ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian pakan Belalang Hijau
(Antractomorpha crenulata) dan Lalat Buah (Drosophila melanogaster) terhadap produktivitas
kroto Semut Rangrang.Metode penelitian yang saya gunakan adalah metode eksperimental
dengan rancangan percobaan yang di gunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Penelitian ini di laksanakan dari tanggal 17 Mei s/d 29 Agustus 2018 yang berlokasi di UNIB.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pakan campuran 50% belalang dan 50% lalat
buah mempunyai rataan hasil panen yaitu 28,8 gram, Sedangkan hasil panen dengan
menggunakan pakan 100% lalat buah hanya mempunyai rataan sebesar 23,9 gram dan untuk
rataan hasil panen pakan yang menggunakan 100% belalang yaitu 28,2 gram. Dari rataan
tersebut dapat di ketahui bahwa pemberian pakan yang bervariasi akan memberikan dampak
produktivitas yang lebih baik jika di bandingkan dengan hanya satu jenis pakan saja guna untuk
meningkatkan produktivitas kroto.
Kata kunci: Pemberian pakan yang bervariasi.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of feeding Green Grasshopper (Antractomorpha
crenulata) and Fruit Flies (Drosophila melanogaster) on the productivity of kroto Semut
Rangrang. The method of research that I used was the experimental method with the
experimental design used was Complete Random Design (CRD). This research was conducted
from May 17 to August 29, 2018 which is located in Beringin Alley 4 in Camping Rayhan.
Based on the results of the study using 50%: 50% feed (the main food in the form of
grasshoppers and fruit flies) has an average yield of 28.8 grams, while the yield using 100% feed
(main feed in the form of fruit flies) only has an average of 23, 9 grams and for the average feed
yield using 100% (main food in the form of grasshoppers), which is 28.2 grams. From these
averages can be learned that varying feeding will have a better productivity impact if compared
to just one type of feed to increase kroto productivity.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semut rangrang adalah serangga sosial yang mempunyai peranan penting dalam
ekosistem, yaitu sebagai predator bagi berbagai serangga (Mele, 2008). Semut rangrang disebut
juga sebagai weaver ant yang memiliki cara hidup khas yaitu merajut daun-daun pada pohon
untuk membuat sarang (Mele & Nguyen, 2007). Semut ini sangat agesif, berlimpah dan menjaga
kawasannya dari predator. Telur, larva dan pupa (kroto) adalah yang umumnya sering
dimanfaatkan. Kroto biasanya digunakan sebagai pakan burung, umpan memancing ikan, serta
untuk pakan ayam karena diyakini dapat mempercepat baik pertumbuhan bulu maupun produksi
daging (Cesard, 2004). Kroto menjadi salah satu bahan pakan yang digemari karena kandungan
proteinnya yang tinggi. Bahkan di beberapa negara seperti Thailand dan Filipina tidak
membudidayakan kroto untuk pakan burung atau ikan saja, tetapi juga sebagai bahan pangan
bagi manusia juga. Bagi mereka, kroto memiliki cita rasa yang lembut layaknya krim (Prayoga,
2013).
Peranan utama semut rangrang adalah sebagai salah satu agen pengendali hayati dalam
dunia pertanian yang memiliki beberapa manfaat. Menurut Offenberg et al., (2013), dalam teknis
budidaya pertanian, semut rangrang telah digunakan dalam proses pengendalian hayati di Negara
Australia yang mampu mengendalikan ulat pada buah mangga dan jambu mete. Sesuai dengan
pernyataan Juriyanto (2013), semut rangrang dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa
berbagai jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, dan serangga pemakan buah.
Semut rangrang memiliki posisi penting secara ekologi di hutan, perkebunan kakao dan
lingkungan berhutan lain yang dihuni, selain itu semut rangrang juga telah menjadi objek dari
semakin banyaknya studi lapangan (Holldobler & Wilson, 1977).
