Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, maka


dari itulah pemerintah mengatur hal ini sedemikian rupa, baik dalam aturan undang-
undang maupun kebijakan-kebijakan agar setiap individu berhak dan mendapatkan
pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Pendidikan diartikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Kemudian,
dalam arti luas, pendidikan adalah segala bentuk pengalaman belajar yang
berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat untuk
mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin sejak lahir sampai akhir hayat.
Dalam arti sempit, pendidikan identik dengan persekolahan tempat pendidikan
dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram dan terencana secara
formal.
Dalam undang - undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional merumuskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun sistem pendidikan yang ada di Indonesia menurut Undang-Undang No.


20 Tahun 2003 pasal 13 ayat 1 menegaskan bahwa, ”jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya”.
Pasal 1 Ayat12 : Pendidikan Non Formal adalah “jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.
Jalur Pendidikan Non Formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.

1
2

Sementara itu Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat 3 dijelaskan bahwa :
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
Menurut UU No. 25/1992, Koperasi didefinisikan sebagai:
“Badan usaha yang beranggotakan orang seorang, atau Badan Hukum Koperasi,
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan”.
Dalam UUD 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa :
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan”. Dan “bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”.
Karena dorongan cita – cita rakyat itu, undang – undang tentang perkoperasian
No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi selain badan usaha juga adalah
gerakan ekonomi rakyat.
Koperasi Wanita didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota yang
pada jenis koperasi ini berjenis kelamin perempuan. Untuk itu, keberhasilan
Koperasi Wanita perlu diperhatikan selain untuk menyejahterakan anggotanya
sebagai kaum perempuan juga dapat membuat perempuan lebih berdaya.
Menurut Pratama dan H. Ady (2015), awal berdirinya Koperasi Wanita
memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari perempuan dan
pemberdayaan perempuan. Allahdadi (2011) menyatakan, pemberdayaan
perempuan harus dirancang dan diimplementasikan dengan cara memenuhi
beragam kebutuhan perempuan dan proses partisipasinya merupakan hal penting.
Koperasi Wanita didirikan dalam rangka pemberdayaan perempuan.
Keberhasilan Koperasi Wanita dapat disebabkan beberapa faktor, yakni jumlah
anggota, modal, kualitas SDM, dan partisipasi anggotanya. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi usaha simpan
pinjam di Koperasi wanita. Koperasi wanita pada umumnya memiliki kegiatan
yang diorietasikan kepada pemenuhan kebutuhan dan pemecahan persoalan wanita
baik yang bersifat konsumtif, produktif maupun kesehatan reproduksi.
3

Prinsip-prinsip koperasi atau juga disebut sebagai sendi-sendi dasar dasar


koperasi ialah pedoman pokok yang menjiwai setiap gerak langkah pengelolaan
dan usaha koperasi. Prinsip ini juga penting dalam pengelolaan usaha koperasi.
Menurut Undang – undang No. 25 Tahun 1992
Prinsip – prinsip menurut undang – undang No. 25 tahun 1992 Pasal 5 dan
yang berlaku saat ini di Indonesia disebutkan prinsip koperasi adalah sebagai
berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU ) dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggota (andil anggota
tersebut dalam koperasi)
4. Pemberian balas jasa terhadap modal terbatas
5. Kemandirian
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerjasama antar koperasi

Prinsip menurut ICA ( International Cooperative Allience ) yang didirikan


pada tahun 1895 merupakan organisasi gerakan koperasi yang tertinggi didunia.
Dalam BAB IV Undang – undang NO. 12 Tahun 1967 yang membahas asas dan
sendi dasar koperasi, dimana dikatakan bahwa asas koperasi adalah kekeluargaan
dan kegotong – royongan, sednagkan dalam sendi dasar koperasdi di antaranya
dimasukan keanggotaan yang sukarela, pembagian sisa hasil usaha diatur menurut
masing – masing anggota, pembatasan bunga atas modal dan sebagainya, yang
semua ini oleh ICA dikelompokkan sebagai Cooperative Principles.
Sidang ICA pada tahun 1966 merumuskan prinsip – prinsip koperasi, dirinci
sebagai berikut:
 Keanggotaan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan yang dibuat –
buat ( Open and voluntarily membership )
 Kepimpinan yang demokrasi atas dasar satu orang satu suara (Democratic
control – one member one vote)
 Modal menerima bunag yang terbatas, itupun bila ada ( Limited interest of
capital)
 SHU dibagi tiga yaitu Sebagian untuk cadangan, Sebagian untuk masyarakat,
dan Sebagian untuk dibagikan kembali kepada anggota sesuai dengan jasa
masing – masing
4

 Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara terus menerus


(Promotion of Education)
 Gerakan koperasi harus melaksanakan kerja sama yang erat, baik di tingkat
regional, nasional, maupu internasional (Intercooperative network)
Koperasi Wanita “ANYELIR” berdiri pada tahun 2003, awal berdirinya
kopwan ini karena banyaknya masyarakat yang terlibat hutang pada rentenir.
Modal awal kopwan ini RP. 85.000 yang beranggota 7 orang, pada tahun 2008
koperasi ini berbadan hukum. Koperasi wanita “ANYELIR” merupakan salah satu
koperasi berbadan hukum, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup para
anggotanya. Kegiatan usaha Koperasi wanita “ANYELIR” bergerak dibidang
“simpan pinjam”. Besar pinjaman anggota diberikan secara berjenjang, naik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Permodalan berasal dari modal sendiri. Koperasi
ini dibangun dan dikembangkan oleh seorangt janda yang bernama ibu elsi
dengan pendidikan terakhir SMA sederajat. Koperasi ini dirasakan banyak
manfaatnya bagi anggota karna koperasi dibangun dan dikembangkansesuai dengan
nilai, prinsip dan dasar-dasar penumbuhan dan serta pengembangan koperasi.
Jumlah anggota pada tahun 2016 yaitu : 122 orang, anggota laki-laki 23
orang dan anggota perempuan 99 orang. Sistem pengembalian pinjaman yaitu
sipeminjam mengembalikan pinjaman langsung ke kantor Koperasi Wanita
“ANYELIR” . Batas waktu pengembaliaan 10 bulan. Jika tidak dilunasi dalam
jangka waktu maka kolektor yang bertugas menagih pinjaman yang macet dan
harus dilunaskan. Maka peneliti memfokuskan pada manajemen pengelolaan
kopwan “anyelir”. Tingkat kemacetan pada kopwan ini sangat kecil paling tinggi
10 %. Besarnya pinjaman minimal Rp. 1.000.000 dan maksimal Rp. 15.000.000.
prinsip-prinsip koperasi pada umumnya diterapkan atau dilaksanakan pada koperasi
wanita ini.tidak banyak koperasi yang menerapkan dan melaksanakan prinsip
koperasi dengan baik dan benar.
Oleh karna itu peneliti mengangkat judul “Pelaksanaan Prinsip-Prinsip
Koperasi Usaha Simpan Pinjam Di Koperasi Wanita Anyelir”
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah secara
umum yaitu bagaimanakah Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi Usaha Simpan
Pinjam Di Koperasi Wanita Anyelir?
Rumusan masalah secara khususnya yaitu
1. Apakah Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka pada kopwan anyelir
2. Apakah Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Bagaimanakah Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU ) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggota (andil
anggota tersebut dalam koperasi)
4. Apakah Pemberian balas jasa terhadap modal terbatas
5. Apakah Kemandirian koperasi ini berjalan dengan baik
6. Apakah pengurus diberikan Pendidikan perkoperasian
7. Bagaimanakah Kerjasama antar koperasi wanita anyelir dengan koperasi
lainnya

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan penelitian secara
umum yaitu untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Prinsip-Prinsip
Koperasi Usaha Simpan Pinjam Di Koperasi Wanita Anyelir?
Tujuan penelitian secara khususnya yaitu
1. Untuk mengetahui Apakah Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
pada kopwan anyelir
2. Untuk mengetahui Apakah Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Untuk mengetahui Bagaimanakah Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU )
dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing –
masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi)
4. Untuk mengetahui Apakah Pemberian balas jasa terhadap modal terbatas
5. Untuk mengetahui Apakah Kemandirian koperasi ini berjalan dengan baik
6. Untuk mengetahui Apakah pengurus diberikan Pendidikan perkoperasian
7. Untuk mengetahui Bagaimanakah Kerjasama antar koperasi wanita anyelir
dengan koperasi lainnya
6

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada koperasi wanita “anyelir” Jl.
Iskandar 12 Rt.03 No.17 Kel. Tengah Padang Kec.Teluk Segara Kota
Bengkulu pada tahun 2016.

E. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang judul penelitian, maka yang menjadi fokus
penelitian ini adalah pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi usaha simpan
pinjam di koperasi wanita anyelir.
Subjek penelitian ini adalah pengelola koperasi, bendahara koperasi dan
sekretaris koperasi.

F. Deskripsi Konsep Oprasional


Setelah ditetapkan fokus yang ada didalam penelitian ini, setiap fokus
penelitian dideskripsi supaya jelas cakupan dari fokus penelitian ini. Deskripsi
Konsep Oprasional tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan sebagai
berikut:
1. Koperasi
Menurut UU No. 25/1992, Koperasi didefinisikan sebagai:
“Badan usaha yang beranggotakan orang seorang, atau Badan
Hukum Koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip-prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan azas kekeluargaan”.
Dalam UUD 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa :
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan”. Dan “bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
ialah koperasi”. Karena dorongan cita – cita rakyat itu, undang –
undang tentang perkoperasian No. 25 Tahun 1992 menyatakan
bahwa koperasi selain badan usaha juga adalah gerakan ekonomi
rakyat.
7

2. Koperasi wanita
Koperasi Wanita didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota yang pada jenis koperasi ini berjenis kelamin perempuan. Untuk
itu, keberhasilan Koperasi Wanita perlu diperhatikan selain untuk
menyejahterakan anggotanya sebagai kaum perempuan juga dapat
membuat perempuan lebih berdaya.
Menurut Pratama dan H. Ady (2015), awal berdirinya Koperasi
Wanita memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari perempuan
dan pemberdayaan perempuan. Allahdadi (2011) menyatakan,
pemberdayaan perempuan harus dirancang dan diimplementasikan dengan
cara memenuhi beragam kebutuhan perempuan dan proses partisipasinya
merupakan hal penting.
Koperasi Wanita didirikan dalam rangka pemberdayaan perempuan.
Keberhasilan Koperasi Wanita dapat disebabkan beberapa faktor, yakni
jumlah anggota, modal, kualitas SDM, dan partisipasi anggotanya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan prinsip-prinsip
koperasi usaha simpan pinjam di Koperasi wanita. Koperasi wanita pada
umumnya memiliki kegiatan yang diorietasikan kepada pemenuhan
kebutuhan dan pemecahan persoalan wanita baik yang bersifat konsumtif,
produktif maupun kesehatan reproduksi.
3. Prinsip-prinsip koperasi
Prinsip-prinsip koperasi atau juga disebut sebagai sendi-sendi dasar
dasar koperasi ialah pedoman pokok yang menjiwai setiap gerak langkah
pengelolaan dan usaha koperasi. Prinsip ini juga penting dalam
pengelolaan usaha koperasi.
Menurut Undang – undang No. 25 Tahun 1992 Prinsip – prinsip
menurut undang – undang No. 25 tahun 1992 Pasal 5 dan yang berlaku
saat ini di Indonesia disebutkan prinsip koperasi adalah sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
8

3. Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU ) dilakukan secara adil sebanding


dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggota (andil anggota
tersebut dalam koperasi)
4. Pemberian balas jasa terhadap modal terbatas
5. Kemandirian
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerjasama antar koperasi

G. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoris
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi
usaha simpan pinjam . Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
acuan dan dasar untuk memperkaya konsep-konsep mengenai pelaksanaan
prinsip-prinsip koperasi usaha simpan pinjam.
2. Secara Praktis
Dapat memberikan sumbangsi baik kepada Peneliti, Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah, dan Lembaga terkait.
a. Bagi Peneliti Merupakan penambahan wawasan dan pengetahuan
tentang pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi usaha simpan pinjam.
Selain itu peneliti juga mendalami keilmuan yang dipelajari di Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah FKIP UNIB. Terkhusus mengetahui
lebih dalam mengenai pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi usaha
simpan pinjam.
b. Bagi Program Studi : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
yang dapat digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya bagi
mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah FKIP UNIB khususnya penelitian
pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi usaha simpan pinjam .
c. Bagi Lembaga Terkait Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
dapat digunakan dalam untuk reperensi penelitian berikutnya
9

BAB II
KAJIAN TEORI

A. KONSEP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)


1. Pengertian Pendidikan Nonformal ( Pendidikan Luar Sekolah)
Menurut UUD 1945 Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 73 Tahun 1991 menjelaskan bahwa PLS adalah kumpulan
individu yang menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu sama
lain untuk mengikuti program pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah
dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Sedangkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:
Pengertian Pendidikan Luar Sekolah yaitu:Jalur pendidikan yang
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Non Formal menurut undang-


undang yaitu sekumpulan individu atau masyarakat yang hidup bersama untuk
melakukan suatu kegiatan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan yang dilakukan
sepanjang hayat.
Pengertian pendidikan Pendidikan Luar Sekolah juga dikemukakan oleh para
ahli, seperti yang dikemukakan oleh :
Napitulu (1981) dalam Sudjana (2001) bahwa pengertian Pendidikan Luar
Sekolah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
diluar sistem persekolahan, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan
sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan
potensi manusia (sikap, tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia
seutuhnya yang gemar belajar, mengajar dan mampu meningkatkan taraf
hidupnya.
Konsep menurut Kaplan dalam Ahmadi (1964: 45): PLS adalah sebuah bentuk
citra mental yang digunakan sebagai alat memadukan pengamatan dan
pengalaman yang memiliki kesamaan. Konsep pendidikan luar
sekolah muncul atas dasar hasil observasi yang hasilnya diketahui persamaan
dan perbedaan ciri-ciri pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah.
Pendidikan luar sekolah juga memiliki sistem, prinsip, paradigma yang relatif
berbeda dengan pendidikan sekolah.
Menurut Ahmadi ( 2015:164 ) Pendidikan non formal atau pendidikan luar
sekolah (PLS) ,ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakankan dengan
sengaja,tertib, dan berencana,diluar kegiatan persekolahan.

