Anda di halaman 1dari 5

Sithopilus oryzae L. merupakan salah satu hama gudang yang sangat merugikan dan sulit.

Serangga ini merupakan hama utama pada komoditas pascapanen biji-bijian terutama yang
merupakan bahan pangan penting bagi kehidupan manusia seperti gabah/beras, jagung pipilan,
gandum, gaplek dan lain-lain. Menurut Kartasapoetra (1991) bahwa klasifikasi serangga ini
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Divisi : Eukaryota
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Sub Kelas : Dycondylia
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Species : Sitophilus granaries

S. oryzae dikenal dengan nama bubuk beras atau rice weevil, karena merupakan hama utama
pada beras dan gabah (Syarief dan Halid, 1993). Serangga S. oryzae ialah hama pasca panen
utama yang merusak biji-bijian yang disimpan. Serangga S. oryzae ialah hama primer pada beras.
Selain itu S. oryzae juga menyerang jenis pakan lain misalnya jagung, gandum,kedelai, kacang
tanah, kacang kapri, dan kopra (Kalshoven, 1981). Beberapa karakteristik dari hama ini ialah
sebagai berikut :
a) Imago ketika masih umur muda berwarna coklat agak kemerahan, setelah tua warnanya
berubah menjadi hitam. Kedua buah sayap bagian depan masing-masing terdapat dua buah
bercak berwarna kuning agak kemerahan
b) Panjang tubuh imago antara 3,5 – 5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya, artinya
pada material yang lebih besar (misalnya butiran jagung atau potongan gaplek) ukuran
tubuhnya lebih besar yaitu sekitar 4,5 mm daripada larva yang hidup pada butiran beras;
c) Larvanya tidak berkaki, berwarna putih jernih. Ketika melakukan gerakan tubuhnya selalu
membentuk seperti agak bulat mengkerut, sedangkan kepompongnya tampak seakan-akan
telah dewasa ( Manueke, 1993).
Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk
kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas.
Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap
sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Kalshoven,1981). Serangga ini mengalami
metamorfosa sempurna (holometabola) yaitu dalam perkembangan dari telur sampai dewasa
melalui empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan imago. Imago merusak butiran bahan dengan
bentuk alat mulutnya yang khas yaitu berbentuk seperti moncong (rostrum), dikhususkan untuk
melubangi butiran beras, butiran jagung atau bebijian lainnya yang keras (Hill, 1990). Bebijian
yang terserang, terutama beras akan menjadi berlubang-lubang kecil-kecil sehingga mempercepat
hancurnya bijian tersebut menjadi seperti tepung. Kerusakan yang berat mengakibatkan adanya
gumpalan-gumpalan pada bahan pascapanen akibat adaanya/bercampurnya air liur larva dan
kotoran yang dihasilkan oleh serangga (Mallis, 2004).
Pada umumnya bentuk badan disesuaikan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8%
waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan dan 5%
waktu penyimpanan (Soekarna, 1982). Kerusakan yang diakibatkan oleh Sithophylus oryzae L.
dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan
berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan
jamur, sehingga produksi beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi
(Kalshoven, 1981).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. Ciri-ciri telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat
dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi
terlebih dahulu menggunakan rostumnya. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang
simpan, dan jenis produk yang diserang (Natawinga, 1975)

Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan atau
kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada
umumnya bentuk badan disesuaikan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen,
5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan dan 5% waktu
penyimpanan (Soekarna, 1982). Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk
ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar
antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum
membuat lubang keluar yang relative besar dengan moncongnya (Tandiabang, dkk, 2009).

Hama S. zeamais memiliki inang utama Jagung pipilan/biji Jagung, dan memiliki tubuh
sedikit lebih besar dari S. oryzae. Serangga ini oleh para ahli dikenal sebagai Corn Weevil atau
bubuk jagung karena merupakan hama utama pada jagung pipilan. Imago berbentuk bulat
memanjang dengan kepala dan alat mulut memanjang dan meruncing ke depan membentuk
moncong atau rostrum (snout). Tipe alat mulut ini disesuaikan/dikhususkan untuk
menggerek/melubangi bebijian yang keras seperti beras, jagung pipilan dan lain-lain. Tubuh
berwarna hitam, sayap depan (elytra) masing-masing memiliki dua bercak berwarna kuning agak
pucat. Bagian pronotum mempunyai lekukan lekukan yang kecil dan bundar (Suputra, 2003).

Kerusakan berhubungan dengan kondisi produk yang menunjukkan adanya habitat serangga,
bekas makanan seperti berlubang, alur gerekan dan lain-lain, sedangkan kehilangan akibat adanya
aktifitas serangga (termakan) sehingga akan mengurangi jumlah material yang disimpan
(Kartasapoetra, 1991; Syarief dan Halid 1992; Anonim, 2009).
Populasi S. zeamais di tempat penyimpanan perlu dikendalikan karena selain mengakibatkan
kerusakan biji dan susut bobot juga menyebabkan peningkatan kadar air biji sebagai hasil respirasi
(Brown et al. 1999 dalam Surtikanti 2004).

Serangga hama ini mengalami metamorfosis sempurna dari fase telur sampai menjadi imago. Telur
diletakkan pada biji yang telah dilubangi dan tiap lubang diisi satu butir telur. Fase telur
berlangsung sekitar 6 hari. Imago betina meletakkan telur hingga 150 butir selama hidup mereka
(Subramanyam & Hagstrum 1996).

Larva yang terdapat dalam biji akan terus menggerek biji. Larva tetap berada di dalam biji sampai
terbentuk pupa. Larva tidak bertungkai dan berwarna putih. Ketika bergerak, larva agak mengkerut
lalu memanjang kembali dan seterusnya. Larva berkembang di dalam rongga dalam biji pada suhu
optimum 25oC (Subramanyam & Hagstrum 1996).
Pupa berada di dalam liang gerek yang dibuat oleh larva. Imago baru akan tetap berada di dalam
liang gerek selama beberapa hari. Serangga dewasa akan keluar dari biji dengan melubangi biji
tersebut.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Penerbit Rineka Cipta.
Cetakan Kedua. Jakarta.
Mallis, A. 2004. Handbook of Pest Control. The Behavior, Life History and Control of Household
Pests. Ninth Edition. Janie Johns, Wild Rice Press, Inc. GIE Media, Inc.
Hill, D.S. 1990. Pests of Stored Products and Their Control. CRC Press, Inc. Publishers. Boca
Raton. Ann Arbor. Boston.
Manueke, J. 1993. Kajian Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae dan Tribolium castaneum dan
Kerusakan yang Ditimbulkan pada Tiga Varietas Beras. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Syarief, R. dan H. Halid, 1993. Teoknologi Penyimpanan Pangan. Kerjasama dengan Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi IPB. Penerbit Arcan. Jakarta.
Suputra. 2003. Catatan Taksonomi dan Sistem Penamaan Sitophilus oryzae dan S. zeamais. Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
http://abank-udha123.tripod.com/klasifikasi_hama_pasca_panen.htm. Diakses 28 Juli 2019.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Brown RL, ZY Chen, TE Cleveland & JS Russia. 1999. Advance in the development of host resistance in
corn to aflatoxin contamination by Aspergillus flavus. Phytopathology 89: 113-117. dalam
Surtikanti. 2004. Kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) dan
strategi pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. van der Laan PA, penerjemah. Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Subramanyam B & Hagstrum DW. 1996. Integrated Management of Insect in Stored Products. New
York: Marcel Dekker, Inc.
Surtikanti. 2004. Kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) dan strategi
pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Anda mungkin juga menyukai