Kroto yang tersedia di pasaran berasal dari alam, sedangkan alam tidak selalu mampu
menyediakan kroto apalagi di saat musim penghujan. Di sisi lain permintaan kroto terus
mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil survei Kroto Research Institute pada tahun 2008–
2013 menyebutkan permintaan pasar di daerah jakarta dan sekitarnya mencapai ratusan kilogram
per hari (Prayoga, 2014). Keberadaan kroto semakin lama semakin langka, hal ini tidak bisa
dibiarkan terus-menerus. Budidaya kroto dipandang sebagai jalan keluar untuk mendapatkan
kroto dalam jumlah banyak dan kontinyu (Kroto Research Institute, 2012). Selain untuk
memenuhi permintaan pasar, budidaya semut rangrang juga diperlukan untuk keseimbangan
ekosistem di alam.
Pemberian pakan dilakukan 1 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi hari. Makanan yang
diberikan berupa belalang, jangkrik, ulat hongkong, belalang dan jangkrik, belalang dan ulat
hongkong dan ulat hongkong dan jangkrik. 1 baskom diisi oleh 1 botol yang berisi semut
rangrang. Setiap harinya pakan yang diberikan berjumlah 2 gram. Pemberian minum dilakukan
dengan memberikan air gula. Pemberian minum dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi
hari dan sore hari dengan jumlah 20 ml/hari untuk 1 sarang semut rangrang. Pembersihan
kandang dilakukan 2 hari 1 kali yang bertujuan untuk menjaga kondisi meja produksi agar tetap
bersih. Pelaksanaan proses budidaya dilakukan kurang lebih selama 60 hari hingga mencapai
waktu panen ( Prasetyo, 2015 )
Menurut Prayoga (2013), pakan merupakan komponen yang sangat penting sebagai sumber
nutrisi bagi ternak semut rangrang untuk berproduksi. Zat gizi utama yang diperlukan oleh semut
rangrang sama dengan hewan ternak lain, yakni protein dan karbohidrat (gula). Protein
merupakan salah satu zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh semut terutama untuk tujuan
produksi, karena protein ini setelah dimetabolismekan dalam tubuh, dicerna dan diserap, maka
akan didapatkan hasil akhir yang merupakan hasil produksi (output) dari ternak (Mele & Cuc,
2007). Peranan protein sangat penting dalam tubuh ternak, tidak saja sebagai penentu kualitas
produksi, tetapi juga untuk keperluan hidup pokok dan aktivitasnya. Kebutuhan protein
disesuaikan dengan kemampuan ternak dalam mengkonsumsi protein serta mempertimbangkan
keseimbangan zat-zat makanan karena mempengaruhi kecepatan pertumbuhan (Scott et al.,
1992).
1.2 Rumusan Masalah
Semut rangrang adalah hewan potensial karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi
karena hasil dari produksi semut rangrang yaitu kroto memiliki nilai jual yang cukup tinggi.
Kroto adalah makanan favorit bagi burung kicau dan ikan hias karena mengandung protein yang
tinggi serta vitamin yang banyak yang baik untuk performa burung kicau dan ikan hias. Tetapi
karena tinggi nya kebutuhan akan kroto menyebabkan menurun nya populasi semut rangrang di
alam karena eksploitasi yang berlebihan. Oleh karena itu di butuhkan nya penelitian yang
bertujuan untuk memberikan informasi pakan yang baik guna meningkatkan produktivitas semut
rangrang sehingga populasi semut rangrang akan selalu terjaga.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian pakan Belalang
(Caelifera) dan Lalat Buah (Drosophila melanogaster) terhadap produktivitas kroto Semut
Rangrang.
1.4 Hipotesis
Pemberian pakan belalang dan lalat buah dapat meningkatkan produktivitas semut
rangrang.
Penelitian ini di laksanakan mulai 17 mei s/d 29 agustus 2018 penelitian ini bertempat di
UNIB depan, jalan Budiono 3, gang beringin 4 pondokan Rayhan, Kota Bengkulu.
Pencarian pakan semut rangrang di lakukan di alam bebas atau di lakukan di sekitar rumah.