9
10

Jadi, menurut pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan


Non Formal atau Pendidikan Luar Sekolah merupakan suatu jalur pendidikan yang
dilakukan diluar pesekolahan baik secara terorganisir atau direncanakan yang tidak
kalah penting fungsinya dengan pendidikan formal lainnya.Karena Pendidikan Non
Formal adalah penyempurna keterbatasan fungsi dari Pendidikan Formal tersebut.
2. Sistem Pendidikan Nonformal ( Pendidikan Luar Sekolah)
Menurut Drs. Liang Gie dalam Soelaman Joesoef (2004 : 51) bahwa:
Sistem adalah suatu rangkaian prosedur yang telah merupakan suatu
kebulatan untuk melaksanakan sesuatu fungsi. Dengan sistem pendidikan
luar sekolah berarti adanya suatu pola tertentu untuk melakukan pekerjaan
atau fungsi yakni mendidik, pekerjaan atau fungsi mana berbeda dengan
pekerjaan atau fungsi sistem pendidikan formal.
Pada hakikatnya, Pendidikan luar sekolah adalah sub sistem pendidikan
nasional, yaitu suatu sistem yang memiliki tujuan jangka pendek dan tujuan
khusus yakni memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang fungsional bagi masa
sekarang dan masa depan. Komponen atau sub sistem yang ada pada sistem
pendidikan luar sekolah adalah masukan saran (instrumen input), masukan mentah
(raw input), masukan lingkungan (environmental input), proses (process),
keluaran (out put) dan masukan lain (other input) dan pengaruh (impact).
3. Program Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan non formal diselenggarakan dengan sasaran semua lapisan
masyarakat yang memiliki keinginan untuk belajar dalam mengembangkan potensi
diri untuk meningkatkan taraf hidup melalui kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan belajarnya. Dalam memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang
bervariasi tersebut , lembaga pendidikan non formal terdiri dari berbagai program
yang diselenggarakan mulai dari usia dini,remaja, dewasa hingga usia lansia.
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas diatas, program
pendidikan non formal dapat dikelompok sebagai berikut:
1. Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skills)
UU No 20 tahun 2003 menyebutkan, bahwa Pendidikan kecakapan hidup
( life skills) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal ,
kecakapan sosial, kecakapan intelektual , dan kecakapan vokasional untuk
bekerja atau usaha sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut , disimpulkan bahwa
didalam pendidikan kecakapan hidup ( life skills) warga belajar di didik untuk
11

memperoleh kecakapan diri , pengetahuan umum, dan kecakapan berfikir kritis


yang dipergunakan untuk menumbuhkan ide-ide kreatif dalam menemukan jalan
untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup.
2. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang pendidikan pemberdayaan perempuan
adalah:
Pemberdayaan perempuan adalah pendidikan untuk mengangkat harkat
dan martabat perempuan. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tujuan pokok pendidikan pemberdayaan perempuan adalah
mengangkat harkat dan martabat pendidikan melalui berbagai kegiatan
yang bermanfaat dalam membentuk perempuan-perempuan yang hebat,
kreatif, inovatif dan cerdas, serta berintelektua

Sedangkan menurut Novian (2010) dalam kusnadi (2015) menjelaskan bahwa:


Pemberdayaan perempuan adalah upaya pemampuan perempuan untuk
memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik,
sosial, budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan
rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam
memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan
konsep diri. Pemberdayaan perempuan merupakan sebuah proses
sekaligus tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah kegiatan
memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat
menjadi berdaya.

Menurut Suyanto dalam Daulay (2006) bahwa pemberdayaan


perempuan adalah pemenuhan hak mereka untuk menentukan pilihan
dalam kehidupan dan mempengaruhi arah perubahan melalui
kesanggupan untuk melakukan kontrol atas sumber daya material dan
nonmaterial yang penting.

Mengukur keberhasilan program pembangunan menurut perspektif


gender, tidak hanya dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat atau
penurunan tingkat kemiskinan. Tetapi lebih kepada sejauhmana program mampu
memberdayakan perempuan. Dalam mengukur pengaruh sebuah kebijakan, dan
atau program pembangunan terhadap masyarakat menurut perspektif gender,
Moser mengemukakan dua konsep penting, yakni pemenuhan kebutuhan praktis
dan kebutuhan strategis gender.
Tujuan pemberdayaan perempuan adalah untuk menantang ideologi
patriarkhi yaitu dominasi laki – laki dan subordinasi perempuan, merubah struktur
12

dan pranata yang memperkuat dan melestarikan diskriminasi gender dan


ketidakadilan sosial (termasuk keluarga, kasta, kelas, agama, proses dan pranata
pendidikan). Pendekatan pemberdayaan memberi kemungkinan bagi perempuan
miskin untuk memperoleh akses dan penguasaan terhadap sumber – sumber
material maupun informasi, sehingga proses pemberdayaan harus mempersiapkan
semua struktur dan sumber kekuasaan.
Menurut Tan dalam Notopuro Hardjito (1984) mengatakan bahwa:
Argumentasi yang melihat implikasi pengaruhnya terhadap laki – laki
dari pemberdayaan perempuan ini adalah pemberdayaan ini juga
membebaskan dan memberdayakan kaum laki – laki dalam arti material
dan psikologis. Kaum perempuan memperkuat dampak gerakan politik
yang didominasi kaum laki – laki dengan memberikan energi, wawasan,
kepentingan dan strategi baru. lebih penting lagi dampak psikologis, jika
perempuan menjadi mitra setara maka kaum laki – laki dibebaskan dari
penindasan dan pengeksploitasian dari stereotip gender yang pada
dasarnya membatasi potensi laki – laki sebagaimana juga perempuan
untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan pribadinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan diperlukan upaya yang terpat. Salah satunya
melalui program pemberdayaan masyarakat. Dalam melaksanakan program
pemberdayaan semua pihak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi aktif mensukseskan program pemberdayaan tersebut, tanpa
terkecuali perempuan. Perempuan sebagai makhluk Tuhan yang memiliki
banyak potensi harus berperan aktif dalam kegiatan pemberdayaan. Sehingga
muncul istiliah pemberdayaan perempuan sebagai jawaban dari masalah
subordinasi dan asimetris kedudukan perempuan dengan laki – laki.
3. Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja
Program pendidikan Keterampilan dan pelatihan kerja merupakan
program pendidikan nonformal yang diselenggarakan dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat dalam menghadapi
problematika kehidupan dan persaingan dalam masyarakat. Tercantum dalam
UU No 20 tahun 2003 menjelaskan, bahwa pendidikan dan pelatihan kerja
dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penetapan
pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dunia
kerja.
13

B. KONSEP KOPERASI
1. PENGERTIAN KOPERASI
UUD 1945 menyatakan bahwa bangunan usaha yang sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia adalah koperasi. Koperasi merupakan gerakan
ekonomi rakyat yang dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan. inti dari
koperasi adalah kerja sama, yaitu kerja sama diantara anggota dan para
pengurus dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat
serta membangun tatanan perekonomian nasional. Sebagai gerakan ekonomi
rakyat, koperasi bukan hanya milik orang kaya melainkan juga milik oleh
seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Koperasi adalah juga gerakan yang terorganisasi yang didorong
oleh cita-cita rakyat mencapai masyarakat yang maju, adil dan makmur
seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) yang
menyatakan bahwa: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan”. Dan “bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
ialah koperasi”. Karena dorongan cita – cita rakyat itu, undang – undang
tentang perkoperasian No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi
selain badan usaha juga adalah gerakan ekonomi rakyat.
Pengertian koperasi berasal dari bahasa inggris co-operation yang
berarti usaha bersama.dengan kata lain berarti segala pekerjaan yang
dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat disebut sebagai koperasi.
Namun demikian yang dimaksud koperasi disini ialah suatu bentuk peraturan
dan tujuan tertentu pula perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu
untuk melakukan kegiatan tertentu.
definisi koperasi menurut ILO (International Labour
Organization) yang dikutip oleh Edilius & Sudarsono tahun 1993,
“koperasi adalah suatu kumpulan orang, biasanya yang memiliki
kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi
perubahan yang diawasi secara demokratis, masing-masing
memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan,
dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai
dengan usaha yang mereka lakukan.”
14

