padi dan dedak

jagung yang akan digunakan di peroleh dari tempat penyediaan bahan media

pakan.

3.4.2 Pelaksanaan penelitian


a. Media pakan perlakuan yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu

dengan cara disangrai. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar tidak

adanya organisme lain yang terikut pada media perlakuan

b. Kemudian media pakan di timbang dengan media dedak padi sebanyak

500 gr, dedak jagung 500 gr dan campuran 500 gr (dedak padi 250 gr +

dedak jagung 250 gr)

c. Selanjutnya untuk media pakan perlakuan yang sudah di timbang di

masukkan ke dalam wadah plastik (toples) lalu diberi label.

d. Telur C. cephalonica yang akan digunakan di hitung dengan cara

menimbang telur pada timbangan analitik dengan berat 0,03 gr (± 1000

butir)

e. Setelah telur C. cephalonica di timbang, selanjutnya di tabur secara merata

pada permukaan media pakan di masing-masing ulangan setiap perlakuan

f. Pengamatan dilakukan setiap hari sesuai dengan variabel pengamatan yang

akan diamati

g. Untuk imago yang muncul pada masing-masing ulangan di tiap perlakuan

diambil dengan menggunakan tabung reaksi, kemudian dimasukkan ke

dalam tabung silinder yang ditutup dengan kain tile. Tabung silinder

digunakan sebagai tempat untuk imago betina bertelur.

3.5 Pengamatan

Variabel pengamatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah

jumlah telur yang dihasilkan oleh imago betina C. cephalonica, lama stadium

larva, pupa dan imago C. cephalonica, nisbah kelamin (sex ratio), waktu
munculnya imago dan jumlah imago yang keluar pada setiap media pakan

perlakuan.

3.6 Analisis Data

Analisis data dari pengamatan biologi C. cephalonica di tiap perlakuan

menggunakan analisis sidik ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) dan uji DMRT pada taraf kepercayaan 5% dengan menggunakan

aplikasi pemrograman SPSS ver. 22.


DAFTAR PUSTAKA
Akbarillah, T., Hidayat, H., & Khoiriyah, T. 2007. Kualitas dedak dari berbagai
varietas padi di Bengkulu Utara. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 2(1),
36-41.

Anonim. 2020. Info Komposisi dan Harga Dedak Jagung untuk Pakan Ternak.
https://harga.web.id/harga-dedak-jagung-komposisi.info. Diakses pada 16
Maret 2021

Astawan M. dan A. Leomitro. 2009. Khasiat Whole Grain: Makanan Kaya Serat
untuk Hidup Sehat.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Astawan, M., & Febrinda, A. E. 2010. Potensi dedak dan bekatul beras sebagai
ingredient pangan dan produk pangan fungsional. Jurnal Pangan, 19(1),
14-21.

Beccaloni G., Scoble M., Kitching I., Simonsen T., Robinson G., Pitkin B., Hine
A., Lyal C. 2020. LepIndex: The Global Lepidoptera Names Index
(version 12.3, Jan 2012). In: Roskov Y., Ower G., Orrell T., Nicolson D.,
Bailly N., Kirk P. M., Bourgoin T., DeWalt R. E., Decock W., van
Nieukerken E. J., Penev L. (eds.). Species 2000 & ITIS Catalogue of Life,
2020-12-01. Digital resource at www.catalogueoflife.org. Species 2000:
Naturalis, Leiden, the Netherlands. ISSN 2405-8858.
http://www.nhm.ac.uk/our-science/data/lepindex/detail/?taxonno=3397

Hadipernata, M., Supartono, W., & Falah, M. A. F. 2012. Proses stabilisasi dedak
padi (Oryza sativa L) menggunakan radiasi far infra red (fir) sebagai bahan
baku minyak pangan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1(4).

Hasriyanty, 2007. Karakter Morfologi Parasitoid Trichogramma chilotraeae


Nagaraja dan Nagarkatti (Hymenoptera: Trichogrammatidae): Salah Satu
parasitoid Telur Hama Plutella xyllostella L. J. Agisains 8(2):76-82.

Herlinda, S. Aan & Yulia. 2005. Pertumbuhan dan Perkembangan Corcyra


cephalonica (Stainton) (Lepidoptera:Pyralidae) pada Media Lokal:
Pengawasan Mutu Inang.
Laoh, Sandy J., Daysi Kandowangko., Jimmy Rimbing. 2017. Populasi Corcyra
cephalonica (Lepidoptera; Pyralidae) pada Beberapa Ketebalan Media
Tepung Jagung. COCOS. Vol. 1. No. 3.

Minarni EW & Wiyantono. 2007. Uji Beberapa Bentuk Beras terhadap Jumlah
dan Kesesuaian Telur Corcyra cephalonica sebagai Inang Pengganti
dalam Pembiakan Massal Parasitoid Trichogramma sp. J. Agitop 71(9):15-
18.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman (Edisi Revisi). Penebar Swadaya.
Jakarta.

Rajagukguk, A. R., Tobing, M. C., & Pangestiningsih, Y. 2013. Perbanyakan


Corcyra Cephalonica Stainton (Lepidoptera: Pyralidae) Pada Berbagai
Komposisi Media. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara,
2(1), 96476.

Sembel, D., T., F., Kaseger., D., S., Kandowangko. 1991. Hama – Hama
Pascapanen Hasil Pertanian. Diktat Unsrat. Manado.

Umiyasih, U., & Wina, E. 2008. Pengolahan dan nilai nutrisi limbah tanaman
jagung sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa, 18(3), 127-136.

Penggunaan jenis media pakan seperti media dedak jagung yang berbeda
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan serangga C. cephalonica.

Anda mungkin juga menyukai