Lalat buah dapat di tangkap dengan cara menggunakan buah atau kulit buah yang di diamkan
sampai membusuk yang guna nya untuk memancing lalat buah untuk mendekat. Sedangkan
belalang dapat dicari di sekitar rumah, di dekat rawa serta di sawah.
Hal pertama yang harus di lakukan adalah membuat rak susun dan menyediakan media
pengganti sarang semut rangrang. Rak susun dapat di buat menggunakan kayu atau dari bamboo
yang ukuran nyadi sesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan media pengganti sarang semut
rangrang dapat menggunakan toples atau paralon.
Persiapan sebelum berburu sarang semut rangrang dapat dilakukan dengan beberapa
tahap dan langkah ;
1. Menyurvey lokasi dimana semut rangrang membuat sarang, hal ini dapat
dilakukan sore hari.
2. Menuju lokasi dengan membawa peralatan yang dibutuhkan seperti : gunting
ranting dan gunting dahan, sarung tangan yang sudah dilumuri tepung tapioka
pada bagian luar, bak besar/ ember yang sudah dilumuri tepung tapioka pada
bagian dalam mulai tengah sampai atas, toples yang sudah di beri lubang sebesar
rokok dan sudah di tutup sementara menggunakan solasi/ lakban.
1. Menggunakan sarung tangan yang sudah dilumuri tepung tapioka pada bagian luar.
2. Memotong daun/ ranting yang menjadi sarang semut dengan gunting ranting bila
rendah atau gunting dahan bila tinggi. Terkadang koloni semut membuat sarang
sampai 3 ranting yang mempunyai banyak daun. sarang semut di ambil dengan hati-
hati dan jangan sampai rusak/ terbelah ketika jatuh ke tanah.
3. Memasukkan sarang semut dalam bak besar atau ember yang sudah dilumuri tepung
tapioka pada bagian dalamnya. Menggunakan ember yang ada penutupnya bila masih
akan memotong sarang lagi. Menggunakan Bak besar bila langsung dipindah ke
toples.
4. Memotong dan membersihkan daun dan ranting sarang semut yang ada di bak/ ember
plastik yang baru diambil dari pohon dengan gunting ranting dalam keadaan tangan
masih menggunakan sarung tangan.
5. Menumpahkan semut yang sudah bersih dari daun dan ranting pada toples yang sudah
di siapkan dan sudah ditutup lubang semutnya dengan solasi/ lakban. Kemudian
menutup rapat toples dengan menggunakan tutupnya. Membiarkan selama minimal 2
jam dan maksimal semalam sebelum dibuka solasi/ lakban yang menutup lubang pintu
semut. Hal ini maksudnya adalah agar semut tenang dan beradaptasi dengan sarang
baru.
6. Meletakkan toples semut pada meja/ rak kayu yang sudah disiapkan dengan makanan (
lalat buah dan belalang ) dan air manis/gula dalam nampan kecil pada masing-masing
perlakuan. Setelah semalam dalam toples dan sudah berada di rak kayu kemudian
membuka solasi/ lakban penutup lubang pintu semut.
Tahapan kedua : Yaitu dengan cara memijahkan semut-semut yang berada di toples
penuh semut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membongkar sarang semut di toples yang
sudah penuh. Membongkar maksudnya mengambil toples sarang semut dari rak kemudian
ditumpahkan pada bak/ ember dan seterusnya di pindah ke toples-toples baru yang sudah
dipersiapkan. Sebelum dipindahkan ke toples-toples baru sebaiknya ditakar dengan gelas air
mineral yakni minimal berisi semut 1/3 gelas.
tahapan ketiga : Yakni dengan cara membiarkan semut-semut pindah secara alami. Kita
cukup meletakkan toples kosong didekat toples sarang semut yang sudah penuh. Secara naluri
semut rangrang akan mencari tempat tinggal baru dan membentuk sarang baru ketika sarang
mereka sudah penuh sesak atau rusak. Karena mereka ( generasi kedua dan seterusnya ) sudah
tidak kenal daun atau pohon maka mereka akan mencari toples yang kosong untuk dijadikan
tempat tinggal baru ( Umam, 2012).
