I. PENDAHULUAN
sampah organik di lahan perkebunan atau pertanian untuk dijadikan pupuk alami.
Namun umumnya mereka belum mengolah sampah organik tersebut secara efektif
dan kontinu. Jika sampah organik hanya disebarkan saja di lahan pertanian tanpa
ada pengolahan terlebih dahulu, maka unsur-unsur hara yang ada dalam sampah
tersebut tidak bisa terserap secara optimal oleh tanaman. Oleh karena itu perlu
adanya upaya pengelolahan yang profesional agar sampah organik bisa menjadi
sesuatu yang menghasilkan sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi.
pada jumlah media yang terbatas. Untuk mengatasi ketergantungan media larva
BSF dengan BIS, maka digunakan limbah loading ramp sawit, yaitu limbah yang
dihasilkan saat proses pemasukan tandan buah segar ke dalam bak/gerobak/ troli
sebelum proses perebusan. Limbah ini memiliki kandungan protein sekitar 9,81%
dengan kadar lemak mencapai 10,32%. Kandungan tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan BIS, yaitu 16-17% protein dan 13-15% lemak (Sundu &
Dingle 2003). Adapun limbah solid memiliki kandungan protein lebih tinggi
(12,63%), tetapi kandungan lemaknya lebih rendah (7,12%) dibandingkan dengan
limbah loading ramp. Media BIS juga menghasilkan kadar protein dan berat
kering larva yang lebih tinggi dibandingkan dengan media dari kotoran ayam
(Katayane et al. 2014). Keadaan ini diduga karena kualitas protein yang ada di
dalam kotoran ayam petelur merupakan senyawa Non Protein Nitrogen (NPN)
sehingga berkualitas lebih rendah dibandingkan dengan kandung protein pada
BIS. Disamping itu, kandungan nutrien yang terkandung dalam kotoran ayam
petelur juga lebih rendah dibandingkan dengan BIS. Studi lain menyatakan bahwa
substrat yang berkualitas rendah akan menghasilkan larva BSF yang lebih sedikit
karena media pertumbuhannya mengandung komponen gizi yang kurang atau
terbatas. Apabila kandungan nilai gizi pada media pertumbuhan berkurang, maka
fase larva dapat mencapai empat bulan, tetapi apabila nuturiennya cukup, maka
fase larva hanya memerlukan waktu dua minggu. (Dong et al. 2009; Yu et al.
2011)
Selama fase maggot/larva ini sejak hari pertama sampai menjelan fase prepupa,
maggot ini mempunyai aktifitas makan yang tinggi. Rata-rata 10.000 larva /
maggot dapat menghabiskan 1Kg makanan organik dalam 24 jam. Dan kita dapat
memanfaatkan bahan organik berupa limbah seperti limbah pasar (buah dan
sayuran), limbah rumah tangga, restoran, dsb. Limbah pasar adalah jenis yang
paling mudah didapatkan dalam jumlah banyak. Cara pemanenan magot sangat
mudah yaitu dengan cara mengumpulkan magot ditengah biopod tunggu sampai
semua berkumpul setelah itu bisa menggunakan sarinagn untuk memisahkan
magot dan kasgot.
bisa menekan harga jual yang saat ini dua kali lipat dari harga pakan ternak yang
lain. Kandungan protein pada larva ini cukup tinggi, yaitu 44,26% dengan
kandungan lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan mineral
yang terkandung di dalam larva juga tidak kalah dengan sumber-sumber protein
lainnya, sehingga larva BSF merupakan bahan baku ideal yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak (Fahmi et al. 2007).
8
III. METODOLOGI
terjadi karena pakan yang dikasih terhadap magot tersebut merupakan limbah
sayuran dan buah.
7. Disana juga terdapat larva dari BSF yang akan dikasih menjadi pakan ikan
yang ada disekitar area perkembangbiakan magot.
tahu dan limbah resto. Semua limbah ini dibentuk menjadi pasta sebanyak
sekitar 500 gram/1 gram telur.
12. Untuk pemberian makan magot dilakukan sebanyak 2 kali pagi dan sore.
13. Kemudian pada hari yang ke-11 sampai ke-17 dilakukan juga hal sama
pemberian pakan, hingga magot bisa siap dipanen.