Definisi Koperasi Menurut Chaniago. Drs. Arifinal Chaniago (1984)


dalam bukunya Perkoperasian Indonesia memberikan definisi, “Koperasi
adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang – orang atau badan
hukum yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.
Definisi Koperasi Menurut Hatta untuk disebut koperasi, sesuatu
organisasi itu setidak – tidaknya harus melaksanakan 4 asas. Asas – asas
tersebut adalah :
1. Tidak Boleh dijual dan dikedaikan barang – barang palsu
2. harga barang harus sama dengan harga pasar setempat
3. Ukuran harus benar dan dijamin
4. Jual beli dengan Tunai. Kredit dilarang karena menggerakan hati orang
untuk membeli diluar kemampuannya.
Menurut Munkner mendefinisikan koperasi sebagai organisasi tolong –
menolong yang menjalankan “urusniaga” secara kumpulan, yang berazaskan
konsep tolong – menolong. Aktivitas dalam urusniaga semata – mata
bertujuan ekonomi, bukan social seperti yang dikandung gotong – royong.
Menurut Dr. Fay pada tahun 1908 memberikan definisi, “Koperasi
adalah suatu perserikatan dngan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas
mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak
memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing – masing
sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan
sebanding dengan kesempatan mereka terhadap organisasi”.
Definisi Koperasi Menurut Calvert dalam bukunya The Law and
Principles Of Cooperation memberikan definisi, “Koperasi adalah organisasi
orang – orang yang hasratnya dilakukan secara sukarela sebagai manusia
atas dasar kesatuan untuk mencapai tujuan masing – masing”.
Definisi Koperasi Menurut ICA ( International Cooperation Allience )
bukunya “The Cooperative Principles” karangan P.E. Weraman memberikan
definisi sebagai berikut, “ Koperasi adalah kumpulan orang – orang atau
badan hokum yang bertujuan untuk perbaikan social ekonomi anggotanya
15

dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan saling membantu


antara satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha
tersebut harus didasarkan atas prinsip – prinsip koperasi”.
Definisi Koperasi Menurut Prof. Marvin, A. Schaars, seorang guru
besar dari University Of Wisconsin, Madison USA, memberikan definisi “A
Coorperative is a business voluntary owned and controlled by is member
patrons, and operated for them and by them an a non profit or cost
basis”. Yang artinya, “Koperasi adalah suatu badan usaha yang secara suka
rela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya
dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nirlaba atau atas
dasar biaya”.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian koperasi
secara umum adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang
yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk
memperjuangkan peningkatan kesejateraan ekonomi anggotanya..

2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi


Landasan dan asas koperasi umumnya terdiri dari tiga hal sebagai
berikut yaitu:
a. Pandangan hidup dan cita-cita moral yang ingin dicapai suatu bangsa.
Unsur ini lazimnya disebut sebagai landasan cita-cita atau landasan idiil
yang menentukan arah perjalanan usaha koperasi
b. Semua ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur agar falsafah
bnagsa, sebagai jiwa dan cita-cita moral bangsa benar-benar dihayati
dan diamalkan. Unsur landasan koperasi ini di sebut sebagai landasan
structural.
c. Adanya rasa karsa untuk hidup dengan mengutamakan tindakan saling
menolong diantara sesame manusia berdasarkan ketinggian budi dan
harga diri, serta dengan kesadaran sebagai makhluk pribadi yang harus
bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap dasar yang
demikian dikenal sebagai asas koperasi.
16

Berdasarkan pasal2 UU No. 25/1992 ditetapkan sebagai asas koperasi


ialah kekeluargaan.
Tujuan Koperasi
Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil makmur
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar
1945. Dalam BAB II Pasal 3 Undang – undang RI No. 25 Tahun 1992,
menyatakan bahwa koperasi bertujuan untuk : “Memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang
– undang Dasar 1945”.
Menurut Bang Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang
sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah
partisipasi pelaku ekonomi skala kecil.
Selanjutnya fungsi koperasi tertuang dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun
1992 tentang perkoperasian, yaitu:
 Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
 Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
 Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai gurunya.
 Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi.

3. Pembentukan Koperasi
 Sekolompok orang yang akan mendirikan koperasi wajib memahami
pengertian, nilai dan prinsip-prinsip koperasi.
 Persyaratan Pendirian Koperasi:
1. Primer : 20 Orang
17

2. Sekunder : 3 Badan Hukum Koperasi


 Pendiri Koperasi Primer WNI cakap secara hukum dan mampu
melakukan perbuatan hukum.
 Pendiri Koperasi Sekunder adalah pengurus koperasi primer yang diberi
kuasa dari masing-masing koperasi primer untuk menghadiri rapat
pembentukan koperasi sekunder.
 Usaha harus layak secara ekonomi, dikelola secara efisen dan mampu
memberikan manfaat ekonomi bagi anggota.
 Modal harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha.
 Memiliki tenaga trampil dan mampu untuk mengelola koperasi
Persiapan Pembentukan
 Pejabat dinas Koperasi memberikan penyuluhan
 Rapat Persiapan Pembentukan Koperasi
 Menyusun rencana AD/ART (materi)
Rapat Pembentukan Koperasi
1. Rapat Pembentukan
 Primer 20 Orang
 Sekunder 3 Koperasi
2. Dipimpin 1 atau beberapa Pendiri atau wakil pendiri
3. Dihadiri Pejabat pejabat Dinas koperasi.
Rapat Pembentukan Menghsilkan
1. Pengurus dan Pengawas pertama
2. Anggaran Dasar
 Daftar nama pendiri
 Nama dan tempat kedudukan
 Jenis koperasi
 Maksud, tujuan & Bidang Usaha
 Ketentuan mengenai keanggotaan
 Ketentuan menganai rapat anggota
 Ketentuan mengenai pengelolaan
 Ketentuan mengenai permodalan
 Ketentuan jangka waktu berdiri
18

 Ketentuan pembagian SHU


 Ketentuan mengenai sanksi
3. Berita Acara Pendirian
4. Notulen Rapat Pendirian

C. KONSEP KOPERASI WANITA


1. Pengertian koperasi wanita
Menurut Pratama dan H. Ady (2015), awal berdirinya Koperasi
Wanita memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari perempuan
dan pemberdayaan perempuan. Allahdadi (2011) menyatakan,
pemberdayaan perempuan harus dirancang dan diimplementasikan dengan
cara memenuhi beragam kebutuhan perempuan dan proses partisipasinya
merupakan hal penting.

Koperasi wanita adalah koperasi (primer maupun sekunder)2


dan berbadan hukum yang pengurus atau anggotanya adalah wanita
dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan atau dikembangkan berdasar pada
kebutuhan dan persoalan perempuan.
Koperasi aktif dan Koperasi tidak aktif;
Koperasi dimana kepengurusan, keanggotaan maupun kegiatannya
berjalan secara rutin.
1. Melaksanakan RAT 3 tahun berturut-
turut.
2. Melayani kebutuhan anggota sesuai jenis koperasi (penyediaan
modal untuk anggota, penyediaan bahan baku produksi, kebutuhan
harian, dll).

2. Jenis Koperasi
berdasarkan kondisi emperis di Indonesia,jenis koperasi di
kelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya para
produsen barang/jasa.Contoh koperasi susu.
2. Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya konsumen akhir
19

atau pemakai barang /jasa. Contoh koperasi waserda.