1. Menyiapkan bak/ ember plastik, Strimin kawat kecil, Sarung tangan . Kemudian
memasukkan strimin kedalam ember yang telah kita siapkan.
2. Ambil toples sarang semut Rangrang yang sudah penuh kroto
3. Tuangkan toples sarang semut kedalam ember plastik yang sudah diberi strimin kawat
sambil digoyang-goyang
Pada waktu toples sarang semut dituangkan dan di goyang-goyang kroto akan jatuh
kedalam ember dan semut akan menempel pada strimin kawat. Setelah kroto
dituangkan/ditumpahkan dalam bak/ ember kemudian mengembalikan semut yang ada pada
strimin cukup letakkan strimin pada lapisan rak/ meja yang kosong dan semut akan kembali
ke toples sarang semut dalam waktu 1 – 2 jam ( Umam, 2012 ).
2.5 Variabel Pengamatan
Variable yang di amati dalam penelitian yang akan saya lakukan hanya
membandingkan produktivitas kroto dari semut rangrang yaitu membanding kan berat kroto
dari setiap kali panen ( membandingkan per-setiap perlakuan ). yang di akibatkan oleh
pemberian sumber pakan yang berbeda.
2.6 Analisis Data
Data hasil pengamatan di analisis menggunakan Analysis Of Varian ( ANOVA ).
Pemeliharaan semut rangrang berlangsung selama empat bulan yaitu dari bulan mei
sampai bulan agustus. Dalam pemeliharaan semut rangrang ada beberapa yang harus
dilakukan di antara nya :
1. Mendomestikasikan semut rangrang dari sarang yang lama ke sarang yang baru
dengan cara memanipulasi suhu di sekitar nya dengan menggunakan kipas angin
yang di hidupkan dari pukul 9:00 pagi sampai sore pukul 17:00 dan melakukan
semprotan air di sekitar area sarang pada pukul 11:00, pukul 13:00 dan pukul 15:00.
2. Pemberian pakan lalat buah dan belalang sudah di lakukan di awal domestikasi agar
semut mulai membiasakan diri dengan pakan yang telah di sediakan.
3. Pemberian pakan di lakukan pada pagi dan sore hari karena semut rangrang
cenderung aktif mencari makan pada pagi dan sore hari karena cuaca yang tidak
begitu panas, sedangkan pemberian pakan air gula di lakukan 2-3 hari sekali
tergantung habis atau tidak nya air gula yang telah di sediakan.
4. Pemberian pakan dan air minum di lakukan secara ad-libitum.
1. Tabel 1 Hasil panen kroto dengan pakan 100% berupa lalat buah.
F11 F12
No Hasil Panen Tanggal Panen Hasil Panen Tanggal Panen
(gr) (gr)
1 23,5 12 juni 2018 21,0 17 juni 2018
2 25,5 29 juni 2018 25,8 5 juli 2018
2. Tabel 2 Hasil panen kroto dengan pakan 100% berupa belalang
F21 F22
No Hasil panen Tanggal Panen Hasil Panen Tanggal Panen
(gr) (gr)
1 28,3 10 agustus 2018 27,5 21 juli 2018
2 29,1 29 agustus 2018 28,0 11 gustus
2018
3. Tabel 3 Hasil panen kroto dengan pakan campuran ( 50% berupa lalat buah dan 50%
berupa belalang ).
F31 F32
No Hasil panen Tanggal Panen Hasil Panen Tanggal Panen
(gr) (gr)
1 30,5 22 juli 2018 27,5 21 juli 2018
2 28,7 10 agustus 2018 28,7 8 agustus 2018
3.2 Pembahasan
Menurut Prayoga (2013), pakan merupakan komponen yang sangat penting sebagai
sumber nutrisi bagi ternak semut rangrang untuk berproduksi. Zat gizi utama yang diperlukan
oleh semut rangrang sama dengan hewan ternak lain, yakni protein dan karbohidrat (gula).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh semut terutama untuk
tujuan produksi, karena protein ini setelah dimetabolismekan dalam tubuh, dicerna dan diserap,
maka akan didapatkan hasil akhir yang merupakan hasil produksi (output) dari ternak (Mele &
Cuc, 2007). Peranan protein sangat penting dalam tubuh ternak, tidak saja sebagai penentu
kualitas produksi, tetapi juga untuk keperluan hidup pokok dan aktivitasnya. Kebutuhan protein
disesuaikan dengan kemampuan ternak dalam mengkonsumsi protein serta mempertimbangkan
keseimbangan zat-zat makanan karena mempengaruhi kecepatan pertumbuhan (Scott et al.,
1992).