14. Pada saat pemberian makan magot juga dilakukan pemisahan dengan kasgot
(yang dapt digunakan sebagai kompos).
15. Kemudian pada hari ke-17 dilakukan pemanenan magot, pada pemanenan
magot semua kasgot dan magotnya dipisahkan hingga magot bersih. Magot
yang tadi diukur panjang dan beratnya (per ekor). Larva magot yang sudah
bersih kemudian ditimbang keseluruhannya.
4.1. Hasil Pengamatan (meliputi panjang magot, berat magot, total produksi
(magot)
Jumlah Panjang
Berat rata -
Hari Ke Makanan rata - Keterangan
rata
rata
pagi sore
Sebagian telur menetas
dan meninggalkan
cangkang menuju
1. kebawah daun pisang
yang mulai mengering,
baby magot berwarna
putih.
terlihat pertumbuhan
magot, bergerak lebik
14. 250gr 0,74 cm 59,1 gram
aktif, magot berwarna
putih.
Magot mengelompok dan
15. 250gr 250gr 1,16 cm 64,8 gram bersembunyi di bawah
media pertumbuhan.
Mulai terdapat magot
16. 500gr 1,8 cm 119,2 gram yang berubah warna
menjadi kehitaman
Ada terdapat magot yang
berwarna hitam, jumlah
17. - 1,62 cm 114 gram
magot dalam media
berkurang.
Berat keselurahan magot pada saat di panen 230 gram
penambahan ampas
kelapa.
Hari ke17 Ukuran maggot
250 500 1,68 0,132 bertambah, kondisi
lembab
Pemanenan Total berat larva BSF =
1,88 0,146 264.81 gram
Kasgot = 600 gram
(Rabu, 22 sedikit.
Mei 2019)
Penambahan air
sedikit. Makanan
10
masih banyak
(Kamis, 23 - - - -
sehingga tidak perlu
Mei 2019)
diberikan makanan
lagi.
Pengukuran
11
dilakukan dengan
(Jum’at, 24 0,76 0,0284 50 gram 100 gram
mengambil 5 magot
Mei 2019)
secara acak.
Pengukuran
12
dilakukan dengan
(Sabtu, 25 1 0,044 150 gram 200 gram
mengambil 5 magot
Mei 2019)
secara acak.
Pengukuran
13
dilakukan dengan
(Minggu, 26 0,8 0,047 250 gram 300 gram
mengambil 5 magot
Mei 2019)
secara acak.
Pengukuran
14
dilakukan dengan
(Senin, 27 1,02 0,028 350 gram 400 gram
mengambil 5 magot
Mei 2019)
secara acak.
Pengukuran
15
dilakukan dengan
(Selasa, 28 1,26 0,0764 450 gram 190 gram
mengambil 5 magot
Mei 2019)
secara acak.
Pengukuran
dilakukan dengan
mengambil 5 magot
16 secara acak.
(Rabu, 29 1,26 0,07 - 700 gram Penambahan ampas
Mei 2019) kelapa 100 gram.
Pakan yang
diberikan adalah
tahu.
Pengukuran
17
- dilakukan dengan
(Kamis, 30 1,78 0,102 750 gram
mengambil 5 magot
Mei 2019)
secara acak.
18 Total larva BSF =
(Jum’at, 31 1,62 0,134 - - 1,56 kg
2019) Kasgot = 1,9 kg
17
4.2. Pembahasan
Pada hari pertama Sebagian telur menetas dan meninggalkan cangkang
menuju kebawah daun pisang yang mulai mengering, baby magot berwarna putih.