3. Koperasi jasa adalah koperasi yang anggotanya pemakai jasa yang
diberikan oleh koperasi
4. Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan
berbagai kegiatan usaha.
5. Koperasi Primer adalah koperasi yang anggotanya orang-orang yang
memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha
yang langsung melayani langsung para anggotanya.
6. Koperasi Sekunder adalah yang beranggotkan badan-badan hukum
koperasi karena kesamaan kepentingan ekonomi mereka berfederasi
(bergabung) untuk tujuan efisiensi dan kelayakan ekonomi dalam
rangka melayani para anggotanya.
Volume usaha adalah total nilai penjualan/pendapatan barang dan
jasa pada tahun buku yang bersangkutan.
Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh
dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,penyusutan dan kewajiban
lainnya termasuk pajak dalam tahun buku bersangkutan.
Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
1. Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko (modal equity)
atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok,simpanan wajib, dana
cadangan dan hibah.
2. Modal pinjaman adalah modal yang dipinjam koperasi berasal dari
anggota, koperasi lainnya, bank/lembaga, penerbitan obligasi/surat
berharga dan sumber-sumber lainnya.
Kemitraan koperasi adalah kerjasama usaha koperasi dengan
sesama koperasi dan atau badan usaha lainnya:
1. Kemitraan horizontal adalah kerjasama usaha dalam jenjang wilayah
kerja yang sama.
2. Kemitraam vertikal adalah kerjasama usaha dalam jenjang wilayah
kerja yang lebih tinggi.
Partisipasi anggota adalah keterlibatan anggota dalam kegiatan
koperasi yang dapat berbentuk:
20

1. melakukan transaksi dengan koperasi (membeli barang/jasa dari


koperasi).
2. ikut serta dalam pengambilan keputusan (hadir dalam RAT).
3. ikut serta dalam pemupukan modal (simpanan pokok, wajib dan
sukarela)
4. ikut serta dalam pengawasan
5. ikut serta dalam menanggulangi risiko.
Aset koperasi adalah semua harta yang dimiliki secara sah oleh koperasi
yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap.
Tenaga kerja koperasi adalah orang yang bekerja secara penuh waktu
untuk koperasi dan mendapatkan imbalan tetap berupa gaji atau honor.
Pengurus koperasi terdiri dari ketua,sekertaris,bendahara dan pengawas
yang diangkat berdasarkan rapat anggota.
Pendidikan Pengurus adalah latar belakang tingkat pendidikan formal
yang dimiliki oleh pengurus koperasi mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah
Lanjutan Pertama (SLP), Sekolah Lanjutan Atas (SLA) dan Perguruan Tinggi.
Masalah Koperasi adalah disparitas antara kondisi yang diharapkan
untuk koperasi dengan kondisi yang nyata yang memberikan pengaruh negatif
internal maupun eksternal.

3.Sejarah koperasi wanita “Anyelir”


Koperasi Wanita “ANYELIR” berdiri pada tahun 2003, awal berdirinya
kopwan ini karena banyaknya masyarakat yang terlibat hutang pada rentenir.
Modal awal kopwan ini RP. 85.000 yang beranggota 7 orang, pada tahun 2008
koperasi ini berbadan hukum. Koperasi wanita “ANYELIR” merupakan salah satu
koperasi berbadan hukum, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup para
anggotanya. Kegiatan usaha Koperasi wanita “ANYELIR” bergerak dibidang
“simpan pinjam”. Besar pinjaman anggota diberikan secara berjenjang, naik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Permodalan berasal dari modal sendiri.
Koperasi ini dibangun dan dikembangkan oleh seorangt janda yang
bernama ibu elsi dengan pendidikan terakhir SMA sederajat. Koperasi ini
dirasakan banyak manfaatnya bagi anggota karna koperasi dibangun dan
21

dikembangkansesuai dengan nilai, prinsip dan dasar-dasar penumbuhan dan serta


pengembangan koperasi.
Jumlah anggota pada tahun 2016 yaitu : 122 orang, anggota laki-laki 23
orang dan anggota perempuan 99 orang. Sistem pengembalian pinjaman yaitu
sipeminjam mengembalikan pinjaman langsung ke kantor Koperasi Wanita
“ANYELIR” . Batas waktu pengembaliaan 10 bulan. Jika tidak dilunasi dalam
jangka waktu maka kolektor yang bertugas menagih pinjaman yang macet dan
harus dilunaskan. Maka peneliti memfokuskan pada manajemen pengelolaan
kopwan “anyelir”. Tingkat kemacetan pada kopwan ini sangat kecil paling tinggi
10 %. Besarnya pinjaman minimal Rp. 1.000.000 dan maksimal Rp. 15.000.000.
prinsip-prinsip koperasi pada umumnya diterapkan atau dilaksanakan pada koperasi
wanita ini.tidak banyak koperasi yang menerapkan dan melaksanakan prinsip
koperasi dengan baik dan benar.

D. KONSEP PRINSIP-PRINSIP KOPERASI


1. Pengertian prinsip-Prinsip koperasi
Prinsip-prinsip koperasi atau juga disebut sebagai sendi-sendi dasar
dasar koperasi ialah pedoman pokok yang menjiwai setiap gerak langkah
pengelolaan dan usaha koperasi. Prinsip ini juga penting dalam pengelolaan
usaha koperasi.
Menurut Undang – undang No. 25 Tahun 1992 Prinsip – prinsip
menurut undang – undang No. 25 tahun 1992 Pasal 5 dan yang berlaku saat
ini di Indonesia disebutkan prinsip koperasi adalah sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU ) dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggota (andil anggota
tersebut dalam koperasi).
d. Pemberian balas jasa terhadap modal terbatas
e. Kemandirian
f. Pendidikan perkoperasian
g. Kerjasama antar koperasi
22

Keanggotaan Bersifat Sukarela Dan Terbuka. Koperasi menerima


anggota secara terbuka bagi siapa saja yang berminat menjadi anggota dengan
tidak pandang status masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah
maupun atas, siapapun mempunyai hak yang sama untuk mendaftarkan diri
dan tidak bersifat memaksa dengan tidak mewajibkan seluruh masyarakat
untuk mendaftarkan diri sebagai anggota yang akan menjadi bagian dari
koperasi yang akan didirikan.
Pengelolaan Dilakukan Secara Demokrasi. Koperasi membentuk
struktur organisasi sesuai dengan ketentuan yang telah ada dengan
berlandaskan kekeluargaan yang menjunjung asas demokrasi dalam
penyelenggaraan rapat anggota, pembentukan pengawas, penentuan
pengurus,dan penunjukkan pengelola sebagai karyawan yang bekerja di
koperasi.
Pembagian SHU Dilakukan Secara Adil Sesuai Dengan Besarnya
Jasa Usaha Masing-Masing. Koperasi mempunyai tujuan untuk
mensejahterakan masyarakat pada umumnya dan anggota pada khususnya,
maka dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggotanya koperai berusaha
semaksimal mungkin untuk bersifat dan berlaku adil dan merata terutama
dalam hal pembagian sisa hasil usaha dengan mempertimbangkan aspek
kepercayaan dalam pengelolaan koperasi yang telah diberikan oleh masing-
masing anggota yang dinilai dalam bentuk besarnya jasa usaha.
Pemberian Balas Jasa Yang Terbatas Terhadap Modal. Koperasi
memberikan timbal balik kepada anggota yang telah menanamkan modalnya
dan mempercayakan koperasi dalam mengelola modal tersebut berupa balas
jasa yang sesuai dengan keadilan, keseimbangan dan keterbatasan seberapa
besar modal yang telah diberikan anggota dengan transparan agar anggota
jelas dan mengerti pemberian balas jasa yang diberikan koperasi sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Kemandirian. Koperasi berdiri dengan prinsip kemandirian dengan
tidak berada di bawah naungan organisasi lain dan tidak bergantung serta
mengandalkan organisasi lain, koperasi berdiri sendiri dengan membentuk
23