1. Tabel 1 Hasil Panen Kroto dengan Pakan 100% Lalat Buah.
F11 F12
No Hasil Panen Tanggal Panen Hasil Panen Tanggal Panen
(gr) (gr)
1 23,5 12 juni 2018 21,0 17 juni 2018
2 25,5 29 juni 2018 25,8 5 juli 2018
Drosophila melanogaster merupakan serangga yang kecil, sedikit lebih kecil dari pada
lalat rumah. Warna nya coklat kekuningan dengan garis membujur kuning pada punggung nya.
Adapula yang berwarna merah atau hitam tergantung pada jenisnya, perut berbentuk bulat, yang
betina agak runcing. Lalat betina merupakan penyebab terjadi nya kerusakan pada buah-buahan
karena lalat inilah yang meletakkan telur-telurnya ke dalam buah dengan alat peletak telurnya
(ovipositor). Telur- telur tersebut menetas menjadi larva atau belatung yang merusak buah-
buahan. Larva dewasa akan menjatuhkan diri ke tanah dan selanjutnya akan berubah menjadi
pupa. Selama masa ini, pupa berpuasa dan hanya berdiam diri untuk mempersiapkan diri menjadi
lalat buah dewasa (Ashari, 2006). Pakan Drosophila melanogaster di peroleh dari cairan manis
buah-buahan, eskudat bunga, nectar, embun madu yang di keluarkan oleh kutu-kutu homopetra
dan kotoran burung (Putra, 1997).
Berdasarkan table 1 di atas pemanenan kroto untuk perlakuan F11, pemanenan pertama di
lakukan pada tanggal 12 juni 2018 dengan berat kroto 23,5 gram, setelah 17 hari hasil panen
meningkat pada panen kedua yang di lakukan pada tanggal 29 juni 2018 dengan berat kroto 25,5
gram. Sedangkan untuk F12, pemanenan pertama dilakukan pada tanggal 17 juni 2018 dengan
berat kroto 21,0 gram, setelah 18 hari panen kedua di lakukan yaitu pada tanggal 5 juli 2018
dengan berat kroto 25,8 gram. Lama masa panen dapat di akibatkan oleh beberapa factor di
antara nya pakan yang baik, mengatur pencahayaan di dalam kandang, suhu dan kelembaban
kandang, mengontrol oli pada kaki rak, dan pembersihan dasar rak secara rutin. Perbedaan berat
panen dapat terjadi karena di bulan pertama kroto masih belum terbiasa dengan lingkungan baru
nya sehingga produksi tidak maksimal.
F21 F22
No Hasil panen Tanggal Panen Hasil Panen Tanggal Panen
(gr) (gr)
1 28,3 10 agustus 2018 27,5 21 juli 2018
2 29,1 29 agustus 2018 28,0 11 agustus 2018
Berdasarkan dari table 2 di atas untuk F21 panen pertama di lakukan pada tanggal 10
agustus 2018 dengan berat panen 28,3 gram, setelah 19 hari panen kroto meningkat pada panen
kedua yaitu pada tanggal 29 agustus 2018 dengan berat panen 29,1 gram. Sedangkan untuk F2 2
panen pertama di lakukan pada tanggal 21 juli 2018 dengan berat panen 27,5 gram, setelah 21
hari hasil panen meningkat pada panen kedua yaitu pada tanggal 11 agustus 2018 dengan berat
panen 28,0 gram. Kenaikan bobot produksi kroto dapat di karenakan jenis pakan yang di
gunakan merupakan sumber protein. Protein di butuhkan serangga untuk kebutuhan structural
nya, sebagai enzim, reseptor, serta untuk krbutuhan transport dan penyimpanan (chapman,1998).