Pada hari kedua Masih ada terdapat telur yang belum menetas. Baby maggot yang
sudah menetas berkumpul di bawah daun pisang menuju makanan. Baby maggot
berwarna putih. Pada hari ketiga Hampir semua telur dan terdapat pergerakan
pada maggot yang sedikit besar dari magot lainnya. Warna magot putih. Pada hari
ke empat Semua telur sudah menetas dan terdapat maggot yang sedikit besar dari
magot lainnya. Warna magot putih. Pada hari ke lima Ukuran magot bertambah
besar. pada makanan magot di tambahkan air sebanyak 8 ml. Pada hari ke enam
Terdapat magot yang lebih besar dari magot lainnya dan bergerak aktif. Pada hari
ke tujuh Magot mulai bergerak aktif dan mengumpul pada bagian tengah. Pada
makanan magot di tambahkan air 7 ml. Pada hari ke delapan Mulai terlihat
pertumbuhan magot, bergerak lebik aktif, magot berwarna putih. Pada hari
kesembilan Terdapat magot yang lebih besar dari magot lainnya dan bergerak
aktif. Pada hari kesepuluh Magot bergerak di antara makanan, terdapat magot
yang lebih besar dan aktif bergerak. Pada hari ke-sebelas Magot berkembang dan
aktif bergerak. Terdapat magot yang lebih besar dari magot lainnya. Pada hari ke
duabelas Magot bergerak di antara makanan, terdapat magot yang lebih besar dan
aktif bergerak. Pada hari ke-tigabelas Terdapat magot yang masih kecil, magot
sudah dapat diamati dengan mengukur panjang dan beratnya dan sudah bisa
diukur, diambil lima sampel dan di rata-ratakan pada hari ke-tigabelas berat magot
58,2 gram dan panjang nya 0,72 cm. Pada hari ke-empatbelas terlihat
pertumbuhan magot, bergerak lebik aktif, magot berwarna putih dan rata rata
panjang nya adalah 0,74 cm dan berat nya 59,1 gram. Pada hari ke-limabelas
Magot mengelompok dan bersembunyi di bawah media pertumbuhan dan rata rata
panjang nya adalah 1,16 cm dan rata rata berat nya adalah 64,8 gram. Pada hari
ke-enambelas Mulai terdapat magot yang berubah warna menjadi kehitaman dan
20
rata-rata panjang nya adalah 1,8 cm dan berat nya adalah 119,2 gram. Pada heri
ke-tujuhbelas Ada terdapat magot yang berwarna hitam, jumlah magot dalam
media berkurang dan rata-rata panjang nya 1,62 cm dan berat nya 114 gram. Pada
hari terakhir magot menyusut karena media kasgot nya becek dan magot banyak
yang keluar dari media karena media nya basah, disebabkan oleh kesalahan pada
pemberian makan.sehingga pada pemanenan hanya bisa mengumpulkan magot
230 gram. Dan memanen nya dengan menggunakan aliran air untuk memisahkan
magot dan kasgot, kenapa menggunakan air kerena media yang becek/basah maka
dari itu akan sulit untuk memanen magot dengan cara biasa. Magot pada
kelompok sayur memiliki ukuran yang lebih kecil dan sedikit karena kesalahan
pada pemberian makan dan kurangnya variasi pada pemberian makan.
21
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah magot BSF sangat bagus untuk
mengolah sampah organik dan magot sendiri tidak ada menghasilkan limbah sama
sekali karena magot banyak bisa diolah menjadi berbagai macam produk seperti
contohnya magot bisa dibuat pakan ternak, dan kasgotnya bisa dibuat pupuk
organik.
Pada setiap jenis pakan magot sebenarnya tidak berpengaruh nyata karena
semuanya sama saja tergantung dari pemberiaan pakan dan kerutinan pemberian
pakan nya.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah agar anggota kelompok selalu kompak,
jika teman kelompok tidak adpat hadir atau berhalangan harus nya kita bisa
mengisi nya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Banks IJ, Gibson WT, Cameron MM. 2014. Growth rates of Black Soldier Fly
larvae on fresh human faeces and their implication for improving
sanitation. Trop Med Int Heal. 19:14-22.
Barros-Cordeiro KB, Nair Báo S, Pujol-Luz JR. 2014. Intrapuparial development
of the Black Soldier Fly, Hermetia illucens. J Insect Sci. 14:1-10.
Hardjo et al., 1989. 2015. Performance of Clarias gariepinus (Burchell, 1822) fed
dietaty levels of Black Soldier Fly, Hermetia illucens (Linnaeus, 1758)
prepupa meal as a protein supplement. Int J Res Fish Aquac. 5:89-93
Tomberlin et al. 2009. 2015. Specialised protein products in black soldier fly
nutrition: A review. Anim Nutr. 1:47-53.