struktur organisasi sendiri untuk mengelola dan menjalankan kegiatan


usahanya dengan bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat.
Pendidikan Perkoperasian. Koperasi mempunyai arah dan tujuan
untuk dapat bekerja sama mengelola kegiatan yang bersifat positif
membutuhkan keahlian dalam pengopersiannya maka dibutuhkan pendidikan
dan pengarahan dalam penerapannya dengan bermaksud agar koperasi
sebagai wadah yang berlandaskan prinsip dan asas kekeluargaan dapat
bermanfaat, oleh karena itu pendidikan perkoperasian sangatlah dibutuhkan
sebagai dasar pembentukan koperasi.
Kerjasama Antar Koperasi. Koperasi dikatakan bersifat mandiri
dalam pengorganisasiannya tetapi dalam menjalankan kegiatan usahanya
koperasi tetap menjalin hubungan dan kerjasama antar koperasi berupa
komunikasi dan interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung karena
koperasi berlandaskan kekeluargaan dan dalam menjaga kelangsungan
kehidupan perkoperasian diusahakan selalu mengadakan kerjasama agar
dapat memperluas bidang usaha dan saling memberikan dukungan.
Beberapa prinsip – prinsip koperasi yang didapatkan dari berbagai sumber,
sebagai berikut :
1. Prinsip menurut Munkner
Hans H. Munkner menyarikan 12 prinsip koperasi yang ditunkan dari 7
variabel gagasan umum sebagai berikut :
 7 variabel gagasan umum :
1. Menolong diri sendiri berdasarkan kesetiakawanan ( self-help based
on solidarity )
2. Demokrasi ( democracy )
3. kekuatan modal tidak diutamakan ( neutaralited Capital )
4. ekonomi ( Economy )
5. Kebebasan ( Liberty )
6. Keadilan ( Equity )
24

7. Memajukan kehidupan social melalui pendidikan ( Social


Advancement Through Education )
 12 Prinsip koperasi :
1. Keanggotaan bersifat sukarela (Valuntarily membership )
2. Keanggotaan terbuka ( Open membership )
3. Pengembangan anggota ( Member Promotion )
4. Identitas sebagai pemilik dan pelanggan ( Identity of co-owners and
customers )
5. Manajemen dan pengawasan dilaksanakan secara demokratis
(Democratic management and control)
6. Koperasi sebagai kumpulan orang – orang ( Personal Cooperation)
7. Modal yang berkaitan dengan aspek social tidak dibagi (Indivisible
social capital)
8. Efisiensi ekonomi dari perusahaan koperasi (Economic efficiency of
the cooperative enterprise)
9. Perkumpulan dengan sukarela ( Valuntarily association )
10. Kebebasan dalam pengambilan keputusan dan penetapan tujuan
(Autonomy in goal setting and the decision making)
11. Pendistribusi yang adil dan merata akan hasil – hasil ekonomi (Fair
and just distribution of economic result)
12. Pendidikan anggota ( Member Education )
2. Prinsip menurut Rochdale ( Equitable Pioner’s Rochdale )
Prinsip – prinsip koperasi rochdale menurut bentuk dan sifat aslinya :
1. Pengawasan secara demokratis ( Democratic Control )
2. Keanggotaan yang terbuka ( Open membership )
3. Bunga atas modal dibatasi ( a fixed or limited interest on capital )
4. Pembagian sisa hasil usaha ( SHU ) kepada anggota sebanding dengan jasa
masing – masing anggota ( The distribution of surplus in dividend to the
members in proportion to their purchases )
5. Penjualan sepenuhnya dengan tunai ( Trading strictly on a cash basis )
25

6. Barang – barang yang dijual harus asli dan tidak dipalsukan ( Selling only
pure and unadulterated goods )
7. Netral terhadap politik dan agama ( Political and religious neutrality )
3. Prinsip menurut Raiffeisen
Prinsip Raiffeisen adalah sebagai berikut :
1.Swadaya
2.Daerah kerja terbatas
3.SHU untuk cadangan
4.Tanggung jawab anggota tidak terbatas
5.Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan
6.Usaha hanya kepada anggota
7.Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang
4. Prinsip menurut ICA ( International Cooperative alliance ) yang didirikan pada
tahun 1895 merupakan organisasi gerakan koperasi yang tertinggi didunia. Dalam
BAB IV Undang – undang NO. 12 Tahun 1967 yang membahas asas dan sendi
dasar koperasi, dimana dikatakan bahwa asas koperasi adalah kekeluargaan dan
kegotong – royongan, sednagkan dalam sendi dasar koperasdi di antaranya
dimasukan keanggotaan yang sukarela, pembagian sisa hasil usaha diatur menurut
masing – masing anggota, pembatasan bunga atas modal dan sebagainya, yang
semua ini oleh ICA dikelompokkan sebagai Cooperative Principles. Sidang ICA
pada tahun 1966 merumuskan prinsip – prinsip koperasi, dirinci sebagai berikut:
 Keanggotaan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan yang dibuat –
buat ( Open and voluntarily membership )
 Kepimpinan yang demokrasi atas dasar satu orang satu suara (Democratic
control – one member one vote)
 Modal menerima bunag yang terbatas, itupun bila ada ( Limited interest of
capital )
 SHU dibagi tiga :
1) Sebagian untuk cadangan
2) Sebagian untuk masyarakat
26

3) Sebagian untuk dibagikan kembali kepada anggota sesuai dengan jasa


masing – masing
 Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara terus menerus
(Promotion of Education)
 Gerakan koperasi harus melaksanakan kerja sama yang erat, baik di tingkat
regional, nasional, maupu internasional (Intercooperative network)
(http://arievaldo.wordpress.com/2011/10/03/pengertian-tujuan-dan-prinsip-prinsip-
koperasi)

2. Sejarah Prinsip Koperasi


Prinsip-prinsip koperasi atau juga disebut sebagai sendi-sendi dasar dasar
koperasi ialah pedoman pokok yang menjiwai setiap gerak langkah pengelolaan
dan usaha koperasi.
Prinsip koperasi bermula dari peraturan umum pengelolah koperasi
yang dikembangkan oleh pelopor-pelopor koperasi di Rochdale yang dikenal
dengan “prinsip-prinsip Rochdale”. Rumusan prinsip-prinsip koperasi Rochdale
ialah hasil dari pemikiran yang matang oleh kepahitan zaman dan teruji oleh
kenyataan sejarah yang didorong oleh semangat yang tinggi untuk mengangkat
martabat manusia.
Prinsip-prinsip Rochdale ini dijadikan contoh dan pedoman oeleh hamper
seluruh gerakan koperasi didunia. Meskipun pengambilan prinsip-prinsip
koperasi Rochdale termasuk tidak dilakukan seluruhnya, melainkan disesuaikan
dengan lingkungan serta budaya masyarakat setempat koperasi didirikan.
Namun demikian menurut Fauguet (1951), menyatakan bahwa setidak-tidaknya
ada 4 prinsip yang harus dipenuhi oleh setiap badan usaha yang ingin
menamakan dirinya koperasi. Keempat prinsip tersebut ialah :
a. Adanya pengaturan tentang keanggotaan organisasi yang berdasarkan
sukarela
b. Adanya ketentuan atau peraturan tentang persamaan hak antara para anggota
c. Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi anggota dalam
ketatalaksanaan dan usaha koperasi
27

d. Adanya ketentuan atau peraturan tentang perbandingan yang seimbang


terhadap hasil usaha yang diperoleh, sesuai dengan pemanfaatan jasa
koperasi oleh para anggotanya.