3. Tabel 3 Hasil Panen Kroto dengan Pakan Campuran ( 50% Lalat Buah dan 50%
Belalang ).
F31 F32
No Hasil panen Tanggal Panen Hasil Panen Tanggal Panen
(gr) (gr)
1 30,5 22 juli 2018 27,5 21 juli 2018
2 28,7 10 agustus 2018 28,7 8 agustus 2018
Berdasarkan hasil table 3 di atas untuk F31 panen pertama di lakukan pada tanggal 22 juli
2018 dengan berat panen 30,5 gram, setelah 19 hari hasil panen menurun pada panen kedua
yaitu pada tanggal 10 agustus 2018 dengan berat panen 28,7 gram. Sedangkan untuk F32, panen
pertama di lakukan pada tanggal 21 juli 2018 dengan berat panen 27,5 gram, setelah 18 hari hasil
panen meningkat pada panen kedua pada tanggal 8 agustus 2018 dengan berat panen 28,7 gram.
Dari ketiga table tersebut menunjukan perbedaan berat produksi saat panen, hasil
produksi kroto yang berbeda dapat disebabkan karena nilai gizi yang terkandung di dalam pakan
hewan ternak (Offenberg & Wiwatwitaya, 2010). Salah satu faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan dari hasil produksi (individu) dan berat kroto yang dihasilkan adalah daya cerna
terhadap pakan yang diberikan. Jika di bandingkan daya cerna terhadap pakan yang di berikan,
dapat di ketahui bahwa daya cerna terhadap pakan belalang lebih baik dari pada pakan lalat buah,
karena beda rataan hasil produksi kroto saat panen di lakukan. Tetapi ketika pakan di campur
(50% belalang : 50% lalat buah) hasil rataan produksi lebih bagus di banding table 1 dan 2.
Semua itu dapat terjadi karena dengan pemberian pakan yang bervariasi dapat memberikan gizi
yang lebih banyak di bandingkan hanya dengan satu pakan saja.
Menurut Rahman (2015), semut rangrang menyukai lingkungan dengan suhu antara 26–
34 °C dan kelembaban relatif antara 62–92%. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh bagi
keberhasilan produksi kroto yang tinggi. Ratu mulai bertelur dalam sarang dengan suhu 23–27
°C dan intensitas cahaya sekitar 0,01–0,06 lm/m2. Suhu juga mempengaruhi perkembangan telur
menjadi larva. Pada suhu 30 °C, telur akan berubah menjadi larva dalam jangka waktu sekitar 8
hari (Suhara, 2009). Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan suhu ruangan tempat saya
melakukan penelitian berkisar antara 26-310C, jadi untuk mensiasati perbedaan suhu tersebut
agar ratu semut bias bertelur saya menyemprotkan air 3 kali sehari agar suhu di sekitar toples
tidak terlalu panas.
Dalam aktivitas pencarian pakan dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kebutuhan
internal, sumber makanan dan lingkungan fisik. Kebutuhan internal dipengaruhi oleh faktor lapar
dan produksi larva (Howard & Tschinkle, 1980), sedangkan lingkungan fisik dipengaruhi oleh
perubahan kelembaban, temperatur dan panjang hari (Porter & Tschinkle, 1987). Suhu
lingkungan merupakan faktor fisik yang berpengaruh secara langsung terhadap aktivitas
pencarian makan. Semut rangrang mulai mencari makan saat suhu udara 23–30 °C. Aktivitas
diurnal semut rangrang lebih besar dibandingkan aktivitas nokturnalnya, yaitu antara pukul
15.00–19.00 adalah waktu yang paling banyak digunakan semut rangrang untuk mencari makan
(Dejean, 1990 dalam Harlan, 2006).
1V. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa pakan yang baik untuk meningkatkan
produktivitas kroto semut rangrang adalah dengan menggunakan pakan campuran yaitu 50%
lalat buah dan 50% belalang, terlihat dari rataan hasil panen yaitu 28,8 gram, Sedangkan
hasil panen dengan menggunakan pakan 100% lalat buah hanya mempunyai rataan sebesar
23,9 gram dan untuk rataan hasil panen pakan yang menggunakan 100% belalang yaitu 28,2
gram. Dari rataan tersebut dapat di ambil pelajaran bahwa pemberian pakan yang bervariasi
akan memberikan dampak produktivitas yang lebih baik jika di bandingkan dengan hanya
satu jenis pakan saja guna untuk meningkatkan produktivitas kroto.
4.2 Saran
Budidaya kroto di kota Bengkulu masih memiliki potensi yang cukup besar untuk di
kembangkan dan di jadikan mata pencarian, karena kebutuhan akan kroto sendiri masih
cukup tinggi dan potensi pasar nya yang masih luas. Saya berharap ada pengusaha yang
mulai melirik bisnis ini karena bisnis budidaya kroto ini dapat menghindarkan semut
rangrang dari kepunahan akibat eksploitasi berlebihan yang di lakukan oleh pemburu kroto.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 2006. Holtikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Césard N. 2004. Harvesting and commercialisation of kroto (Oecophylla smaragdina) in the
Malingping area, West Java, Indonesia. Jakarta. pp.61-77
Chapman RF. 1998. The Insects: Structure and Function 4th editions. Australia: Cambridge
University Press. p 69-72
cott M.L, Nesheim M.C, and Young RJ. 1982. Nutrition of the Chicken. New York: Scott,
Ithaca. p. 119
Harlan I. 2006. Aktivitas Pencarian Makan dan Pemindahan Larva Semut Rangrang Oecophylla
smaragdina (formicidae: hymenoptera). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Biologi, Fakultas MIPA
IPB Bogor
Holldobler B.K, Wilson EO. 1977. Weaver Ants. These Social Insects Use Their Own Larvae as
Shuttles to Weave Leaves into Large Nests in The Rain Forests of Africa and Asia. Their
Behaviour is Coordinated by Complex Chemical Stimuli. Int J. Scientific American. 3: 146 –
154
Howard DF, Tschinkle WR. 1980. Aspect of Necoporic in The Red Imported Fire Ant. . Florida:
Departement of Biological Science. Florida State University.
Juriyanto. 2013. Untung Besar Budidaya Kroto dengan Aneka Metode Pengembangbiakan
Semut Rangrang. Yogyakarta: Araska
Kroto Research Institute. 2012. Metode Ternak. http://semutkroto.com/visi-dan-misi/. [16 April
2016]
Mele P.V, Cuc N.T.T. 2007. Ants as Friends: Improving your Tree Crops with Weaver Ants
(2nd Edition). Cotonou, Benin, and CABI, Egham, UK: Africa Rice Center (WARDA). 72
pp
Offenberg J, Thu C.N.T, and Decha W. 2013. The Effectivess of Weaver Ant (Oecophylla
smaragdina) Biocontrol in Southeast Asian Citrus and Mango. Asian Myrmecology. 5: 139–
149
Offenberg J, Wiwatwitaya D. 2010. Sustainable weaver ant (Oecophylla smaragdina) farming:
harvest yields and effects on worker ant density. Asian Myrmecology. 3: 55-62
Porter SD, Tschinkle WR. 1987. Foraging in Solonepsis invica Effect on Weather ands Season. .
Florida: Depertement of Biological Science. Florida State University.
Prasetyo D.E. 2015. Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Kroto Melalui Kombinasi
Komposisi Pakan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina). [Skripsi]. Jember: Program
Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Prayoga B. 2013. Kupas Tuntas Budidaya Kroto Cara Modern. Jakarta: Penebar Swadaya
Putra, N. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta: Kanisius.
Rahman AR. 2015. Pemanfaatan Nutrisi Cair Terhadap Kualitas dan Waktu Panen Kroto Semut
Rangrang (Oecophylla smaragdina). Jember: Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Suhara. 2009. Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina). Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi.
FMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia.
Umam Muftikhul. 2012. Panduan Budidaya Semut Kroto Praktis. Kalasan