3. Ciri-ciri Koperasi
Dalam penyelenggaraan koperasi hamper tidak dapat dibedakan dengan
penyelenggaraan kegiatan bentuk-bentuk perusahaan lainya. Namun bila
dicermati lebih teliti, akan tampak adanya perubahan yang cukup mendasar
antara koperasi dengan bentuk perusahaan lainya. Perbedaan-perbedaan itulah
disebut sebagai ciri-ciri koperasi. Ciri-ciri koperasi dapat dilihat dari segi
pelakunya, tujuan usahanya dan hubungan dengan Negara.
a. Dilihat dari segi pelakunya, koperasi adalah organisasi ekonomi yang
beranggotakan orang-orang yang pada umumnya memiliki kemampuan
ekonomi yang terbatas, yang secara sukarela menyatuhkan dirinya didalam
koperasi. Dengan latar belakang seperti ini maka koperasi pada dasarnya
adalah suatu bentuk perusahaan alternatif, yang didikan warga masyarakat
berekonomi lemah, yang karna keterbatasan ekonominya tidak mampu
melibatkan diri dalam kerja sama ekonomi melalui bentuk-bentuk
perusahaan selain koperasi.
b. Dilihat dari tujuan usahanya, tujuan usaha koperasi pada dasarnya ialah
untuk memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejateraan
ekonomi para anggotanya karna anggota koperasi secara keseluruhan
terdiri dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda, maka tujuan koperasi
secara khusus akan ditentukan oleh permasalahan ekonomi yang dihadapi
oleh para anggotanya.
c. Dilihat dari segi hubungan dengan Negara,
28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Sasaran yang ingin di capai dalam penelitian ini diarahkan pada upaya
menemukan teori-teori yang bersifat pendekatan studi kasus. Prosesnya lebih
diutamakan dari pada hasil, membatasi studinya dengan penentuan fokus, dan
menggunakan data serta disepakatinya hasil penelitian oleh subjek penelitian dan
peneliti. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus karena permasalahan yang ada dalam penelitian ini tidak berkenaan
dengan angka-angka, tetapi menguraikan, menggambarkan dan menelaah suatu
kasus secara lebih rinci dan detail tentang Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi

Usaha Simpan Pinjam Koperasi Wanita “Anyelir”.

Sugiyono (2006:9-10) menyatakan,


Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsaft
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat indukatif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini menggunkan jenis pendekatan kualitatif studi kasus. Menurut
Bimo Walgito (2010:92) dalam Binham (2013) studi kasus merupakan “suatu
metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai
perseorangan (riwayat hidup)”. Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak
informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas. Metode ini merupakan
integrasi dari data yang diperoleh dengan metode lain.
(http://binham.wordpress.com/2013/06/05/pengertian-studi-kasus/).

Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus didefinisikan


oleh Danim (2002 : 41) adalah sebagai berikut : 1) bersifat mendeskripsikan
kejadian atau peristiwa yang bersifat factual, 2) dilakukan secara survey, 3)
bersifat mencari informasi dan dilakukan secara mendetail, 4) mengidentifikasi
masalah untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik yang sedang

28
29

berlangsung, 5) mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok


tertentu.

B. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti yaitu Koperasi Wanita “ANYELIR” Jl. Iskandar
12 Rt.03 No.17 Kel. Tengah Padang Kec. Teluk Segara Kota Bengkulu. Koperasi
Wanita “ANYELIR” berdiri pada tahun 2003, pada tahun 2008 koperasi ini
berbadan hukum.
Kepengurusan Koperasi Wanita “ANYELIR”
 Ketua: Elsye Harry
 Bendahara: Leni Apriani
 Sekretaris: Ratna Dewi
Subjek yang dipilih yaitu pengelola koperasi wanita “anyelir” yang terdiri
dari 1 orang ketua koperasi, 1 orang bendahara dan 1 orang sekretaris. Subjek
dipilih tersebut dengan alasan bahwa memiliki informasi untuk menjawab
pertanyaan yang peneliti ajukan guna mengetahui bagaiman manajemen
pengelolaan koperasi wanita anyelir.

C. Lokasi Penelitian
Koperasi Wanita “ANYELIR” Jl. Iskandar 12 Rt.03 No.17 Kel. Tengah
Padang Kec. Teluk Segara Kota Bengkulu.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data tentang Koperasi Wanita “ANYELIR” Jl. Iskandar
12 Rt.03 No.17 Kel. Tengah Padang Kec. Teluk Segara Kota Bengkulu. teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi.
1. Wawancara
Menurut Sudjana (1992) menyatakan, “Wawancara adalah proses
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya
(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee)”.
30

Pelaksanaan wawancara dapat digolongkan ke dalam tiga tahap yaitu


persiapan, pelaksaan, dan penutup.
Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah peneliti bisa bertatap
muka langsung dengan responden. Agar responden dapat menyampaikan
jawaban apa yang ditanyakan oleh peneliti. Wawancara nantinya dilakukan
kepada pengelola koperasi wanita “anyelir” yang terdiri dari 1 orang ketua
koperasi, 1 orang bendahara dan 1 orang sekretaris
2. Observasi
Merujuk pendapat Audrey True (1983) dalam Nugroho (1993: 18),
“observasi adalah kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan
secara simultan mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis”. Di situ
terkandung pengertian bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian harus
peka. Dalam mengamati segala sesuatu, dan mampu merekam atau mencatat
segala hal yang menjadi fokus pengamatannya. Syarat yang harus dipenuhi
dalam penggunaan teknik ini adalah tidak boleh mempengaruhi hal-hal yang
diobservasi seperti apa yang dikehendaki responden.
Menurut Patton (1984) dalam Wisnu Suganda (2010:43) menyatakan bahwa :
Penggunaan teknik observasi dalam penelitian kualitatif memiliki 4
maksud yaitu : (1) menggambarkan setting yang diamati, (2) kegiatan-kegiatan
yang terjadi pada setting tersebut, (3) individu-individu yang berperan dalam
kegiatan tersebut,dan (4) makna dibalik latar kegiatan peran serta orang-orang
yang terlibat.

Alasan pemakaian observasi adalah dapat mencatat data yang bukan sekedar
mencatat tetapi langsung mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian. Langkah ini menggunakan wawancara karena wawancara itu bagian dari
observasi secara langsung.
Kelemahan dari observasi bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia
banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan- kecenderungan yang ada
padanya, padahal hasil observasi harus sama walaupun dilakukan oleh beberapa
orang, dengan lain perkataan, observasi harus obyektif.
Sedangkan kelebihan dari observasi ini adalah teknik ini tidak begitu sulit
dalam arti jika ada kekeliruan sumber datanya masih tetap dan belum berubah.
31

Metode ini digunakan dalam rangka mengamati tentang pengelola koperasi


wanita “anyelir” yang terdiri dari 1 orang ketua koperasi, 1 orang bendahara dan 1
orang sekretaris
3. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.
“Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya”. (Arikunto, 1996: 148).
(http://www.pengertianpengertian.com/2011/10/pengertian-dokumentasi.html).
Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini dengan alasan : (1) selalu
tersedia di kantor atau lembaga, (2) dokumen merupakan sumber data yang
stabil, mudah didapat dan digunakan, (3) data/informasi yang ada pada dokumen
bersifat faktual dan realistis dalam arti memuat apa adanya tentang hal-hal yang
didokumentasikan, (4) dokumentasi merupakan sumber data yang kaya berkaitan
dengan keadaan subjek penelitian.
Dokumentasi dalam penelitian ini nantinya ditujukan untuk memperoleh
data langsung dari tempat penelitian, yang berupa profil Koperasi Wanita
Anyelir.

E. Instrument Penelitian
Menurut Danim (2002:135) dalam Putra (2014) menyatakan, “Instrument
itu diperlukan, karena peneliti dituntut dapat menemukan data yang diangkat
dari fenomena, peristiwa, dokumentasi tertentu instrument yang utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri”.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai human instrument, yaitu peneliti
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan sendiri atas temuannya.
32

F. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini, digunakan analisis studi kasus kualitatif. Sebagai
instrumen utama dalam penelitian kualitatif, peneliti berpartisipasi secara tidak
langsung hanya menganalisa, mewawancarai, mengobservasi, langkahnya yaitu,
menganalisa data yang ada. Aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif
model Miled dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 91) yaitu,
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan data. Reduksi data memerlukan
pemikiran yang sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman
wawasan yang tinggi. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Dalam reduksi data ini peneliti memilah-milah data yang di peroleh dari
hasil observasi, dokumentas, dan wawancara kepada pengelola pengelola
koperasi wanita “anyelir” yang terdiri dari 1 orang ketua koperasi, 1 orang
bendahara dan 1 orang sekretaris
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu proses penyusunan data, penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan natar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Semua disusun guna menyusun informasi data secara
teratur dan tersusun untuk lebih memudahkan dalam memahaminya.
Dalam penyajian data, peneliti menyajikan data yang telah di reduksi dari
hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara kepada pengelola koperasi wanita
anyelir dimana data yang disajikan oleh peneliti bermaksud untuk mendapatkan
jawaban atas permasalahan yang ada pada bab I.
3. Verifikasi atau Menarik kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data ini adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan peneliti masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukannya bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
33

Dalam menarik kesimpulan, peneliti menyimpulkan data dari hasil


wawancara, observasi, dan dokumentasi kepada pengelola KOPERASI
WANITA “ANYELIR” bermaksud untuk mendaptakan jawaban atas
permasalah yang ada pada bab 1 yaitu tentang Pelaksanaan Prinsip-Prinsip
Koperasi Usaha Simpan Pinjam

G. Teknik Validitas Data .


“Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. (Sugiyono,
2006:270). Untuk lebih jelasnya ketiga bentuk triangulasi tersebut akan penulis
jelaskan sebagai berikut:
1. Triangulasi Subjek Penelitian
Triangulasi subjek penelitian ini adalah membandingkan hasil
pengamatan dan data hasil wawancara dengan cara mewawancarai subjek yang
berbeda dan waktu yang berbeda. Sehingga data yang diperoleh benar-benar
valid.
Untuk mendapatkan kevaliditasan data dalam penelitian ini, peneliti akan
mewawancarai pengelolah koperasi wanita “anyelir”.
2. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu penelitian adalah teknik pengumpulan data dengan
cara mewawancarai orang yang berbeda atau sama dalam waktu yang berbeda
dengan pertanyaan yang sama.
Untuk mendapatkan kevaliditasan data dalam penelitian ini, dilakukan
wawancara dengan pengelolah koperasi wanita “anyelir”..
3. Triangulasi Tempat Penelitian
Triangulasi tempat penelitian ialah teknik pengumpulan data dengan
mewawancarai subjek penelitian yang sama atau berbeda pada tempat yang
berbeda. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan keabsahan data yang diperoleh
dari tempat yang berbeda.
Untuk mendapatkan kevaliditasan data dalam penelitian ini, dilakukan
wawancara dengan pengelolah koperasi wanita “anyelir”. yang bertujuan untuk
mendapatkan data yang kredibel dan valid.
34

4. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
menganalisis data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data
diperoleh dengan wawancara kepada Pengelola koperasi wanita anyelir lalu
dicek dengan observasi, dan dokumentasi.
Dengan triangulasi penulis mencoba mengecek kebenaran dan
keabsahan data dengan menggunakan pembanding yaitu:
a. Pengecekan ulang terhadap sumber (wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi) guna mendapatkan keabsahan data yang akan di analisis
secara kualitatif.
b. Melakukan pengamatan secara langsung dan terus menerus sesuai waktu
yang telah dijadwalkan terhadap fenomena yang tampak.
c. Memberi check, dilakukan dengan cara memberikan laporan hasil
wawancara kepada subjek penelitian dengan maksud memeriksa isinya
sesuai dengan apa yang dimaksud oleh objek. Tujuannya adalah agar data
yang dikumpulkan dapat disajikan sesuai dengan apa yang dimaksudkan
oleh sumber data.
d. Reviewing yaitu mendiskusikan data yang diperoleh dengan pihak-pihak
yang memiliki keahlian yang relevan dengan topic penelitian serta
memahami pendekatan metode penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa triangulasi tidak hanya
menilai kebenaran atau kevaliditasan data, akan tetapi juga menyelidiki
validitas kebenaran tafsiran kita mengenai data yang telah diperoleh melalui
penelitian kepada pengelolah koperasi wanita “anyelir”.

H. Tahap-Tahap Penelitian
Adapun tahap-tahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pra Penelitian
a. Memilih Lapangan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan observasi dan
wawancara awal dengan pengelolah koperasi wanita “anyelir”. peneliti,
35

pengenalan terhadap kondisi tempat penelitian dan pengenalan terhadap


subjek penelitian.
b. Rancangan penelitian ini disusun dalam bentuk proposal penelitian dan
dibimbing oleh dosen pembimbing satu dan dua yang telah ditentukan
oleh pihak Program Studi Pendidikan Luar Sekolah. Kemudian apabila
telah disetujui oleh dosen pembimbing satu dan dua maka proposal
penelitian akan diseminarkan dihadapan dosen pembimbing satu dan
dua serta dua orang dosen undangan untuk mendapatkan masukan
sebelum peneliti terjun kelapangan melakukan penelitian ke pengelolah
koperasi wanita “anyelir”.
c. Pengurusan Surat Izin. Pengurusan surat izin penelitian dilakukan
setelah selesai melaksanakan seminar proposal penelitian. Adapun
prosedur surat izin penelitian, pertama dari program studi pendidikan
luar sekolah, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan yang ditujukan ke
pengelolah koperasi wanita “anyelir”.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan kurang lebih selama satu bulan.
Dengan tujuan, untuk mendapatkan data atau informasi akurat mengenai
masalah penelitian yang diangkat oleh peneliti, oleh karena itu diperlukan
pedoman pokok wawancara sebagai acuan untuk mendapatkan data atau
informasi yang akurat. Pelaksanaan penelitian di lakukan di lembaga
koperasi wanita “anyelir”.
3. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan merupakan kegiatan akhir dari penelitian ini,
yang disajikan dalam bentuk skripsi. Kemudian akan di uji dihadapan dosen
pembimbing satu dan dua serta dosen penguji.
36

DAFTAR PUSTAKA

Aliman, (2003). Konsep dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bengkulu: Percetakan


Diplomat
Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik. Jakarta:
Rineka Cipta
BAN PAUD DAN PNF 2016. Kebijakan dan Mekanisme Akreditasi Pendidikan Anak
Usia Dini dan Pendidikan Nonformal. Jakarta
Damanik, E. D. dan Sularso, 1979. Peraturan dan perundang-undangan kopoerasi
Indonesia,
Departemen perdagangan dan koperasi RI, Direktorat jendral Koperasi, Jakarta
Denim, Sudarwan, 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia

Departemen Pendidikan Nasional, 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Empat.
Jakarta. PT Gramedia

PP No.13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas PP No.19 tahun 2005 Standar
Nasional Pendidikan

Sudjanah, 2004. Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah, Perkembangan Falsafah


dan Teori Pendukung, serta Asas. Bandung. Falah Production

Subandi, (2015). Ekonomi koperasi(teori dan Praktek):Alfabeta

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta. Bandung

Undang-Undang Repulbik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Sinar Garfika.

Undang-Undang Repulbik Indonesia No. 25 Tahun 1992, tentang perkoperasian

http://arievaldo.wordpress.com/2011/10/03/pengertian-tujuan-dan-prinsip-prinsip-
koperasi

(http://www.pengertianpengertian.com/2011/10/pengertian-dokumentasi.html).

(http://binham.wordpress.com/2013/06/05/pengertian-studi-kasus/).

(http://djoenfhgova86.blogspot.com/2008/10/peraturan-walikota-nomor-20-tahun-
2008.html )

Anda mungkin juga menyukai